Anda di halaman 1dari 21

EMULSI

A. Pengertian emulsi

Defenisi emulsi menurut P. Becher: emulsi adalah suatu sistem heterogen


terdiri dari dua cairan yang tidak bercampur, yang satu terdispersi didalam yang
lain dalam bentuk tetes-tetes kecil yang mempunyai diameter pada umumnya >
0,1 µm

Tipe emulsi yaitu:

a. Tipe O/W
b. Tipe W/O
c. Tipe W/O/W
d. Tipe O/W/O

Tipe W/O/W adalah emulsi multiple (ganda) dimana fase air teremulsi di
dalam fase minyak, sedangkan emulsin yang terjadi teremulsi lagi di dalam air.
Demikian pula hal yang sama untuk tipe O/W/O

Penggunaan emulsi:

Sediaan farmasi maupun kosmetik bentuk emulsi banyak sekali dijumpai baik
untuk pemakaian topikal maupun sistemik, misalnya:

 Peroral:
Kebanyakan adalah tipe O/W. Bentuk ini mempunyai banyak keuntungan
selain mudah diabsorbsi, homogenitas dosis mudah didapat.
 Perinjeksi:
Pada sediaan ini memerlukan perhatian khusus karena menyangkut
preparat steril.
 Topikal:
Dalam sediaan farmasi topikal maupun kosmetik tipe emulsi baik O/W
maupun W/O banyak sekali digunakan tergantung maksud penggunaanya.

Stabilitas butir-butir tetesan

1
Dalam emulsi, butir-butir tetesan (fase dispers) dapat distabilkan dengan cara

1. Penurunan tegangan antar muka


Bila dalam suatu tabung reaksi dengan luas penampang 1 cm2 kita masukan
1 mL air dan 1 mL minyak maka kintak antara kedua cairan tersebut (yang
disebut antarmuka) adalah 1 cm2. Bila kita umpamakan dengan suatu
pengadukan yang intensif/ kuat minyak tersebut akan terdispersi dalam air
dalam bentuk tetes-tetes yang berdiameter 1 µm. Dalam keadaan demikian
fase dispers tersebut akan terdiri dari 1,909 x 109 butir sferis. Maka
permukaan total antarmuka air-minyak menjadi 6 x 104 cm2. Penaikan yang
sangat tnggi dari luas antarmuka air-minyak tersebut akan menjadi
penyebab atau salah satu penyebab sehingga emulsi yang didapat menjadi
tidak stabil.

Molekul-molekul air saling melakukan gaya tarik menarik (gaya kohesi)


hanya dengan molekul sejenis saja dan tidak/hanya sedikit dengan molekul
fase gas. Jadi gaya yang berada dipermukaan ini tidak seimbang. Hasil dari
gaya tersebut (resultate) adalah kearah dalam dan mempunyai tendesi
menarik molekul dipermukaan kedalam cairan sehingga terjadi kontraksi
permukaan. Gaya yang harus dipergunakan secara paralel pada permukaan
tersebutuntuk melawan dorongan kearah dalam, dinamakan tegangan muka
dari cairan. Ini dinyatakan dalam:
Newton per meter (N/m) atau Dyne/cm (dalam sistem cgs)
1 dyne/cm=1mN/m.
Secara fisika tegangan muka dapat dinyatakan sebagai berikut:

2
Umpamakan dalam suatu segi empat ABCD yang dibuat dari benang
metal yang tipis dimana sisi CD yang panjangnya 1 dapat
bergerak/mobile. Jika segi empat tersebut kita masukkan ke dalam larutan
sabun lalu dikeluarkan, maka akan terbentuk lapisan film yang sangat tipis
pada segiempat ABCD tersebut
2. Terbentuknya lapiisan ganda listrik
3. Terbentuknya film antarmuka
Jjika panjang AB =1 dan panjang AD =d, maka luas lapisan film = 2,1
(dikalikan 2 karena mempunyai permukaan rangkap). Jika pada sisi CD (yang
mobil ) digerakan dengan suatu gaya = F sepanjang ∆𝑑, sehingga segiempat
sekarang menjadi ABCD, maka kerja yang dilakukan untuk memindahkan /
penggeseran sisi CD tersebut adalah :
W = F . ∆𝑑
Jika 𝛾 adalah gaya yang ada tiap unit panjang, maka gaya :
F = 2 . 𝛾 .1 (kali 2 karena 2 muka)
Sehingga persamaan 1 menjadi
W = F. ∆𝑑
= 2. 𝛾. ∆𝑠
𝑊
Y = ∆𝑠

