Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM I

FISIKA FARMASI
TEGANGAN PERMUKAAN

Disusun oleh :
Nama : Rindy Tika Lestari
Kelas : 2B
Nim : 20219076

AKADEMI FARMASI BUMI SILIWANGI


BANDUNG
2021
A. Tujuan Percobaan

1. Menentukan tegangan permukaan air, gliserin, minyak jarak, dan parafin cair dengan
menggunakan tensiometer Du Nouy.
2. Mengamati pengaruh surfaktan terhadap tegangan permukaan.

B. Teori
Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang harus diberikan sejajar pada
permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Gaya ini tegangan permukaan mempunyai satuan
dyne/cm dalam satuan cgs. Hal ini analog dengan keadaan yang terjadi bila suatu objek yang menggantung
dipinggir jurang pada seutas tali ditarik ke atas oleh seseorang memegang tali tersebut dan berjalan
menjauhi seutas tali.
Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang,
sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastic. Selain itu, tegangan permukaan juga
diartikan sebagai suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang luas
permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar atau bulat seperti bola atau ringkasnya didefinisikan sebagai
usaha yang membentuk luas permukaan baru. Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan benda-benda kecil
di permukaannya. Seperti silet, berat silet menyebabkan permukaan zat cair sedikit melengkung ke bawah tampak
silet itu berada. Lengkungan itu memperluas permukaan zat cair namun zat cair dengan tegangan permukaannya
berusaha mempertahankan luas permukaan-nya sekecil mungkin.
Contoh peristiwa yang membuktikan adanya tegangan permukaan, antara lain, peristiwa jarum, silet, penjepit
kertas, atau nyamuk yang dapat mengapung di permukaan air, butiran-butiran embun berbentuk bola pada sarang
laba-laba, air yang menetes cenderung berbentuk bulat-bulat dan air berbentuk bola di permukaan daun talas

Antar muka (interface) adalah batas antara dua fase atau lebih yang berada bersama-sama. Suatu
antar muka dapat berada antara cairan dengan gas, cairan dengan cairan, cairan dengan padatan, padatan
dengan gas dan padatan dengan padatan. Molekulmolekul pada antar muka cairan dapat berada dalam wujud
gas, cair atau padat dua dimensi tergantung pada kondisi suhu dan tekanan yang berlaku dalam antar muka.
Fenomena antar muka dalam farmasi merupakan faktor yang sangat berarti, yang dapat
mempengaruhi penyerapan obat pada zat tambahan padat di dalam obat jadi, penetrasi molekul melewati
membran biologik, pembentukan emulsi dan kestabilannya, dan dispersi partikel tak larut dalam media cair
untuk membentuk suspensi. Gaya tarik menarik molekul dalam cairan sama ke segala arah, tetapi molekul
molekul pada permukaan cairan lebih tertarik “ke dalam“ cairan. Ini disebabkan karena jumlah molekul
dalam fase gas lebih kecil daripada fase cair. Akibatnya zat cair selalu berusaha mendapatkan luas
permukaan terkecil. Karena itu tetesan-tetesan cairan gelembung gas berbentuk bulat, karena bentuk ini
mempunyai luas permukaan terkecil. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Adanya gaya-gaya ke arah dalam yang menyebabkan adanya kecenderungan untuk mengkerut, juga
menyebabkan permukaan cairan seakan-akan berada dalam keadaan tegang. Tegangan ini disebut tegangan
permukaan. Tegangan permukaan didefinisikan sebagai gaya dalam dyne yang bekerja sepanjang 1 cm pada
permukaan zat cair. Satuan tegangan permukaan adalah dyne/cm. Bahwa tegangan permukaan merupakan
gaya per satuan panjang dapat dilukiskan dengan percobaan menggunakan suatu bingkai dari kawat yang
salah satu sisinya dapat bergerak bebas.

Setetes larutan sabun ditempatkan pada bingkai yang akan membentuk lapisan film seluas ABCD.
Film ini dapat direnggangkan dengan suatu gaya f melalui sisi yang bergerak bebas, panjangnya L, yang
bertindak melawan tegangan permukaan film sabun itu. Apabila beban (massa) dihilangkan, maka film akan
berkontraksi (mengkerut) karena adanya tegangan permukaan. Oleh karena itu tegangan permukaan ( γ )
dari larutan yang membentuk film tersebut merupakan fungsi gaya yang harus dikenakan agar film pecah
dengan panjang sisi yang berhubungan dengan film. Oleh karena film sabun tersebut mempunyai dua antar
muka cairan/gas, yaitu atas dan bawah, maka panjang kontak seluruhnya adalah dua kali sisi.
Jadi :

