Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang timbulnya
penyakit atau masalah kesehatan yang menimpa masyarakat. Ilmu pengetahuan
epidemiologi digunakan Commmunity Health Nursing (CHN) sebagai alat untuk
meneliti dan mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi
dan evaluasi literatur riset epidemiologi. Pengetahuan ini memberi kerangka
acuan untuk perencanaan dan evaluasi program intervensi masyarakat, mendeteksi
segera dan pengobatan penyakit serta meminimalkan kecacatan.
Epidemiologi lahir berdasarkan dua asumsi dasar. Pertama, penyakit pada
populasi manusia tidak terjadi dan tersebar begitu saja secara acak. Kedua,
penyakit pada manusia sesungguhnya mempunyai faktor penyebab dan faktor
preventif yang dapat diidentifikasi melalui penelitian sistematik pada berbagai
populasi, tempat, dan waktu.
Tujuan akhir riset epidemiologi yaitu mencegah kejadian penyakit,
mengurangi dampak penyakit dan meningkatkan status kesehatan manusia.
Sasaran epidemiologi adalah populasi manusia, bukan individu. Ciri-ciri yang
membedakan epidemiologi dari ilmu kedokteran klinik dan ilmu-ilmu biomedik,
yang lebih memusatkan perhatiannya kepada individu, jaringan, dan organ.
Epidemiologi berguna untuk mengkaji dan menjelaskan dampak dari tindakan
pengendalian kesehatan masyarakat, program pencegahan, intervensi klinis dan
pelayanan kesehatan terhadap suatu penyakit atau mengkaji dan menjelaskan
faktor lain yang berdampak pada status kesehatan penduduk. Epidemiologi
penyakit juga dapat menyertakan deskripsi keberadaannya di dalam populasi dan
faktor-faktor yang mengendalikan ada atau tidaknya penyakit tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu epidemilogi?
b. Bagaimana sejarah perkembangan epidemiologi?
c. Apa saja teori epidemiologi?
d. Apa tujuan dari epidemiologi?
e. Apa saja jenis epidemiologi?
f. Bagaimana ruang lingkup epidemiologi?

1.3 Tujuan
a. Menjelaskan pengertian dari epidemiologi
b. Menjelaskan sejarah perkembangan epidemiologi
c. Menjelaskan teori-teori epidemiologi
d. Menjelaskan tujuan dari epidemiologi
e. Menjelaskan jenis –jenis epidemiologi
f. Menjelaskan ruang lingkup epidemiologi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Epidemiologi


Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit dan
determinannya pada manusia (MacMahon & Pugh, 1970). Distribusi penyakit
dapat dideskripsikan menurut orang (usia, jenis kelamin, ras), tempat (penyebaran
geografis), dan waktu, sedangkan pengkajian determinan penyakit mencakup
penjelasan pola distribusi penyakit tersebut menurut faktor-faktor penyebabnya.
Istilah epidemiologi berasal dari kata ‘epi’ (atas), ‘demos’ (rakyat;penduduk),
dan ‘logos’(ilmu), sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai ‘ilmu yang
mempelajari tentang hal-hal yang terjadi/menipa penduduk’. Epidemiologi tidak
terbatas hanya mempelajari tentang epidemic (wabah).
Pada awal perkembangannya, epidemiologi mempunyai pengertian yang
sempit. Di awal sejarahnya, epidemiologi dianggap sebatas ilmu tentang epidemi
yaitu penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu
manusia dalam suatu periode waktu tertentu, dengan jumlah yang melebihi batas
normal. Dengan kata lain epidemi lebih menekankan kasus-kasus yang terjadi
dalam jumlah yang luar biasa atau sering di kenal dengan istilah kejadian Luar
Biasa (KLB). Hal ini berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-
penyakit menular atau infeksi saja, tapi dalam perkembangan selanjutnya
epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit tidak menular atau noninfeksi.
Perkembangan saat ini, epidemiologi di artikan sebagai ilmu tentang
frekuensi( jumlah ), distribusi (penyebaran) dan determinan (faktor penentu)
masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan
(development) dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah
kesehatan.
Dari pengertian di atas terlihat bahwa ada 3 hal yang bersifat pokok dalam
epidemiologi yaitu:

3
1. Frekuensi Masalah Kesehatan
Frekuensi menggambarkan besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada
sekelompok manusia. untuk mendapatkan frekuensi suatu masalah kesehatan
perlu di lakukan langkah-langkah sebagai berikut, diantaranya menemukan
masalah kesehatan yang di maksud kemudian melakukan pengukuran atas
masalah kesehatan tersebut.
2. Distribusi (Penyebaran) Masalah Kesehatan
Distribusi menggambarkan pengelompokan masalah menurut suatu keadaan
tertentu, yang dalam epidemiologi dibedakan menurut cirri-ciri manusia
(person), menurut tempat (place), dan menurut waktu (time). Dari contoh di atas,
yang menggambarkan distribusi adalah penduduk pria dan wanita (person),
Indonesia (place), bulan Juli 2005-februari 2006 (time).
3. Determinan (Faktor-Faktor yang Mempengaruhi)
determinan menggambarkan faktor penyebab suatu masalah kesehatan. Ada
tiga langkah yang dilakukan mengetahui determina yang merumuskan dugaan
tentang penyebab yang dimaksud, mlakukan pengujian terhadap rumusan
dugaan yang telah disusun dan menarik kesimpulan. Setelah diketahui penyebab
suatu masalah kesehatan, maka dapat disusun langkah-langkah perencanaan dan
pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan tersebut. Dari
contoh di atas, determinan flu burung adalah virus H1N1, riwayat kontak dengan
unggas yang terinfeksi virus H1N1.
Seiring dengan berkembangnya epidemiologi mengalami perkembangan
pengertian dan mengalami perubahan dalam definisi, diantaranya:
a. Wiliam Henry Welch
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan,
pencegahan penyakit, terutama penyakit infeksi menular
b. Mausner dan Kramer
Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan
kecelakaan pada populasi manusia
c. Mausner dan J.S dan Bahn, 1974

4
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan
penyakit dan rudapaksa pada populasi manusia.
d. John M Last
Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinat tentang keadaan
atau kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan
aplikasi studi untuk menanggulangi masalah kesehatan
e. WHO(1989)
Epidemiologi adalah suatu yang mempelajari distribusi dan determinat dari
peristiea kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan
yang menimpa sekelompok masyarakat dan menerapkan ilmu tersebut untuk
memecahkan masalah-masalah kesehatan.
f. Mac Mahon dan Pugh
Epidemiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan
faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
g. Omran
Epidemiologi adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan
kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinan nya
dan akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
h. W.H Frost (1927)
Epidemiologi adalah ilmu fenomena masal penyakit infeksius, atau seperti
riwayat alamiah penyakit infeksius suatu ilmu induktif yang tidak hanya
mendeskribsikan distribusi penyakit, melainkan kesesuaiaannya dalam suatu
filosofi yang konsisten atau epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari
timbulnya distribusi dan jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat
i. Hirsch( 1883)
Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, distribusi, dan tipe penyakit
manusia.
j. Greenwood (1934 )
Epidemiologi adalah studi penyakit sebagai fenomena massal.

5
k. Lilienfeld (1957 )
Epidemiologi boleh didefinisikan sebagai studi distribusi suatu penyakit atau
kondisi dalam populasi dan faktor yang mempengaruhi distribusi ini.
l. Taylor (1963 )
Epidemiologi adalah studi kesehatan atau penyakit dalam populasi.
m. Mac Mahon, B dan Pugh, T.F. (1970)
Epidemiologi adalah studi distribusi dan determinan frekuensi penyakit pada
manusia distribusi( epidemiologi deskriptif) dan determiann dari distribusi yang
tercatat( epidemiologi analitik ). Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari
distribusi penyakit dan determinan yang mempengaruhi frekuensi penyakit
manusia pada kelompok manusia.
n. Last ( 1988 )
Epidemiologi adalah studi distribusi dan determinan kesehatan yang terkait
keadaan atau peristiwa dalam populasi tertentu, dan aplikasi studi ini untuk
mengendalikan masalah kesehatan.

