Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

ANALISIS PROTEIN

DI SUSUN OLEH :
AYU DINAR PERMATA ( 20219106 )
FITRIANI FAUZIAH ( 20219107 )
HIKMATUL HASANAH ( 20219108 )
REGINA AMANDA MUNTIYARA ( 20219066 )

PRODI DIII FARMASI


AKADEMI FARMASI BUMI SILIWANGI BANDUNG
2021
ANALISIS PROTEIN

IDENTIFIKASI PROTEIN DENGAN UJI MILLON

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan


membuktikan adanya protein yang mempunyai gugus hidroksil penil dalam sampel.

B. PRINSIP DASAR

Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.
Apabila pereaksi ini ditambahkan ke dalam larutan protein yang mengandung asam
amino dengan rantai samping gugus fenolik, akan menghasilkan endapan putih yang
dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Tetapi khusus untuk proteosa dan
pepton secara langsung akan menghasilkan larutan berwarna merah. Endapan yang
terbentuk berupa garam kompleks dari tirosin yang ternitrasi. Jika larutan protein yang
dianalisis ada dalam suasana basa, maka terlebih dahulu harus dinetralisasi dengan
asam, karena dalam basa ion merkuri dalam pereaksi akan mengendap sebagai
Hg(OH)2. Pada penetralan ini digunakan asam selain HCl, karena ion Cl- dapat bereaksi
dengan asam nitrat menghasilkan radikal klor (Cl.). Radikal klor dapat merusak
kompleks berwarna. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena
terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksi fenil yang berwarna. Protein
yang mengandung tirosin akan memberikan hasil yang positif.

C. ALAT DAN BAHAN

No Alat/Bahan Jumlah
1 Tabung reaksi 3
2 Rak tabung reaksi 1
3 Pipet volume 1
4 Pipet tetes 1
5 Beaker glass 3
6 Kaki Tiga 3
7 Kasa 3
8 Pembakar spirtus 3
9 Reagen Millon’s Secukupnya
10 Tyrosin 1% Secukupnya
11 Natrium Nitrit 1% Secukupnya
12 Fenol Secukupnya
D. PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Siapkan 2 tabung reaksi, masukan larutan uji (larutan tyrosin dan larutan phenol
solution) pada tabung reaksi pertama.
2. Masukan 1 ml air suling pad tabung reaksi 2 sebagai control
3. Tambakan 1 ml reagen millon (acidified mercuric sulphate) pada kedua tabung reaksi
4. Panaskan menggunakan pembakar spirtus (selama 1 menit)
5. Dinginkan menggunakan air
6. Tambahkan beberapa tetes 1% sodium nitrat
7. Panaskan kembali sampel diatas pembakaran spirtus
8. Amati sampel hingga terjadi perubahan warna menjadi merah bata

E. HASIL PENGAMATAN

Pengamatan
Sampel Setelah ditetesi Setelah dipanaskan
Tyrosin 1% Larutan berwarna putih Larutan berwarna merah bata
Fenol Larutan berwarna putih Larutan berwarna merah bata

F. PERTANYAAN PRA LAB

1. Apa yang dimaksud dengan uji Millons ?


Jawaban :
Pereaksi yang di gunakan untuk mendeteksi keberadaan protein terlarut. Beberapa
tetes pereaksi ditambahkan ke larutan uji, yang kemudian dipanaskan dengan perlahan.
Endapan coklat kemerahan menunjukan adanya tyrosin dalam protein.

2. Bagaimana membuat reagen millons ?


Jawaban :
Dibuat dengan melarutkan logam raksa dalam asam nitrit kemudian di encerkan dengan
air. Dalam pengujian, gugus fenol yang merupakan subtituen asam amino tirosina
mengalami reaksi nitrasi, dan hasil reaksi tersebut kemudian bereaksi dengan ion Hg (I)
atau Hg (II) dan menghasilkan senyawa kompleks berwujud endapan berwarna merah.
Uji million tidak spesifik untuk identifikasi protein karena menunjukan hasil positif untuk
senyawa lain yang mengandung gugus fenol.
G. PERTANYAAN POST LAB

1. Bagaimana hasil positif yang di tunjukan sample setelah di reaksikan dengan pereaksi
millons ?
Jawaban :
Adanya perubahan warna menjadi merah bata setelah di panaskan yang menunjukan
hasil positif

2. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi antara sample dengan pereaksi millons ?
Jawaban :
IDENTIFIKASI PROTEIN DENGAN UJI BIURET

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa dapat mengidentifikasi adanya protein


dalam suatu sample.