FB
γ=
2L
(3.1)
dengan fb merupakan gaya yang diperlukan untuk memecahkan film dan L adalah panjang sisi yang dapat
bergerak bebas. Tegangan permukaan cairan dapat diukur dengan beberapa cara, seperti dengan :
 tensiometer Du Nouy

 cara drop weight (berat tetes)

 cara bubble pressure

 cara capillary rise (kenaikan kapiler)

Pada percobaan ini, tegangan permukaan ditentukan dengan menggunakan tensiometer Du Nouy.
Alat tersebut mengukur gaya yang diperlukan untuk melepaskan cincin kawat platina dari permukaan cairan.
Gaya yang dikenakan ini adalah melalui kawat pilin yang berhubungan dengan skala yang secara langsung
menunjukkan besarnya tegangan permukaan . Tegangan permukaan diberikan dengan rumus :

m.g
γ= (3.2)
2(L+d )

di mana :
γ = tegangan permukaan (dyne/cm)
m = massa yang mengakibatkan perubahan skala (gram)
g = gaya gravitasi (cm/detik2)
L = panjang lempeng kaca yang digunakan (cm)
d = lebar lempeng kaca (cm)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :


- Kawat dari cincin harus horisontal
- Bejana yang berisi cairan haruslah cukup besar agar kelengkungan permukaan tidak
memberikan efek terhadap bentuk tetes yang ditarik oleh cincin.
- Permukaan cairan harus tidak berombak
- Cincin tidak boleh bergerak lain, kecuali gerakan ke atas
- Pengontrolan suhu
Metode Du Nuoy secara garis besar dijelaskan sebagai berikut :

1. Cincin berada di atas permukaan dan gaya menjadi nol.


2. Cincin menyentuh permukaan dan ada sedikit gaya positif akibat gaya rekat antara cincin dan permukaan.
3. Cincin harus didorong melalui permukaan (karena tegangan permukaan) yang menyebabkan gaya negatif
kecil.
4. Cincin memecah permukaan dan gaya positif kecil diukur karena kabel pendukung cincin.
5. Saat diangkat melalui permukaan, gaya yang diukur mulai meningkat.
6. Gaya terus meningkat sampai
7. Gaya maksimum tercapai.
8. Setelah maksimum, ada sedikit penurunan gaya sampai lamella putus (atau cincin
didorong kembali ke bawah permukaan).

Pengaruh zat aktif permukaan terhadap tegangan permukaan


Tegangan permukaan sangat dipengaruhi oleh molekul-molekul yang mudah terhimpun di
permukaan seperti halnya surfaktan. Surfaktan dalam struktur molekulnya mempunyai dua gugus dengan
sifat berlawanan, yaitu gugus hidrofil dan gugus hidrofob. Jika zat ini dilarutkan dalam zat cair, maka segera
molekul iniberorientasi ke permukaan batas, sehingga permukaan batas lebih banyak surfaktan dari
larutannya sendiri, akibatnya dapat menurunkan tegangan permukaan.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah hubungan antara Critical Micel Consentrasion (CMC) atau
Konsentrasi Misel kritis (KMK) dengan tegangan permukaan. Penurunan tegangan permukaan sejalan
dengan kenaikan konsentrasi surfaktan yang digunakan hinggga titik CMC terlewati, tegangan permukaan
akan naik sejalan dengan kenaikan konsentrasi surfaktan.
C. Tugas pendahuluan
1. Apa yang di maksud dengan Flokulasi, Deflukulasi, Caking, Creaming, Coalescene ?
Jawaban:
Creaming : Merupakan merupakan suatu bentuk kerusakan emulsi secara estetika.Hal ini pasti
terjadi pada zat terdispersi yang memiliki bobot jenis yanglebih besar dibandingkan dengan zat
pendispersinya. Kerusakan ini bersifat reversibel dan dapat diatasi dengan melakukan pengocokan.
Flokulasi : Kerusakan ini terjadi akibat lemahnya gaya tolak menolak (potensialzeta) antara tetes-
tetes terdispersi, sehingga mengakibatkan tetesterdispersi tersebut saling berdekatan. Hal ini dapat
diatasi juga dengan pengocokan, namun untuk mencegah terjadinya pelekatan yang kuat,
makaditambahkan koloid pelindung (musilago) untuk melindungi permukaantetes terdispersi
tersebut, jadi akan mudah terlepas saat dikocok.
Oswald Ripening : Merupakan suatu jalan untuk menuju ke sebuah koalesens(penggabungan tetes
terdispersi).
Coalesens : Merupakan suatu bentuk kerusakan yang diakibatkan oleh kurangnyasurfaktan yang
digunakan, sehingga lapisan pelindung pada permukaantetesan lemah. Jadi tetesan tersebut akan
berfusi (bergabung) membentuksuatu tetesan yang berdiameter lebih besar. Kerusakan ini
bersifatirreversibel dan akan menyebabkan terjadinya pemisahan fase (cracking).
Inversi fase : Kerusakan ini terjadi karena volume fase terdispersi hampir sama jumlahnya dengan
fase pendispersi sehingga terjadi perubahan tipe dario/w menjadi w/o atau sebaliknya
deflokulasi adalah peristiwa memisahnya (mengendapnya fase terdisper) antara fase terdisfer dan
fase pendisfer yang terjadi dalam rentang waktu yang berbeda. System dari deflokulas iyaitu
partikel mengendap sindiri-sendiri secara perlahan tergantung pada jaraknya dari dasar dan
perbedaan ukurannya.
caking adalah kecenderungan suatu padatan untuk membentuk gumpalan atau massa. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi caking 1. ukuran partikel yang terlalu kecil karena semkain kecil
ukuran partikel maka kecendrungan partikel untuk membentuk agregat akan semakin tinggi.
2.kondisi Ph medium yang tidak sesuai, partikel dalam suspensi biasanya memiliki muatan
tersendiri. Lingkungan atau ion-ion pada medium suspensi kemudian akan melapisi partikel-
partikel tersebut sesuai dengan afinitas muatannya.