Maka tegangan muka, 𝛾 dapat diartikan sebagai kerja (dalam joule yang )
yang diperlukan untuk mendapatkan 1 m2 permukaan/surface

Situasi yang ada pada antar muka cairan – cairan dalam suatu emulsi mirip
dengan yang ada pada antar muka cairan gas. Dalam hal emulsi maka molekul-
molekul yang ada pada permukaan cairan-cairan juga tidak seimbang.

3
Dengan demikian yang ada adalah tegangan antar muka yang selalu
terindeksi mengurangi permukaan atau luas kontak antar 2 cairan tersebut.
Menurut antonoff. Tegangan muka antar 2 cairan yang satu di jenuhi oleh yang
lainya, sama dengan perbedaan tegangan muka 2 cairan tersebut.

YAB = YA – YB

Dari persamaan sebelumnya Y = W/As menjadi YAB = W/As atau

W = YAB . As

Kerja elmusifikasi berbanding langsung dengan hasil tegangan antarmuka


dengan adanya penaikan permukaan kontak antara 2 cairan. Dengan kata lain
makin tinggi tegangan antarmuka maka makin besar juga kerja untuk
menghasilkan suatu dispersi yang baik. Atau energy bebas permukaan (sama
dengan kerja) menjadi maka tinggi bila tegangan antarmuka kedua cairan jugah
tinggi.

W = YAB . As atau

E = YAB . As

Karena semua system yang membutuhkan energy yang tinggi secara


termodinamika tidak stabil dan secara spontan akan berusaha menemukan
keadaan energy yang minimum.

Dalam praktek, dapat digunakan sebagai patokan sbb :

YAB > 10 mN/ m : emulsi sulit dibuat

YAB = 5-10 mN/m : emulsi mudah dibuat

YAB << 1 mN/m : emulsi terjadi secara spontan

Untuk itu bila kita menambahkan zat yang bisa mengurangi tegangan
antarmuka 2 cairan, maka akan menambah kestabilan butir-butir tetes fase dispers.
E = YAB As, maka bila YAB << akibatnya E<<.

4
Upaya mendispresikan 500 ml minyak zaitun didalam air diketahui S
mula-mula 600 Cm2 diameter setelah dispresi 10 𝜇𝑚: 𝛾 minyak air adal 23
dyne/cm maka

𝜋𝑑 3 𝜋
1. Volume partikel = = 6 (10-3)3 ml =5,236 × 1010 ml
6

500𝑚𝑙
2. Jumlah partikel 5,236×10−10 = 9,54 ×10-11

3. Luas permukaan partikel 𝜋𝑑 2 𝜋(103)2 3,14 ×106 cm2


4. Total luas permukaan =(9.54×10-10) cm2 = 3×106 cm2

W= 𝛾∆𝑆

Semula W= 23{(3×106 –(600)} = 6,9×103 erg

= 6,9 joule

= 1,6 joule

Setelah ditambah surfaktan yang masih bisa menurunkan teg. Muka dari 23
menjadi 3 dyne/cm

W =𝛾. ∆𝑆

Menjadi W = 3 {(3×106)-(600)} = 9×106 erg

= 0,9 joule

= 0,2 kalori

2.Terbentuknya lapisan ganda listrik

partikel-partikel cairan atau padatan dari sistem dispresi pada umunya


pambawa muatan listrik pada permukaannya. Muatan listrik tersebut dapat
berbeda-beda asalnya

 Karean ionisasinpada permukaan dari zat yang terdisprsi karena terdapat


miliu air

5
 Adsorpsi pada permukaan ion-ion yag berasal dari miliu (misalnya
adsorpsi ,olekul SAA ionik)

Apapun asal dari muatan listrik, disekitar partikel dapat diskemakan sbb : (misalkan
partikel bermuatan negatif)

Dengan tidak adanya gerakan termik (gerakan Brown) ion-ion yang


berlawanan yang terdapat pada larutan akan menetralkan segera muatan partikel
dengan cara penempelan. Dengan adanya gerakan Brown, sebagian dari muatan
saja yang dapat langsung dinetralkan dengan cara adsorpsi ion yang berlawanan
(counter-ion).

Lapisan stern dan lapisan difuse bersama-sama membentuk lapisan difuse


rangkap.Dari gambar diatas, kalau dinyatakan dalam potensial listrik, dapat
dibedakan sbb

1. Perbedaan potensial antara permukaan partikel dan titik penetralan ( pada


garis c-c’ ). Potensial ini disebut potensial Nernst, yaitu muatan total dari
partikel.

6
2. Penurunan agak tajam dari potensial dalam lapisan stern yang disebabkan
adanya penetralan sebagian dari counter-ion.
3. Penurunan secara progresif dari potensial dalam lapisan difuse sampai
mencapai penetralan (pada garis c-c’). perbedaan antara lapisan stern (b-
b’) dan titik penetralan (c-c’) disebut zeta potensial, atau potensial
elektronika dari partikel.
Teori lapisan ganda listrik atau baji terarah ini menjelaskan bagaimana
butir-butir tetes distabilkan sehingga tidak terjadi pengumpulan partikel
karena saling tolak menolak.

3. Terbentuknya film antarmuka.

Teori ini menjelaskan adanya lapisam film yang kaku dipermukaan antara
fase dispers karena adanya bahan tambahan, sehingga secara mekanis akan
menghalangi kontak antara partikel. Cara terbentuknya film antarmuka bisa
berlainan tergantung dari emulgator yang dipergunakan.

EMULGATOR

Dalam bidang farmasi, emulgator yang sering dipergunakan sebagai bahan


tambahan dapat digolongkan dalam jenis sbb :

1. Surfaktan/SAA
2. Hidrokoloid
3. Zat padat halus yang terdispersi.

1.Surfaktan/SSA

Surfaktan adalah suatu zat yang mempunyai gugusan hidrofil dan gugusan lipofil
sekaligus dalam molekulnya. Berdasarkan atas muatan yang dihasilkan kalau at
ini terhidrolisis dalam air, maka surfaktan dapat dibagi dalam 4 grup :

7
1. Surfaktan anionik
2. Surfaktan kationik
3. Surfaktan amfoterik
4. Surfaktan non-ionik

1.Surfaktan anionik : surfaktan golongan ini inkompatibel dengan semua substansi


kationik.

c). Sulfonat

2. Surfaktan Kationik : Surfaktan golongan ini inkompatibel dengan semua


substansi anionik. Surfaktan ini terutama dari garam-garam amonium kwarterner.

R2 R1, R2, R3 dan R4 = radikal alkil yang sama atau


berlainan

R1--- N---R3 +-

│ X= Cl-, Br- atau I-

R4 Contoh : Cetrimide atau CTAB

(Cetil trimetil amonium bromida)

3. Surfaktan amfoterik : Surfaktan dapat bersifat sebagai anionik ataupun kationik


tergantung dari miliunya.

4. Surfaktan nonionik : Surfaktan ini tidak terionkan dalam air dan dapat
bercampur/Kompatible dengan substansi anionic maupun substansi kationik.

8
Surfaktan nonionik mempunyai karakteristik yaitu HLB (Hydrophile-
Lipophile Balance) suatu keseimbangan antara gugus hidrofil dan gugus lipofil
dalam molekulnya.

Dalam nilai HLB, angka 7 adalah harga dimana molekul mempunyai


afinitas yang sama terhadap air dan minyak. Angka dibawah 7 menunjukan bahwa
surfaktan lebih bersifat lipofil, sedangkan angka diatas 7 menunjukan bahwa
surfaktan lebih bersifat hidrofil. Terbentuknya tipe emulsi sangat ditentukan oleh
harga HLB surfaktan yang dipergunakan sebagai emulgatornya.

a) Ester gliserol

R – COO – CH2 – CH – CH2 – OH Contoh : Gliserol


monostearat

OH

a) Ester glikol

R – COO – CH2 – (CH2)n – CH2 – OH Contoh :


Etilenglikol stearat

Propilenglikol stearat

b) Derivat Polietilenoksida (POE)


1. Ester asam lemak dari PEG (Mirj)
R – COO – CH2 – (CH2 – O – CH2)n – CH2OH
2. Ester alkohol asam lemak dari PEG (Birj)
R – O – CH2 – (CH2 – O – CH2)n – CH2OH
3. Ester dari sorbitan
Span dan Tween diberi nomer yang menunjukkan jenis rantai asam lemak
yang mengesterkan sorbiton, misalnya :

20 Asam Laurat (C 12)

9
40 Asam palmitat (C 16)

60 Asam Stearat (C 18)

80 Asam Oleat (C 18)

65 Tri stearat

85 Tri Oleat

83 Sesqui oleat ( 2 inti sorbiton untuk 3 asam lemak )

B. Perhitungan Hlb

Ada beberapa penelitian yang memberikan rumus bagaimana cara


menghitung harga HLB,salah satu diantaranya adalah Griffin.Menurut Griffin
perhitungan HLB adalah :

𝑆
HLB 20 (1-𝐴)

dimana S =Bilangan Wster.

A=Bilangan asam dari asam bebas nya.

Contoh :Tween 20 harga S = 45,5 (harga rata-rata)

A =276 (asam laurat perdagangan)

45,5
HLB Tween 20 = 20 ( 1-275 )

= 16,7

Untuk produk dimana bagian hidrofil terdiri dari PEO (poli-etilenoksida)


maka rumus

Untuk menghitung HLB adalah :

𝐸
HLB = 𝑆

E= harga % berat EO

10
Dengan kata lain HLB=1/5 dari % beratbagianhidrofil.
Secarateoritisbilasuatusurfaktan non-ionikterdiridari 100% bagianhidrofil
(dalamkenyataannyatidakada) seharusnyaakan di dpatkan 100.
Namunsupayanilainyatidakterlalutinggi,dikalikan1/5
supayamemudahkanpenggunaannya, sehinggamenjadi 20.

Contoh: Tween 20 sepertitersebutdiatas, kalaudihitungdengancarainiadalah:

Tween 20 (lauril sorbitol PEO)

BM : Sorbitan : 164

Asamlaurat : 200

20 EO : 880

…………+

1.244

Air terdispers 18

………....-

1.226

BM bagianhidrofil

Sarbitan : 164

20 EO : 880

………..+

1.044

1.044 1
HLB Tween 20 = 1.226 x 100 x 5 = 17,0

Jadi harga tersebut kira-kira sama dengan kalau dihitung dengan rumus
sebelumnya, yaitu 16,7

11
C. Kelarutan Surfaktan Dalam Air

Tergantung hidrofili dari surfaktan,makasurfaktan mempunyai kelarutan yang


berlainan.Sifat kelarutan atau terdispersinya dalam air dapat juga dipergunakan
untuk memperkirakan harga HLB surfaktan, yaitubila :

HLB
1. Terdispersidalam air 1-4
2. Terdispersidalamkasar 3-6
3. Sepertisusudenganpenggojongankuat 6-8
4. Terdispersisepertisusudanstabil 8-10
5. Terjadidispersi yang transolid 10-13
6. Terjadilarutanjernih > 13

D. HLB Campuran Surfaktan

Jika 2 surfaktan atau lebih dicampurkan makaHLB


campurandapatdiperhitungkansbb:

Misal : Campuransurfaktanterdiridari :

70 bagian Tween 80 (HLB= 15,0)

30 bagian Span 80 (HLB = 4,3)

Maka HLB campurankeduasurfaktantersebutadalah:

Tween 80 = 70/100 x 15,0 = 10,5

Span 80 = 30/100 x 4,3 = 1.3

………….+

HLB campuran = 11,8

E. Perbandingan Surfaktan Pada Suatu Hlb

Kadang-kadang dalam menggunakan campuran surfaktan kita tidak selalu


harus menghitung HLB dari surfaktan-surfaktan yang telah diketahui
perbandingannya, tetapi kita harus menggunakan campuran surfaktan pada suatu

12
nilai HLB tertentu. Untuk itu kita harus menghitung berapa perbandingan
surfaktan yang harus dipergunakan.

Contoh : kita akan membuat emulsi pada HLB 12,0 dengan menggunakan
surfaktan campuran tween-80 dan span-80. Maka rumus yang kita pergunakan
untuk menghitung perbandingan tersebut adalah :

(𝑋−𝐻𝐿𝐵 𝑠𝑝𝑎𝑛 80)


% tween 80 : 𝐻𝐿𝐵 𝑡𝑤𝑒𝑒𝑛 80−𝐻𝐿𝐵𝑠𝑝𝑎𝑛 80 × 100

% span 80 = 100-%tween 80

Dimana X=nilai HLB yang diinginkan

Bila diketahui HLB tween 80 = 15,0 dan HLB span 80= 4,3 maka :

12,0−4,3 7,7
% tween 80 = 15,0−4,3=10,7 = 0,72 = 72 %

% span= (100-72) % = 28 %

F. Metode Eksperimental Untuk Determinasi Hlb

Walaupun formula diatas dapat dipergunakan untuk mendeterminasi


sejumlah surfaktan non-iano, namun beberapa surfaktan terutama yang terdiri dari
derifat propilens-oksida, gutilan-oksida dan nitrogen atau sulfur tidak menunjukan
hubungan dengan komposisinya. Dengan kata lain formula tersebut tidak cocok
untuk dipergunakan dalam menghitung HLB bila surfaktan non-ioni yang
dipergunakan berasal dari golongan tersebut.

G. Cara Pemilihan Surfaktan Dalam Formulasi Emulsi

Tahap I: pemilihan HLB yang diperkirakan

Tahap II: pemilihan HLB ideal

Tahap III: pemilihan surfaktan ideal

F. Hlb Optimum Untuk Mengemulsikan Fase minyak

1. HLB optimum fase minyak

13
Karena suatu pengalaman yang panjang, para peneliti telah dapat
menentukan minyak, cera dan produk lain yang dapat diemulsikan pada suatu
HLB yang optimum, yang disebut HLB optimum. Sebagai contoh adalah dalam
tabel sbb :

Nama HLB Nama HLB


Desil asetat 11 Asetofenon 14
Asam laurat 16 Asam linoleat 16
Asam oleat 17 Asam risinolat 16
Setil alkohol 15 Desil alkohol 15
Isodesil alkohol 14 Lauril alkohol 14
Tridesil alkohol 14 Benzen 15
Etil benzoa 13 Cotton oil 16
benzonitril 14 Bromobenzen 13
Klorobenzen 13 Cera carnauba 12
Parafin padat 10 sikloheksana 15
Oleun ricini 14 Minyak mineral 12
aromatik
Minyak mineral 10 Kerosen 14
parafin
Lanolin anhidrat 12 Metil silikon 11
Nitro benzen 13 Toluena 15
Faselin 7-8 Xilen 14
Esense mineral 14 Klor parafin 8

2. HLB optimum untuk campuran fase minyak

Tabel diatas dapat dipergunakan sebagai prakiraan harga HLB untuk


menghasilkan emulsi o/w yang paling baik. Dari tabel tersebut dapat dihitung
HLB optimum untuk campuran fase minyaknya.

Misal kita akan membuat emulsi tipe o/w dan fase minyak yang terdiri dari
campuran:

14
30 % esense mineral
50 % cotton oil
20 % klor parifin
Yang diemulsikan dalam air. HLB optimum campuran adalah :
Esense mineral 30 % x HLB opt. 14 = 4,2
Cotton oil 50 % x HLB opt. 6 = 3,0
Klor parafin 20 % x HLB opt. 8 = 1,6
...................... +
Prakiraan HLB untuk emulsi = 8,8

Untuk itu dibuat emulsi pada range HLB 8-10. Tentunya hasil akan
didapat bahwa emulsi paling baik pada HLB 8,8 seperti pada perhitungan
tersebut, baik itu dengan mempergunakan surfaktan atau campuran.

 Penentuan harga HLB Optimum emulsi o/w


HLB optimum emulsi o/w ditentukan dengan mengemulsikan fase minyak
sebanyak 20% atau kurang, kemudian dipergunakan emulgator surfaktan
sebanyak 2,5%-5% sedemikian rupa hingga diperoleh harga range HLB antara 4-
18 dengan interval 2.
Setelah didapat emulsi, dibuat lagi seperti diatas denga interval HLB yang
lebih pendek. Tanda-tanda emulsi pada HLB optimum adalah:
1. Emulsi paling stabil
2. Viskositasnya paling rendah
3. Diameter rata-rata partikel paling kecil
4. Ada reflek biru pada dinding botol, atau reflek kemerahan bila
disinarkan pada matahari

30 % esense mineral
50 % cotton oil
20 % klor parifin

15
Yang diemulsikan dalam air. HLB optimum campuran adalah :
Esense mineral 30 % x HLB opt. 14 = 4,2
Cotton oil 50 % x HLB opt. 6 = 3,0
Klor parafin 20 % x HLB opt. 8 = 1,6
...................... +
Prakiraan HLB untuk emulsi = 8,8

Untuk itu dibuat emulsi pada range HLB 8-10. Tentunya hasil akan didapat bahwa
emulsi paling baik pada HLB 8,8 seperti pada perhitungan tersebut, baik itu
dengan mempergunakan surfaktan atau campuran.

 Penentuan harga HLB Optimum emulsi o/w


HLB optimum emulsi o/w ditentukan dengan mengemulsikan fase minyak
sebanyak 20% atau kurang, kemudian dipergunakan emulgator surfaktan
sebanyak 2,5%-5% sedemikian rupa hingga diperoleh harga range HLB antara 4-
18 dengan interval 2. Setelah didapat emulsi, dibuat lagi seperti diatas denga
interval HLB yang lebih pendek. Tanda-tanda emulsi pada HLB optimum adalah:
1. Emulsi paling stabil
2. Viskositasnya paling rendah
3. Diameter rata-rata partikel paling kecil
4. Ada reflek biru pada dinding botol, atau reflek kemerahan bila
disinarkan pada matahari
Jika ˠ pA < ˠpM, cos 0 negatif → 0 > 900 padatan terbasahi air hingga
membentuk emulsi tipe o/w.

Jika ˠPM < ˠpA, cos 0 negatif → 0 > 900 padatan terbasahi minyak hingga
membentuk emulsi tipe w/o

Secara teoritis jika ˠ pA = ˠ pM → cos ꝋ = 0 ꝋ = 900 maka padatan terbasahi oleh


air dan minyak

Maka halus padatan semakin naik sifat sebagai emulgator. Dari sini dapat
dijelaskan mengapa oksidasi-oksidasi atau hidroksida yang dibuat baru (recente

16
paratus) dan hidrat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan brntuk
keringnya.

PEMBUATAN EMULSI

Cara pencampuran

1. Bila menggunakan surfaktan.


a) Surfaaktan yang larut dalam minyak -----> larutan dalam minyak
Surfaktan yang larut dalam air ----->. Dilarutkan dalam air, kemudian
fase minyak ditambahkan kedalam fase cair. Cara ini digunakan bila
diinginkan terbentuknya sabun hasil reaksi, sebagai emulgator.
b) Fase minyak ditambahkan surfaktan (misalnya tween dan span).

Dipanaskan kurang lebih 60-70 ℃ kemudian fase air ditambahkan porsi


perporsi sambil diaduk hingga terbentuk emulsi, kemudian didinginkan
sampai temperatur kamar sambil dilakukan pengadukan. Temperatur
dinaikan supaya viskositas massa menurun, sehingga mempermudah
pengadukan. Dengan demikian akan mempermudah terjadinya
emulsifikasi. Cara ini biasa dilakukan untuk pembuatan emulsi tipe o/w.

2. Bila menggunakan hidrokoloid atau padatan yang terdispersi.

 Metoda anglosaxon
 Metoda continental ( 4-2-1)
 Pengawetan emulsi

Alat untuk membuat emulsi

Semua alat pembuat emulsi mempunyai karakteristik sebagai berikut:

 Memperkecil ukuran partikel dan sekaligus menghomogenkan


campuran.
 Hanya memperkecil ukuran partikel saja.

17
Dalam pelaksanaannya efektifitas memperkecil ukuran partikel atau
efektifitas penghomogenannya bisa berlainan tergantung jenis alat yang
dipergunakan.

1. Pengaduk (mixer)
2. Homogenizer
3. Colloid Mill
4. Ultrasonik

KETIDAKSTABILAN EMULSI

Ketidakstabilan emulsi yang dimaksud adalah suatu peristiwa perubahan fisik


dari emulsi yang terjadi sewaktu pembuatan atau penyimpanan. Karena perubahan
fisik tersebut dikatakan emulsi tidak stabil. Peristiwa tersebut adalah :

1) Emulsi pecah/breaking
2) Creaming
3) Inversi

KONTROL EMULSI

Kontrol emulsi dimaksudkan untuk mengetahui sifat fisika dari emulsi dan
dipergunakan untuk mengevaluasi kestabilan emulsi.. Metoda pengenceran
Kontrol emulsi ada beberapa cara :

1. Determinasi tipe emulsi


a. Metoda pengenceran
b. Metoda pewarnaan
c. Konduktibilitas elektrik

2. Distribusi granulometrik

Ada beberapa cara untuk menetapkan distribusi granulometrik partikel pada


emulsi :

1. Mikroskopik.

2. Optik

18
3. Elektronik

4. Sentrifugasi

3. Determinasi sifat rheologi

Kontrol sifat rheologi emulsi termasuk penting,karena perubahan


konsistensi dapat disebabkan karena proses : fabrikasi atau penyimpanan,
sehingga dapat mempengaruhi pemakaiannya. Misal : mudah tidaknya
penggunaan pada parenteral,ketepatan pengambilan dosis, kemudahan dan
regularitas pengisian,kemudahannya dalam penggunaan kulit untuk produk
kosmetika dsb.

Banyak faktor yang mempengaruhi sifat alir dari emulsi adalah :

1. Fase intern :

a. Fraksi volume

b. Interaksi partikel

c.Ukuran partikel

d. Viskositas fase intern

e. Jenis kimia ss

2. Fase ekstern :

Viskositas yang tergantung pula pada susunan kimia, adanya pengental ,


elektrolit,pH dll.

3. Emulgator

a. Jenis kimia
b. Konsentrasi
c. Ketebalan dan sifat rheologi dari film antarmuka kedua fase.

19
4. Test penyimpanan yang dipercepat.

Test ini dimaksudkan untuk memperpendek waktu pengamatan suatu


sediaan emulsi. Dalam prakteknya agar diperoleh gambaran yang lebih mendekati
keadaan yang sesunggunya perlu dicari korelasi antara kondisi pengamatan yang
dipercepat dengan pengamatan sesunggunya dalam kondisi normal.

Ada beberapa cara test pada penyimpanan yang dipercepat :

1. temperatur 40-600c : dengan penyimpanan pada suhu yang relatif lebih


tinggi, maka viskositasnya akan menurun tergantung sifat emulsi
tersebut. Penurunan viskositas akan mempengaruhi kestabilan fisika
emulsi.
2. sentrifugasi : dengan pengusingan pada kecepatan tertentu berarti akan
menaikkan harga g ( gravitasi ) pada rumus stoks. Dengan demikian
terjadi pemisahan partikel yang lebih cepat pula.
3. shock ternik : emulsi disimpan pada temperatur tinggi dan rendah secara
bergantian pada waktu tertentu misal pada suhu 600 C selama 1 hari
kemudian dilanjutkan pada suhu 40 C selama sehari. Ini diulangi masing-
masing 4 kali, kemudian didiamkan pada temperatur kamar untuk
kemudian dilakukan pembacaan hasil

20
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Marchaban,Apt dkk.Fts cair dan Semi Padat .Yogyakarta : Fakultas farmasi


universitas Gadjah Mada.

Drs.H. A. Syamsuni, Apt. 2005. .Ilmu Resep. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

21

Anda mungkin juga menyukai