FISIKA FARMASI
TEGANGAN PERMUKAAN
Disusun oleh :
Nama : Rindy Tika Lestari
Kelas : 2B
Nim : 20219076
1. Menentukan tegangan permukaan air, gliserin, minyak jarak, dan parafin cair dengan
menggunakan tensiometer Du Nouy.
2. Mengamati pengaruh surfaktan terhadap tegangan permukaan.
B. Teori
Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang harus diberikan sejajar pada
permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Gaya ini tegangan permukaan mempunyai satuan
dyne/cm dalam satuan cgs. Hal ini analog dengan keadaan yang terjadi bila suatu objek yang menggantung
dipinggir jurang pada seutas tali ditarik ke atas oleh seseorang memegang tali tersebut dan berjalan
menjauhi seutas tali.
Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang,
sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastic. Selain itu, tegangan permukaan juga
diartikan sebagai suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang luas
permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar atau bulat seperti bola atau ringkasnya didefinisikan sebagai
usaha yang membentuk luas permukaan baru. Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan benda-benda kecil
di permukaannya. Seperti silet, berat silet menyebabkan permukaan zat cair sedikit melengkung ke bawah tampak
silet itu berada. Lengkungan itu memperluas permukaan zat cair namun zat cair dengan tegangan permukaannya
berusaha mempertahankan luas permukaan-nya sekecil mungkin.
Contoh peristiwa yang membuktikan adanya tegangan permukaan, antara lain, peristiwa jarum, silet, penjepit
kertas, atau nyamuk yang dapat mengapung di permukaan air, butiran-butiran embun berbentuk bola pada sarang
laba-laba, air yang menetes cenderung berbentuk bulat-bulat dan air berbentuk bola di permukaan daun talas
Antar muka (interface) adalah batas antara dua fase atau lebih yang berada bersama-sama. Suatu
antar muka dapat berada antara cairan dengan gas, cairan dengan cairan, cairan dengan padatan, padatan
dengan gas dan padatan dengan padatan. Molekulmolekul pada antar muka cairan dapat berada dalam wujud
gas, cair atau padat dua dimensi tergantung pada kondisi suhu dan tekanan yang berlaku dalam antar muka.
Fenomena antar muka dalam farmasi merupakan faktor yang sangat berarti, yang dapat
mempengaruhi penyerapan obat pada zat tambahan padat di dalam obat jadi, penetrasi molekul melewati
membran biologik, pembentukan emulsi dan kestabilannya, dan dispersi partikel tak larut dalam media cair
untuk membentuk suspensi. Gaya tarik menarik molekul dalam cairan sama ke segala arah, tetapi molekul
molekul pada permukaan cairan lebih tertarik “ke dalam“ cairan. Ini disebabkan karena jumlah molekul
dalam fase gas lebih kecil daripada fase cair. Akibatnya zat cair selalu berusaha mendapatkan luas
permukaan terkecil. Karena itu tetesan-tetesan cairan gelembung gas berbentuk bulat, karena bentuk ini
mempunyai luas permukaan terkecil. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Adanya gaya-gaya ke arah dalam yang menyebabkan adanya kecenderungan untuk mengkerut, juga
menyebabkan permukaan cairan seakan-akan berada dalam keadaan tegang. Tegangan ini disebut tegangan
permukaan. Tegangan permukaan didefinisikan sebagai gaya dalam dyne yang bekerja sepanjang 1 cm pada
permukaan zat cair. Satuan tegangan permukaan adalah dyne/cm. Bahwa tegangan permukaan merupakan
gaya per satuan panjang dapat dilukiskan dengan percobaan menggunakan suatu bingkai dari kawat yang
salah satu sisinya dapat bergerak bebas.
Setetes larutan sabun ditempatkan pada bingkai yang akan membentuk lapisan film seluas ABCD.
Film ini dapat direnggangkan dengan suatu gaya f melalui sisi yang bergerak bebas, panjangnya L, yang
bertindak melawan tegangan permukaan film sabun itu. Apabila beban (massa) dihilangkan, maka film akan
berkontraksi (mengkerut) karena adanya tegangan permukaan. Oleh karena itu tegangan permukaan ( γ )
dari larutan yang membentuk film tersebut merupakan fungsi gaya yang harus dikenakan agar film pecah
dengan panjang sisi yang berhubungan dengan film. Oleh karena film sabun tersebut mempunyai dua antar
muka cairan/gas, yaitu atas dan bawah, maka panjang kontak seluruhnya adalah dua kali sisi.
