Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI I


REAKSI PENDAHULUAN GOLONGAN FENOL

Laporan ini dibuat Untuk Memenuhi Tugas Paraktikum Kimia Farmasi


Program Studi D3 Farmasi Akademi Farmasi Bumi Siliwangi

Disusun oleh:
Shofian Habib Asrori
NIM: 18197068

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


AKADEMI FARMASI BUMI SILIWANGI
BANDUNG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. TUJUAN
Dapat mengetahui senyawa fenol dan pengidentifikasinya secara
kualitatif.
1.2. LATAR BELAKANG
Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari
tumbuhan, yang mempunyai ciri sama yaitu cicin aromatik yang
mengandung satu atau dua subtituen hidroksil. Beberapa ribu senyawa fenol
alam telah diketahui strukturnya (Harborne,1987).
Flavonoida merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar.
Menurut perkiraan, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis
oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoida atau senyawa yang berkaitan erat
dengannya (Markham, 1988).
Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri
atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan carbon
(Sastrohamidjojo,1996). Flavonoida umunya terdapat pada tumbuhan
sebagai glikosida. Flavonoida terdapat pada seluruh bagian tanaman,
termasuk pada buah, tepung sari, dan akar (Sirait,2000).
Fungsi flavonoida untuk tumbuhan yang mengandungnya ialah
pengaturan tumbuhan, pengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan
antivirus, dan kerja terhadap serangga. Beberapa flavonoida lain berfungsi
sebagai tanggapan terhadap infeksi atau luka dan kemudian menghambat
fungus menyerang.
Beberapa flavonoida yang dihasilkan oleh tumbuhan polong
mengimbas gen pembintilan dalam bakteri bintil penambat nitrogen,
sementara flavonoida yang lain membalikkan pengaktifan tersebut. Efek
flavonoida terhadap macam-macam organisme sangat banyak macamnya
dan dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoida
dipakai dalam pengobatan tradisonal (Robinson, 1995)
Tumbuhan kareumbi tumbuh di tempat-tempat terbuka seperti
semak-semak atau pinggir jalan. Untuk penggunaan lokal tumbuhan
kareumbi sebagai obat, sumber kayu dan kulit dan daunnya digunakan
sebagai pewarna hitam untuk mewarnai rotan, anyaman, kerajinan pandan
dan kain katun. Pohon ini memiliki potensi untuk digunakan sebagai
spesies perintis untuk memulihkan hutan asli. (Banks, 1905)
Peneliti terdahulu yang telah dilakukan oleh Dewi, N.W.E.S., 2014
dalam jurnal “ Potensi Ekstrak Kareumbi (Homalanthus populneus
(Geiseler) Pax) dalam Penghambatan Ekspresi Reseptor SEL T : Studi
Penghambatan Infeksi HIV” melaporkan bahwa ekstrak etanol dari batang
Tumbuhan Homalanthus populneus (Geiseler) Pax mampu menurunkan
persentase reseptor gp41 dan gp120 yang merupakan protein kapsul HIV
dengan menggunakan analisa ELISA dan Talicytometry.
Kemudian pada Tahun 2014, Tika, F dalam jurnal Profil Eritrosit
dan Struktur Histologis Lien Mencit (Mus musculus Linnaeus, 1758) pada
Toksisitas Akut Ekstrak Etanolik Batang Kareumbi (Homalanthus
populneus (Geiseler) Pax) melaporkan bahwa hasil uji toksisitas akut
menunjukkan ekstrak etanol batang Homalanthus populneus (Geiseler) Pax
tidak toksik terhadap profil eriktrosit dan struktur histologis lien serta tidak
menimbulkan pembengkakan nodus limfa tikus.
Kemudian pada Tahun 2015, kartika, N dalam jurnal Aktivitas
Antivirus Ekstrak Etanolik Batang Tutup Abang (Homalanthus populneus
(Geiseler) Pax) Terhadap Virus Avian Influenza H5N1 melaporkan bahwa
berdasarkan hasil uji HA dan PCR ekstrak etanol batang Homalanthus
populneus (Geiseler) Pax dengan konsentrasi 20 µg/mL dapat menghambat
pertumbuhan virus H5N1 dengan konsentrasi pengenceran 10-4.
Dari uji pendahuluan yang peneliti lakukan yaitu dengan uji skrining
fitokimia dengan pereaksi FeCl3 5% menunjukkan bahwa ekstrak metanol
dan etilasetat daun tumbuhan ini positif mengandung senyawa flavonoida.
Dari uraian diatas dan beberapa literatur yang berkaitan dengan
tumbuhan Kareumbi maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap daun tumbuhan Kareumbi khususnya mengenai senyawa
flavonoida yang terkandung didalam daun Kareumbi dan golongannya serta
aktivitas antibaterinya
BAB II
PRINSIP DASAR
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak
berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan
strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin
fenil.

Kata fenol berasal dari Fenil Alkohol (Phenyl Alcohol). Selain itu,
nama fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik
yang berikatan dengan gugus hidroksil.
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml.
Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion
H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion
fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih
asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana
fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik
lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan
pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem
aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan
menstabilkan anionnya.
Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam
benzoat dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil
dari oksidasi batu bara.
Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir
Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan
komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai
TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa
anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik.
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi
aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berfungsi
dalam sintesis senyawa aromatis yang terdapat dalam batu bara. Turunan
senyawa fenol (fenolat) banyak terjadi secara alami sebagai flavonoid
alkaloid dan senyawa fenolat yang lain. Contoh dari senyawa fenol adalah
eugenol yang merupakan minyak pada cengkih. Fenol yang terkonsentrasi
dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. ALAT DAN BAHAN
a) ALAT
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Pembakar spiritus
5. Kaki tiga
6. Gelas kimia
7. Spatel logam
8. Plat tetes
9. Pemantik api
10. Batang pengaduk
b) BAHAN
1. Fenol
2. Nifagin
3. Hidrokinon
4. FeCl3
5. Larutan Lieberman
6. K2Cr2O7
7. Pereaksi Millon
8. Alkohol
9. HNO3pekat
10. Timbal Asetat
11. NH4OH
12. NaOH
3.2. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Fenol

a. FeCl3
- Sampel diambil, kemudian simpan di plat tetes,
- Tambahkan FeCl3 3 tetes,
- Kemudian amati perubahan warnanya,
- Hasil bisa dilihat.
b. Lieberman
- Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
- Kemudian tambahkan pereaksi Lieberman 5 tetes,
- Lalu amati perubahan yang terjadi,
- Hasil dapat dilihat
c. K2Cr2O7
- Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
- Kemudian tambahkan K2Cr2O7 5 tetes,
- Kemudian amati perubahan yang terjadi,
- Amati hasil yang terjadi.

2. Nipagin
a. FeCl3
- Sampel dipanaskan kemudian didinginkan,
- Tambahkan FeCl33 tetes,
- Amati perubahan yang terjadi,
- Dan lihat hasilnya

b. Pereaksi Millon
- Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
- Lalu tambahkan alkohol 5 tetes,
- Tambahkan pereaksi Millon 5 tetes,
- Panaskan, dan lihat hasilnya amati.

c. HNO3
- Sampel disimpan ke dalam plat tetes,
- Tambahkan HNO3 5tetes,
- Amati perubahan yang terjadi,
- Lihat hasilnya.

3. Hidrokinon
a. FeCl3
- Sampel dimasukkan ke dalam plat tetes,
- Tambahkan FeCl3 3 tetes,
- Amati perubahan yang terjadi,
- Lihat hasilnya.

b. PB(CH3COO)2 + NH4OH
- Sampel dimasukkan ke dalam plat tetes,
- Tambahkan PB(CH3COO)2 3 tetes,
- Amati perubahan yang terjadi,
- Dan lihat hasilnya.

c. NaOH
- Sampel dimasukkan ke dalan plat tetes,
- Tambahkan NaOH 3 tetes,
- Amati perubahan yang terjadi,
- Kemudian lihat hasilnya.

4. Resorsinol
a. FeCl3
- Sampel dimasukkan ke dalam plat tetes,
- Tambahkan FeCl3 3 tetes,
- Amati perubahan yang terjadi,
- Dan lihat hasilnya.

b. Lieberman
- Sampel dimasukkan ke dalam plat tetes,
- Tambahkan pereaksi Lieberman 5 tetes,
- Amati perubahan yang terjadi,
- Dan lihat hasilnya.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1. DATA PENGAMATAN


No. Perlakuan Hasil
1. Fenol
a. FeCl3
 Fenol + Lar. FeCl33 tetes

Emulsi berwarna ungu tua


kehitaman

b. Uji Lieberman
 Fenol + Pereaksi
Lieberman

Emulsi berwarna merah muda


kecoklatan

c. K2Cr2O7
 Fenol + K2Cr2O7

Emulsi berwarna kuning telur


2. Nipagin
a. FeCl3
 Nipagin dipanaskan &
didinginkan + FeCl3

Larutan coklat keruh tidak


melarut

b. Pereaksi Millon
 Nipagin + Alkohol 5 Tetes
+ Pereaksi Millon 5 tetes

Larutan bening melarut


sempurna

c. HNO3
 Nipagin + HNO3 5 tetes

Larutan putih kekuningan


3. Hidrokinon
a. FeCl3
 Hidrokinon + FeCl33 tetes

Larutan kental berwarna


kecoklatan (coklat muda)

b. PB(CH3COO)2 + NH4OH
 Hidrokinon + Timbal asetat
3 tetes + NH4OH 3tetes

Larutan kental berwarna putih


kecoklatan

c. NaOH
 Hidrokinon + NaOH 3
tetes

Larutan kental kuning


kecoklatan

4. Resorsinol
a. FeCl3
 Resorsinol + FeCl33 tetes
Larutan ungu kehitaman

b. Lieberman
 Resorsinol + Pereaksi
Lieberman 5 tetes

Lautan berwarna merah


kecoklatan

4.2. REAKSI GOLONGAN FENOL

1. Reaksi Golongan Fenol


a. Fenol + FeCl3

(Kelly,2009 ).

b. Fenol + Lieberman

(Kelly,2009 ).

c. Fenol + K2Cr2O7
( Chang, 2005 ).
2. Nipagin
a. Nipagin + FeCl3

( KSV, 2009 )
b. Nipagin + HNO3

( Attoway, 2004 ).
3. Hidrokinon

a. Hidrokinon + FeCl3
( Attoway, 2004 ).

b. Hidrokinon + NaOH

( Chang, 2005 ).

4. Resorsinol

a. Resorsinol +FeCl3

( Clark, 2002).
BAB V

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

5.1. PEMBAHASAN

Pada sampel fenol Dilakukan 3 reaksi yaitu reaksi dengan penambahan


larutan FeCl3, lieberman dan K2Cr2O7. Pertama-tama sampel yang yang berada
diatas pelat tetes diteteskan larutan FeCl3 kemudian amati perubahannya,
perubahan yang terjadi adalah terbentuk larutan emulsi berwarna ungu tua
kehitaman. Reaksi yang kedua adalah fenol dengan menggunakan lieberman
kemudian amati perubahan yang terjadi, larutan berubah warna menjadi berwarna
merah muda kecoklatan. Dan reaksi terakhir menggunakan K2Cr2O7, sampel
dimasukan kedalam plat tetes amati perubahan yang terjadi, larutan berwarna
kuning telur.

Sampel Nipalgin, reaksi pertama, nipalgin dipanaskan kemudian


didinginkan terlebih dahulu, tambahkan FeCl3 kemudian amati perubahan sampel.
Sampel berubah warna menjadi larutan coklat keruh tidak melarut. Reaksi kedua,
sampel nipalgin ditambahan alkohol sebanyak 5 tetes kemudian tambahan
pereaksi millon sebanyak 5 tetes ,amati perubahan. Sampel mengalami perubahan
menjadi bening melarut sempurna. reaksi ketiga, nipalgin dimasukan kedalam plat
tetes kemudian tambahkan HNO3, amati perubahan terjadi. Sampel mengalami
perubahan menjadi larutan berwarna putih kekuningan

Sampel hidrokinon. reaksi pertama hidrokinon masukan kedalam plat tetes


kemudian tambahkan FeCl3 sebanyak 3 tetes kemudain amati perubahan yang
terjadi. Sampel mejadi larutan kental kecoklatan. Reaksi kedua hidrokinon
masukan kedalam plat tetes kemudian tambahkan PB(CH3COO)2 dan NH4OH
sebanyak 3 tetes, sampel menjadi larutan kental berwarna putih kecoklatan.
Reaksi ketiga, hidrokinon masukan kedalam plat tetes kemudian tambahan kan
NaOH sebanyak 3 tetes, larutan berubah menjadi larutan kental kuning
kecoklatan.

Sampel Resorsinol. dilakukan dua percobaan dengan pereaksi FeCl 3 dan


lieberman. Pada percobaan pertama resorsinol diteteskan diatas pelat tetes
kemudian ditambahkan FeCl3, perubahan yang terjadi adalah terbentuknya larutan
berwarna ungu kehitaman. Hal ini menunjukkan terbentuknya reaksi kompleks
antara resorsinol dan ion Fe3+ sehingga terjadi perubahan warna. Pada percobaan
kedua resorsinol dilakukan uji lieberman dan menghasilkan larutan berwarna
merah kecoklatan

5.2. KESIMPULAN

Fenol merupakan asam yang jauh lebih kuat daripada alkohol. Karena
fenol memiliki anion, dengan muatan negatif yang tersebar oleh cincin aromatik.
Untuk membedakan alkohol alifatik dan alkohol aromatik, dapat
digunakan tes oksidasi dengan FeCl3.

Anda mungkin juga menyukai