2. Sebutkan beberapa contoh dari suspending agent dan emulgator


Jawaban:
Suspending agent dibagi menjadi beberapa golongan ;
A. Golongan polisakarida

1) Gom Akasia = Gom Arab

Bahan alam yang diperoleh dari eksudat getah tanaman akasia. Karena sifatnya mudah terkontaminasi
sehingga perlu sterilisasi dalam pembuatannya. Akasia merupakan bahan pensuspensi yang
mengandung enzi pengoksidasi sehingga kurang cocok jika digunakan untuk zat lain yang mudah
teroksidasi. Biasanya digunakan dalam bentuk mucilago 35%. Memiliki pH 5-9. Mudah larut dalam 2,7
bagian air menhasilkan larutan kental dan tembus cahaya, larut dalam 20 bagian propilenglikol dan 20
bagian gliserin.

2) Tragakan

Merupakan ekstrak kering dari tanaman semak Astragalus. Tragacant dapat menghasilkan tiksotropi dan
pseudoplastik sebagai thickening agent yang lebih baik dari golongan akasia dan dapat digunakan untuk
sediaan oral. Secara umum penggunaannya lebih sulit dari akasia. Digunakan dalam bentuk mucilago
konsentrasi 6%. Stabil pada pH 4 - 7.5 dan perlu hidrasi sempurna selama beberapa hari setelah
didispersikan dalam air.

3) Alginat
Alginat cocok digunakan untuk penggunaan internal. Kegunaan utama adalah sebagai zat pengental.
Merupakan polimer dari d-mannuronic acid yang lebih mirip tragacant dibandingkan akasia. Alginat
biasanya digunakan dalam bentuk mucilago 3-6%, tidak boleh dipanaskan diatas suhu 60 C karenaakan
mengalami depolimerisasi sehingga mengakibatkan penurunan viskositas. Na alginta larut dalam 20
bagian air. Praktis tidak larut dalam alkohol, kloroform, eter dan larutan dengan kadar alkohol lebih dari
30%. Tidak larut clipboard;dalam larutan asam dengan pH kurang dari 4. Viskositas maksimum dicapai
pada pH 5 - 9.
Na alginat memiliki berbagai kekuatan viskositas ketika dilarutkan dalam air. Pada suhu 20 C dengan
konsentrasi alginta 1% memiliki viskositas 200-400 cps. Viskositas maksimum dicapai pada pH 7.
Viskositas dapat meningkat dengan penambahan 0.3% Ca Sitrat. Tetapi pada penambahan yang berlebih
dapat meningkatkan penggaraman pada alginat. Penggaraman juga terjadi dengan penambahan NaCl
dengan konsentrasi lebih dari 4%.

4) Golongan polisakarida lainnya adalah Starch (Amilum), Chondrus, Xanthan Gum, Guar Gum.

B. Golongan Selulosa

1. Metilselulosa

Merupakan polimer selulosa dengan rantai panjang kira-kira memiliki 2 gugus hidroksi pada setiap unit
heksosa yang termetilisasi. Dalam pasaran memiliki variasi bahan yang berbeda pada substitusi dan
rantai selulosanya. Metilselulosa merupakan semisintesis polisakarida yang mudah larut dalam air
dingin dibandingkan air panas.
Ada 4 tipe metil selulosa yang umum yaitu MC 20 BPC, 2500 BPC, 425 BPC dan 4500 BPC. Nomor
tersebut menunjukkan perkiraan kekentalan dalam senti stokes tiap 2% mucilago. Dipasaran dikenal
dengan nama metosel. Ada 2 jenis metosel yaitu MC dan HG. Metilselulosa larut dalam air dingin tetapi
tidak larut dalam air panas, tidak larut eter, alkohol, kloroform.
Metilselulosa digunakan dalam farmaterapi sebagai pensuspensi, pembasah dan emulgator, sedangkan
sebagai terapeutik dapat digunakan sebagai laksatif.

2. Hidroksietilselulosa

Disukai karena dapat larut dalam air dingin maupun air panas,dan tidak akan menjadi gel pada
pemanasan. Memiliki aktivitas permukaan rendah, berinteraksi netrak serta menunjukkan koagulasi
bolak-balik.

3. Natrium karboksimetilselulosa (Na CMC)

Larut dalam air dingin dan panas pada perendaman, akan menghasilkan larutan jernih. Lebih sensitif
terhadap pH dibandingkan metilselulosa. Digunakan pada konsentrasi 0.5 - 1%. Viskositas Na CMC
menurun drastis pada pH <5 atau >10. Na CMC digunakan sebagai suspending agent dalam sediaan cari
baik parenteral, oral maupun eksternal. Dapat digunakan sebagai penstabil emulsi dan melarutkan
endapan dari resin-resin tincture. Na-CMC bekerja dengan mekanisme meningkatkan viskositas atau
kekentalan sediaan. Viskositas yang tinggi akan menyebabkan kecepatan aliran partikel padat untuk
turun dan tertimbun menjadi lebih rendah. Sehingga, partikel akan tetap tersebar merata pada fase cair
dan terjaga kestabilannya.

C. Golongan Clay (Tanah liat)

1. Bentonit

Sumber dari alam. Praktis tidak larut dalam air atau larutan dalam air, tetapi mengembang menjadi
massa yang homogen. Penggunaan untuk sediaan topikal 2-3%, contoh calamin lotion. Bentonit akan
menyerap air membentuk gel sesuai konsentrasinya. Bentuk gel cocok untuk suspending agent.
Penggunaan ini mempunyai pH 9. Bentuk gel akan berkurang dengan adanya asam dan akan meningkat
dengan adanya basa. Bentonit juga dapat digunakan untuk penjernihan air keruh. Konsentrasi bentonit
2% sudah cukup. Sebagai basis yang lain 10-20% bentonit dan 10% gliserin.

2. Veegum

Merupakan gabungan dari magnesium dan alumunium silikat. Digunakan untuk sediaan topikal dengan
konsentrasi kurang lebih 5%. Dan sebagai pengental 0.25-2%. Stabil pada pH 3.5-11 dengan
menghasilkan aliran tiksotropik.
Golongan tanah liat lainnya Hectorit.

D. Golongan polimer sintetik


1) Carbomer

Carbomer adalah acritamer, acrylic acid polymer, carbopol, carboxyl polimer. Carbomer digunakan
sebagian besar didalam cairan atau sediaan formulasi semi solid berkenaan dengan farmasi sebagai agen
pensuspensi atau agen penambah kekentalan. Carbopol berbentuk serbuk halus putih, sedikit berbau
khas, higroskopis, memiliki berat 1,76-2,08 g/cm³ dan titik lebur pada 260ºC selama 30 menit. Larut
dalam air, etanol dan gliserin. Carbomer bersifat stabil, higroskopik, penambahan temperature
berlebihan dapat mengakibatkan kekentalan menurun sehingga mengurangi stabilitas. Carbopol 934
mempunyai viskositas 30.500-39.400 digunakan sebagai bahan pengental yang baik, viskositasnya
tinggi.

Golongan emulgator / Emulsifying Agent berdasarkan mekanisme kerjanya :

1. Golongan surfaktan, menurunkan tegangan permukaan/antar permukaan minyak-air serta


membentuk lapisan film monomolekuler ada permukaan globul fase terdispersi. (ex; Anionik : Na-
Lauril sulfat, Na-Stearat; Kationik : Zehiran Klorida; Non ionik : Tween 80; Amfoter :
NH4 Kwarterner) 
2. Berdasarkan HLB (Hidrophyl-Lipophyl-Balance) : setil alcohol, As. Stearat, Beeswax, paraffin
wax, etc
3.  Koloid Hidrofil : Emulgator ini membentuk lapisan film multimolekuler disekeliling globul yang
terdispersi (contoh : acasia, tragakan, CMC, tylosa). 
4. Golongan zat terbagi halus : Emulgator ini membentuk lapisan film mono dan multimolekuler,
oleh adanya partikel halus yang teradsorpsi pada antar permukaan kedua fasa (contoh : Bentonit)

Golongan emulgator / Emulsifying Agent menurut sumbernya :

1) Emulgator alam
a. Polisakarida: acasia (gom arab), tragakan, Na-alginat, Starch/amilum, caragen, pektin dan agar.
b. Senyawa yang mengandung sterol: Beeswax, Wool-fat.

Emulgator alam yaitu emulgator yang diperolah dari alam tanpa proses yang rumit.dapat digolongkan
menjadi 3 golongan yaitu:
1. Emulgator dari tumbuh-tumbuhan
Pada umumnya, termasuk golongan karbohidrat dan merupakan emulgator tipe O/W, sangat peka
terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi dan dapat dirusak oleh bakteri. Oleh karena itu,
pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu menambahkan bahan pengawet.
a. Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi yang terbentuk sangat stabil dan
tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan pada dua faktor,
yaitu :
1. Kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)
2. Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapannya cukup kecil, tetapi massa
masih dapat dituang dalam (tiksotropik).
Jika tidak dinyatakan lain, emulsi yang dibuat dengan gom arab menggunakan gom arab sebanyak 1
dari jumlah minyaknya. Untuk membuat korpus emulsi (inti emulsi) diperlukan air 1,5 x bobot gom,
kemudian diaduk kuat-kuat lalu diencerkan dengan sisa airnya.
Selain itu dapat dinyatakan :
a) Lemak-lemak padat: PGA sama banyak dengan lemak padat
Cara pembuatannya : lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat korpus emulsi dengan air panas
1,5 x berat gom. Didinginkan dan encerkan emulsi dengan air dingin. Contoh Cera, Oleum Cacao,
Paraffin Solid.
b) Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri.
c) Minyak lemak : PGA setengah kali bobot minyak lemak, kecuali Oleum Ricini karena memiliki
gugus OH yang bersifat hidrofil sehingga untuk membuat emulsi cukup dibutuhkan sepertiganya
saja. Contoh: Oleum Amygdalarum.
d) Minyak lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam minyak lemak. Kedua minyak dicampurakn
dulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya, tambahkan gom (setengah kali minyak lemak + aa x
minyak atsri + aa x zat padat).
e) Bahan obat cair berbobot jenis tinggi, contonya kloroform dan bromoform. Ditambahkan minyak
lemak 10 x beratnya, maka BJ campuran mendekati 1gom sebanyak ¾ x bahan obat cair tersebut.
f) Balsem-balsem : gom sama banyak dengan balsem.
g) Oleum Iecoris Aseli : Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari bobot minyak.
b. Tragakan
Dispersi tragakan dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh emulsi dengan viscositas yang
baik hanya diperlukan tragakan sebanyak 1/10 kali gom arab saja. Emulgator ini hanya bekerja
optimum pada ph 4,5–6. Tragakan dibuat korpus emulsi dengan menambahkan air sekaligus
sebanyak 20 kali berat tragakan. Tragakan hanya berfungsi sebagai pengental,tidak dapat membentuk
koloid pelindung seperti pada gom.
c. Agar-agar
Emulgator ini kurang efektif jika digunakan sendiri. Pada umumnya zat ini ditambahkan untuk
menambahkan viskositas dari emulsi dengan gom arab. Sebelum dipakai agar-agar ini dilarutkan
dulu dengan air mendidih. Kemudian didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 45 o
celcius (jika suhu kurang dari 45o celcius larutan agar-agar akan membentuk gel), biasanya
digunakan 1-2 %.
d. Chondrus
Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutupi rasa dan bau minyak ikan
tersebut. Cara mempersiapkannya seperti pada agar-agar.
e. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, karboksimetilselulosa (CMC), biasanya digunakan 1-2 %.
2. Emulgator Hewani
a. Kuning Telur
Kuning telur mengandung lesitin (golongan protein asam amino) dan kolestrol, yang semuanya itu dapat
berfungsi sebagai emulgator. Lesitin adalah emulgator tipe O/W, sedangkan kolestrol adalah tipe
W/O kemampuan lesitin lebih besar dari kolestrol, sehingga secara total kuning telur merupakan
emulgator tipe O/W. Lesitin ini mampu mengemulsikan minyak lemak 4 kali bobotnya dan minyak
menguap 2 kali bobotnya.
b. Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kolestrol, merupakan emulgator tipe W/O dan banyak dipergunakan untuk
pemakaian luar. Penambahan emulgator ini akan menambah kemampuan minyak untuk menyerap
air. Dalam keadaan kering dapat menyerap air 2 kali bobotnya
3. Emulgator dari mineral
a. Magnesium Aluminium Silikat (Veegum)
Merupakan senyawa anorganik yang terdiri atas garam-garam magnesium dan aluminium. Dengan
emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe O/W, sedangkan pemakaian yang lazim
adalah sebanyak 1 %. Emulsi ini khusus untuk pemakaian luar.
b. Bentonit
Tanah liat terdiri atas senyawa aluminium selikat yang dapat mengabsorbsikan sejumlah besar air
sehingga membentuk massa Seperti Gel. Untuk Tujuan Sebagai Emulgator Dipakai Sebanyak 5 %.

2) Emulgator Polisakarida semisintetis


a) Metyl selulosa,
b) Na-Carboxymethylselulosa (CMC).

3) Emulgator Buatan/Sintetis
1. Sabun
Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat dipergunakan sebagai
emulgator O/W maupun W/O, tergantung pada valensinya. Sabun bervalensi 1, misalnya sabun
kalium, merupakan emulgator tipe O/W, sedangkan sabun bervalensi 2 misalnya sabun kalsium,
merupakan emulgator tipe W/O.
2. Tween 20; 40; 60; 80
3. Span 20; 40; 80
4. Alkali
5. Alkohol (cetyl alkohol, glyceril),
6. Carbowaxes (PEG),
7. Lesitin (fosfolipid).

D . Alat dan Bahan

No Alat Bahan
1 Tensiometer Du Nouy Air suling
2 Batang pengaduk Gliserin
3 Lempeng kaca Parafin cair
4 Penangas air Tween 80
5 Jangka sorong
6 Cawan petri
7 Neraca analitis
8 Beaker glass
9 Spatel Logam
10 Gelas ukur

E . Prosedur Percobaan
1. Ukur panjang (L) dan lebar (d) dari lempeng kaca yang digunakan
2. Isi cawan petri dengan air suling
3. Tetapkan jarum skala pada angka nol, dan kenakan lempeng kaca pada cairan/air suling yang terdapat
dalam cawan petri. Amati perubahan skala yang terjadi.
4. Timbang beban yang menyebabkan perubahan skala tersebut di atas.
5. Tentukan tegangan permukaan cairan berikut dengan cara yang sama, masing-masing untuk cairan
gliserin dan (parafin cair + surfaktan tween 80 dengan konsentrasi 0,1%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%).

Cara pembuatan campuran parafin cair dengan tween 80 0,1%, yaitu :


- Panaskan 20 ml parafin cair beberapa saat di penangas air.
- Timbang tween 80 sebanyak 20 mg
- Tambahkan parafin cair ke dalam tween 80 sedikit demi sedikit dan aduk hingga homogen.
- Lakukan dengan cara yang sama untuk membuat campuran parafin cair dengan tween 80 dengan
konsentrasi tween 80 yang lainnya.

F. Pengamatan dan Perhitungan

Panjang lempeng kaca (L) = 4,6 cm


Lebar lempeng kaca (d) = 0,6 cm
Percepatan gravitasi (g) = 980 cm2 /detik

Praktikum pertama

NO NAMA ZAT PERCOBAAN SKALA MASSA TEGANGAN PERMUKAAN (


( cm ) (g) γ)
( dyne/cm )

Percobaan 1 3,4 cm 1 gram 94,23 dyne/cm


Percobaan 2 3,5 cm 1,5 gram 141,35 dyne/cm
1 Air
Percobaan 3 3,6 cm 1,5 gram 141,35 dyne/cm
Rata-rata 3,4 cm 1,33 gram 125,33 dyne/cm
Percobaan 1 3,4 cm 1,5 gram 141,35 dyne/cm
Percobaan 2 3,5 cm 1,5 gram 141,35 dyne/cm
2 Glicerin
Percobaan 3 4 cm 1 gram 94,23 dyne/cm
Rata-rata 3,6 cm 1,33 gram 125,33 dyne/cm
Percobaan 1 3,4 cm 1 gram 94,23 dyne/cm
Percobaan 2 3,4 cm 1 gram 94,23 dyne/cm
3 Tween 80
Percobaan 3 3,5 cm 1,3 gram 122,5 dyne/cm
Rata-rata 3,4 cm 1,1 gram 103,65 dyne/cm
Percobaan 1 3,4 cm 1 gram 94,23 dyne/cm
Percobaan 2 3,4 cm 1 gram 94,23 dyne/cm
4 Parafin cair
Percobaan 3 3,4 cm 1 gram 94,23 dyne/cm
Rata-rata 3,4 cm 1 gram 94,23 dyne/cm

m.g
Perhitungan : menggunakan rumus γ =
2( L+d )

1. Air

Percoban ke 1 Percoban ke 2 Percoban ke 3 Rata-rata

m. g m.g m.g m.g


γ= γ= γ= γ=
2 ( L+ d ) 2(L+d ) 2(L+d ) 2(L+d )

1 . 980 1,5 . 980 1,5 . 980 1.33 . 980


¿ ¿ ¿ ¿
2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6)

980 1470 1470 1303,4


= = = =
10,4 10,4 10,4 10,4
γ = 94,23 dyne/cm γ = 141,35 dyne/cm γ = 141,35 dyne/cm γ = 125,33 dyne/cm

2. Gliserin

Percoban ke 1 Percoban ke 2 Percoban ke 3 Rata-rata


m.g m.g m. g m.g
γ= γ= γ= γ=
2(L+d ) 2(L+d ) 2 ( L+ d ) 2(L+d )

1,5 . 980 1,5 . 980 1 . 980 1.33 . 980


¿ ¿ ¿ ¿
2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6)

1470 1470 980 1303,4


= = = =
10,4 10,4 10,4 10,4
γ = 141,35 dyne/cm γ = 141,35 dyne/cm γ = 94,23 dyne/cm γ = 125,33 dyne/cm

3. Tween 80

Percoban ke 1 Percoban ke 2 Percoban ke 3 Rata-rata

m.g m.g m. g m. g
γ= γ= γ= γ=
2(L+d ) 2(L+d ) 2 ( L+ d ) 2 ( L+ d )

1 . 980 1 . 980 1,3 . 980 1,1 . 980


¿ ¿ ¿ ¿
2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6)

980 980 1274 1.078


= = = ¿
10,4 10,4 10,4 10,4
γ = 94,23 dyne/cm γ = 94,23 dyne/cm γ = 122,5 dyne/cm γ =103,65 dyne /cm

4. Paraffin cair

Percoban ke 1 Percoban ke 2 Percoban ke 3 Rata-rata

m.g m.g m.g m.g


γ= γ= γ= γ=
2(L+d ) 2(L+d ) 2(L+d ) 2(L+d )

1 . 980 1 . 980 1 . 980 1 . 980


¿ ¿ ¿ ¿
2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6)

980 980 980 980


= = = =
10,4 10,4 10,4 10,4
γ = 94,23 dyne/cm γ = 94,23 dyne/cm γ = 94,23 dyne/cm γ = 94,23 dyne/cm

Praktikum kedua
parafin cair + surfaktan tween 80 dengan konsentrasi 0,1%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%

No Nama zat Percobaan Skala Massa TEGANGAN PERMUKAAN (γ )


(cm) (gram) ( dyne/cm )

Tween 80 Percobaan ke 1 2,7 cm 1 gram 94,23 dyne / cm


1 Paraffin cair 1 Percobaan ke 2 2,8 cm 1,2 gram 113,08 dyne / cm
% Percobaan ke 3 2,7 cm 1 gram 94,23 dyne / cm
Rata rata 2.73 cm 1.07 gram 100,43 dyne / cm
20 mg
Percobaan ke 1 2,7 cm 1 gram 94,23 dyne / cm
Tween 80
Percobaan ke 2 2,8 cm 1,2 gram 113,08 dyne / cm
Paraffin cair
2 Percobaan ke 3 2,7 cm 1 gram 94,23 dyne / cm
0,5 %
Rata-rata 2.73 cm 1.07 gram 100,43 dyne / cm
100 mg
Percobaan ke 1 2,7 cm 1 gram 94,23 dyne / cm
Tween 80 Percobaan ke 2 2,4 cm 1,2 gram 113,08 dyne / cm
3 Paraffin 1 % Percobaan ke 3 2,3 cm 1 gram 94,23 dyne / cm
200 mg Rata-rata 2,47 cm 1,07 gram 100,43 dyne / cm

Percobaan ke 1 2,7 cm 1 gram 94,23 dyne / cm


Tween 80 Percobaan ke 2 2,3 cm 1 gran 94,23 dyne / cm
4 Paraffin 1,5% Percobaan ke 3 2,4 cm 1,4 gram 131,92 dyne / cm
300 mg Rata-rata 2,47 cm 1,13 gram 106,48 dyne/ cm

Tween 80 Percobaan ke 1 2,9 cm 1,3 gram 122,5 dyne/cm


Paraffin cair Percobaan ke 2 2,8 cm 1,2 gram 113,08 dyne/cm
5
2% Percobaan ke 3 2,6 cm 1 gram 94,23 dyne/cm
400 mg Rata-rata 2,77 cm 1,17 gram 110,25 dyne/cm

m.g
Perhitungan : menggunakan rumus γ =
2( L+d )

1. Tween 80 + paraffin cair 0,1 % (20 mg)


Percoban ke 1 Percoban ke 2 Percoban ke 3 Rata-rata

m.g m.g m.g m.g


γ= γ= γ= γ=
2(L+d ) 2(L+d ) 2(L+d ) 2(L+d )

1 . 980 1,2 . 980 1 . 980 1,07 . 980


¿ ¿ ¿ ¿
2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6)

980 1176 980 1048,6


= = = =
10,4 10,4 10,4 10,4
γ = 94,23 dyne/cm γ = 113,08 dyne/cm γ = 94,23 dyne/cm γ = 100,83 dyne/cm

2. Tween 80 + paraffin cair 0,5 % (100mg)


Percoban ke 1 Percoban ke 2 Percoban ke 3 Rata-rata

m.g m.g m.g m.g


γ= γ= γ= γ=
2(L+d ) 2(L+d ) 2(L+d ) 2(L+d )

1 . 980 1,2 . 980 1 . 980 1,07 . 980


¿ ¿ ¿ ¿
2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6)
980 1176 980 1048,6
= = = =
10,4 10,4 10,4 10,4
γ = 94,23 dyne/cm γ = 113,08 dyne/cm γ = 94,23 dyne/cm γ = 100,83 dyne/cm

3. Tween 80 + paraffin cair 1 % (200 mg)


Percoban ke 1 Percoban ke 2 Percoban ke 3 Rata-rata

m.g m.g m.g m.g


γ= γ= γ= γ=
2(L+d ) 2(L+d ) 2(L+d ) 2(L+d )

1 . 980 1,2 . 980 1 . 980 1,07 . 980


¿ ¿ ¿ ¿
2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6)

980 1176 980 1048,6


= = = =
10,4 10,4 10,4 10,4
γ = 94,23 dyne/cm γ = 113,08 dyne/cm γ = 94,23 dyne/cm γ = 100,83 dyne/cm

4. Tween 80 + paraffin cair 1,5 % (300mg)


Percoban ke 1 Percoban ke 2 Percoban ke 3 Rata-rata

m.g m.g m.g m.g


γ= γ= γ= γ=
2(L+d ) 2(L+d ) 2(L+d ) 2(L+d )

1 . 980 1 . 980 1,4 . 980 1,13 . 980


¿ ¿ ¿ ¿
2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6)

980 980 1372 1107,4


= = = =
10,4 10,4 10,4 10,4
γ = 94,23 dyne/cm γ = 94,23 dyne/cm γ = 131,92 dyne/cm γ = 106,48 dyne/cm

5. Tween 80 + paraffin cair 2% (400 mg)


Percoban ke 1 Percoban ke 2 Percoban ke 3 Rata-rata

m.g m.g m.g m.g


γ= γ= γ= γ=
2(L+d ) 2(L+d ) 2(L+d ) 2(L+d )

1,3 . 980 1,2 . 980 1 . 980 1,17 . 980


¿ ¿ ¿ ¿
2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6) 2(4,6+ 0,6)

1274 1176 980 1146,6


= = = =
10,4 10,4 10,4 10,4
γ = 122,5 dyne/cm γ = 113,08 dyne/cm γ = 94,23 dyne/cm γ = 110,25 dyne/cm

G. Pembahasan
Tegangan permukaan yaitu tegangan yang terjadi karena adanya gaya atau tarikan ke bawah karena molekul ke bawah

yang menyebabkan permukaan cairan berkontraksi dan berada dalam keadaan tegang.Tegangan antar muka adalah tegangan

yang terjadi antara dua zat cair yang tidak sejenis.


Adapun hasil percobaan pertama yang diperoleh yaitu tegangan permukan rata-rata air adalah 125,33 dyne/cm. Tegangan

permukaan rata-rata glicerin adalah 125,33 dyne/cm. Tegangan permukaan rata-rata twee 80 adalah 103,65 dyne/cm.

Tegangan permukaan rata-rata paraffin cair adalah 94,25 dyne/cm. Jadi tegangan permukaan yang paling tinggi adalah air dan

glicerin.

Adapun hasail percobaan ke 2 yang diperoleh yaitu tegangan permukaan rata-rata tween 80 dan paraffin cair 0,1% adalah

100,83 dyne/cm. Tegangan permukaan rata-rata tween 80 dan paraffin cair 0,5% adalah 100,83 dyne/cm. Tegangan

permukaan rata-rata tween 80 dan paraffin cair 1% adalah 100,83 dyne/cm. Tegangan permukaan rata-rata tween 80 dan

paraffin cair 1,5 % adalah 100,83 dyne/cm. Tegangan permukaan rata-rata tween 80 dan paraffin cair 2% adalah 110,25

dyne/cm.

H. Kesimpulan
1.     Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan adalah suhu, zat terlarut (solute), surfaktan
2.  Hasil yang didapat diketahui bahwa semakin besar atau tinggi konsentrasi suatu zat maka

kerapatannya justru semakin kecil.


3.      Hasil yang didapat diketahui bahwa semakin besar atau tinggi konsentrasi suatu zat maka tegangan
permukaan zat tersebut juga semakin tinggi.

I. Daftar pustaka
1. Martin A., Physical Pharmacy 4 th ed., Lea & Febiger, Philadelphia, 1993.
2. Rawlin, E.A., Bentley’s Textbook of Pharmaceutics, ELBS ed, Burgess Publishing Company, Minnesota,
1977.
3. Parrot, E.L., W. Sasky, Experimental Pharmaceutics, 4th ed, Burgess Publishing Company, Minnesota,
1977.
4. Syam Mulyadi, Diana. LAPORAN PRAKTIKUM TEGANGAN PERMUKAAN, Makasar, 2013.

Anda mungkin juga menyukai