Jadi :
FB
γ=
2L
(3.1)
dengan fb merupakan gaya yang diperlukan untuk memecahkan film dan L adalah panjang sisi yang dapat
bergerak bebas. Tegangan permukaan cairan dapat diukur dengan beberapa cara, seperti dengan :
tensiometer Du Nouy
cara drop weight (berat tetes)
cara bubble pressure
cara capillary rise (kenaikan kapiler)
Pada percobaan ini, tegangan permukaan ditentukan dengan menggunakan tensiometer Du Nouy.
Alat tersebut mengukur gaya yang diperlukan untuk melepaskan cincin kawat platina dari permukaan cairan.
Gaya yang dikenakan ini adalah melalui kawat pilin yang berhubungan dengan skala yang secara langsung
menunjukkan besarnya tegangan permukaan . Tegangan permukaan diberikan dengan rumus :
m.g
γ= (3.2)
2(L+d )
di mana :
γ = tegangan permukaan (dyne/cm)
m = massa yang mengakibatkan perubahan skala (gram)
g = gaya gravitasi (cm/detik2)
L = panjang lempeng kaca yang digunakan (cm)
d = lebar lempeng kaca (cm)
Bahan alam yang diperoleh dari eksudat getah tanaman akasia. Karena sifatnya mudah terkontaminasi
sehingga perlu sterilisasi dalam pembuatannya. Akasia merupakan bahan pensuspensi yang
mengandung enzi pengoksidasi sehingga kurang cocok jika digunakan untuk zat lain yang mudah
teroksidasi. Biasanya digunakan dalam bentuk mucilago 35%. Memiliki pH 5-9. Mudah larut dalam 2,7
bagian air menhasilkan larutan kental dan tembus cahaya, larut dalam 20 bagian propilenglikol dan 20
bagian gliserin.
2) Tragakan
Merupakan ekstrak kering dari tanaman semak Astragalus. Tragacant dapat menghasilkan tiksotropi dan
pseudoplastik sebagai thickening agent yang lebih baik dari golongan akasia dan dapat digunakan untuk
sediaan oral. Secara umum penggunaannya lebih sulit dari akasia. Digunakan dalam bentuk mucilago
konsentrasi 6%. Stabil pada pH 4 - 7.5 dan perlu hidrasi sempurna selama beberapa hari setelah
didispersikan dalam air.
3) Alginat
Alginat cocok digunakan untuk penggunaan internal. Kegunaan utama adalah sebagai zat pengental.
Merupakan polimer dari d-mannuronic acid yang lebih mirip tragacant dibandingkan akasia. Alginat
biasanya digunakan dalam bentuk mucilago 3-6%, tidak boleh dipanaskan diatas suhu 60 C karenaakan
mengalami depolimerisasi sehingga mengakibatkan penurunan viskositas. Na alginta larut dalam 20
bagian air. Praktis tidak larut dalam alkohol, kloroform, eter dan larutan dengan kadar alkohol lebih dari
30%. Tidak larut clipboard;dalam larutan asam dengan pH kurang dari 4. Viskositas maksimum dicapai
pada pH 5 - 9.
Na alginat memiliki berbagai kekuatan viskositas ketika dilarutkan dalam air. Pada suhu 20 C dengan
konsentrasi alginta 1% memiliki viskositas 200-400 cps. Viskositas maksimum dicapai pada pH 7.
Viskositas dapat meningkat dengan penambahan 0.3% Ca Sitrat. Tetapi pada penambahan yang berlebih
dapat meningkatkan penggaraman pada alginat. Penggaraman juga terjadi dengan penambahan NaCl
dengan konsentrasi lebih dari 4%.
4) Golongan polisakarida lainnya adalah Starch (Amilum), Chondrus, Xanthan Gum, Guar Gum.
B. Golongan Selulosa
1. Metilselulosa
Merupakan polimer selulosa dengan rantai panjang kira-kira memiliki 2 gugus hidroksi pada setiap unit
heksosa yang termetilisasi. Dalam pasaran memiliki variasi bahan yang berbeda pada substitusi dan
rantai selulosanya. Metilselulosa merupakan semisintesis polisakarida yang mudah larut dalam air
dingin dibandingkan air panas.
Ada 4 tipe metil selulosa yang umum yaitu MC 20 BPC, 2500 BPC, 425 BPC dan 4500 BPC. Nomor
tersebut menunjukkan perkiraan kekentalan dalam senti stokes tiap 2% mucilago. Dipasaran dikenal
dengan nama metosel. Ada 2 jenis metosel yaitu MC dan HG. Metilselulosa larut dalam air dingin tetapi
tidak larut dalam air panas, tidak larut eter, alkohol, kloroform.
Metilselulosa digunakan dalam farmaterapi sebagai pensuspensi, pembasah dan emulgator, sedangkan
sebagai terapeutik dapat digunakan sebagai laksatif.
2. Hidroksietilselulosa
Disukai karena dapat larut dalam air dingin maupun air panas,dan tidak akan menjadi gel pada
pemanasan. Memiliki aktivitas permukaan rendah, berinteraksi netrak serta menunjukkan koagulasi
bolak-balik.
Larut dalam air dingin dan panas pada perendaman, akan menghasilkan larutan jernih. Lebih sensitif
terhadap pH dibandingkan metilselulosa. Digunakan pada konsentrasi 0.5 - 1%. Viskositas Na CMC
menurun drastis pada pH <5 atau >10. Na CMC digunakan sebagai suspending agent dalam sediaan cari
baik parenteral, oral maupun eksternal. Dapat digunakan sebagai penstabil emulsi dan melarutkan
endapan dari resin-resin tincture. Na-CMC bekerja dengan mekanisme meningkatkan viskositas atau
kekentalan sediaan. Viskositas yang tinggi akan menyebabkan kecepatan aliran partikel padat untuk
turun dan tertimbun menjadi lebih rendah. Sehingga, partikel akan tetap tersebar merata pada fase cair
dan terjaga kestabilannya.
1. Bentonit
Sumber dari alam. Praktis tidak larut dalam air atau larutan dalam air, tetapi mengembang menjadi
massa yang homogen. Penggunaan untuk sediaan topikal 2-3%, contoh calamin lotion. Bentonit akan
menyerap air membentuk gel sesuai konsentrasinya. Bentuk gel cocok untuk suspending agent.
Penggunaan ini mempunyai pH 9. Bentuk gel akan berkurang dengan adanya asam dan akan meningkat
dengan adanya basa. Bentonit juga dapat digunakan untuk penjernihan air keruh. Konsentrasi bentonit
2% sudah cukup. Sebagai basis yang lain 10-20% bentonit dan 10% gliserin.
2. Veegum
Merupakan gabungan dari magnesium dan alumunium silikat. Digunakan untuk sediaan topikal dengan
konsentrasi kurang lebih 5%. Dan sebagai pengental 0.25-2%. Stabil pada pH 3.5-11 dengan
menghasilkan aliran tiksotropik.
Golongan tanah liat lainnya Hectorit.
Carbomer adalah acritamer, acrylic acid polymer, carbopol, carboxyl polimer. Carbomer digunakan
sebagian besar didalam cairan atau sediaan formulasi semi solid berkenaan dengan farmasi sebagai agen
pensuspensi atau agen penambah kekentalan. Carbopol berbentuk serbuk halus putih, sedikit berbau
khas, higroskopis, memiliki berat 1,76-2,08 g/cm³ dan titik lebur pada 260ºC selama 30 menit. Larut
dalam air, etanol dan gliserin. Carbomer bersifat stabil, higroskopik, penambahan temperature
berlebihan dapat mengakibatkan kekentalan menurun sehingga mengurangi stabilitas. Carbopol 934
mempunyai viskositas 30.500-39.400 digunakan sebagai bahan pengental yang baik, viskositasnya
tinggi.
1) Emulgator alam
a. Polisakarida: acasia (gom arab), tragakan, Na-alginat, Starch/amilum, caragen, pektin dan agar.
b. Senyawa yang mengandung sterol: Beeswax, Wool-fat.
Emulgator alam yaitu emulgator yang diperolah dari alam tanpa proses yang rumit.dapat digolongkan
menjadi 3 golongan yaitu:
1. Emulgator dari tumbuh-tumbuhan
Pada umumnya, termasuk golongan karbohidrat dan merupakan emulgator tipe O/W, sangat peka
terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi dan dapat dirusak oleh bakteri. Oleh karena itu,
pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu menambahkan bahan pengawet.
a. Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi yang terbentuk sangat stabil dan
tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan pada dua faktor,
yaitu :
1. Kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)
2. Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapannya cukup kecil, tetapi massa
masih dapat dituang dalam (tiksotropik).
Jika tidak dinyatakan lain, emulsi yang dibuat dengan gom arab menggunakan gom arab sebanyak 1
dari jumlah minyaknya. Untuk membuat korpus emulsi (inti emulsi) diperlukan air 1,5 x bobot gom,
kemudian diaduk kuat-kuat lalu diencerkan dengan sisa airnya.
Selain itu dapat dinyatakan :
a) Lemak-lemak padat: PGA sama banyak dengan lemak padat
Cara pembuatannya : lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat korpus emulsi dengan air panas
1,5 x berat gom. Didinginkan dan encerkan emulsi dengan air dingin. Contoh Cera, Oleum Cacao,
Paraffin Solid.
b) Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri.
c) Minyak lemak : PGA setengah kali bobot minyak lemak, kecuali Oleum Ricini karena memiliki
gugus OH yang bersifat hidrofil sehingga untuk membuat emulsi cukup dibutuhkan sepertiganya
saja. Contoh: Oleum Amygdalarum.
d) Minyak lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam minyak lemak. Kedua minyak dicampurakn
dulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya, tambahkan gom (setengah kali minyak lemak + aa x
minyak atsri + aa x zat padat).
e) Bahan obat cair berbobot jenis tinggi, contonya kloroform dan bromoform. Ditambahkan minyak
lemak 10 x beratnya, maka BJ campuran mendekati 1gom sebanyak ¾ x bahan obat cair tersebut.
f) Balsem-balsem : gom sama banyak dengan balsem.
g) Oleum Iecoris Aseli : Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari bobot minyak.
b. Tragakan
Dispersi tragakan dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh emulsi dengan viscositas yang
baik hanya diperlukan tragakan sebanyak 1/10 kali gom arab saja. Emulgator ini hanya bekerja
optimum pada ph 4,5–6. Tragakan dibuat korpus emulsi dengan menambahkan air sekaligus
sebanyak 20 kali berat tragakan. Tragakan hanya berfungsi sebagai pengental,tidak dapat membentuk
koloid pelindung seperti pada gom.
c. Agar-agar
Emulgator ini kurang efektif jika digunakan sendiri. Pada umumnya zat ini ditambahkan untuk
menambahkan viskositas dari emulsi dengan gom arab. Sebelum dipakai agar-agar ini dilarutkan
dulu dengan air mendidih. Kemudian didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 45 o
celcius (jika suhu kurang dari 45o celcius larutan agar-agar akan membentuk gel), biasanya
digunakan 1-2 %.
d. Chondrus
Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutupi rasa dan bau minyak ikan
tersebut. Cara mempersiapkannya seperti pada agar-agar.
e. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, karboksimetilselulosa (CMC), biasanya digunakan 1-2 %.
2. Emulgator Hewani
a. Kuning Telur
Kuning telur mengandung lesitin (golongan protein asam amino) dan kolestrol, yang semuanya itu dapat
berfungsi sebagai emulgator. Lesitin adalah emulgator tipe O/W, sedangkan kolestrol adalah tipe
W/O kemampuan lesitin lebih besar dari kolestrol, sehingga secara total kuning telur merupakan
emulgator tipe O/W. Lesitin ini mampu mengemulsikan minyak lemak 4 kali bobotnya dan minyak
menguap 2 kali bobotnya.
b. Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kolestrol, merupakan emulgator tipe W/O dan banyak dipergunakan untuk
pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan menambah kemampuan minyak untuk menyerap
air. Dalam keadaan kering dapat menyerap air 2 kali bobotnya
3. Emulgator dari mineral
a. Magnesium Aluminium Silikat (Veegum)
Merupakan senyawa anorganik yang terdiri atas garam-garam magnesium dan aluminium. Dengan
emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe O/W, sedangkan pemakaian yang lazim
adalah sebanyak 1 %. Emulsi ini khusus untuk pemakaian luar.
b. Bentonit
Tanah liat terdiri atas senyawa aluminium selikat yang dapat mengabsorbsikan sejumlah besar air
sehingga membentuk massa Seperti Gel. Untuk Tujuan Sebagai Emulgator Dipakai Sebanyak 5 %.
3) Emulgator Buatan/Sintetis
1. Sabun
Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat dipergunakan sebagai
emulgator O/W maupun W/O, tergantung pada valensinya. Sabun bervalensi 1, misalnya sabun
kalium, merupakan emulgator tipe O/W, sedangkan sabun bervalensi 2 misalnya sabun kalsium,
merupakan emulgator tipe W/O.
2. Tween 20; 40; 60; 80
3. Span 20; 40; 80
4. Alkali
5. Alkohol (cetyl alkohol, glyceril),
6. Carbowaxes (PEG),
7. Lesitin (fosfolipid).
No Alat Bahan
1 Tensiometer Du Nouy Air suling
2 Batang pengaduk Gliserin
3 Lempeng kaca Parafin cair
4 Penangas air Tween 80
5 Jangka sorong
6 Cawan petri
7 Neraca analitis
8 Beaker glass
9 Spatel Logam
10 Gelas ukur
E . Prosedur Percobaan
1. Ukur panjang (L) dan lebar (d) dari lempeng kaca yang digunakan
2. Isi cawan petri dengan air suling
3. Tetapkan jarum skala pada angka nol, dan kenakan lempeng kaca pada cairan/air suling yang terdapat
dalam cawan petri. Amati perubahan skala yang terjadi.
4. Timbang beban yang menyebabkan perubahan skala tersebut di atas.
5. Tentukan tegangan permukaan cairan berikut dengan cara yang sama, masing-masing untuk cairan
gliserin dan (parafin cair + surfaktan tween 80 dengan konsentrasi 0,1%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%).
Praktikum pertama
m.g
Perhitungan : menggunakan rumus γ =
2( L+d )
1. Air
2. Gliserin
3. Tween 80
m.g m.g m. g m. g
γ= γ= γ= γ=
2(L+d ) 2(L+d ) 2 ( L+ d ) 2 ( L+ d )
4. Paraffin cair
Praktikum kedua
parafin cair + surfaktan tween 80 dengan konsentrasi 0,1%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%
m.g
Perhitungan : menggunakan rumus γ =
2( L+d )
G. Pembahasan
Tegangan permukaan yaitu tegangan yang terjadi karena adanya gaya atau tarikan ke bawah karena molekul ke bawah
yang menyebabkan permukaan cairan berkontraksi dan berada dalam keadaan tegang.Tegangan antar muka adalah tegangan
permukaan rata-rata glicerin adalah 125,33 dyne/cm. Tegangan permukaan rata-rata twee 80 adalah 103,65 dyne/cm.
Tegangan permukaan rata-rata paraffin cair adalah 94,25 dyne/cm. Jadi tegangan permukaan yang paling tinggi adalah air dan
glicerin.
Adapun hasail percobaan ke 2 yang diperoleh yaitu tegangan permukaan rata-rata tween 80 dan paraffin cair 0,1% adalah
100,83 dyne/cm. Tegangan permukaan rata-rata tween 80 dan paraffin cair 0,5% adalah 100,83 dyne/cm. Tegangan
permukaan rata-rata tween 80 dan paraffin cair 1% adalah 100,83 dyne/cm. Tegangan permukaan rata-rata tween 80 dan
paraffin cair 1,5 % adalah 100,83 dyne/cm. Tegangan permukaan rata-rata tween 80 dan paraffin cair 2% adalah 110,25
dyne/cm.
H. Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan adalah suhu, zat terlarut (solute), surfaktan
2. Hasil yang didapat diketahui bahwa semakin besar atau tinggi konsentrasi suatu zat maka
I. Daftar pustaka
1. Martin A., Physical Pharmacy 4 th ed., Lea & Febiger, Philadelphia, 1993.
2. Rawlin, E.A., Bentley’s Textbook of Pharmaceutics, ELBS ed, Burgess Publishing Company, Minnesota,
1977.
3. Parrot, E.L., W. Sasky, Experimental Pharmaceutics, 4th ed, Burgess Publishing Company, Minnesota,
1977.
4. Syam Mulyadi, Diana. LAPORAN PRAKTIKUM TEGANGAN PERMUKAAN, Makasar, 2013.