B. PRINSIP DASAR

Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu zat
yang diuji. Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya protein, karena asam amino
berikatan dengan asam amino yang lain melalui ikatan peptida membentuk protein.
Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon dari gugus
karboksil suatu molekul berikatan dengan atom nitrogen dari gugus amina molekul lain.
Reaksi tersebut melepaskan molekul air sehingga disebut reaksi kondensasi.
Ikatan peptida tersebut yang akan bereaksi dengan reagen biuret menghasilkan
perubahan warna. Reaksi positif uji biuret ditunjukkan dengan munculnya warna ungu
atau merah muda akibat adanya persenyawaan antara Cu+2 dari reagen biuret dengan
NH dari ikatan peptida dan O dari air. Semakin panjang ikatan peptida (banyak asam
amino yang berikatan) akan memunculkan warna ungu, semakin pendek ikatan peptida
(sedikit asam amino yang berikatan) akan memunculkan warna merah muda.

C. ALAT DAN BAHAN


No Alat/Bahan Jumlah
1 Tabung reaksi 6
2 Gelas kimia 2
3 Pipet tetes 2
4 Putih telur Secukupnya
5 Reagent Biuret Secukupnya
6 Air suling Secukupnya
7 NaOH 10% Secukupnya
8 CuSO4 0,1% Secukupnya
D. PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Siapkan 2 tabung reaksi


2. Tambahkan 1 sampai 2 ml larutan uji, albumin telur dan air deisoniasi di masing-masing
tabung reaksi.
3. Tambahkan 1 sampai 2 ml reagent biuret ke semua tabung reaksi
4. Kocok perlahan dan diamkan selama 5 menit
5. Amati setiap perubahan warna yang terjadi

E. HASIL PENGAMATAN
Pengamatan
Sampel Penambahan NaOH Penambahan CuSO4
Putih telur Larutan berwarna ungu Larutan berwarna ungu

F. PERTANYAAN PRA LAB

1. Apa yang dimaksud dengan pereaksi Biuret ?


Jawaban :
Uji kimia yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan ikatan peptide. Ion tembaga (II)
dan ikatan peptida akan membentuk kompleks berwarna mauve (ungu pucat) dalam
larutan basa.

2. Apa saja komponen pereaksi Biuret ?


Jawaban :
Komponen reaksi Biuret : NaOH dan CuSO4

3. Apa itu ikatan peptida ?


Jawaban :
Ikatan yang terbentuk ketika atom karbon pada gugus karboksil suatu molekul berbagi
elektron dengan atom nitrogen pada gugus amina molekul lainnya. Reaksi yang terjadi
merupakan reaksi kondensasi, hal ini ditandai dengan lepasnya molekul air ketika reaksi
berlangsung. Hasil dari ikatan ini merupakan ikatan CO-NH, dan menghasilkan molekul
yang disebut amida.
G. PERTANYAAN POST LAB

1. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi antara sampel yang positif dengan pereaksi Biuret ?
Jawaban :
CuSO4 5H2O + 2NaOH → Cu(OH)2 +NaSO4 +5H2O (warna ungu)

2. Bahan apa saja yang positif mengandung ikatan peptide ? Jelaskan !


Jawaban :
Albumin, karena terdapat protein dalam cairannya dan ketika diolah senyawa tersebut
terbentuk menjadi berwarna ungu.
IDENTIFIKASI PROTEIN DENGAN UJI XANTOPROTEIN

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat memahami dan mengidentifikasi
adanya gugus benzena (cincin fenil) dalam suatu protein.

B. PRINSIP DASAR

Uji Xantoprotein adalah uji untuk menentukan apakah suatu protein mengandung
gugus benzena (cincin fenil). 20 jenis asam amino esensial dalam organisme kehidupan
yang mengandung gugus benzena ada tiga yaitu fenilalanin, triptofan dan tirosin. Maka
uji xantoprotein ini hanya positif jika asam amino tirosin, triptofan dan fenil alanin
ditambahkan asam nitrat pekat terbentuk endapan putih dan berubah menjadi kuning
sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan
terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga.

C. ALAT DAN BAHAN

No Alat/Bahan Jumlah
1 Tabung reaksi 2
2 Gelas kimia 2
3 Pipet tetes 2
4 Tyrosin Secukupnya
5 Triptofan Secukupnya
6 Air suling Secukupnya
7 Nitric Acid Secukupnya
8 40% NaOH Secukupnya
9 Fenialanine Secukupnya

D. PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Siapkan 2 tabung reaksi


2. Tambahkan 1 ml larutan uji ke dalam tabung reaksi kering dan 1 ml air suling ke dalam
tabung lain sebagai kontrol
3. Tambahkan 1 ml HNO3 pekat di kedua tabung reaksi, kemudian di aduk perlahan
4. Panaskan menggunakan pembakaran spirtus
5. Dinginkan di bawah air keran
6. Tambahkan 2 ml 40% NaOH ke semua tabung reaksi
7. Amati hingga terjadi perubahan warna
8. Saat menambahkan alkali keturunan nitro garam akan berubah menjadi warna orange
E. HASIL PENGAMATAN
Pengamatan
Sampel Penambahan 40% NaOH Penambahan Alkali
Putih telur Larutan berwarna kuning Larutan berwarna jingga
berkembang

