Anda di halaman 1dari 44

Epidemiologi

Annisa Firdaus,S.Farm.,Apt
A. Definisi Epidemiologi
EPI = tentang
DEMOS = masyarakat/rakyat
LOGOS = ilmu pengetahuan

 Secara etimologis, epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktor


yang berhubungan dengan peristiwa yang banyak terjadi pada rakyat, yakni
penyakit dan kematian yang diakibatkannya yang disebut epidem.
banyak ahli mendefinisikan epidemiologi dalam berbagai cara,
antara lain:
1. Hirsch (1883): Suatu gambaran kejadian, distribusi, dan tipe penyakit
manusia, pada saat tertentu di bumi dan kaitannya dengan kondisi eksternal.
2. Frost (1927): Ilmu fenomena massal penyakit infeksius, atau seperti riwayat
alamiah penyakit infeksius ... suatu ilmu induktif yang tidak hanya
mendeskripsikan distribusi penyakit, tetapi juga kesesuaiannya dalam suatu
filosofi yang konsisten.
3. Greenwood (1934): Epidemiologi adalah studi penyakit sebagai fenomena
massal.
4. Lilienfeld (1957): Epidemiologi boleh didefinisikan sebagai studi distribusi
suatu penyakit atau kondisi dalam populasi dan faktor yang memengaruhi
distribusi ini.
5. Taylor (1963): Studi kesehatan atau penyakit dalam populasi.
6. Pada 1970, MacMahon dan Pugh mendefinisikan epidemiologi sebagai
berikut: Epidemiologi mempelajari penyebaran dan penentu dari frekuensi
penyakit pada manusia. (Epidemiologi is the study of the distribution and
determinants of disease frequency in man).
7. Pada 1983, International Epidemiological Association mendefinisikan
epidemiologi “the study of the distribution and determinants of health-
related states or events in specified populations, and the application of this
study to control of health problems” – Epidemiologi adalah “studi tentang
distribusi dan determinan keadaan dan peristiwa terkait kesehatan pada
populasi, dan penerapannya untuk mengendalikan masalah kesehatan”.
8. Prof. DR. Nur Nasry Noor, M.PH (2008)
Epidemiologi adalah suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan
penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu
serta mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut
untuk tujuan pencegahan maupun penanggulangannya.
B. Sejarah Perkembangan EpidemiologI
• Epidemiologi berkembang seiring dengan perkembangan penyakit dan lingkungan
masyarakat. Setiap transisi penyakit maupun perubahan lingkungan yang memberi
peluang berkembang biaknya penyakit pastilah secara sadar maupun tidak sadar
selalu kita menggunakan epidemiologi baik sebagai ilmu maupun alat yang
menuntun kita untuk mengetahui frekuensi, distribusi, ataupun hubungan kausasi
penyebab penyakit dengan faktor paparan.
Berikut ini adalah rentetan peristiwa dalam sejarah yang sudah dicapai antara
lain:
 Cacar pada 1790-an telah dibuktikan bahwa infeksi karena cowpox dapat
memberikan kekebalan terhadap penyakit cacar (smallpox), tetapi baru 200
tahun kemudian prinsip ini diterima dan diterapkan di seluruh dunia sehingga
penyakit cacar dapat dibasmi dari seluruh dunia (pada 1978 sudah tidak ada
lagi kasus cacar). Program pembasmian cacar ini dikoordinasikan oleh WHO
dan dimulai pada 1967 (suatu program pembasmian 10 tahun). Epidemiologi
terutama berperan dalam hal: menentukan distribusi kasus dan model
mekanisme serta derajat penyebaran, dengan jalan pemetaan meletupnya
penyakit tersebut dan melakukan evaluation program penanggulangan.
Faktor-faktor yang menunjang keberhasilan pembasmian cacar adalah:
kemauan politik, tujuan yang jelas, jadwal yang tepat, staf yang terlatih, dan
strategi yang luwes, di samping itu juga terdapatnya vaksin yang tahan
terhadap panas dan efektif.
Kegunaan Ilmu Epidemiologi
• Kegunaan epidemiologi makin meluas tidak hanya mengenai penyakit, tetapi
juga mengenai masalah-masalah kesehatan lainnya.
• Epidemiologi tidak hanya digunakan untuk keadaan-keadaan kesehatan yang
bersifat populasi, tetapi juga di klinik kedokteran yang umumnya bersifat
individual atau bersifat populasi maka populasinya terbatas dan berciri khusus,
yaitu para penderita klinik tersebut.
• Epidemiologi juga banyak digunakan untuk mengevaluasi program-program
pelayanan kesehatan.
• Dalam buku Epidemiologi Suatu Pengantar karangan Thomas C. Timmreck
(2005) dikemukakan bahwa ada tujuh poin dan manfaat epidemiologi, yakni:
1. untuk mempelajari riwayat penyakit;
2. diagnosis masyarakat;
3. mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat
memengaruhi kelompok maupun populasi;
4. pengkajian, evaluasi, dan penelitian;
5. melengkapi gambaram klinis;
6. identifikasi sindrom; dan
7. Menentukan penyebab dan sumber penyakit.
Tujuan epidemiologi
1. Mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi

Epidemiologi mempelajari kelompok mana (person), di mana (place), dan kapan

(time) dari populasi yang terkena penyakit. Epidemiologi mendeskripsikan siapa

yang merupakan kasus, dimana mereka berada, berapa umur mereka,

karakteristik umum apa yang dimiliki oleh kelompok tersebut, serta dugaan awal

mengapa kasus-kasus muncul demikian banyak di suatu area tertentu tetapi tidak

demikian di area lain.

Epidemiologi mendeskripsikan pola kolektif penyakit yang terbentuk oleh

kumpulan kasus-kasus tersebut, mendeteksi kecenderungan (trends) insidensi

penyakit, merunut perubahan karakter penyakit, mengidentifikasi kelompok

berisiko tinggi, dan menaksir besarnya beban penyakit.


Epidemiologi deskriptif memberikan dua kegunaan. Pertama, pengetahuan
tentang distribusi penyakit pada populasi berguna untuk membuat
perencanaan kesehatan dan evaluasi program kesehatan. Kedua, hasil studi
epidemiologi deskriptif berguna untuk merumuskan hipotesis tentang
hubungan paparan-penyakit, yang akan diuji lebih lanjut dengan studi
epidemiologi analitik (Hennekens dan Buring, 1987).
2. Mengetahui riwayat alamiah penyakit (natural history of disease)
Riwayat alamiah penyakit adalah deskripsi tentang perkembangan alami
(natural) penyakit yang terjadi sepanjang waktu pada individu. Riwayat
alamiah penyakit mencakup semua fenomena yang terkait penyakit,
meliputi tahap rentan (susceptible), tahap subklinis, tahap klinis, dan
tahap kesembuhan/ kecacatan/ kematian.
3. Menentukan determinan penyakit
Epidemiologi analitik bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor, baik fisik,
biologis, sosial, kultural, dan perilaku, yang dapat mempengaruhi
terjadinya penyakit, disebut determinan penyakit. Determinan penyakit
meliputi faktor risiko dan kausa (etiologi) penyakit. Hasil studi
epidemiologi analitik memberikan basis rasional untuk melakukan
program pencegahan. Jika faktor etiologi (kausa) penyakit dan cara
mengurangi atau mengeliminasi faktor-faktor itu diketahui, maka dapat
dibuat program pencegahan dan pengendalian penyakit dan kematian
karena penyakit tersebut.
4. Memprediksi kejadian penyakit pada populasi
Pengetahuan tentang risiko penyakit atau prognosis akibat penyakit pada
populasi dalam suatu periode waktu dapat digunakan untuk memprediksi
jumlah dan distribusi penyakit atau kema-tian pada populasi maupun
memprediksi risiko terjadinya penyakit atau kematian pada individu
(epidemiologi klinik) dalam suatu periode waktu di masa mendatang.
5. Mengevaluasi efektivitas intervensi preventif maupun terapetik
Epidemiologi analitik berguna untuk mengevaluasi efektivitas manfaat,
kerugian (efek yang tidak diinginkan), dan biaya dari intervensi preventif
maupun terapetik.
6. Menentukan prognosis dan faktor prognostik penyakit
• Epidemiologi analitik tidak hanya mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya penyakit, tetapi juga faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya akibat-akibat penyakit. Epidemiologi analitik
mempelajari prognosis dan faktor-faktor prognostik, yaitu faktor-faktor
yang mempengaruhi probabilitas terjadinya akibat-akibat penyakit,
mencakup relaps, rekurensi, komplikasi, kematian (kelangsungan hidup),
maupun kesembuhan.
• Pengetahuan tentang faktor prognostik berguna untuk melakukan
pencegahan tersier penyakit pada populasi, yaitu menghindari atau
