Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ANALISIS JURNAL

KEPERAWATAN HIV DAN AIDS


“PERCEPTION AND MOTIVATION TO INCREASE ADHERENCE OF
USING PRE-EXPOSURE PROPHILAXIS ON SERODISCORDANT

COUPLES AND MSM (MEN WHO HAVE SEX WITH MEN)”


Dosen Pembimbing: Herman, S.Kep., Ns., M.Kep.

DISUSUN OLEH:
Delia Mentari
(I1031181026)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK 2018/2019
PERCEPTION AND MOTIVATION TO INCREASE ADHERENCE OF
USING PRE-EXPOSURE PROPHILAXIS ON SERODISCORDANT
COUPLES AND MSM (MEN WHO HAVE SEX WITH MEN)

Delia Mentari
Mahasiswa S1 Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura

Abstrak

Latar Belakang: Pemberian pre-exposure profilaksis (PrEP) telah


direkomendasikan sebagai pencegahan HIV pada golongan orang dengan resiko
tinggi tertular HIV khususnya pasangan serodiskordan (salah satu pasangan tidak
terinfeksi HIV tetapi memiliki pasangan yang positif HIV) serta pada MSM (Men
Who Have Sex with Men) atau yang lebih dikenal dengan LSL (Lelaki Seks dengan
Lelaki). Metode: Metode penelitian dilakukan melalui literature review jurnal
elektronik dengan memperhatikan tahun diterbitkannya jurnal tersebut, yaitu dalam
rentang waktu 2014 hingga 2019. Hasil: Dari 17 jurnal artikel yang diidentifikasi
di awal, dipilih 5 jurnal artikel untuk di analisis. Dari 5 artikel yang di analisis,
terdapat 3 topik untuk diteliti mengenai persepi dan motivasi untuk meningkatkan
kepatuhan pada penggunaan pre-exposure profilaksis (PrEP). Pembahasan: WHO
sejak tahun 2014, sangat merekomendasikan metode ini, karena kemampuan PrEP
yang diklaim efektif mencegah penularan virus HIV hingga 96 persen jika
dikonsumsi setiap hari. PrEP berbeda dengan antiretroviral (ARV), PrEP ditujukan
untuk orang dengan status HIV negatif tetapi memiliki pasangan dengan HIV
positif. Jadi, PrEP digunakan untuk menekan penyebaran HIV sedangkan ARV
berfungsi untuk menghambat perkembangan HIV di tubuh agar tidak bertambah
parah. Kesimpulan: Penggunaan PrEP memerlukan kepatuhan tinggi karena harus
dikonsumsi setiap hari agar bekerja dengan baik.

Kata Kunci: Pencegahan HIV, pre-exposure profilaksis (PrEP), kepatuhan,


pasangan serodiskordan, LSL (Lelaki Seks dengan Lelaki).
PENDAHULUAN infeksi HIV. Pasangan serodiskordan
pertama-tama harus mengikuti
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
rekomendasi yang ditetapkan dalam
menyebut 36,7 juta orang terinfeksi
Pedoman tes dan konseling HIV,
HIV dan 1,1 juta orang meninggal
termasuk terapi antiretroviral untuk
akibat AIDS. Beragam metode
pengobatan dan pencegahan pada
pencegahan telah dilakukan untuk
pasangan serodiskordan. Pasangan
mengurangi penularan HIV seperti
serodiskordan yang dimaksud disini
penggunaan kondom pada hubungan
merupakan pasangan heteroseksual
seksual dan pencegahan penularan
serta homoseksual atau yang lebih
HIV dari ibu-ke-bayi atau PMTCT.
dikenal dengan LSL (Lelaki Seks
Saat ini terdapat metode untuk
dengan Lelaki). Karena perilaku seks
memperlambat perkembangan HIV
pada LSL yang menyukai condomless
menjadi AIDS melalui terapi
anal sehingga sangat beresiko dalam
antiretroviral (ARV) dan pre-
penularan infeksi HIV. Pedoman ini
exposure profilaksis (PrEP) untuk
merekomendasikan penggunaan
membatasi penularan infeksi HIV.
pengobatan dini dengan antiretroviral
Pemberian pre-exposure profilaksis
untuk pasangan yang terinfeksi dan
dilakukan melalui pemberian pil
pre-exposure profilaksis (PrEP) untuk
setiap hari kepada orang dengan HIV
mengurangi kemungkinan penularan
negatif.
HIV. Hal ini dibutuhkan adanya
WHO telah membuat sebuah laporan pengetahuan serta adherence
yang menawarkan bimbingan untuk (kepatuhan) pasien yang menjalani
pasangan serodiskordan, atau terapi. Adherence (kepatuhan) pasien
pasangan yang memiliki status HIV yang menjalani terapi pre-exposure
positif dan negatif dan profilaxis harus sesuai dengan
merekomendasikan pasangan petunjuk pada resep yang diberikan
serodiskordan harus menerima terapi petugas kesehatan bagi pasien yang
antiretroviral (ARV) dan pre menjalani terapi meliputi ketepatan
exposure profilaksis (PrEP) untuk dalam waktu, jumlah, dosis yang
pencegahan penularan tepat dalam mengkonsumsi obat.
Ketidakpatuhan dalam pelaksanaan “Men Who Have Sex with Men
terapi akan menurunkan efektivitas (MSM)” “adherence while using pre-
kerja obat dan bahkan meningkatkan exposure profilaksis (PrEP)”.
resistensi virus dalam tubuh. Langkah selanjutnya menyaring
Kepatuhan terhadap penggunaan pre- abstrak dari artikel-artikel yang ada
exposure profilaksis (PrEP) sangat untuk mencari keterkaitannya,
bermanfaat untuk menekan penularan kemudian meninjau secara
penyakit HIV, mengurangi risiko menyeluruh artikel jurnal dan
resistensi obat, serta meningkatkan mengkaji beberapa artikel jurnal yang
kualitas hidup. didapat untuk di review.

Dalam langkah pembuatan review,


artikel harus menggambarkan
METODE
bagaimana penggunaan pre-exposure
Metode penelitian dilakukan melalui
prophilaxis pada pasangan
literature review jurnal elektronik
serodiskordan dan LSL. Pencarian
dengan memperhatikan tahun
artikel ditentukan berdasarkan
diterbitkannya jurnal tersebut, yaitu
kriteria inklusi yang tertulis dalam
dalam rentang waktu 2014 hingga
Bahasa Inggris dan dapat diakses
2019.
secara keseluruhan.
Strategi pencarian menggunakan
menggunakan database; PubMed, HASIL
Pro Quest, Library Genesis, dan Dari 17 jurnal artikel yang
Google Scholar, dengan kata kunci diidentifikasi di awal, dipilih 5 jurnal
berikut: Prevention for HIV AIDS, artikel untuk di analisis. Dari 5 artikel
Prevention using pre-exposure yang di analisis, terdapat 3 topik
profilaksis (PrEP) serta Prevention untuk diteliti mengenai penggunaan
using pre-exposure profilaksis (PrEP) pre-exposure profilaksis (PrEP).
on High Risk Group. Kosa kata Topik pertama yaitu mengenai
ditambah dengan penggunaan kata persepi pasangan serodiskordan
kunci untuk pencarian yang lebih dalam penggunaan pre-exposure
spesifik: “Serodiscordant couple” profilaksis (PrEP). Penelitian yang
dilakukan di Kenya, memiliki jumlah mereka lebih memilih untuk
sampel sebanyak 68 pasangan mengkonsumsi pre-exposure
serodiskordan. Hasil dari penelitian profilaksis (PrEP) untuk
ini yaitu keputusan dalam meminimalkan resiko penularan HIV
penggunaan pre-exposure profilaksis dari pasangannya. Tetapi, banyak
(PrEP) pada pasangan serodiskordan juga pria yang bosan untuk
masih dipengaruhi oleh gender, mengkonsumi pre-exposure
dimana pria memiliki kekuasaan profilaksis (PrEP) dalam jangka
penuh dalam menentukan keputusan panjang karena merasa mereka tidak
medis untuk diri sendiri serta sakit dan beralih untuk meninggalkan
pasangannya. Pada pria yang pasangannya dan mencari yang “lebih
memiliki status HIV positif sehat” dari pasangannya.
cenderung akan melakukan kekerasan Topik kedua yaitu mengenai
dalam rumah tangga terhadap kekhawatiran pasangan
pasangannya apabila pasangannya serodiskordan pada wanita dengan
memiliki keputusan sendiri untuk HIV negatif yang mengonsumsi PrEP
menggunakan PrEP karena dianggap pada proses mempersiapkan
tidak menghargainya dan tidak kehamilannya. Dari penelitian yang
“menerima” kekurangannya. Pria dilakukan pada 1785 wanita di
sebagai kepala rumah tangga Uganda, 430 wanita mengalami
memiliki kekuasaan penuh untuk kehamilan yang disertai dengan
menentukan apakah pasangannya penggunaan rutin pre-exposure
dapat menggunakan PrEP atau tidak profilaksis (PrEP). Hasil penelitian
yang juga dipengaruhi dengan kondisi menunjukkan bahwa pre-exposure
ekonomi karena obat ARV pada pria profilaksis (PrEP) tidak menimbulkan
yang positif HIV sudah cukup mahal bahaya pada proses kehamilan.
serta obat PrEP yang tentunya juga Bahkan, penggunaan rutin pre-
akan menambah biaya. exposure profilaksis (PrEP)
Berbeda dengan pria dengan status membantu janin agar tidak terinfeksi
HIV negatif merasa tidak puas dalam HIV karena dapat kita ketahui, saat
hubungan seks dengan kondom, jadi pasangan serodiskordan
mempersiapkan kehamilan, pasti yang dapat menular dan mematikan.
hubungan seksual yang dilakukan Virus tersebut menyerang sistem
condomless. kekebalan tubuh manusia. Akibatnya,
Topik ketiga yaitu persepsi MSM individu yang terinfeksi akan
(Men Who Sex with Men) atau yang mengalami penurunan daya tahan
lebih dikenal dengan LSL (Lelaki tubuh yang ekstrim sehingga mudah
Seks dengan Lelaki) terhadap terjangkit penyakit-penyakit infeksi
penggunaan pre-exposure profilaksis dan keganasan yang dapat
(PrEP). Dari penelitian yang menyebabkan kematian.
dilakukan pada 114 sampel, Indonesia termasuk salah satu negara
didapatkan hasil bahwa LSL sangat di Asia yang mengalami epidemi
antusias dalam menggunakan pre- HIV dan AIDS dengan prevalensi
exposure profilaksis (PrEP) jika yang meningkat dan belum
memang obat PrEP tersedia. Hal menunjukkan penurunan, walaupun
tersebut dikarenakan LSL tidak upaya penanggulangan HIV dan
menyukai penggunaan kondom saat AIDS telah dilaksanakan oleh
anal karena mereka menganggap masyarakat, lembaga swadaya
condomless memiliki keintiman lebih masyarakat (LSM), swasta
tinggi dan memberikan kepuasan bagi serta pemerintah. Situasi epidemi
mereka. HIV dan AIDS di Indonesia hingga
akhir tahun 2020 akan terus
PEMBAHASAN mengalami peningkatan prevalensi,
Salah satu penyakit mematikan di masih di tingkat terkonsentrasi pada
dunia yang kemudian menjadi wabah populasi paling beresiko. Terdapat
Internasional atau bencana dunia beberapa cara dalam menghindari
sejak pertama kehadirannya adalah penularan HIV, yaitu dengan
HIV/AIDS. Acquired Immuno menghindari seks bebas, tidak
Deficiency Syndrome (AIDS) menggunakan jarum secara
merupakan kumpulan gejala penyakit bergantian, penggunakan kondom
yang disebabkan oleh virus HIV saat berhubungan seks, serta
(Human lmmunodeficiency Virus)
mengonsumsi pre-exposure Sex Education di Indonesia masih
profilaksis (PrEP). dianggap suatu hal yang tabu. Hal ini
Badan Pengawas Obat dan Makanan tentunya sangat disayangkan karena
(CDC) Amerika Serikat pertama kali minimnya sex education
mengesahkan obat PrEP sebagai menyebabkan kurangnya informasi
bagian dari strategi pencegahan HIV pada masyarakat sehingga tercipta
pada pertengahan Juli 2012. pola pikir yang salah mengenai
Sementara Badan Kesehatan Dunia penanganan HIV. Seringkali
(WHO), sejak 2014, sangat penggunaan kondom dianggap
merekomendasikan metode ini, melegalkan hubungan seksual secara
karena kemampuan PrEP yang bebas serta penggunaan pre-exposure
diklaim efektif mencegah penularan profilaksis (PrEP) yang dianggap
virus HIV hingga 96 persen jika melestarikan budaya homoseksual di
dikonsumsi setiap hari. Indonesia.
Penanganan HIV di Indonesia Di Amerika Serikat, gay, biseksual,
memang termasuk yang paling buruk dan laki-laki lain yang berhubungan
di dunia. Data terakhir Kemenkes, 27 seks dengan laki-laki (LSL) adalah
Agustus 2019, menunjukkan kasus kelompok yang paling kritis terkena
kumulatif HIV/AIDS dari tahun sindrom human immunodeficiency
1987–30 Juni 2019 adalah 466.859. virus (HIV). Pada tahun 2010, LSL
Terdiri dari 349.882 HIV dan 116.977 menyumbang sekitar 63% dari infeksi
AIDS. Estimasi kasus kumulatif HIV baru dan menyumbang lebih dari
HIV/AIDS sebanyak 640.443, tapi setengah dari semua orang yang
yang terdeteksi baru 349.882 hidup dengan HIV di Amerika Serikat
(60,7%). Itu artinya ada 290.561 yang disebabkan peningkatan seks
(39,3%) kasus HIV/AIDS di condomless pada LSL. Jadi, sangat
masyarakat yang tidak terdeteksi. penting bagi petugas kesehatan untuk
Sementara pada 2018 saja, angkanya dapat memberikan informasi
ODHA yang dalam masa pengobatan mengenai pre-exposure profilaksis
ARV cuma 17 persen dengan jumlah (PrEP) pada LSL agar tingkat
yang baru terinfeksi sampai 46 ribu. penularan HIV dapat diturunkan
sehingga sasaran pada penelitian ini (PrEP), yaitu dengan memanfaatkan
adalah pasangan serodiskordan teknologi m-health seperti text
heteroseksual dan homoseksual. reminder dan medical device
Pre-exposure profilaksis (PrEP) monitoring. Keberhasilan pendekatan
berbeda dengan antiretroviral (ARV), teknologi tersebut membutuhkan
pre-exposure profilaksis (PrEP) komitmen dan kepatuhan dalam
ditujukan untuk orang dengan status implementasi. Selain itu, persepsi
HIV negatif tetapi memiliki pasangan pada pasangan juga menentukan
yang positif HIV. Jadi pre-exposure angka kepatuhan penggunaan pre-
profilaksis (PrEP) digunakan untuk exposure profilaksis (PrEP) ini.
menekan angka penyebaran infeksi Persepsi yang menganggap bahwa
HIV sedangkan ARV berfungsi untuk pre-exposure profilaksis (PrEP) dapat
menghambat perkembangan HIV di menyebabkan gangguan pada proses
tubuh agar tidak bertambah parah. kehamilan serta anggapan tidak
Pre-exposure profilaksis (PrEP) pentingnya penggunaan obat saat
dikonsumsi 1 tablet setiap harinya dalam kondisi sehat akan
dan akan berkerja sangat baik apabila menghambat kepatuhan dalam
meminumnya dalam waktu yang penggunaan pre-exposure profilaksis
sama setiap harinya. Penggunaan pre- (PrEP). Peran petugas kesehatan
exposure profilaksis (PrEP) memiliki sangat diperlukan mengenai
efek samping mual, pusing, sakit penyampaian informasi mengenai
kepala, kelelahan, kram perut dan penyebaran HIV dan manfaat
diare. Biasanya, ini berhenti setelah penggunaan pre-exposure profilaksis
beberapa minggu penggunaan. (PrEP) khususnya pada pasangan
Kepatuhan dalam penggunaan Pre- beresiko tinggi. Selain itu, kerjasama
exposure profilaksis (PrEP) harus antara pasien dan pasangannya atau
selalu di monitor agar PrEP dapat kerabat sangat diperlukan untuk
bekerja secara maksimal dalam kesuksesan program kepatuhan dalam
pencegahan penularan HIV. Terdapat penggunaan pre-exposure profilaksis
beberapa cara memonitor kepatuhan (PrEP) tersebut.
penggunaan pre-exposure profilaksis
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Jason W. Mitchell, J.-Y. L. (2016).
Angka penularan virus HIV
HIV-negative male couples’
meningkat setiap tahun. Berbagai attitudes about preexposure
prophylaxis (PrEP) and using
upaya telah dilakukan untuk menekan
PrEP with a sexual agreement.
angka penularan penyakit. Salah satu AIDS Care : Psychological
and Socio-medical Aspects of
contohnya adalah konsumsi PrEP
AIDS/HIV, 1-6.
setiap hari pada individu berisiko doi:http://dx.doi.org/10.1080/
09540121.2016.1168911
tinggi, seperti pada pasangan
serodiskordan dan MSM. Persepsi Jennifer J. Carroll, K. N. (2016).
Gendered differences in the
pada pasangan terhadap penggunaan perceived risks and benefits of
PrEP serta aplikasi yang oral PrEP among HIV-
serodiscordant couples in
memanfaatkan teknologi m-health Kenya. AIDS Care :
Psychological and Socio-
sangat berpengaruh dalam tingkat
medical Aspects of AIDS/HIV,
kepatuhan mengonsumsi obat PrEP 1-7.
doi:http://dx.doi.org/10.1080/
agar program pencegahan ini dapat
09540121.2015.1131972
berhasil.
Kristen Underhill, K. M. (2015).
Explaining the Efficacy of
SARAN Pre-exposure Prophylaxis
(PrEP) for HIV Prevention: A
Petugas kesehatan harus Qualitative Study of Message
meningkatkan perannya dalam Framing and Messaging
Preferences Among US Men
pemberi informasi mengenai Who have Sex with Men.
penyebaran HIV dan manfaat AIDS Behav.
doi:10.1007/s10461-015-
penggunaan pre-exposure profilaksis 1088-9
(PrEP) khususnya pada pasangan Kristi E. Gamarel, P. &. (2014).
beresiko tinggi agar tidak timbul Intimacy Motivations and
Pre-exposure Prophylaxis
persepsi negatif pada pasangan (PrEP) Adoption Intentions
sehingga dapat meningkatkan Among HIV-Negative Men
Who Have Sex with Men
kepatuhan dalam penggunaan pre- (MSM) in Romantic
exposure profilaksis (PrEP). Relationships. The Society of
Behavioral Medicine.
doi:10.1007/s12160-014-
9646-3
Mugo, R. H. (2016). PrEP as Peri-
conception HIV Prevention
for Women and Men. THE
SCIENCE OF PREVENTION.
doi:10.1007/s11904-016-
0312-1
Ni Kadek Diah Purnamayanti, N. Y.
(2019). Monitoring strategy of
antiretroviral pre-exposure
prophylaxis adherence among
serodiscordant couple. BKM
Journal of Community
Medicine and Public Health,
35(1), 29-34.
doi:https://doi.org/10.22146/b
km.35359

Anda mungkin juga menyukai