Anda di halaman 1dari 3

Lima Hal yang Harus Kamu Ketahui Sebelum Menjadi Mahasiswa Jurusan Keperawatan

14 Juli 2017

Ada yang berminat untuk memilih jurusan Keperawatan setelah lulus SMA?

Jurusan ini termasuk jurusan di bidang kesehatan yang populer. Selain peluang kerja yang
menjanjikan karena Indonesia sangat kekurangan tenaga kesehatan profesional, yang
memilih jurusan ini juga dicap sebagai “calon istri idaman” karena sifat perawat yang lemah
lembut dan mengayomi.

"Calon istri idaman?" Jadi, laki-laki tidak bisa jadi perawat?

Daripada banyak informasi yang belum tentu kebenarannya, lebih baik pahami dulu hal-hal
yang harus diketahui mengenai jurusan Keperawatan sebelum melanjutkan studi yang lebih
tinggi,

1. Seorang perawat tidak sekadar bertugas mengganti infus pasien.

Profesi perawat sering dianggap remeh karena pekerjaannya dianggap sebagai “pembantu”
dokter. "Karena kerjanya cuma membantu dokter, jadi belajarnya tidak sulit. Sehari-hari
tugasnya mengganti infus pasien atau mengantar pasien yang pindah ruang perawatan"

Padahal, ini salah besar!

Menjadi seorang perawat itu lebih sulit dari yang dibayangkan. Ketika menjadi mahasiswa,
calon perawat harus mempelajari materi kuliah yang berkaitan dengan materi perkuliahan
Ilmu Kedokteran. Ketika praktik lapangan alias dinas, calon perawat harus mampu
begadang ketika shift malam ataupun kerja lembur, ditambah menyusun laporan Askep
(Asuhan Keperawatan) yang berlembar-lembar dan harus dikerjakan dengan rapi dalam
waktu yang singkat.

Dapat dibayangkan, dengan proses belajar yang rumit demi cita - cita menjadi perawat yang
baik, tentunya banyak hal yang bisa dilakukan perawat dalam menangani pasien, bukan
hanya mengganti infus saja.

2. Mampu menyeimbangkan antara empati dan pengetahuan

Ternyata, menjadi orang yang peduli dengan sesama saja tidak cukup untuk menjadi modal
calon mahasiswa Keperawatan. Selain soft skill, pengetahuan yang mumpuni alias hard skill
juga tidak boleh terlupakan untuk bisa menjadi perawat yang jempolan.

Perawat itu tidak bisa mengandalkan salah satu jenis skill saja untuk bisa menjalankan
tugasnya. Selain membekali diri dengan ilmu-ilmu medis, mulai dari hafalan anatomi sampai
praktik insersi alat-alat kesehatan, perawat harus memiliki rasa empati dan kepedulian
untuk melayani pasien. Bayangkan saja jika seorang perawat hanya menguasai salah
satunya. Bisa saja pasiennya tidak cepat sembuh karena salah penanganan atau tidak betah
dirawat dengan perawatnya.
Aryan Nugroho yang merupakan mahasiswa Keperawatan Universitas Indonesia
mengatakan bahwa belajar keperawatan itu memperkaya pengetahuan sains dan sosial
sekaligus. “Di Keperawatan, gue belajar cara merawat diri sendiri, keluarga, dan orang lain
baik sehat maupun sakit dan bagaimana cara bersikap dengan orang lain. Intinya, di
Keperawatan, lo akan belajar menjadi orang yang lebih baik.”

3. Tidak bisa lepas dari kegiatan belajar kelompok

Materi kuliah anak keperawatan itu banyak sekali. Kalau belajarnya tidak dicicil, akan
susah survive di tiap semesternya.

Inilah yang membuat mahasiswa keperawatan identik dengan kegiatan belajar kelompok
yang legendaris. Karena banyaknya materi yang harus dipelajari, para calon perawat sering
membagi bahan ajar ke porsi yang lebih kecil untuk dipelajari satu per satu secara
berkelompok agar waktu belajar lebih efektif.

Pada zaman kuliah dulu, kos saya posisinya dekat dengan salah satu akademi keperawatan.
Ketika menjelang akhir semester, mahasiswa semester awal banyak yang menyewa
beberapa kamar di kos yang saya tempati hanya untuk belajar bersama, selama beberapa
hari untuk membahas seminar kasus. Totalitas kan?

4. Personal hygiene adalah prioritas utama

Siapa bilang cuma mahasiswa jurusan “gaul” seperti Hukum dan Ekonomi saja yang bisa
tampil stylish? Penampilan Mahasiswa jurusan Keperawatan juga dikenal dengan kekecean
penampilan mereka.

Tidak percaya? Mahasiswa Keperawatan harus memakai seragam berwarna putih yang
membuat mereka tidak boleh makan dan duduk sembarangan. Kalau mau praktik, tidak
boleh sembarangan masuk ruangan sebelum mensterilkan tangan atau peralatan. Hal ini
tidak berlebihan. Memangnya kamu mau ditangani dengan perawat yang tidak bisa menjaga
kebersihan?

Jadi, personal hygiene atau kebersihan diri harus menjadi prioritas utama bagi yang
berminat mendalami ilmu Keperawatan. Apalagi ketika kamu sudah praktik di lapangan dan
menangani pasien dengan kondisi fisik yang beragam akibat penyakit yang diderita. Jika
kamu tidak bisa menjaga kebersihan lingkungan kerja yang steril, jangan harap kamu bisa
lolos sertifikasi untuk menjadi perawat.

5. Tidak harus cewek

Inilah stereotipe yang harus dimusnahkan dari pikiran masyarakat yang masih awam
dengan dunia keperawatan. Ciri khas keperawatan berupa empati dan rasa peduli yang
seringkali diasosiasikan dengan sifat bawaan perempuan membuat jurusan satu ini
dipandang “lucu” oleh jenis kelamin yang berlainan. Apalagi, jika sampai ada yang berminat
untuk mendalaminya.

Memangnya selama ini laki-laki tidak boleh peduli dan punya rasa empati?
Berdasarkan survei WHO di berbagai belahan dunia, perbandingan jumlah perawat berjenis
kelamin laki-laki dengan perempuan memiliki perbedaan yang besar, yaitu 9:1. Bahkan, di
negara dengan penduduk padat seperti Cina, jumlah perawat berjenis kelamin laki-laki
sekitar 100% dari populasi yang ada.

Padahal, hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa demand
untuk perawat laki-laki semakin meningkat, terutama untuk diposisikan di Instalasi Gawat
Darurat (IGD). Hal ini juga direspon positif bagi dunia medis dengan adanya representasi
gender dalam ranah keperawatan. Lalu, rata-rata gaji perawat laki-laki juga lebih tinggi dari
perawat perempuan.

Sumber:
https://www.youthmanual.com/post/dunia-kuliah/jurusan-dan-perkuliahan/5-hal-yang-
harus-kamu-tahu-sebelum-siap-menjadi-mahasiswa-jurusan-keperawatan

Anda mungkin juga menyukai