mengurangi paparan faktor-faktor prognostik yang meningkatkan risiko
terjadinya aneka akibat penyakit yang merugikan.
7. Memberikan dasar ilmiah pembuatan kebijakan publik dan regulasi
tentang masalah kesehatan masyarakat.
Epidemiologi merupakan instrumen untuk mengontrol distribusi penyakit
pada populasi. Riset epidemiologi memberikan informasi yang bisa
digunakan sebagai dasar ilmiah pembuatan kebijakan dan pengambilan
keputusan tentang cara mencegah kejadian baru penyakit, memba-smi
kasus yang timbul, mencegah kematian dini, memperpanjang hidup, dan
memperbaiki status kesehatan populasi.
PRINSIP DAN METODE EPIDEMIOLOGI
 Epidemiologi merupakan sains yang menggunakan metode ilmiah untuk
mendeskripsikan, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan terjadinya
penyakit. Epidemiologi deskriptif mendeskripsikan distribusi penyakit dan
kecenderungan (trend) penyakit pada populasi. Epidemiologi deskriptif
berguna untuk memahami distribusi dan mengetahui besarnya masalah
kesehatan pada populasi. Epidemiologi analitik mempelajari determinan/
faktor risiko/ kausa penyakit. Epidemiologi analitik berguna untuk memahami
kausa penyakit, menjelaskan dan meramalkan kecenderungan penyakit, dan
menemukan strategi yang efektif untuk mencegah dan mengendalikan
penyakit.
 Kedua jenis riset epidemiologi memerlukan metode ilmiah agar deskripsi,
penjelasan, prediksi, cara pengendalian dan pencegahan penyakit benar
(valid) dan dapat diandalkan (reliabel).
 Prinsip dan metode ilmiah epidemiologi sebagai berikut:
1. Penalaran epidemiologi;
2. Pengukuran
3. Perbandingan
4. Estimasi
5. Uji hipotesis
6. Validitas, presisi, dan konsistensi penelitian.
 Penalaran epidemiologis.
merupakan pola sistematis dan logis untuk menarik kesimpulan kausal (causal
inference) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan
penyakit pada populasi.
Penalaran epidemiologis dimulai dengan
 menganalisis distribusi penyakit pada populasi (epidemiologi deskriptif), yang
menimbulkan suatu kecurigaan (suspicion) bahwa paparan suatu faktor
berpengaruh terhadap terjadinya penyakit.
 Kecurigaan tentang penyebab penyakit kemudian dirumuskan dalam
pernyataan prediktif yang disebut hipotesis.
 Hipotesis itu kemudian diuji dengan data yang dikumpulkan secara sistematis
melalui pengamatan atau eksperimentasi (epidemiologi analitik).
 Data yang dikumpulkan dianalisis untuk menentukan apakah terdapat
hubungan (asosiasi) statistik antara paparan faktor tersebut dengan penyakit
yang diteliti
Pengukuran.
 Esensi riset empiris adalah melakukan pengukuran
(measurement) variabel-variabel pada setiap subjek penelitian.
Pengukuran variabel mencakup klasifikasi subjek penelitian ke
dalam kategori-kategori (misalnya, kasus atau nonkasus), atau
meletakkan subjek penelitian sepanjang suatu kontinum nilai
(misalnya, umur).
- Contoh 1, peneliti berminat menghubungkan kejadian kanker
buli-buli (Ca vesika urinaria) dengan pekerjaan di suatu industri.
Pada studi tersebut peneliti menentukan setiap subjek dari
sampel ke dalam kategori kasus atau nonkasus. Dengan
pengukuran variabel status penyakit seperti itu diperoleh data
kategorikal.
- Contoh 2, peneliti berminat menghubungkan usia dengan
kejadian stroke. Pada studi tersebut peneliti menentukan umur
subjek penelitian dalam satuan tahun. Dengan pengu-kuran
variabel umur seperti itu diperoleh data kontinu.
Perbandingan