2.2 Sejarah Epidemiologi


Epidemiologi berkembang seiiring dengan perkembangan penyakit dan
lingkungan masyarakat. Setiap transisi penyakit maupun perubahan lingkungan
yang memberi peluang berkembang biaknya penyakit pastilah secara sadar
maupun tidak sadar selalu kita menggunakan epidemiologi baik sebagai ilmu
maupun alat yang menuntun kita untuk mengetahui frekuensi, distribusi, ataupun
hubungan kuasasi penyebab penyakit dengan faktor paparan.
Tokoh-tokoh di bidang kedokteran dan epidemiolgi telah mengkaji penyakit
dan cara penyebaran epidemic dalam kelompok manusia sejak awal dilakukannya
pencatatan. Penelitian kecil harus dilakukan untuk memberikan kontribusi besar
yang akan tercapai kemudian. Dikenal beberapa orang yang telah mematok
sejarah penting dalam perkembangan epidemiologi.
1. Hippocratest (377-260 SM)
Hippocratest adalah seorang filsuf dan dokter yunani pasca- Socratest, yang
dikenal sebagai Bapak Kedokteran Modern. Hippocratest merupakan ahli

6
Epidemiologi pertama di dunia; karena dialah yang pertama mengajukan konsep
analisis kejadian penyakit secara rasional dan juga yang memperkenalkan istilah
epidemi dan endemi. Hipocratest mengemukakan beberapa teori yaitu penyakit
terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup, penyakit berkaitan dengan
lingkungan eksternal maupun internal seseorang.
2. Antonio Van Leeuwenhoek (1632-1732)
Dia seorang ilmuwan yang menemukan Microscope, penemuan bakteri dan
parasit (1674), penemu spermatozoa (1677). Penemuan bakteri telah membuka
tabir suatu penyakit yang berguna untuk analisis epidemiologi selanjutnya.
3. Robert Koch
Dia adalah penemu basil Tuberkulosis (1882), dan memperkenalkan
Tuberkulin (1890) sebagai suatu cara pengobatan tuberculosis. Dia juga
mengenalkan konsep tentang cara menentukan kapan mikroorganisme dapat
dianggap sebagai penyebab suatu penyakit.
4. Max Van Patternkofer
Dia mengidentifikasi penyebab suatu penyakit, dia ingin membuktikan bahwa
vibrio bukanlah penyebab kolera.
5. John Snow (1813-1858)
Dia merupakan orang pertama yang mengembangkan metode investigasi
wabah yang dapat mengantarkan penyelidikan ke arah penyebab. Dia adalah
penemu penyakit Kholera. Dia menggunakan pendekatan epidemiologis dengan
menganalisis faktor tempat, orang, waktu untuk menganalisis masalah kolera
sehingga dianggap sebagai the father of field epidemiology.
6. Percival Pott
Dia adalah orang yang melakukan pendekatan epidemiologis dalam
menganalisis tingginya angka kejadian kanker skrotum di kalangan pekerja
pembersih cerobong asap. Dengan analisis epidemiologinya, dia berhasil
menemukan bahwa tar yang terdapat pada cerobong asap itulah yang menjadi
penyebabnya. Dia dianggap sebagai aspek epidemiologi modern.

7
7. James Lind
Dia mengamati bahwa ada kelompok tertentu dalam suatu pelayaran panjang
yang mengalami Scurvy (kurang vitamin C), ternyata hal ini dikarenakan mereka
semuanya memakan makanan kaleng. Dia dikenal sebagai bapak Trial Klinik.
8. Dool dan Hill (1950)
Mereka adalah peneliti pertama yang mendesain penelitian yang melahirkan
bukti adanya hubungan antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor
penelitian di bidang epidemiologi klinik.

2.3 Segitiga Epidemiologi


Menurut John Gordon, model segitiga epidemiologi menggambarkan
interaksi tiga komponen penyakit yaitu manusia (host), penyebab (agent), dan
lingkungan (environment). Untuk memprediksi penyakit, model ini menekankan
perlunya analisa dan pemahaman masing-masing komponen. Penyakit dapat
terjadi karena adanya ketidakseimbangan antar ketiga komponen tersebut. Model
ini lebih dikenal dengan model triangle epidemiologi atau triad epidemiologi dan
cocok untuk menerangkan penyebab penyakit infeksi sebab peran agent
(mikroba) mudah diisolasikan dengan jelas dari lingkungan.
Ketiga faktor dalam trias epidemiologi terus-menerus dalam keadaan
berinteraksi satu sama lain. Jika interaksinya seimbang, terciptalah keadaan
seimbang. Begitu terjadi gangguan keseimbangan, muncul penyakit. Terjadinya
gangguan keseimbangan bermula dari perubahan unsur-unsur trias itu.
Perubahan unsur trias yang potensial menyebabkan kesakitan tergantung pada
karakteristik dari ketiganya dan interaksi antara ketiganya.

8
Model ini digunakan untuk memperliatkan interaksi dan ketergantungan satu
sama lainnya antara agent, host, dan environment. Segitiga epidemiologi
digunakan untuk menganalisa perandan keterkaitan setiap faktor dalam
epidemiologi penyakit menular yaitu pengaruh, reaktivitas dan efek yang
dimiliki setiap faktor terhadap faktor lainnya.
Dalam keadaan normal terjadi sebuah keseimbangan yang dinamis antara
ketiga komponen ini yang disebut sehat. Pada suatu keadaan dimana
ketidakseimbangan yang dinamis antara ketiga komponen ini, maka hal ini
disebut dengan sakit.
1. Faktor Agent
Agent adalah penyebab penyakit, bisa bakteri, virus, jamur, parasit, atau
kapang yang merupakan agent yang ditemukan sebagai peyebab penyakit
infeksius. Pada penyakit, kondisi, ketidakmampuan, cedera atau situasi kematian
lain, agent didapat berupa zat kimia, fakator fisik berupa radiasi atau panas,
defisiensi gizi, atau subtansi lainnya seperti racun ular berbisa. Faktor agent juga
dapat digantikan dengan faktor penyebab, yang menyiratkan perlunya dilakukan
identifikasi dengan penyebab atau faktor etiologi penyakit, ketidakmampuan,
kecacatan, cedera dan kematian. Pada kejadian kecelakaan faktor agent dapat
berupa mekanisme kecelakaan, kendaarn yang dipakai.

9
2. Faktor Pejamu (host)
Host (pejamu) adalah manusia atau hewan hidup yang dapat memberikan
kehidupan atau tempat tinggal untuk agent menular dalam kondisi alam (lawan
dari percobaan). Beberapa protozoa dan cacing melalui tahapan yang berturut-
turut dalam pejamu pilihan (alternatif host) dari jenis yang berbeda. Pejamu
dimana parasit mencapai kematangan/pendewasaan atau melewati tahap seksual
adalah pejamu definitife atau pejamu primer. Sedangkan parasit dalam tahap
larva atau tahap aseksual adalah pejamu intermediate atau sekunder. Pejamu
pembawa (transport host) adala pejamu pembawa dimana organisme tetap
bertahan hidup tetapi tidak berkembang/berubah.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor ketiga sebagai penunjang terjadinya
penyakit. Faktor ini disebut “faktor ekstrinsik”. Faktor lingkungan dapat berupa
lingkungan fisik, lingkungan biologis, atau lingkungan sosial ekonomi.
a. Lingkungan fisik bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara,
tanah, cuaca, makana, rumah, panas, sinar, radiasi, dan lain-lain.
Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan manusia
sepanjang waktu dan masa, serta memegang peran penting dalam proses
terjadinya penyakit pada masyarakat, seperti kekurangan persediaan air
bersih terutama pada musim kemarau dapat menimbulkan penyakit
diare.
b. Lingkungan biologis bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh-
tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga, dan lain-lain
yang dapat berfungsi sebagai agent penyakit, reservoar infeksi, vektor
penyakit, atau pejamu (host) intermediate. Hubungsn manusia dengan
lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan bila terjadi
ketidakseimbangan antar hubungan manusia dengan lingkungan
biologisnya maka manusia akan menjadi sakit.
c. Lingkungan sosial ekonomi dapat berupa kultur, adat istiadat, kebiasaa,
kepercayaan agama, sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan,
kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia

10
dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio,
televisi, pers, seni, literatur, cerita, lagu, dan sebagainya. Bila manusia
tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, maka akan
terjadi konflik kejiwaan yang dapat menimbulkan gejala psikosomatik
seperti insomnia, depresi, dan lainnya.

2.4 Teori Epidemiologi


Teori perkembangan epidemiologi
1. Tantangan zaman di mana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola
penyakit.
Pada mulanya, epidemiologi mengarahkan dirinya untuk masalah penyakit
infeksi dan wabah. Dewasa ini telah terjadi perubahan pola penyakit ke arah
penyakit tidak menular dan epidemiologi tidak hanya dihadaokan dengan
masalah penyakit semata tapi juga hal – hal lain baik yang berkaitan langsung
ataupun tidak langsung dengan penyakit/kesehatan serta masalah non kesehatan.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan lainnya.
Pengetahuan klinik kedokteran berkembang begitu pesat di samping
perkembangan ilmu-ilmu lainnyaseperti biostatik, administrasi, ilmu perilaku.
Perkembangan ilmu ini juga membantu perkembangan epidemiologi.
Dengan perkembanga tersebut para ahli kesehatan masyarakat dari masa ke masa
juga mempunyai perkembangan pandangan terhadap proses terjadinya penyakit
yang dikemukakan dengan beberapaaaa konsep atau teori, diantaranya:
a. Contagion Theory
Teori ini mengemukakan bahwa terjadinya penyakit diperlukan adanya
kontak antara satu person dengan person lain. Teori ini dikembangkan
berdasarkan situasi penyakit pada masa itu yang kebanyakan yang
kebanyakan adalh penyakit yang menular karena adanya kontak langsung.
Teori ini bermula pada pengamatan terhadap epidemik dan penyakit Lepra di
Mesir.

11
b. Hippocratic Theory
Teori ini dipelopori oleh Hippocratest yang lebih mengarahkan kausa pada
suatu faktor tertentu. Menurutnya bahwa kausa penyakit berasal dari alam,
cuaca dan lingkungan. Teori ini mampu menjawab masalah penyakit pada
waktu itu dan dipakai hingga tahun 1800an dan teori ini ternyata tiddak
mampu menjawab berbagai penyakit infeksi lain yang mempunyai rantai
penularan yang lebih berbelit-belit.
c. Miasmatic Theory
Teori ini menunjukan gas-gas busuk dari perut bumi yang menjadi kausa
penyakit namun tidak dapat menjawab pertanyaan tentang penyebab
berbagai penyakit.
d. Epidemic Theory
Teori ini menghubungkan terjadinya penyakit dengan cuaca dan faktor
geografis. Zat organuk dari lingkungan diaanggap sebagai pembawa
penyakit. Teori ini diterapkan oleh John Snow dalam menganalisis diare di
London.
e. Theory Kuman (Grem Theory)
Kuman (mikroorganisme) ditunjuk sebagai kausa penyakit. Kuman dianggap
sebagai kausa tunggal penyakit namun teori ini mendapat tantangan dari
berbagai penyakit kronis misalnya jantung dan kanker.
f. Theory Multi Kausa
Teori ini disebut sebagai konsep multi faktorial yang menekankan bahwa
suatu penyakit terjadi sebagai hasil dari interaksi berbagai faktor misalnya
interaksi lingkungan yang merupakan faktor biologis, kimiawi, dan sosial
memegang perana dalam terjadinya penyakit.

2.5 Tujuan Epidemiologi


Menurut Lilienfeld dalam buku Timmreck(2004)menyatakan bahwa ada 3
tujuan epidemiologi, yaitu:
1. Menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab penyakit) satu penyakit atau
sekelompok penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindrom,

12
atau kematian melalui analisis terhadap data medis dan epidemiologi dengan
menggunakan menejement informasi sekaligus informasi yang berasal dari
setiap bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk ilmu sosial atau
perilaku.
2. Menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan
hipotesis yang di ajukan dan pengetahuan, ilmu perilaku, dan ilmu biomedis
yang terbaru
3. Memberikan dasar bagi pengembangan langkah-langkah pengendalian dan
prosedur pencegahan bagi kelompok dan populasi yang beresiko, dan untuk
pengembangan langkah-langkah dan kegiatan kesehatan masyarakat yang di
perlukan; yang semua nya itu akan di gunakan untuk mengevaluasi
keberhasilan langkah-langkah, kegiatan, dan program intervensi. (Timmreck,
2004: 3)
2.6 Jenis Epidemiologi
Ada 3 jenis epidemiologi yaitu :
1. Epidemiologi deskriptif (descriptive epidemiology)
Epidemiologi deskriptif adalah penelitian yang mempelajari efrekuensi
dan distribusi masalah kesehatan tanpa memandang perlu mendapatkan
jawaban tentang faktor penyebab yang mempengaruhi frekuensi, penyebaran
dan munculnya masalah kesehatan tersebut. Epidemiologi deskriptif ini hanya
menjawab pertanyaan tentang siapa (who), di mana (where), dan kapan
(when) tetapi tidak menjelaskan kenapa(why) timbul masalah kesehatan
tersebut. Jadi dalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi
penyakit berubah menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi yang
terdiri dari orang (person), tempat (place) dan waktu (time).
Contoh adalah ada 100 orang laki-laki menderita infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) di Kelurahan Maleer padatahun 2008.
2. Epidemiologi analitik (analytic epidemiology)
Epidemiologi analitik adalah penelitian yang menganalisis faktor
penyebab (determinan) masalah kesehatan. Berarti epidemiologianalitik
merupakan pencarian jawaban terhadap faktor-faktor penyebab yang

13
dimaksud (why) untuk kemudian dianalisa hubungannya dengan akibat yang
ditimbulkan.
Contohnya, setelah ditemukan secara deskriptif bahwa angka kejadian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada orang yang merokok sangat
tinggi maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah rokok memang benar
penyebab terjkadinya ISPA.
3. Epidemiologi Eksperimental
Epidemiologi eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan
melakukan percobaan atau eksperimen untuk membuktikan bahwa suatu
faktor sebagai penyebab terjadinya penyakit. Contohnya, jika rokok dianggap
sebagai penyebab ISPA, maka dilakukan eksperimen terhadap sekelompok
orang dilarang merokok, kelompok lain dibiarkan merokok kemudian
dibandingkan hasilnya.
2.7 Ruang Lingkup Epidemiologi
Epidemiologi dalam sejarahnya di kembangkan dengan menggunakan
epidemic penyakit menular sebagai suatu model studi dan landasannya masih
seperti pada model penyakit, metode, dan pendekatannya. Pada zaman
dahulu, beberapa epidemik setelah di telusuri ternyataberasal dari penyebab-
penyebab noninfeksius. Pada tahun 1700, James Lind menemukan bahwa
penyakit skorbut disebabkan karena kekurangan vitamin C dalam makanan.
Penyakit defisiensi gizi lainnya dihubungkan dengan kekurangan vitamin A
dan vitamin D. beberapa studi juga berhasil menghubungkan keracunan
timbal dengan berbagai penyakit ringan, kolik, gout, keterbelakangan mental
dan kerusakan saraf pada anak, pelukis dan pengrajin tembikar.
Dewasa ini, epidemiologi juga tebukti efektif dalam menggembangkan
hubungan sebab akibat pada kondisi-kondisi noninfeksius seperti
penyalahgunaan obat, bunuh diri, kecelakaan lalu lintas, keracunan zat kimia,
kanker, dan penyakit jantung. Saat ini area epidemiologi penyakit kronis dan
penyakit perilaku merupakan cabang ilmu epidemiologi paling cepat
berkembang.

14
Epidemiologi di pakai untuk menentukan kebutuhan akan program-
program pengendalian penyakit untuk mengembangkan program pencegahan
dan kegiatan perencanaan pelayanan kesehatan, serta untuk menetapkan pola
penyakit endemik, epidemik, dan pandemik. (Timmreck, 2004:4)

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Epidemiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang penyebaran
penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Epidemiologi termasuk
disiplin ilmu-iolmu kesehatan termasuk kedokteran, yakni suatu proses yang logis
antara proses fisik, biologi, dan fenomena sosial yang berhubungan erat dengan
derajat kesehatan, kejadian oenyakit mauoun gangguan kesehatan lainnya.
Metode epidemiologi merupakan pendekatan ilmiah dalam mencari faktor
penyebab serta hubungan sebab-akibat terjadinya peristiwa tertentu pada suatu
kelompok penduduk/masyarakat. Dalam penggunaannya, epidemiologi sangat erat
hubungannya dengan berbagai disiplin ilmu di luar kesehatan, baik disiplin ilmu
eksata ilmu sosial.
Epidemiologi berkembang seiiring dengan perkembangan penyakit dan
lingkungan masyarakat. Setiap transisi penyakit maupun perubahan lingkungan
yang memberi peluang berkembang biaknya penyakit pastilah secara sadar
maupun tidak sadar selalu kita menggunakan epidemiologi baik sebagai ilmu
maupun alat yang menuntun kita untuk mengetahui frekuensi, distribusi, ataupun
hubungan kuasasi penyebab penyakit dengan faktor paparan.
Di dalam epidemiologi dikenal suatu istilah yaitu segitiga epidemiologi,
model segitiga epidemiologi menggambarkan interaksi tiga komponen penyakit
yaitu manusia (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment). Untuk
memprediksi penyakit, model ini menekankan perlunya analisa dan pemahaman
masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya
ketidakseimbangan antar ketiga komponen tersebut. Model ini lebih dikenal
dengan model triangle epidemiologi atau triad epidemiologi dan cocok untuk
menerangkan penyebab penyakit infeksi sebab peran agent (mikroba) mudah
diisolasikan dengan jelas dari lingkungan.
Ada 3 jenis epidemiologi yaitu: epidemiologi deskriptif adalah penelitian
yang mempelajari efrekuensi dan distribusi masalah kesehatan tanpa memandang

16
perlu mendapatkan jawaban tentang faktor penyebab yang mempengaruhi
frekuensi, penyebaran dan munculnya masalah kesehatan tersebut; epidemiologi
analitik adalah penelitian yang menganalisis faktor penyebab (determinan)
masalah kesehatan; dan epidemiologi eksperimental adalah penelitian yang
dilakukan dengan melakukan percobaan atau eksperimen untuk membuktikan
bahwa suatu faktor sebagai penyebab terjadinya penyakit.
Adapun ruang lingkup epidemiologi seperti disebutkan di atas termasuk
berbagai masalah yang timbul dalam masyarakat, baik yang berhubungan erat
dengan bidang kesehatan maupun dengan berbagai kehidupan sosial, telah
mendorong perkembangan epidemiologi dalam berbagai bidang.

3.2 Saran
Kami sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam
mempelajari tentang epidemiologi dan harapan kami makalah ini tidak hanya
berguna bagi kami tetapi juga berguna bagi semua pembaca. Walaupun makalah
ini kurang sempurna, kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di
kemudian hari.

17
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, Ridawan., A. Arsunan Arsin., A. Zulkifli Abdullah., Ida Leida Maria.,


Jumriani Ansar. 2011. Modul Epidemiologi Dasar. Makassar : Universitas
Hasanuddin.

Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. 2002. Epidemiologi Edisi 2. Jakarta : EGC.

Dwiprahasto, Iwan. 2012. Modul Epidemiologi. Yogyakarta : Universitas Gadjah


Mada.

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2010. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Surabaya : Research Gate.

Fletcher, Robert H., Suzanne W. Fletcher., Edward H. Wagner. 1991. Sari


Epidemiologi Klinik Edisi Kedua. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.

Maryani, Lidya dan Rizki Muliani. 2010. Epidemiologi Kesehatan Pendekatan


Penelitian. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Najmah. 2015. Epidemiologi untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada.

Riani, Emy., Agus Triwinarto., Rasmawati.2010. Buku Ajar Epidemiologi dalam


Kebidanan Edisi Revisi. Jakarta : TIM.

Saepudin, Malik. 2003. Prinsip – Prinsip Epidemiologi Edisi Revisi. Pontianak :


STAIN Pontianak Press.

. 2011. Prinsip – Prinsip Epidemiologi. Jakarta : TIM.

Sulistyaningsih. 2012. Epidemiologi dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta :


Graha Ilmu.

18
Sutrisna, Bambang. 1986. Pengantar Metode Epidemiologi. Jakarta : PT. Dian
Rakyat.

. 1990. Epidemiologi Lanjut Volume 1. Jakarta : PT. Dian


Rakyat.

Syafrudin. 2015. Epidemiologi dalam Kebidanan. Bogor : In Media.

Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta :


EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai