A. Pengertian emulsi
a. Tipe O/W
b. Tipe W/O
c. Tipe W/O/W
d. Tipe O/W/O
Tipe W/O/W adalah emulsi multiple (ganda) dimana fase air teremulsi di
dalam fase minyak, sedangkan emulsin yang terjadi teremulsi lagi di dalam air.
Demikian pula hal yang sama untuk tipe O/W/O
Penggunaan emulsi:
Sediaan farmasi maupun kosmetik bentuk emulsi banyak sekali dijumpai baik
untuk pemakaian topikal maupun sistemik, misalnya:
Peroral:
Kebanyakan adalah tipe O/W. Bentuk ini mempunyai banyak keuntungan
selain mudah diabsorbsi, homogenitas dosis mudah didapat.
Perinjeksi:
Pada sediaan ini memerlukan perhatian khusus karena menyangkut
preparat steril.
Topikal:
Dalam sediaan farmasi topikal maupun kosmetik tipe emulsi baik O/W
maupun W/O banyak sekali digunakan tergantung maksud penggunaanya.
1
Dalam emulsi, butir-butir tetesan (fase dispers) dapat distabilkan dengan cara
2
Umpamakan dalam suatu segi empat ABCD yang dibuat dari benang
metal yang tipis dimana sisi CD yang panjangnya 1 dapat
bergerak/mobile. Jika segi empat tersebut kita masukkan ke dalam larutan
sabun lalu dikeluarkan, maka akan terbentuk lapisan film yang sangat tipis
pada segiempat ABCD tersebut
2. Terbentuknya lapiisan ganda listrik
3. Terbentuknya film antarmuka
Jjika panjang AB =1 dan panjang AD =d, maka luas lapisan film = 2,1
(dikalikan 2 karena mempunyai permukaan rangkap). Jika pada sisi CD (yang
mobil ) digerakan dengan suatu gaya = F sepanjang ∆𝑑, sehingga segiempat
sekarang menjadi ABCD, maka kerja yang dilakukan untuk memindahkan /
penggeseran sisi CD tersebut adalah :
W = F . ∆𝑑
Jika 𝛾 adalah gaya yang ada tiap unit panjang, maka gaya :
F = 2 . 𝛾 .1 (kali 2 karena 2 muka)
Sehingga persamaan 1 menjadi
W = F. ∆𝑑
= 2. 𝛾. ∆𝑠
𝑊
Y = ∆𝑠
Maka tegangan muka, 𝛾 dapat diartikan sebagai kerja (dalam joule yang )
yang diperlukan untuk mendapatkan 1 m2 permukaan/surface
Situasi yang ada pada antar muka cairan – cairan dalam suatu emulsi mirip
dengan yang ada pada antar muka cairan gas. Dalam hal emulsi maka molekul-
molekul yang ada pada permukaan cairan-cairan juga tidak seimbang.
3
Dengan demikian yang ada adalah tegangan antar muka yang selalu
terindeksi mengurangi permukaan atau luas kontak antar 2 cairan tersebut.
Menurut antonoff. Tegangan muka antar 2 cairan yang satu di jenuhi oleh yang
lainya, sama dengan perbedaan tegangan muka 2 cairan tersebut.
YAB = YA – YB
W = YAB . As
W = YAB . As atau
E = YAB . As
Untuk itu bila kita menambahkan zat yang bisa mengurangi tegangan
antarmuka 2 cairan, maka akan menambah kestabilan butir-butir tetes fase dispers.
E = YAB As, maka bila YAB << akibatnya E<<.
4
Upaya mendispresikan 500 ml minyak zaitun didalam air diketahui S
mula-mula 600 Cm2 diameter setelah dispresi 10 𝜇𝑚: 𝛾 minyak air adal 23
dyne/cm maka
𝜋𝑑 3 𝜋
1. Volume partikel = = 6 (10-3)3 ml =5,236 × 1010 ml
6
500𝑚𝑙
2. Jumlah partikel 5,236×10−10 = 9,54 ×10-11
W= 𝛾∆𝑆
= 6,9 joule
= 1,6 joule
Setelah ditambah surfaktan yang masih bisa menurunkan teg. Muka dari 23
menjadi 3 dyne/cm
W =𝛾. ∆𝑆
= 0,9 joule
= 0,2 kalori
5
Adsorpsi pada permukaan ion-ion yag berasal dari miliu (misalnya
adsorpsi ,olekul SAA ionik)
Apapun asal dari muatan listrik, disekitar partikel dapat diskemakan sbb : (misalkan
partikel bermuatan negatif)
6
2. Penurunan agak tajam dari potensial dalam lapisan stern yang disebabkan
adanya penetralan sebagian dari counter-ion.
3. Penurunan secara progresif dari potensial dalam lapisan difuse sampai
mencapai penetralan (pada garis c-c’). perbedaan antara lapisan stern (b-
b’) dan titik penetralan (c-c’) disebut zeta potensial, atau potensial
elektronika dari partikel.
Teori lapisan ganda listrik atau baji terarah ini menjelaskan bagaimana
butir-butir tetes distabilkan sehingga tidak terjadi pengumpulan partikel
karena saling tolak menolak.
Teori ini menjelaskan adanya lapisam film yang kaku dipermukaan antara
fase dispers karena adanya bahan tambahan, sehingga secara mekanis akan
menghalangi kontak antara partikel. Cara terbentuknya film antarmuka bisa
berlainan tergantung dari emulgator yang dipergunakan.
EMULGATOR
1. Surfaktan/SAA
2. Hidrokoloid
3. Zat padat halus yang terdispersi.
1.Surfaktan/SSA
Surfaktan adalah suatu zat yang mempunyai gugusan hidrofil dan gugusan lipofil
sekaligus dalam molekulnya. Berdasarkan atas muatan yang dihasilkan kalau at
ini terhidrolisis dalam air, maka surfaktan dapat dibagi dalam 4 grup :
7
1. Surfaktan anionik
2. Surfaktan kationik
3. Surfaktan amfoterik
4. Surfaktan non-ionik
c). Sulfonat
R1--- N---R3 +-
4. Surfaktan nonionik : Surfaktan ini tidak terionkan dalam air dan dapat
bercampur/Kompatible dengan substansi anionic maupun substansi kationik.
8
Surfaktan nonionik mempunyai karakteristik yaitu HLB (Hydrophile-
Lipophile Balance) suatu keseimbangan antara gugus hidrofil dan gugus lipofil
dalam molekulnya.
a) Ester gliserol
OH
a) Ester glikol
Propilenglikol stearat
9
40 Asam palmitat (C 16)
65 Tri stearat
85 Tri Oleat
B. Perhitungan Hlb
𝑆
HLB 20 (1-𝐴)
45,5
HLB Tween 20 = 20 ( 1-275 )
= 16,7
𝐸
HLB = 𝑆
E= harga % berat EO
10
Dengan kata lain HLB=1/5 dari % beratbagianhidrofil.
Secarateoritisbilasuatusurfaktan non-ionikterdiridari 100% bagianhidrofil
(dalamkenyataannyatidakada) seharusnyaakan di dpatkan 100.
Namunsupayanilainyatidakterlalutinggi,dikalikan1/5
supayamemudahkanpenggunaannya, sehinggamenjadi 20.
BM : Sorbitan : 164
Asamlaurat : 200
20 EO : 880
…………+
1.244
Air terdispers 18
………....-
1.226
BM bagianhidrofil
Sarbitan : 164
20 EO : 880
………..+
1.044
1.044 1
HLB Tween 20 = 1.226 x 100 x 5 = 17,0
Jadi harga tersebut kira-kira sama dengan kalau dihitung dengan rumus
sebelumnya, yaitu 16,7
11
C. Kelarutan Surfaktan Dalam Air
HLB
1. Terdispersidalam air 1-4
2. Terdispersidalamkasar 3-6
3. Sepertisusudenganpenggojongankuat 6-8
4. Terdispersisepertisusudanstabil 8-10
5. Terjadidispersi yang transolid 10-13
6. Terjadilarutanjernih > 13
Misal : Campuransurfaktanterdiridari :
………….+
12
nilai HLB tertentu. Untuk itu kita harus menghitung berapa perbandingan
surfaktan yang harus dipergunakan.
Contoh : kita akan membuat emulsi pada HLB 12,0 dengan menggunakan
surfaktan campuran tween-80 dan span-80. Maka rumus yang kita pergunakan
untuk menghitung perbandingan tersebut adalah :
% span 80 = 100-%tween 80
Bila diketahui HLB tween 80 = 15,0 dan HLB span 80= 4,3 maka :
12,0−4,3 7,7
% tween 80 = 15,0−4,3=10,7 = 0,72 = 72 %
% span= (100-72) % = 28 %
13
Karena suatu pengalaman yang panjang, para peneliti telah dapat
menentukan minyak, cera dan produk lain yang dapat diemulsikan pada suatu
HLB yang optimum, yang disebut HLB optimum. Sebagai contoh adalah dalam
tabel sbb :
Misal kita akan membuat emulsi tipe o/w dan fase minyak yang terdiri dari
campuran:
14
30 % esense mineral
50 % cotton oil
20 % klor parifin
Yang diemulsikan dalam air. HLB optimum campuran adalah :
Esense mineral 30 % x HLB opt. 14 = 4,2
Cotton oil 50 % x HLB opt. 6 = 3,0
Klor parafin 20 % x HLB opt. 8 = 1,6
...................... +
Prakiraan HLB untuk emulsi = 8,8
Untuk itu dibuat emulsi pada range HLB 8-10. Tentunya hasil akan
didapat bahwa emulsi paling baik pada HLB 8,8 seperti pada perhitungan
tersebut, baik itu dengan mempergunakan surfaktan atau campuran.
30 % esense mineral
50 % cotton oil
20 % klor parifin
15
Yang diemulsikan dalam air. HLB optimum campuran adalah :
Esense mineral 30 % x HLB opt. 14 = 4,2
Cotton oil 50 % x HLB opt. 6 = 3,0
Klor parafin 20 % x HLB opt. 8 = 1,6
...................... +
Prakiraan HLB untuk emulsi = 8,8
Untuk itu dibuat emulsi pada range HLB 8-10. Tentunya hasil akan didapat bahwa
emulsi paling baik pada HLB 8,8 seperti pada perhitungan tersebut, baik itu
dengan mempergunakan surfaktan atau campuran.
Jika ˠPM < ˠpA, cos 0 negatif → 0 > 900 padatan terbasahi minyak hingga
membentuk emulsi tipe w/o
Maka halus padatan semakin naik sifat sebagai emulgator. Dari sini dapat
dijelaskan mengapa oksidasi-oksidasi atau hidroksida yang dibuat baru (recente
16
paratus) dan hidrat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan brntuk
keringnya.
PEMBUATAN EMULSI
Cara pencampuran
Metoda anglosaxon
Metoda continental ( 4-2-1)
Pengawetan emulsi
17
Dalam pelaksanaannya efektifitas memperkecil ukuran partikel atau
efektifitas penghomogenannya bisa berlainan tergantung jenis alat yang
dipergunakan.
1. Pengaduk (mixer)
2. Homogenizer
3. Colloid Mill
4. Ultrasonik
KETIDAKSTABILAN EMULSI
1) Emulsi pecah/breaking
2) Creaming
3) Inversi
KONTROL EMULSI
Kontrol emulsi dimaksudkan untuk mengetahui sifat fisika dari emulsi dan
dipergunakan untuk mengevaluasi kestabilan emulsi.. Metoda pengenceran
Kontrol emulsi ada beberapa cara :
2. Distribusi granulometrik
1. Mikroskopik.
2. Optik
18
3. Elektronik
4. Sentrifugasi
1. Fase intern :
a. Fraksi volume
b. Interaksi partikel
c.Ukuran partikel
e. Jenis kimia ss
2. Fase ekstern :
3. Emulgator
a. Jenis kimia
b. Konsentrasi
c. Ketebalan dan sifat rheologi dari film antarmuka kedua fase.
19
4. Test penyimpanan yang dipercepat.
20
DAFTAR PUSTAKA
Drs.H. A. Syamsuni, Apt. 2005. .Ilmu Resep. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
21