F. REAKSI KIMIA

G. PERTANYAAN PRA LAB

1. Apa komponen pereaksi Xantoprotein ?


Jawaban :
 40% NaOH
 Nitric Acid
 Fenialanine

2. Mengapa dilakukan uji Xantoprotein ?


Jawaban :
Untuk mengetahui adanya gugus benzena (gugus fenil) dalam suatu protein.
H. PERTANYAAN POST LAB

1. Apa yang terjadi setelah albumin di tambah dengan asam nitrat sebelum dan sesudah di
panaskan ?
Jawaban :
Albumin jika di tambah dengan asam nitrat sebelum dipanaskan akan menghasilkan
endapan berwarna putih.
namun setelah di panaskan larutan akan berwarna kuning, serta mulai terlihat endapan
berwarna orange.

2. Adakah pengaruh pemanasan dalam percobaan ini ? Jelaskan !


Jawaban :
Ada, dengan terjadinya perubahan warna pada masing-masing tabung reaksi, yang
dimana uji coba ini berguna untuk membedakan asam amino anomatik yang
memberikan hasil positif pada asam amino lain.

3. Apa fungsi NaOH dalam percobaan ?


Jawaban :
Fungsinya digunakan untuk mencapai suasana basa pada larutan sehingga terjadi
perubahan warna menjadi kuning keruh.
IDENTIFIKASI PROTEIN DENGAN METODE NINHYDRIN

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Setelah melakukan praktikum kali ini, mahasiswa di harapkan dapat memahami dan
mengidentifikasi protein pada suatu sampel

B. PRINSIP DASAR

Uji ninhydrin digunakan untuk identifikasi asam amino bebas yang terdapat dalam
sampel. Ninhydrin adalah reagen yang berguna untuk mendeteksi asam amino dan
menetapkan konsentrasinya dalam larutan.

C. ALAT DAN BAHAN


UJI DENATURASI PROTEIN

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Setelah melakukan praktikum ini, diharpkan mahasiswa dapat memahami dan


mengidentifikasi sifat fisik dan kimia protein yang mudah terdenaturasi.

B. PRINSIP DASAR

Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh terkacaunya
ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang memutuskan molekul protein. Akibat
dari suatu denaturasi adalah hilangnya banyak sifat-sifat biologis suatu protein. Salah
satu penyebab denaturasi protein adalah perubahan temperatur, dan juga perubahan
pH. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan denaturasi adalah detergent, radiasi
zat pengoksidasi atau pereduksi, dan perubahan jenis pelarut. Denaturasi dapat bersifat
reversibel, jika suatu protein hanya dikenai kondisi denaturasi yang lembut seperti
perubahan pH. Jika protein dikembangkan kelingkungan alamnya, hal ini untuk
memperoleh kembali struktur lebih tingginya yang alamiah dalam suatu proses yang
disebut denaturasi.

C. ALAT DAN BAHAN

No Alat/Bahan Jumlah
1 Tabung reaksi 4
2 Penjepit Tabung 1
3 Pipet tetes 2
4 Pembakar Spirtus 1
5 Baeker glass 2
6 Albumin Secukupnya
7 Etanol absolut Secukupnya

D. PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Siapkan tabung reaksi


2. Lubangi telur menggunakan tusuk gigi untuk melubangi bagian bawah dan atas telur
untuk memisahkan putih telur
3. Masukan larutan etanol ke dalam tabung reaksi
4. Tambahkan putih telur ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet
5. Kemudian amati sample tersebut
E. HASIL PENGAMATAN

Pengamatan
Sampel Penambahan Etanol
Putih telur Larutan berwarna ungu

F. REAKSI KIMIA

G. PERTANYAAN PRA LAB

1. Apa yang dimaksud dengan denaturasi ?


Jawaban :
Denaturasi atau pengawaaslian adalah sebuah proses dimana protein atau asam nukleat
kehilangan struktur tersier dan struktur sekunder dengan penerapan beberapa tekanan
eksternal atau senyawa, seperti asam kuat atau basa, garam organik terkonsentrasi,
misalnya pelarut organik (contoh alkohol atau kloroform) atau panas.

2. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat menyebabkan protein terdenaturasi ?


Jawaban :
Faktor pemanasan, suasana asam atau basa yang ekstrim, kation logam berat dan
penambahan garam jenuh.