 Tujuan studi epidemiologi analitik adalah menarik kesimpulan tentang


hubungan antara paparan terhadap penyakit, atau pengaruh intervensi
terhadap variabel hasil pada populasi.
 Hubungan/ pengaruh paparan yang diteliti tidak bisa diketahui jika peneliti
hanya mengamati sebuah kelompok subjek, misalnya kelompok yang
terpapar saja pada studi kohor, atau kelompok kasus saja pada studi kasus
kontrol, atau kelompok eksperimental saja pada studi eksperimental.
Hubungan/ pengaruh paparan yang diteliti hanya bisa diketahui jika
peneliti membandingkan hasil pengukuran variabel yang diteliti pada
kelompok-kelompok subjek dengan kelompok pembanding (kelompok
kontrol, kelompok referensi). Kelompok pembanding pada studi kohor
disebut kelompok tak terpapar, pada studi kasus kontrol disebut kelompok
kontrol, pada studi eksperimental disebut kelompok kontrol.
Estimasi
 Epidemiologi deskriptif menaksir (mengestimasi) besarnya risiko penyakit
pada kelompok subjek terpapar ataupun kelompok subjek tak terpapar. Risiko
adalah ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya probabilitas subjek
untuk mengalami penyakit dalam kelompoknya. Risiko dihitung dari
jumlah insidensi (kasus baru) penyakit dibagi dengan populasi berisiko.
Uji Hipotesis dan Uji Statistik
 Epidemiologi analitik menguji hipotesis tentang perbedaan/ hubungan/
pengaruh paparan terhadap penyakit, atau pengaruh intervensi terhadap
variabel hasil. Sebagai contoh, sebuah eksperimen merumuskan hipotesis
bahwa pemberian metilprednisolon berpengaruh dalam menurunkan
kematian pada pasien dengan tetanus.
• Ini merupakan sebuah contoh studi epidemiologi analitik yang berguna
untuk melakukan pencegahan tersier (mencegah kematian prematur).
Maka peneliti mengumpulkan data untuk menguji apakah data yang
teramati mendukung hipotesis tersebut. Pengujian hipotesis secara
kuantitatif dilakukan dengan melakukan uji statistik.
Validitas, Presisi, dan Konsistensi.
 Studi epidemiologi yang baik menghasilkan temuan yang konsisten (dapat
diandalkan) dan benar (valid).
CABANG EPIDEMIOLOGI
1. Epidemiologi Molekuler
Epidemiologi molekuler merupakan cabang epidemiologi yang mempelajari
kontribusi faktor risiko genetik dan lingkungan yang diidentifikasi pada level
molekul dan biokimia terhadap etiologi, distribusi, dan pengendalian penyakit
pada keluarga dan populasi.
 Epidemiologi molekuler bersifat multidisipliner, mengintegrasikan biologi
molekuler, kedokteran klinis, biostatistika, dan epidemiologi. Epidemiologi
molekuler memadukan metode epidemiologi konvensional dengan kemajuan-
kemajuan di bidang riset biologi seluler, molekuler, dan riset genetika, untuk
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang riwayat alamiah penyakit,
mekanisme yang melatari terjadinya suatu penyakit pada populasi,
mengembangkan teori-teori baru tentang kausasi penyakit, dengan
memberikan perhatian kepada interaksi yang kompleks dalam proses
terjadinya penyakit.
 Epidemiologi molekuler telah diterapkan pada berbagai bidang, antara lain;
 epidemiologi kanker,
 epidemiologi penyakit infeksi,
 dan epidemiologi lingkungan
2. Epidemiologi Genetik.
Epidemiologi genetik merupakan cabang epidemiologi yang mempelajari
peran faktor-faktor genetik dan interaksinya dengan faktor lingkungan
dalam mempengaruhi terjadinya penyakit dan pewarisan (inheritance)
penyakit pada kelompok-kelompok dan populasi.
3. Epidemiologi Kanker
Epidemiologi kanker merupakan cabang epidemiologi yang bertujuan
mempelajari distribusi dan kausa kanker, mengembangkan terapi kanker
yang lebih efektif untuk mengendalikan masalah kanker pada populasi.
- Hasil riset epidemiologi menunjukkan, lebih dari sepertiga kematian
karena kanker di seluruh dunia disebabkan oleh faktor risiko yang bisa
diubah (modifiable risk factors), meliputi:
1. Merokok tembakau;
2. Minuman beralkohol;
3. Diet rendah buah dan sayur;
4. Kurang aktivitas fisik;
5. Obesitas;
6. Transmisi seksual HPV
C. Ruang lingkup dan penerapannya
• Dalam sejarahnya, epidemiologi dikembangkan dengan menggunakan
epidemik penyakit menular sebagai suatu model studi. Landasan epidemiologi
masih berpegang pada model penyakit, metode dan pendekatannya.
• Dahulu banyak metode dan pendekatan epidemiologi yang dikembangkan
seiring dengan pencarian terhadap penyebab terjadinya berbagai penyakit
menular dan epidemik yang sangat menghancurkan yang ada pada waktu itu.
Pengetahuan dan pendekatan yang digunakan pada awal perkembangan ilmu
epidemiologi ternyata masih berguna untuk ahli epidemiologi di masa modern
ini.
• Epidemiologi sudah terbukti efektif dalam mengembangkan hubungan sebab
akibat pada kondisi non infeksi seperti penyalahgunaan obat, bunuh diri,
kecelakaan lalu lintas, keracunan zat kimia, kanker dan penyakit jantung.
• Sebagai metode investigasi, epidemiologi merupakan landasan bidang
kesehatan masyarakat pengobatan dan pencegahan. Epidemiologi digunakan
untuk menentukan kebutuhan akan program pengendalian penyakit, untuk
mengembangkan program pencegahan dan kegiatan perencanaan layanan
kesehatan, serta untuk menetapkan pola penyakit endemik, epidemik, dan
pandemik.
 Endemi (awalan en- berarti “dalam atau di dalam” adalah berlangsungnya suatu penyakit
pada tingkatan yang sama atau keberadaan suatu penyakit yang terus-menerus di dalam
populasi atau wilayah tertentu-prevalensi suatu penyakit yang biasa berlangsung di satu
wilayah atau kelompok tertentu.
 Hiperendemi (awalan hyper berarti “di atas”) adalah istilah yang dihubungkan dengan
endemi, tetapi jarang digunakan. Istilah ini menyatakan aktivitas yang berkelanjutan melebihi
prevalensi yang diperkirakan. Sering dihubungkan dengan populasi tertentu, populasi yang
kecil atau populasi yang jarang seperti yang ditemukan di rumah sakit, klinik bidan atau
institusi lain.
 Haloendemi (awalan holo berarti keseluruhan atau semua) menggambarkan suatu penyakit
yang kejadiannya dalam populasi sangat banyak dan umumnya didapat di awal kehidupan
pada sebagian besar anak dalam populasi. Prevalensi penyakit menurun sejalan dengan
pertambahan usia kelompok sehingga penakit lebih sedikit muncul pada orang dewasa
dibandingkan pada anak. Penyakit yang sesuai dengan kategori ini adalah malaria.
 Epidemi adalah wabah atau munculnya penyakit tertentu yang berasal dari satu sumber
tunggal dalam satu kelompok, populasi masyarakat atau wilayah yang melebihi tingkat
kebiasaan yang diperkirakan. Epidemi terjadi jika kasus baru melebihi prevalensi suatu
penyakit. Kejadian luar biasa- peningkatan secara tajam dari kasus baru yang mempengaruhi
kelompok tertentu-biasanya juga disebut sebagai epidemi. Keparahan dan keseriusan
penyakit juga mempengaruhi definisi suatu epidemi. Jika penyakit sifatnya mengancam
kehidupan, hanya diperlukan sedikit kasus (seperti pada rabies) untuk menyebabkan
terjadinya epidemi.
 Pandemi (awalan pan berarti semua atau melintasi adalah epidemik yang menyebar luas
melintasi negara, benua atau populasi yang besar, kemungkinan keseluruh dunia. Salah satu
contoh adalah AIDS merupakan penyakit pandemi.
Konsep dasar timbulnya penyakit
a. Konsep sehat-sakit
1. Konsep sehat
 Sehat adalah keadaan relatif seimbang antara tubuh dan fungsinya sebagai
hasil dari penyesuaian yang dinamis terhadap suatu hal yang dapat
menggangunya. Sehat bukan hanya merupakan keterkaitan pasif antara
tubuh dengan suatu hal yang mempengaruhinya, namun merupakan respon
aktif tubuh untuk menghadapinya.
 Konsep WHO (1974) mengatakan manusia sehat adalah :
a. Tidak sakit
b. Tidak cacat
c. Tidak lemah
d. Bahagia secara rohani
e. Sejahtera sosial
f. Sehat secara jasmani
 Sehat merupakan bagian fungsi efektif dari sumber perawatan diri (self care
resources) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri. (self care Action )
secara adekuat.
 self care resources mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap
 self care Action mencakup perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan
untuk memperoleh, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi, psikososial,
dan spiritual.
 Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
 UU No.36 Tahun 2009
sehat adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Sehat Bebas penyakit Bebas kecacatan Keadaan yang baik

fisik  tidak ada penyakit  tidak ada gejala  tubuh fit


fisik penyakit  gaya hidup sehat
 tidak beresiko  tidak ada cacat
penyakit fisik
Hidup sampai usia
lanjut
mental  tidak mengalami  tidak mengalami  percaya diri
gangguan / tekanan mental  kemampuan
penyakit kejiwaan Tidak mengalami mental kecerdasan
cacat mental  memiliki daya
tahan mental
sosial  rumah tangga  tidak mengalami  peran di
yang harmonis friksi dalam masyarakat
Pergaulan sosial keluarga Dukungan sosial
yang baik  tidak ada masalah Rasa memiliki
dalam pergaulan
sosial
b. Konsep sakit
 Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas
termasuk keadaan organisme sebagai sistem bioogis dan penyesuaian
sosialnya(parsors,1972)
 Sakit adalah ketidakseimbangan dari kondisi tubuh manusia di antaranya
sistem biologik dan kondisi penyesuaian(bauman 1985)
 Sakit dalam bahasa inggris diartikan menjadi 2 yaitu illness dan disease
perbedaan kedua istilah ini adalah :
1. Illness meliputi :
a. Konsepnya abstrak
b. Sifatnya subjektif
c. Akibat mekanisme koping (pertahanan) tidak adekuat.
2. disease, meliputi:
a. Suatu kondisi yang patologis
b. Terdapat sign/tanda dan symptom/gejala
PERKEMBANGAN TEORI
TERJADINYA PENYAKIT

1. Teori Contagion (Contagion theory)


 Kontak Person to Person

2. Teori Hyppocrates (hippocratic teory)


 pengaruh lingkungan
(air,udara,tanah,cuaca, dll)
 tidak dijelaskan kedudukan manusia dalam lingkungan
3. Teori Humoral
 Gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh (Putih, Kuning, Hitam,
Merah)  Bila terjadi ketidak keseimbangan, timbul penyakit. Jenis penyakit
tergantung pada jenis cairan yang dominan.
4. Teori Miasma (Miasmatic Theory)
 adanya sisa-sisa mh yang alami pembusukan, sehingga udara dan
lingkungan menjadi kotor

5. Teori Epidemic
 dihub dg cuaca & geografis setempat.
 adanya zat-zat organik di lingkungan sebagai pembawa penyakit

6. Teori Jasad Renik (Teori Germ)


 penyebab penyakit adalah jasad renik /mikroorganisme, kuman
dianggap sebagai penyebab tunggal
Berkembang setelah ditemukannya mikroskop.

7. Teori Ekologi Lingkungan


 Manusia berinteraksi dengan berbagai faktor penyebab dalam
lingkungan tertentu dan pada keadaan tertentu akan kenimbulkan
penyakit tertentu pula
KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Segitiga Epidemiologi
(The Epidemiologic Triangle)

2. Roda (the Wheel)

3. Jaring- Jaring Sebab Akibat


(The Web of Causation)
Segitiga Epidemiologi
(Epidemiologic Triangle)
• Komponen: host, agent, environment
• Perubahan pada salah satu faktor/komponen akan mengubah
keseimbangan
• Hubungan ketiga komponen digambarkan sebagai tuas dalam
timbangan:environment sebagai penumpu
Segitiga Epidemiologi
HOST
(Induk Semang, Pejamu)

ENVIRONMENT AGENT
(Lingkungan) (Bibit penyakit)
 Model ini berguna untuk memperlihatkan interaksi dan ketergantungan satu
dengan yang lainnya antara lingkungan, pejamu, agens dan waktu seperti yang
digunakan dalam investigasi penyakit dan epidemi.
 Segitiga epidemiologi didasarkan pada model penyakit menular.
 Segitiga epidemiologi digunakan untuk menganalisis peran dan keterkaitan
setiap faktor dalam epidemiologi penyakit menular yaitu : pengaruh,
reaktivitas, dan efek yang dimilii setiap faktor terhadap faktor lainnya.
 Untuk memahami model segitiga epidemiologi ini, harus memahami istilah
yang digunakan dalam segitiga tersebut.
1. Agens adalah : penyebab penyakit (bakteri, virus, parasit, jamur, protozoa,
cacing merupakan agens penyebab penyakit infeksi.
Host Agent

Environment
H O S T (Penjamu)

Semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat


mempengaruhi timbulnya serta perjalanan penyakit
a. Manusia sebagai makhluk biologis
- Umur, Jenis Sex, Ras, Keturunan
- Bentuk anatomi tubuh
- Fungsi fisiologis atau faal tubuh
- Keadaan imunitas
- Status gizi dan status kes.sec.umum
- Kemampuan interaksi dengan penyebab secara biologis
b. Manusia sebagai makhluk sosial,
mis:
- Adat istiadat, agama hubungan keluarga
- Pendidikan, pekerjaan, st. perkawinan
- Kebiasaan hidup (hidup sehat)
A G E N T

Suatu substansi / element tertentu (hidup/tak hidup) yang kehadirannya


/ketidakhadirannya bila diikuti dengan kontak yang efektif dg manusia yang
rentan dalam keadaan yang memungkinkan, akan menjadi stimuli untuk
menimb/memudahkan terjadinya proses penyakit.
Klasifikasi Agent
a. Agent Nutrien
b. Agent Kimia
c. Agent Biologik
d. Agent Fisik
e. Agent Mekanik
Sifat Agent Biologis
a. Patogenisiti
 Kemampuan agent untuk menimbulkan reaksi pada host sehingga timbul
penyakit
b. Virulensi
 Ukuran keganasan / derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh agent
c. Antigenisiti
 Kemampuan agent merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tbh pada host
d. Infektiviti
 Kemampuan agent mengadakan invasi dan menyesuaikan diri, bertempat tinggal dan
berkembang biak dalam diri host
Environment
 adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan suatu organisme.
Klasifikasi Lingkungan
a. Lingkungan fisik
b. Lingkungan biologi
c. Lingkungan sosial – ekonomi
RODA (the Wheel)
Lingk sosial

host
Inti genetik
Lingk fisik lingk biologis
Penjelasan roda

- Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya pada stress mental
- Peranan lingkungan fisik lebih besar dari yang lainnya pada sunbum
- Peranan lingkungan biologis lebih besar dari yang lainnya pada penyakit
malaria
- Peranan inti genetik lebih besar dari yang lainnya pada penyakit keturunan
JARING – JARING SEBAB AKIBAT
(The Web Of Causations)
Contoh:
Pendidikan Pengetahuan rendah
Konsumsi makanan
KE Tidak memadai PENYAKIT
MIS Produksi Bahan GIZI KURANG
KIN Makanan Rendah
AN
Daya Beli Rendah
Daya Tahan
Tubuh &
Penyerapan
Fas.Kes Kesehatan Kurang zat Gizi
terganggu
Kurang
PENGERTIAN SEHAT DAN SAKIT

SEHAT
Menurut WHO
 Keadaan kesempurnaan fisik, mental, dan kehidupan sosial dan bukan
berarti hanya bebas dari penyakit atau kelainan/cacat (WHO)

SAKIT
 Suatu penyimpangan dari status penampilan yang optimal
Kerentanan
Suatu keadaan dimana pejamu berada pada pengaruh atau berinteraksi
dengan unsur penyebab primer maupun sekunder atau dengan unsur
lingkungan yang dapat mendorong proses terjadinya penyakit

Kerentanan
Suatu keadaan dimana host memp. Kondisi yang mudah dipengaruhi atau
berinteraksi dengan unsur penyebab sehingga memungkinkan timbulnya
penyakit.

Anda mungkin juga menyukai