H. PERTANYAAN POST LAB

1. Jelaskan mengapa penambahan suhu dan pH dapat menyebabkan denaturasi protein ?


Jawaban :
Karena perubahan pH dan kenaikan suhu dapat menyebabkan terpecahnya ikatan
hydrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam dan terbentuknya lipatan molekul.
Pengendapan protein oleh asam asetat terjadi cukup cepat karena adanya panas.

2. Jelaskan mengapa penambahan alkohol , asam kuat dan basa kuat dapat menyebabkan
denaturasi protein ?
Jawaban :
Protein di pisahkan dengan cara pengendapan menggunakan etanol absolute, karena
bersifat higroskopik, sangat kuat menarik air sehingga menyebabkan molekul air yang
berinteraksi dengan protein melalui ikatan hidrogen ditarik oleh etanol, kemudian
terjadilah pengendpan karena beragresi satu sama lain.
PEMBAHASAN

1.      Uji Biuret


       Uji ini bertujuan untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein. Ion
CU2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-
ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet).
       Adapun bahan uji yang digunakan adalah albumin, gelatin, kasein, dan glisin. Saat albumin
direaksikan dengan NaOH dan CuSO4 terjadi perubahan warna. Warna ungu yang dibentuk
menandakan albumin sebagai protein kompleks dimana ia mempunyai lebih dari dua ikatan
peptide. Hasil yang sama (terjadi perubahan warna ungu) juga ditunjukkan oleh gelatin dan
kasein. Untuk glisin, ketika direaksikan tidak terjadi perubahan warna (larutan tetap bening).
Hal ini menunjukkan bahwa glisin hanya mengandung dua ikatan peptida (dipeptida).
2.      Uji Ninhidrin
       Uji ini dilakukan untuk membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein. Semua
asam amino atau peptida yang mengandung asam alfa-amino bebas akan bereaksi dengan
ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Dalam uji ini, digunakan pereaksi
Ninhidrin 0,1% yang berfungsi sebagai oksidator yang mereduksi asam amino.
       Adapun bahan yang diujikan adalah albumin 2%, gelatin 2%, kasein 0,5%, dan pepton 0,5%.
Albumin dan gelatin memiliki perbedaan pada unsur S (belerang) yang terkandung di dalamnya.
Untuk albumin dan pepton menunjukkan hasil yang positif dengan perubahan warna biru
kehitaman untuk albumin dan ungu kehitaman untuk pepton. Sebelum mengalami perubahan
warna, sebelumnya terbentuk hasil antara hidridantin. Setelah mengalami oksidasi, gugus
amino terpecah menjadi NH3 dan asam karboksilat. Hidridantin dan amonia yang bereaksi
membentuk warna biru dan melepasakan CO2 dan asam karboksilat. Sedangkan untuk gelatin
dan kasein menunjukkan hasil negatif dengan tidak adanya perubahan warna (bening). Ada
kesalahan dalam uji ini, disebabkan gelatin yang seharusnya menunjukkan hasil yang positif
ternyata setelah diujikan menunjukkan hasil yang negatif. Hal ini dimungkinkan terjadi karena
gelatin sudah mengalami denaturasi sehingga sulit diidentifikasi.
3.      Uji Xantroprotein
        Uji xantroprotein bertujuan untuk membuktikan adanya cincin benzena pada protein. Tidak
semua protein mengandung asam amino yang mengandung cincin benzena. Reaksi pada uji
xantroprotein didasarkan pada nitrasi inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Jika
protein yang mengandung cincin benzene ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan
terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa
nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi
jingga.
       Albumin, gelatin, dan kasein adalah bahan yang diujikan. Pada saat albumin dicampur
dengan HNO3 pekat dan dipanaskan terbentuk warna kuning dan setelah didinginkan kemudian
ditambahkan NaOH terbentuk warna jingga serta terdapat endapan. Hal ini menunjukkan hasil
yang positif dimana albumin mengandung cincin benzena.
       Untuk gelatin ketika direaksikan menunjukkan hasil yang negatif, ini mengindikasikan
bahwa gelatin tidak punya ikatan rangkap dua yang bisa beresonansi dalam cincin benzenanya.
Sedangkan untuk kasein, juga menunjukkan hasil yang negatif. Pada saat bahan uji kasein yang
direaksikan ada kemungkinan terjadi kesalahan, sebab kasein mempunyai cincin benzene yang
ikatan rangkapnya bisa beresonansi. Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya,
konsentrasi yang rendah dan melakukan pengocokan yang dimana pada prosedur kerja tidak
dilakukan bisa menjadi penyebabnya.

 DAFTAR PUSTAKA

Martoharsono, S. 2006. Biokimia 2. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Murray, R. K. dkk. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran    


       EGC. 

Sirajuddin, S dan Najamuddin, U. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : 


       Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai