DISUSUN
KELOMPOK I (SATU)
ANGGOTA:
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem saluran cerna, lambung, dan usus dapat dipahami bahwa sebagai pintu gerbang
masuk zat-zat gizi dari makanan, vitamin, mineral dan cairan yang memasuki tubuh. Fungsinya
adanya sistem ini adalah mencernakan makanan dengan cara menggilingnya dan kemudian
mengubah secara kimiawi ketiga komponen penting (protein, lemak, dan karbohidrat) menjadi
unit –unit yang siap diresorpsi tubuh. Proses pencernaan ini dibantu oleh enzim-enzim
pencernaan yang terdapat pada ludah, getah lambung, dan getah pankreas. Sedangkan produk-
produk hasil pencernaan yang bermanfaat bagi tubuh, beserta vitamin, mineral, dan cairan
melintasi selaput lendir (mukosa) usus untuk ke aliran darah dan getah-bening (limfe).
STRUKTUR LAMBUNG-USUS
1.1 Lambung
Lambung merupakan organ tubuh yang berbentuk sepertu suatu tabung elastis yang
lebar dan lunak dengan isi kosong lambung hingga 1,5 L. Sesudah makan, lambung dapat
diperbesar sampai 30 cm panjangnya dengan volume 3-4 liter. Dindingnya terdiri dari 3 lapisan
otot, pada bagian dalam diselubungi oleh selaput lendir dan bagian luar oleh selaput perut. Adanya
otot-otot inilah yang mengakibatkan gerakan peristaltik yang meremas makanan jadi bubur.
Ada tiga bagian lambung, yakni bagian atas (fundus), bagian tengah (corpus), dan
bagian bawah (antrum) : yang terdiri dari pylorus (pelepasan lambung). Ada pula otot penutup
lambung pylorus (sfingter), di bagian atas lambung (cardia) terdapat otot melingkar, sfingter
kerongkongan-lambung, dimana sfingter ini bekerja sebagai katup dan berfungsi menyalurkan
makanan hanya ke usus.
Dinding utama lambung terdiri dari 3 lapis, diantaranya:
1. Sel-sel utama (Chief cells) dimukosa fundus mensekresi pepsinogen.
2. Sel-sel parietal terdapat di dinding mukosa fundus dan corpus yang memproduksi
HCl dan Intrinsic factor.
3. Sel-sel G terdapat di mukosa antrum dan mengeluarkan gastrin. Dilokasi ini
terdapat pula sel-sel mucus yang mensekresi lendir.
Gambar 1.1 Potongan Empedu
Fungsi lambung sebagai penampung makanan dan di tempat inilah makanan di
campur secara intensif dengan getah lambung. Dimukosa duodenum terdapat kelenjar-kelenjar
yang mensekresi lendir alkalis. Mucus pada lambung bersama dengan getah pankreas dan empedu,
melalui pipa kecil masuk ke dalam duodenum, dan menetralisir asam lambung.
Gambar 1.2 Lambung dan Duodenum, sel-sel sekresi getah lambung
Penyebab tukak lambung hamper sama dengan radang lambung, terutama disebabkan oleh
infeksi bakteri Helicobacter pylori. Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan
peradangan lapisan lambung yang kronis pada manusia. Kuman berbentuk spiral yang akan
membentuk enzim dan protein toksis yang merusak mukosa. Infeksi bakteri helicobacter
kemungkinan besar didapat dengan memakan makanan dan air yang tercemar serta melalui kontak
orang ke orang, bakteri ini terdapat pada hamper separo orang sehat, terutama lansia dan anak-
anak.
Pengobatan tukak lambung yang disebabkan leh bakteri Helicobacter Pylori harus diobati
dengan antibiotika yang harus diperoleh dengan resep dokter. Antibiotika yang sering dipakai
adalah kombinasi klaritromisin dengan amoksisilin atau metronidazol, yang harus digunakan
sekitar 2 minggu.
3. Tukak Usus
Usus merupakan organ yang sangat peka terhadap asam. Tukak Usus terjadi karena
hipersekresi lambung, gangguan dalam mobilitas lambung maka isi lambung yang asam akan
diteruskan ke usus dan dalam jumlah yang berlebih maka terjadilah tukak duodenum/ usus.
4. Kanker Lambung
Kanker lambung adalah jenis kanker saluran cerna dimana Helicobacter apyori memegang
peranan penting dalam timbulnya penyakit ini. Pada awalnya penderita tidak menyadari gejala,
bila gejala itu semakin meningkat baru bisa ditentukan lokasi tumbuhnya kanker itu Penderita
mengalami penurunan berat badan, kelelahan, kesulitan menyerap nutrisi dan mineral. Faktor yang
diduga meningkatnya resiko kanker lambung antara lain merokok, alkohol atau makanan yang
mengandung banyak garam dan nitratDengan mengenal penyebab dan gejala penyakit saluran
lambung dan usus, diharapkan kita bisa mencegah dengan menjaga pola makan yang sehat, higiene
atau kebersihan dan membiasakan pola hidup yang sehat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 OBAT-OBAT SALURAN CERNA
Saluran gantrointestinal (gastointestinal tractus), juga disebut saluran digestik (digestive
tract) adalah sebuah saluran berotot yang memanjang mulai dari mulut sampa ke anus. Pada
prinsipnya fungsi utama sistem gastrointestinal (GI) adalah mensuplai nutrisi ke sel-sel tubuh
yang diperoleh melalui prosesIngestion yang terjadi pada saat mulai intake makanan masuk
kedalam mulut, Digestion dimana peristiwa mencerna makanan dimulai dalam lambung dan usus
halus dan Absorption yang terjadi terutama dalam usus halus dan juga dalam usus besar. Proses
eliminasi adalah pengeluaran sisa-sisa hasil pencernaan.
Sistem GI (Digestive System) terdiri dari saluran GI dan organ beserta kelenjar yang terkati
dengan pencernaan yaitu mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
Sedangkan organ-organ yang berhubungan adalah hati, pankreas, dan kandung empedu.
Interaksi gastrointestinal adalah interaksi dua/lebih obat yang diberikan secara bersamaan
yang terjadi di dalam saluran pencernaan. Interaksi gastrointestinal umumnya mempengaruhi
proses absorpsi obat, sehingga dapat digolongkan dalam interaksi absorpsi yang merupakan bagian
dari interaksi farmakokenetik. Seperti halnya interaksi obat lainnya, interaksi
gastrointestinal juga ada yang menguntungkan dan ada yang membahayakan.
Secara garis besar interaksi ini dapat menjadi menjadi 2 golongan yaitu:
· Interaksi antara obat-obat
· Interaksi antara obat – makanan
Faktor atau kerja terjainya interaksi obat dalam gastrointertinal
a. Interaksi Langsung
Yaitu interaksi secara fisiki / kimia antara obat dalam lumen saluran cerna sebelum
diabsorpsi,sehingga mengganggu proses absopsi.
b. Perubahan Ph cairan saluran cerna
Perubahan Ph pada cairan saluran cerna akan mempengaruhi kelaruan dan absopsi obat-obat yang
bersifat asam atau basa
Misalnya : Pemberian Natrium bikarbonat bersamaan dengan aspirin akan meningkatkan disolusi
aspirin,sehingga absorpsinya juga meningkat. Tetapi akan mengurangi absorpsi dari tetrasiklin.
c. Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus (motilitas saluran cerna)
Umumnya obat diabsorpsi di dalam usus, dimana absorpsi di usus jauh lebih cepat dibandinkan di
lambung. Oelh karena itu makin cepat obat sampai ke usus makamakin cepat juga diabsorpsi.
Obat-obat yang memperpendek waktu pengosongan lambung akan mempercepat absorpsi obat
lain yang diberikan secara bersamaan dan begitu juga sebaliknya obat yang memperpanjang waktu
pengosongan lambung akan memperlambat absorpsi obat lain.
Contoh : Metoklopramid yang akan mempercepat absorpsi parasetamol, diazepam dan propanolo
dan obat antikolinergik, antidepresi trisiklik, beberapa antihistamin antacid gram Al dan analgetik
narkotik akan memperlambat absorpsi obat lain.
Obat penenang
Sudah lama diketahui bahwa stres emosional membuat penyakit tukak lambung bertambah
parah, sedangkan pada waktu serangan akut biasanya timbul kegelisahan dan kecemasan pada
penderita. Guna mengatasi hal-hal tersebut, penderita sering kali diterapi dengan antasida disertai
tambahan obat penenang seperti oksazepam
Antagonis reseptor
serotonin yang Cisapride meningkatkan
Memicu produksi asam
menstimulasi motilitas pengosongan lambung
1 Cisapride Alkohol lambung secara
saluran cerna dengan dan meningkatkan level
berlebihan
cara meningkatkan alkohol dalam serum
tekanan sphincter
esophagus bawah dan
meningkatkan bersihan
asam esophagus.
Antagonis reseptor
serotonin yang Menekan secara
menstimulasi motilitas langsung sel T helper
saluran cerna dengan subsets dan menekan Cisapride meningkatkan
2 Cisapride Siklosporin cara meningkatkan secara umum produksi AUC dan level
tekanan sphincter limfokin-limfokin, siklosporin dalam serum
esophagus bawah dan menekan produksi
meningkatkan bersihan interferon,
asam esophagus.
Antagonis reseptor
serotonin yang
menstimulasi motilitas Bekerja pada sistem
saluran cerna dengan GABA dengan
Cisapride mempercepat
3 Cisapride Diazepam cara meningkatkan memperkuat fungsi
absorpsi dari diazepam
tekanan sphincter hambatan neuron
esophagus bawah dan GABA
meningkatkan bersihan
asam esophagus.
Morfin memperlihatkan
Antagonis reseptor
efek utamanya dengan
serotonin yang
berinteraksi dengan
menstimulasi motilitas Cisapride meningkatkan
reseptor opioid pada
saluran cerna dengan peak level morfin dalam
SSP dan saluran cerna.
4 Cisapride Morfin cara meningkatkan serum tapi tidak
Opioid menyebabkan
tekanan sphincter mempengaruhi efek
hiperpolarisasi sel saraf,
esophagus bawah dan morfin
dan penghabatan
meningkatkan bersihan
presinnaptik pelepasan
asam esophagus.
transmiter.
Membentuk kompleks
Menghambat produksi
yang stabil dengan
asam dengan Peningkatan clearance
DNA dependent RNA
berkompetisi secara non-renal dari
polymerase
6 Cimetidine Rifampicin reversibel untuk cimetidine hingga 50%
menyebabkan
mengikat H2-reseptor karena induksi enzim
penghambatan
pada membran oleh rifampicin
pembentukan rantai
basolateral sel parietal
pada sintesis RNA
Mengontrol sekresi
Menginduksi sitokrom
asam lambung dengan Menghasilkan radikal
P450 isoenzim
menghambat pompa bebas berinti karbon
CYP2C19 sehingga
7 Omeprazole Artemisinin proton yang dimana parasit malaria
meningkatkan
mentranspor ion H+ sensitif terhadap radikal
metabolisme dari
keluar dari sel parietal bebas ini
omeprazole
lambung
Mengontrol sekresi
Menghambat sistem
asam lambung dengan Meningkatkan level
protein bakteri dan
menghambat pompa omeprazole dalam
terikat pada sub unit
8 Omeprazole Claritomicin proton yang serum sebanyak 2 kali
ribosom 50s
mentranspor ion H+ lebih banyak tanpa
mikroorganisme yang
keluar dari sel parietal mengubah efeknya
sensitif
lambung
Mengontrol sekresi
asam lambung dengan Meningkatkan aktivitas
menghambat pompa serotonin melalui Omeprazole
9 Omeprazole Escitalopram proton yang inhibisi selektif re- meningkatkan level
mentranspor ion H+ uptake serotonin pada escitalopram
keluar dari sel parietal membran neuronal
lambung
Menghambat sintesis
Co-Trimoxazole
Menghambat motilitas/ asam folat dan
menginhibisi
peristaltik usus dengan pertumbuhan
metabolisme
Co- mempengaruhi secara mikroorganisme dengan
10 Loperamide Loperamide sehingga
Trimoxazole langsung otot sirkular menghambat susunan
terjadi peningkatan level
dan longitudinal asam dihidrofolat dari
Loperamide dalam
dinding usus asam paraamino benzen
plasma
(PABA)
Menghambat motilitas/
peristaltik usus dengan Menghambat kerja
Ritonavir meningkatkan
mempengaruhi secara enzim protease HIV
11 Loperamide Ritonavir level Loperamide dalam
langsung otot sirkular yang dibutuhkan untuk
plasma
dan longitudinal membuat virus baru
dinding usus
Omeprazol
Mengontrol sekresi
Merangsang sekresi meningkatkan
asam lambung dengan
prostaglandin atau penyerapan dan
menghambat pompa
Tripotassium bikarbonat mukosa bioavailabilitas bismut
12 Omeprazole proton yang
dicitratobismuthate yang menyebabkan dari tripotassium
mentranspor ion H+
efek toksik langsung dicitratobismuthate dan
keluar dari sel parietal
pada H.pylori lambung bismut
lambung
biskalcitrate
Menghambat sekresi
asam lambung basal dan
nocturnal melalui
penghambatan
Merangsang sekresi kompetitif terhadap
prostaglandin atau kerja histamine pada Ranitidin meningkatkan
Tripotassium bikarbonat mukosa reseptor H2 di sel-sel penyerapan bismut dari
13 Ranitidin
dicitratobismuthate yang menyebabkan parietal. tripotassium
efek toksik langsung Ranitidine juga dicitratobismuthate
pada H.pylori lambung menghambat sekresi
asam lambung yang
dirangsan oleh
makanan, betazole,
penttagastrin, kafein,
insulin, dan reflek vagal
fisiologis
menetralkan asam
pHv lambung meurun,
lambung sehingga
sehingga jumalah
14 Antasida Fe berguna untuk
absorpsi obat B
menghilangkan nyeri
meningkat
tukak peptik
Obat A memperpanjng
waktu
bekerja menyekat mengendalikan kadar pengosongan lambung
reseptor muskarinik dopamin substansia → bioavaibilitas obat B
yang nigra, di dalam neuron menurun (karena
15 Antikolinergik Levodopa
menyebabkanhambatan tsb levodopa akan meningkatnnya
semua fungsi berkonversi menjadi pembentukan dopamine
muskarinik dopamin oleh enzim dopa
karboksilase di
mukosa saluran cerna)
Kation
monovalen
(Ca2+, Mg2+,
Menghambat proses Terbentuk kelat yang
Al3+ dalam
sintesis protein dari tidak dapat diabsorpsi
17 Tetrasiklin antacid,
bakteri yang sehingga jumlah obat A
Ca2+dalam
menyerang tubuh dan Fe2+menurun
susu,
Fe2+ dalam
sediaan besi
hambatan terhadap
Metoclopramid, Obat A memperpendek
enzim siklooksigenase
18 laksans, Mg parasetamol waktu pengosongan
(COX: cyclooxigenase),
(OH)2 dalam antasid lambung →
dan penelitian terbaru
menunjukkan bahwa mempercepat absorpsi
obat ini lebih selektif obat B
menghambat COX-2
Ulkus Lambung
Patofisiologi
Kortikosteroid, alcohol,
prostaglandin,
indometasin, fenilbutazon, bakteri
Saluran pencernaan
ULKUS PEPTIKUM
Nyeri
Mual, muntah, anoreksia
Penatalaksanaan
a. Antagonis H2
Yang termasuk antagonis reseptor H2 adalah Simetidine, Ranitidine, Nizatidine, dan
Famotidine. Senyawa-senyawa antagonis reseptor H2 secara kompetitif dan reversibel
berikatan dengan reseptor H2 di sel parietal, menyebabkan berkurangnya produksi sitosolik
siklik AMP dan sekresi histamine yang menstimulasi sekresi asam lambung. Interaksi
antara siklik AMP dan jalur kalsium menyebabkan inhibisi parsial asetilkolin dan gastrin
yang menstimulasi sekresi asam.
Yang potensinya paling lemah adalah simetidin sedangkan yang paling kuat adalah
Famotidin.
Ranitidin memiliki durasi yang lebih lama dari Simetidin. Ranitidine dan Simetidin
digunakan juga untuk profilaksis. Reseptor H2 terdapat di lambung, pembuluh darah
(menurunkan tekanan darah dengan menurunkan resistensi perifer, positif kronotropisme,
inotropik positif).
Mekanisme Antagonis reseptor H2 :
Menghambat secara sempurna sekresi asam lambung yang sekresinya diinduksi oleh
histamin maupun gastrin, tetapi menghambat secara parsial sekresi asam lambung
yang sekresinya diinduksi oleh asetilkolin. Hal tersebut dapat terjadi dengan melihat
kembali mekanisme sintesis asam lambung di sel parietal.
Menghambat sekresi asam lambung yang distimulasi oleh makanan, insulin, kafein,
pentagastrin, dan nokturnal.
Mengurangi volume cairan lambung dan konsentrasi H+. Seluruh senyawa yang
termasuk antagonis reseptor H2 efektif menyembuhkan tukak lambung maupun tukak
duodenum.
Indikasi : Kegunaan terapi antagonis reseptor H2: Tukak peptic, Zoolinger Ellison
Syndrom, Tukak akut, dan GERD (Gastro Esophageal Refluks Disease) / heart burn.
Efek samping Antagonis reseptor H2 : Sakit kepala, pusing, mual, diare, obstipasi, sakit
otot dan sendi, sistem saraf pusat (kecemasan, halusinasi terutama pada orang tua dan
konsumsi jangka panjang), penurunan transaminase serum.
Macam Obat Antagonis H2 :
1. Simetidin
o Farmakologi : Memiliki struktur imidazole, dapat terdistribusi luas ke seluruh
tubuh, termasuk air susu dan dapat melewati plasenta. Diekskresi sebagian besar
lewat urin, memiliki t½ pendek, meningkat pada gangguan ginjal. 30% dosis
diinaktivasi lambat dalam hati. 70% dosis eksresi lewat urin dalam bentuk tidak
berubah.
o Dosis : dewasa 200 mg & 400 mg 3x / hari sebelum tidur atau 400 mg sebelum
sarapan & 400 mg sebelum tidur. Anak-anak 20-40 mg/kg BB/ hari.
o Efek Samping : lelah, pusing, diare, ruam, Jarang : ginekomastia, rasa bingung yang
reversibel, impotensi (pria), reaksi alergi, artralgia, mialgia, gangguan darah,
nefritis interstitial, sakit kepala, hepatotoksik, pankreatitis.
o Interaksi Obat : meningkatkan kadar lignokain, fenitoin, warfarin, teofilin, beberapa
golongan antiaritmia (benzodiazepin, β-bloker, vasodilator) dalam darah.
2. Ranitidine :
o Farmakologi : Memiliki cincin furan dan durasi yang lebih lama dan 5-10 kali lebih
potensial dari simetidin. Ranitidine dimetabolisme dalam hati.
o Dosis : 150 mg 2x / hari atau dosis tunggal 300 mg sebelum tidur.
o Efek samping : sakit kepala, pusing, gangguan gastro intestinal, ruam kulit.
Interaksi obat : ranitidin menurunkan bersihan warfarin, prokainamid, dan N-asetil
prokainamid, meningkatkan absorpsi midazolam, menurunkan absorpsi kobalamin.
3. Famotidin :
o Farmakologi : Memiliki struktur thiazole, serupa dengan Ranitidin pada aksi
farmakologi. Memiliki aksi 20-60 kali lebih potensial dari Simetidin dan 3-200 kali
lebih potensial dari Ranitidin. Famotidin dimetabolisme dalam hati.
o Dosis : Ulkus duodenum terapi akut 40 mg 1 x / hari sebelum tidur atau 20 mg 2 x
/ hari, pemeliharaan 20 mg 1 x / hari sebelum tidur. Kondisi hipersekresi patologis
20 mg 4 x / hari.
o Efek samping : konstipasi, diare, muntah, erupsi kulit, sakit kepala,
trombositopenia, nyeri sendi, penurunan nafsu makan.
o Interaksi obat : Antasid, ketokonazol, obat yang dimetabolisme melalui sistem
mikrosom hati (warfarin, teofilin, diazepam).
4. Nizatidin :
o Farmakologi : Memiliki struktur kombinasi cincin thiazole Famotidin dan rantai
samping Ranitidin. Serupa dengan Ranitidin pada aksi farmakologi dan potensinya.
Nizatidin dieliminasi melalui ginjal dan bioavailabilitas mendekati 100%.
o Dosis : tukak duodenum aktif dewasa 300 mg / hari sebelum tidur atau 150 mg 2 x
/ hari selama 8 minggu. Perawatan tukak duodenum yang sudah sembuh dewasa
150 mg 1 x / hari sebelum tidur. Penyakit refluks gastroesofageal 150-300 mg 2 x /
hari selama 12 minggu. Tukak lambung aktif yang jinak 150 mg 2 x / hari atau 300
mg 1 x / hari selama 8 minggu. Ampul infus iv kontinue : larutkan 300 mg dalam
150 mL larutan iv dan infus ditingkatkan rata-rata 10 mg/jam. Infus intermitten :
larutkan 100 mg dalam 150 mL larutan iv dan infus lebih dari 15 minimal 3 x / hari.
Maksimal 480 mg / hr.
b. Antasida
Kandungan Antasida : (senyawa magnesium, aluminium, dan bismut, hidrotalsit, kalsium
karbonat, Na-bikarbonat).
Mekanisme antasida adalah menetralkan asam lambung sehingga efektifitasnya
bergantung pada kapasitas penetralan dari antasida tersebut. Kapasitas penetralan (dalam
miliequivalen) adalah mEq HCl yang dibutuhkan untuk memepertahankan suspensi
antasida pada pH 3,5 selama 10 menit secara in vitro. Peningkatan pH cairan gastric dari
1,3 ke 2,3 terjadi penetralan sebesar 90% dan peningkatan ke pH 3,3 terjadi penetralan
sebesar 99% asam lambung. Antasida ideal adalah yang memiliki kapasitas penetralan
yang besar, juga memiliki durasi kerja yang panjang dan tidak menyebabkan efek lokal
maupun sistemik yang merugikan. Antasida dapat meningkatkan pH cairan lambung
sampai pH 4, dan menghambat aktifitas proteolitik dari pepsin. Antasida tidak melapisi
dinding mukosa namun memiliki efek adstringen. Secara kimia antasida merupakan basa
lemah yang bereaksi dengan asam lambung membentuk garam dan air. Antasida juga
dapat menstimulasi sintesis prostaglandin. Secara umum antasida dapat dibagi menjadi
dua golongan yaitu antasid sistemik dan non sistemik. Seluruh antasida dapat digunakan
untuk terapi tukak duodenum dan terbukti efektif untuk tukak lambung akut.
Golongan Antasida :
1. Antasida sistemik :
o Mekanisme : diabsorpsi dalam usus halus sehingga dapat menyebabkan urin
bersifat alkali. Untuk keadaan pasien dengan gangguan ginjal, dapat terjadi
alkalosis metabolik sehingga saat ini penggunaannya sudah jarang. Contoh
antasida sistemik adalah Natrium bikarbonat (NaHCO3).
2. Antasida non sistemik :
o Mekanisme : tidak diabsorpsi dalam usus sehingga tidak menimbulkan alkalosis
metabolik. Salah satunya adalah Magnesium [Mg(OH)2], Aluminium
[(Al(OH)3], Kalsium (CaCO3), Magnesium trisilikat (Mg2Si3O8nH2O),
Magaldrat. Mg(OH)2 memiliki efek netralisasi yang lebih lama dibandingkan
NaHCO3 atau CaCO3, sedangakan Magnesium trisilikat, Al(OH)3 dan
Aluminium fosfat memiliki aktivitas antasid yang lemah.
Penggunaannya bermacam-macam, selain pada tukak lambung-usus, juga pada indigesti
pada refluks oesophagitis ringan, dan pada gastritis. Obat ini dapat mengurangi rasa nyeri
di lambung dengan cepat (dalam beberapa menit). Efeknya bertahan 20-60 menit bila
diminum pada perut kosong dan sampai 3 jam bila diminum 1 jam sesudah makan.
Makanan dengan daya mengikat asam (susu) sama efektifnya terhadap nyeri.
Peninggian pH
Garam-garam magnesium dan Na-bikarbonat menaikkan pH isi lambung sampai 6-8,
CaCO3 sampai pH 5-6 dan garam-garam aluminium hidroksida sampai maksimal pH 4-
5. Kehamilan dan Laktasi Wanita hamil sering kali dihinggapi gangguan refluks dan rasa
”terbakar asam”. Antasida dengan aluminium hidroksida dan magnesiumhidroksida
boleh diberikan selama kehamilan dan laktasi.
Senyawa Antasida :
Magnesium dan aluminium
Keduanya dengan sifat netralisasi baik tanpa diserap usus merupakan pilihan
pertama. Karena garam magnesium bersifat mencahar, maka biasanya dikombinasi
dengan senyawa aluminium (atau kalsium karbonat) yang bersifat obstipasi (dalam
perbandingan 1:5). Persenyawaan molekuler dari Mg dan Al adalah hidrotalsit yang
juga sangat efektif.
Natriumbikarbonat dan kalsiumkarbonat
Bekerja kuat dan pesat, tetapi dapat diserap usus dengan menimbulkan alkalosis.
Adanya alkali berlebihan di dalam darah dan jaringan menimbulkan gejala mual,
muntah, anoreksia, nyeri kepala, dan gangguan perilaku. Semula penggunaannya
tidak dianjurkan karena terbentuknya banyak CO2 pada reaksi dengan asam
lambung, yang dikira justru mengakibatkan hipersekresi asam lambung (rebound
effect). Tetapi penelitian pada tahun 1996 tidak membenarkan perkiraan tersebut.
Bismut subsitrat, Dapat membentuk lapisan pelindung yang menutupi tukak, lagipula
berkhasiat bakteriostatik terhadap Helicobacter pylori. Kini banyak digunakan pada
terapi eradikasi tukak, selalu bersama dua atau tiga obat lain.
Waktu makan obat : Secara umum, keasamaan di lambung menurun segera setelah
makan dan mulai naik lagi satu jam kemudian hingga mencapai konsentrasi tinggi tiga
jam sesudah makan. Oleh karena itu, antasida harus digunakan lebih kurang satu jam
sesudah makan dan sebaiknya dalam bentuk suspensi. Telah dibuktikan bahwa tablet
bekerja kurang efektif dan lebih lambat, mungkin karena proses pengeringan selama
pembuatan mengurangi daya netralisasinya.
Pada oesophagitis dan tukak lambung sebaiknya obat diminum 1 jam sesudah makan
dan sebelum tidur. Pada tukak usus 1 dan 3 jam sesudah makan dan sebelum tidur.
Penyebab kegagalan pengobatan dengan antasida dapat terjadi karena frekuensi
pengobatan tidak adekuat, dosis yang diberikan tidak cukup, pemilihan sediaan tidak
tepat, dan sekresi asam lambung sewaktu tidur tidak terkontrol.
e. Sukralfat
Mekanisme kerja
Mekanisme Sukralfat atau aluminium sukrosa sulfat adalah disakarida sulfat yang
digunakan dalam penyakit ulkus peptik. Mekanisme kerjanya diperkirakan melibatkan
ikatan selektif pada jaringan ulkus yang nekrotik, dimana obat ini bekerja sebagai sawar
terhadap asam, pepsin, dan empedu. Obat ini mempunyai efek perlindungan terhadap
mukosa termasuk stimulasi prostaglandin mukosa. Selain itu, sukralfat dapat langsung
mengabsorpsi garam-garam empedu, aktivitas ini nampaknya terletak didalam seluruh
kompleks molekul dan bukan hasil kerja ion aluminium saja.
Farmakologi dan farmakokinetik :
Sukralfat dapat digunakan untuk mengobati ulkus, tetapi lebih utama digunakan dalam
pencegahan stress ulserasi. Diindikasikan untuk penggunaan jangka pendek, dan lebih
efektif pada ulkus usus. Obat ini sukar diabsorpsi secara sistemik (meskipun telah
didokumentasikan adanya peningkatan kadar obat ini dalam darah pada penderita gagal
ginjal). Berikatan dengan protein bebas, dan konsentrasi sukralfat pada bagian ulkus
lebih besar daripada pada jaringan normal.
Efek samping yang sering terjadi dari penggunaan obat ini yaitu konstipasi yang
disebabkan karena adanya aluminium. Sekitar 3-5% aluminium dari dosis diabsorpsi
dapat menyebabkan toksisitas aluminium pada penggunaan jangka panjang. Resiko ini
meningkat pada pasien dengan gangguan ginjal. Efek yang jarang terjadi termasuk diare,
mual, kesulitan mencerna, mulut kering, dan mengantuk.
Dosis :
Dosis sukralfat adalah 2 g 2 kali sehari (pagi dan sebelum tidur malam) atau 1 g 4 kali
sehari pada waktu lambung kosong (paling kurang 1 jam sebelum makan dan sebelum
tidur malam), diberikan selama 4-6 minggu atau pada kasus yang resisten 12 minggu,
maksimal 8 g sehari. Anak-anak tidak dianjurkan mengkonsumsi obat ini. Profilaksis
tukak stress (suspensi), 1 g 6 kali sehari (maksimal 8 g sehari). Saran untuk obat ini
yaitu sediaan tablet dapat didispersikan dalam 10-15 ml air. Obat ini juga diperlukan pH
asam untuk diaktifkan dan sehingga tidak boleh diberikan bersama antasid atau
antagonis reseptor H2. Jika digunakan bersama antasida harus diberikan 30 menit
sebelum atau sesudah sukralfat.
Interaksi obat :
Sukralfat dapat menurunkan absorpsi siprofloksasin, norfloksasin, ofloksasin,
tetrasiklin, warfarin, fenitoin, ketokonazol, glikosida jantung, dan tiroksin, simetidin,
ranitidin dan teofilin.
f. Senyawa Bismut
Mekanisme kerja :
Senyawa bismut juga bekerja secara selektif berikatan dengan ulkus, melapisi dan
melindungi ulkus dari asam dan pepsin. Postulat lain mengenai mekanisme kerjanya
termasuk penghambatan aktivitas pepsin, merangsang produksi mukosa, dan
meningkatkan sintesis prostaglandin. Obat ini mungkin juga mempunyai beberapa
aktivitas antimikroba terhadap H pylori. Bila dikombinasi dengan antibiotik seperti
metronidazol dan tetrasiklin, kecepatan penyembuhan ulkus mencapai 98%. Biaya dan
potensi toksisitas dari regimen ini dapat membatasi penggunanya pada ulkus yang serius
atau pada penderita yang sering kambuh. Garam bismut tidak menghambat ataupun
menetralisasi asam.
Farmakologi dan farmakokinetik :
Bismut subsalisilat (Pepto-Bismol®) telah digunakan dalam uji di AS. Ketidaknormalan
ginjal dapat menurunkan eliminasi bismut, sehingga perlu perhatian penggunaannya
pada pasien lanjut usia dan gagal ginjal. Bismut subsalisilat dapat menyebabkan sensitif
terhadap salisilat dan perdarahan, dan perlu perhatian juga pada pasien yang menerima
terapi dengan salisilat. Pasien harus diberitahu bahwa garam bismut dapat menyebabkan
warna hitam pada tinja dan lidah (jika menggunakan sediaan cair). Trikalium
disitratobismutat telah diuji secara luas di Eropa dan memperlihatkan proses
penyembuhan ulkus lambung dan ulkus duodenum lebih baik dari plasebo. Trikalium
disitratobismutat memilki masa tinggal lebih panjang jika dinbanding dengan antagonis
reseptor H2, tetapi masih terjadi kambuh dan sekarang telah dikembangkan aturan pakai
regimen yang melibatkan antibiotika. Meskipun kandungan bismutnya rendah, tetapi
telah dilaporkan terjadinya absorpsi. Efek sampingnya yaitu dapat membuat lidah
berwarna gelap dan wajah kehitaman, mual dan muntah, dan belum ada laporan tentang
terjadinya ensefalopati pada pemakaian jangka panjang senyawa bismut lain. Sediaan
tablet sama efektifnya dengan sediaan cair dan lebih enak.
Dosis :
Regimen dosis bismut dengan kombinasi 3 obat lain digunakan dalam lini pertama
pengobatan ulkus karena H pylori. Regimen ini terdiri dari antagonis reseptor H2
(omeprazole 40 mg 2 kali sehari), bismuth subsalisilat 525 mg 4 kali sehari,
metronidazol 250-500 mg 4 kali sehari, dan tetrasiklin 400 mg 4 kali sehari (atau
amoksisilin 500 mg 4 kali sehari atau klaritromisin 250-500 mg 4 kali sehari). Jangka
waktu pemakaian regimen dosis ini yaitu 14 hari.
Interaksi obat : Trikalium disitratobismutat dapat menurunkan absorpsi tetrasiklin.
1. ANTISEKRETORI
Mekanisme kerja :
Meningkatkan absorbsi usus terhadap cairan dan elektrolit (sebagai
antisekretori), antiinflamasi dan antibakteri. Dimana efek terapeutiknya adalah
berkurangnya diare
Dosis :
PO dewasa 2 tablet atau 30 ml, dapat diulang tiap 30 menit samoai 1 jam, sampai
8 dosis/24 jam
PO (anak-anak 9-12 tahun): 1 tablet atau 15 , ml; dapat diulang tiap 30menit-1 jam,sampai 8
dosis/24 jam
PO (anak-anak 6-9 tahun): 2/3 tablet atau 10 ml, dapat diulang tiap 30menit-1 jam,sampai 8
dosis/24 jam
PO (anak-anak 3-6 tahun): 1/3 tablet atau 5 ml, dapat diulang tiap 30menit-1 jam, sampai8 dosis/24
jam
PO (anak-anak <3tahun berat 12 kg atau lebih): 5 ml dapat diulang tiap 4 jam, sampai 6dosis/24
jam
PO (anak-anak <3tahun berat 6-8 kg): 2,5 ml dapat diulang tiap 4 jam, sampai 6 dosis/24 jam
2. ASTRINGENT
Mekanisme kerja :
Menyebabkan pembuluh darah lokal berkontraksi dengan demikian dapat
mengurangi bengkak pada jaringan, (menciutkan jaringan) dan anastesi lokal
(untuk mengurangi nyeri)
Dosis :
Bismuth dewasa 2 tablet, anak 6-12 1 tablet, 3-6 thn ½ tablet. Dosis dapat diulang
tiap 30 menit s/d maks 8 dosis/ 24 jam.
3. ADSORBEN
Mekanisme kerja :
Adsorben digunakan sebagai terapi simpomatik pada diare. Aksi kerja
adsorben tidak spesifik. Obat ini mempunyai kemampuan mengikat dan
menginaktivasi toksin bakteri, mengadsorbsi nutrien, toksin (racun), dan obat-obat
penyebab diare. Penggunaan adsorben harus dipisahkan dengan obat oral lainnya
selama 2 sampai 3 jam. Adsorben yang digunakan dalam terapi simptomatik diare
antara lain kaolin, atapulgit, dan karbon aktif.
4. DEMULCENT
Mekanisme kerja :
Beberapa mekanismenya melapisi usus yang teriritasi dan bekerja sebagai
protektif
5. ANTIMOTILITAS
Mekanisme kerja :
Obat antimotilitas bekerja dengan mengurangi gerakan peristaltik usus
sehingga diharapkan akan memperpanjang waktu kontak dan penyerapan di usus.
Salah satu keuntungannya yaitu mampu menormalkan keseimbangan reasorbsi-
sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan
hipersekresi ke keadaan reasorbsi sehingga normal kembali.
Obat antimotilitas digunakan apabila diare berlangsung terus menerus
selama 48 jam. Pada pasien yang mengalami demam dan di dalam tinjanya terdapat
darah, maka sangat mungkin sekali diare yang terjadi disebabkan karena adanya
infeksi bakteri. Perlu diingat kembali bahwa diare sendiri merupakan suatu
mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi (termasuk bakteri)
dari dalam tubuh. Pada kasus ini, antimotilitas tidak boleh digunakan karena hanya
akan memperlama keberadaan bakteri di dalam tubuh(1).
Contoh : opiat
Bekerja diperantarai terutama oleh reseptor opioid μ (efek motilitas) dan δ
(sekresi usus) pada saraf enterik, sel epitel dan otot atau absorbsi (reseptor μ
dan δ). Antidiare yang umum digunakan seperti difenoksilat, difenoksin dan
loperamid).Opiat dan derivat opiat memperlama waktu transit konten
intraluminal.
6. PROBIOTIK
Mekanisme kerja :
Mekanisme kerja probitok untuk menghambat pertumbuhan bakteri
patogen dalam mukosa usus belum sepenuhnya jelas tetapi beberapa laporan
menunjukkan dengan cara kompetisi untuk mengadakan perlekatan dengan eritrosit
(sel epitel mukosa), enterosit yang telah jenuh dengan bakteri probiotik tidak dapat
lagi mengadakan perlekatan dengan bakteri yang lain. Jadi dengan adanya bakteri
probiotik didalam mukosa usus dapat mengurangi atau menghambat adhesi bakteri
lain misalnya E. Coli dan Salmonella sehingga tidak terjadi kolonisasi. Ketika
terdapat patogen dalam jumlah banyak pada saluran cerna, kuman patogen juga
harus berkompetisi dengan bakteri yang menguntungkan untuk mendapat tempat
dan nutrisi.
Dosis :
Dosis yang dianjurkan adalah 10 pangkat 7 hingga 10 pangkat 9. Dosis probiotik
yang dianjurkan adalah 10 pangkat 7 hingga 10 pangkat 9. Rekomendasi dari
Mitsuoka untuk bakteri Lactobacillus memang sekitar 10 pangkat 6. Jika kita
memberikan kurang dari itu, maka proses keseimbangan tidak tercapai yang berarti
tidak bisa disebut probiotik. Oleh karena itu, preparat probiotik Lactobacillus
umumnya diberikan pada dosis 10 pangkat 7 hingga pangkat 9.Untuk Dialac® yang
mengandung heat-killed bacteria, memang agak berbeda. Perbedaannya, jumlah
yang dihitung tersebut (10 pangkat 10) adalah pada saat fermentasi dan preparasi
sel Tyndallized. Selain itu karena bakteri sudah dimatikan, maka tidak akan
berproliferasi hingga mencapai target. Berbeda dengan bakteri yang hidup yang
masih bisa bertambah jumlahnya pada saat mencapai sel target. Tentu hal ini juga
sudah memperhitungkan adanya sebagian bakteri yang mati pada perjalanan
sebelum mencapai target.
2.7 Penggolongan Obat-Obat Diare
obat obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa:
1.KEMOTERAPI
adalah obat terapi kausal yaitu memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan
sulfonamida atau antibiotika.Contohnya tetra siklin ,doksisiklin
A. Tetrasiklin
Farmakodinamik
Golongan tetrasiklin bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri pada
ribosomnya. Paling sedikit terjadi dua proses dalam masuknya antibiotik ke dalam
ribososm bakteri. Pertama secara difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua melalui sistem
transpor aktif. Setelah masuk antibiotik berikatan secara reversibel dengan ribosom 30S
dan mencegah ikatan tRNA-aminoasil pada kompleks mRNA-ribosom. Hal tersebut
mencegah perpanjangan rantai peptida yang sedang tumbuh dan berakibat terhentinya
sintesis protein. Tetrasiklin termasuk antibiotika broad spektrum. Spektrum golongan
tetrasiklin umumnya sama, sebab mekanisme kerjanya sama, namun terdapat perbedaan
kuantitatif dari aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Derivat dari
tetrasiklin yaitu: demeklosiklin, klortetrasiklin, doksisiklin, methasiklin, oksitetrasiklin,
dan minosiklin.
Mekanisme resistensi yang terpenting
Diproduksinya pompa protein yang akan mengeluarkan obat dari dalam sel bakteri. Protein
ini dikode dalam plasmid dan dipindahkan dari satu bakteri ke bakteri lain melalui proses
transduksi atau konjugasi. Resistensi terhadap satu jenis tetrasiklin biasanya disertai
resistensi terhadap semua jenis tetrasiklin lainnya.
Farmakokinetik
Absorpsi
Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Absorpsi sebagian besar
berlangsung di lambung dan usus halus. Adanya makanan dalam lambung menghambat
penyerapan, kecuali minosiklin dan doksisiklin. Absorpsi dihambat dalam derajat tertentu
oleh pH tinggi dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain
yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang
biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum.
Distribusi
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang
bervariasi. Dalam cairan cerebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20%
kadar dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi
ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Golongan tetrasiklin menembus sawar
uri dan terdapat dalam ASI dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan dengan
tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan minosiklin daya penetrasinya ke jaringan lebih baik.
Metabolisme
Obat golongan ini tidak dimetabolisme secara berarti di hati, sehingga kurang aman pada
pasien gagal ginjal.
Ekskresi
Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan melalui
empedu. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar
10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen usus ini
mengalami sirkulasi enterohepatik, maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu
lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan
faal hati obat ini akan mengalami akumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap
diekskresi melalui tinja.
Penggunaan Klinik
Indikasi
Penggunaan topikal hanya dibatasi untuk infeksi mata dan kulit saja. Salep mata golongan
tetrasiklin efektif untuk mengobati trakoma dan infeksi lain pada mata oleh bakteri gram-
positif dan gram negatif yang sensitif. Selain itu juga untuk profilaksis oftalmia
neonatorum pada neonatus akibat Neisseria gonorrhoe atau Chlamydia trachomatis.
Penyakit konjungtivitis inklusi dapat diobati dengan hasil baik selama 2-3 minggu, dengan
memberikan salep mata atau obat tetes mata yang mengandung golongan tetrasiklin. Pada
trakoma pemberian salep mata golongan tetrasiklin yang dikombinasi dengan doksisiklin
oral 2 x 100 mg/hari selama 14 hari memberikan hasil pengobatan yang baik.
Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap golongan antibiotik tetrasiklin.
Interaksi Obat
Bila tetrasiklin diberikan dengan metoksifluoran maka dapat menyebabkan nefrotoksisk.
Bila dikombinasikan dengan penisilin maka aktivitas antimikrobanya dihambat.
Efek samping
Sensasi terbakar pada mata.
Sediaan
Suspensi 10mg/cc dan salep mata tetrasiklin hidroklorida 1% 10mg/g.
Dosis
Lapisan tipis salep mata tiap 2-4 jam atau 1 tetes suspensi tiap 6-12 jam (dapat digunakan
lebih sering); dosis tunggal digunakan untuk pencegahan oftalmia neonatorum.
B. Doksisiklin
Farmakodinamik
Doksisiklin bekerja secara bakteriostatik dengan cara mencegah sintesa protein
mikroorganisme .Mempunyai spectrum kerja yang luas terhadap bakteri gram positif dan
negative.
Farmakokinetik
Doksisiklin hamper sepenuhnya diserap dengan bioavailabilitas lebih dari 80% dengan
rata-rata -95% .Namun beberapa penulis membandingkan intravena dengan oral dosis
doksisiklin merasa penyerapan lebih rendah – dalam kisaran 73-77%.Penyerapan terjadi
di duodenum,Waktu paruh penyerapan adalah 0,85 samapi kurang lebih 0,41
h.Konsentrasi puncak dengan dosis yang bervariasi menjadi 15,3 mg/L 4 jamsetelah dosis
500 mg per oral.
Indikasi
Infeksi saluran pernafasan,infeksi saluran pencernaan,infeksi pada saluran kemih dan
kelamin,infeksi jaringan lunak dan kulit,infeksi telinga ,hidung dan tenggorokan
Kontraindikasi
Hipersensitif atau alergi terhadap antibiotic doksisiklin atau tetrasiklin
Dosis
Dewasadan anak>8 tahun dengan berat badan > 45 kg:100 mg setiap 12 jam selama hari
pertama dilanjutkan dengan 100mg sekali sehari.
Anak-anak berusia>8 tahun dengan berat badan <45 kg :4,4 mg/kgbb/hari dengan selang
waktu 12 jam selama sehari pertama dilanjutkan dengan 2,2 mg/kgBB sekali sehari
Infeksi berat:200mg sehari
2.Rehidrasi
Sesuai anjuran WHO/UNICEF menggunakan cairan yang terdiri dari 1 L air yang mengandung glukosa
,natrium klorida 3,5 gram,natrium citrate 2,9 gram,kalium klorida 1,5 gram.Untuk diare akut harus di
infus
2.OBSTIPANSIA
adalah untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare,yaitu dengan cara:
a.Zat penekan peristaltic.Contohnya loperamid
1. Loperamid
Indikasi : untuk pengobatan diare akut dan diare kronik
Kontraindikasi : hipersensitivitas dengan loperamid, hambatan peristaltik, bayi
dan anak < 2 tahun, hindari penggunaan sebagai terapi utama
untuk disentri akut, ulseratif kolitis akut, bacterial enterocolitis
dan kolitis pseudomembran.
Bentuk sediaan : kaplet dan tablet salut selaput 2 mg.
Dosis dan aturan pakai : anak-anak : – diare akut maksimal 16 mg per hari
2-5 tahun (13-20 kg) : 1 mg 3 kali per hari
6-8 tahun (20-30 kg) : 2 mg 2 kali per hari
8-12 tahun (> 30 kg) : 2 mg 3 kali per hari
pemeliharaan : 0,1 mg/kg BB sesudah BAB
- diare kronis maksimal 4-12 mg per hari
dewasa :
– diare akut, dosis awal 4 mg diikuti 2 mg
sesudah BAB maksimal 16 mg/hari,
- diare kronis dosis awal seperti diare akut
diikuti 4-8 mg/hari sesudah BAB maksimal
16 mg/hari.
Efek samping : nyeri abdominal (perut), mual, muntah, mulut kering,
mengantuk, pusing, ruam kulit, dan megakolon toksik.
Resiko khusus : pada pasien yang sedang hamil pada trimester pertama resiko
penggunaan obat ini adalah termasuk kategori C, di mana
penelitian pada wanita (manusia) belum tersedia.
Tidak direkomedasikan untuk wanita menyusui karena
loperamid dapat masuk ke jaringan payudara (susu).
b.Adsorben
1. Kaolin
mekanisme kerja : bekerja sebagai penyerap dan menghilangkan rangsangan baik sekali dalam
pengobatan terhadap diare yang nonspesifik. Kaolin bila diberikan peroral dapat mengabsorbsi
bahan racun dalam pencernaan makanan dan menghilangkan bakteri dan zat yang merangsang
yang sering merupakan penyebab diare.
Kontra indikasi : jangan diberikan kepada penderita konstipasi, obstruksi usus, hipersensitifitas.
Contoh : Neo Entrostop.
2. Pectin
Mekanisme kerja : merupakan adsorben dapat menghilangkan racun bakteri. Bekerja tidak spesifik
dengan mengadsorbsi nutrisi, racun, obat dan cairan pada saluran pencernaan.
Sering dikombinasikan dengan Attapulgite.
Kontra indikasi : Hipersenstifitas, penderita obstruksi usus.
Contoh : Diagit, Molagit, Omegdiar.
3. Attapulgite
Mekanisme kerja : dengan mengabsorpsi nutrisi, racun, obat dan cairan pada saluran pencernaan.
Sering dikombinasiakn dengan Pectin.
Kontra Indikasi : konstipasi, obstruksi usus.
Contoh : Diapet, Neo Enterodiastop.
3.SPASMOLITIKA
adalah zat yang dapat melemaskan kejang kejang otot perut(nyeri perut) pada diare misalnya
Atropin sulfat
1. Atropin sulfat
Indikasi: tukak peptic ,gastritis,heartburn,hiperasiditas
Kontra indikasi : glaucoma sudut tertutup,asma,hernia hiatal,penyakit hati atau gunjal
yang serius.
Dosis: 160-320 mg diantara waktu makan dan menjelang tidur.
2.8 Laksatif
Obat laksatif atau katartif digunakan dalam beberapa cara untuk mempercepat jalan nya
isi usus disepanjang saluran GI. Laksatif dapat berupa stimulan kimiawi yang dapat mengiritasi
lapisan saluran GI secara kimiawi, stimulan massa feses ( Bulk stimulant ) juga disebut stimulan
mekanik yang menambah isi fekal di dalam massa feses atau pelumas yang membantu isi usus
bergerak lebih lancar.
1. Stimulan Kimiawi
Obat – obatan bekerja sebagai stimulan kimiawi secara langsung mensimulasi pleksus saraf
dalam dinding usus, menyebabkan peningkatan pergerakan dan menstimulasi reflek lokal.
Laksatif sejenis itu mencangkup agen :
a. Kaskara ( Generik ), agen reliabel yang menyebabkan pengosongan usus obat ini
mungkin memiliki efek yang lambat dan terus menerus atau dapat menyebabkan keram
yang hebat dan pengosongan isi usus besar secara cepat.
b. Senna ( Senekot ), obat reliabel lainnya yang memiliki efek serupa dengan kaskara obat
ini dapat ditemukan dalam banyak obat bebas.
3. Laksatif Pelumas
Seringkali untuk membuat defekasi menjadi lebih mudah tanpa menstimulasi pergerakan
saluran GI diperlukan penggunaan pelumas beberapa pasien yang dapat mengalami bahaya
mengejan dapat menggunakan tipe laksatif ini :
a. Dokusat ( Colace ), memiliki cara kerja seperti deterjen pada permukaan bolus usus
meningkatkan saluran campuran lemak dan air serta menggunakn feses. Obat ini sering
kali menggunakan sebagai profilaksis pada pasien yang tidak boleh mengejan (
mis.setelah pembedahan, infark, miukard atau kelahiran ofstetrik).
FARMAKOKINETIK
Obat – obatan ini diabsorpsi dengan cepat dimetabolisme dari hati dan diekskresi melalui
urin obat ini menembus plasenta dan masuk ke asi. Metoklopramit tengah diteliti untuk
meningkatkan laktasi pada dosis 30/45mg per hari. Keefektifan obat ini dalam meningkatkan
laktasi mungkin dihubungkan dengan penyekat dopamin, yang seringkali dikaitkan dengan
peningkatan kadar prolaktin.
EFEK MERUGIKAN
Terjadi pade penggunaan stimulan GI melibatkan stimulasi GI dan mencakup mual,
muntah, diare, spasme usus, dan kram. Efek merugikan seperti penurunan tekanan darah dan
denyut jantung , kelemahan, keletihan, mungkin terkait dengan stimulasi parasimpatis.
Sitoprotektif
Obat sitoprotektif adalah sbagai obat yang dapat mencegah atau mengurangi kerusakan mukosa
lambung atau duodenum oleh berbagi zat ulserogenik atau zat penyebab nekrasis koma tanpa
menghambat sekresi atau menetralkan asam lambung. Jadi obat sitopfrotektiif dapat mencegah
kerusakan mukosa lambung yang acid-mediated (mis aspirin) muapun yang acid-independen (mis
oleh alkohol 70).
H2 bloker tidak termasuk obat sitoprotektif karena hanya efektif untuk mencegah kerusakan
mukosa acid-mediated.
Obat sitoprotektif dapat dibedakan atas :
a. Golongan analog prostaglandin (besifat sitoprotektif dan antik sekresi) :
1.anal PGE : mistoprostol, rioprostil, dan
2. analog PGE2 : enprostil, anbasprostil,trimospostil
b. semua no prostal glandin dengan proteksi lokal16 :
1.
karbenoksolon
2. sugkralfat
3. bismut koloidal
4. setrastat
Analog prostaglandin
Bersifat sitoprotektif dan anti sekresi utama PGE dan PGI yang disintesis oleh mukosa lambung
dan usus halus. PGE dalam dosis kecil bersifat sitoprotektif dalam jumlah besar bersifat
antisekresi. PG dalam jumlah kecil menimbulkan efek sitoprotektif sedangkan dalam dosis besar
menimbulkan efek sitoprotektif dan anti seksresi.
Mekanisme efek sitoproteksi PG:
1. Meningkatkan aliran darah mukosa lambung-duodenum( efek pasodilatasi PGE dan PGI
sedangkan PGF2 fase kontruksi) dan meningkatkan kemampuan memperbaiki mukosa
lambung duodenum dengan cara merangsang migrasi sel basah mukosa ke arah
permukaan.
2. Meningkatkan sekresi mulkus duodenum( hanya PGE saja )
3. Meningkatkan sekresi bikarbonat lambung duodenum ( PGE) dengan cara meningkatkan
kadar fosfolipid mukosa sehingga meningkatkan hidrofobisitas permukaan mukosa, dan
dengan demikian mencegah dan mengurangi difusi balik ion H.
4. PGE menyebabkan hiperplasia mukosa lambung duodenum kusus nya di antrum terutama
dengan memperpanjang daur hidup sel-sel efitel yang sehat tanpa meningkatkan aktifitas
ploriferasi.
Dari berbagai hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sediaan analog PGE efektif untuk
menyembuhkan ulkus peftikum. Disamping itu analog PGE kurang efektif dalam menghilangkan
rasa nyeri dan menimbulkan lebih banyak efek samping ( diare, nyeri abdomen ) dibandingkan H2
bloker bersifat abortifasien .
POSOLOGI
PG alamiah dipecah dengan cepat PG sintetik yang cukup stabil dibuat untuk dapat digunakan
sebagai obat meskipun efek sitoprotektif tidaka dapat di andalakan untuk penyembuhan ulkus di
harapkan bahwa analog PG berguna untuk mencegah kerusakkan saluran cernah oleh akibat
pemakaian ulserogenik secra menahan.
Karbon oksolon
Karbon oksolon adalah sitoprotektif yg prtma dipasarkan .
MEKANISME kERJANYA :
Stimulasi sekresi mukus , stabilisasi membran sel dan mempercepat reg Nerasi eptel permukaan
yg rusak dan aktivitas antipeptid dgn dosis 200-300 mg sehari efek obat ini sebanding dgn
simatidin untuk penyembuhan ulkus dan duodenum . efek samping sistemiknya berpotensi
membahayakan , obat ini sudah ditingkalkan sekarang
SUKRALFAT
MEKANISMERJANYA
Sukralfat adl garam aluminium dr sukrosa sulfat.dlm suasana asam obat membentuk pasta kental
secara selektif pada uktus dan berfungsi sbg sawar yg mlindugungi ulkus trhdap difusi
asam,pepsin,garam empedu
FOSOLOGI
Sulkralfat (ulsanicer) tablet 500 mg dosis dewsa 2 tablet 3-4 kali keadaan perut kosong dan pada
waktu mau tidur
EFEK SMPING
Sulkralfat menyembbkan kinstipasi ringan pd 2-10 % penderita , menimbulkan toksisitas pd
penderita gagal ginjal . kelemahannya permberiannya harus 4x sehar tdk boleh diberikan bersama
antasid atau makanan
SETRAKTAT
MEKANISME KERJA
Sekraktat adl ester dari asam trametsamat obat oabat ini memperkuat faktodr defensif pada
lambung.efeknya meningkatkan aliran darah mukosa lambung-duodenum.obat ini meningkatkan
pg endogen mukoaa . efek ini menghasilkan percepatan regenerasi epitel mukosa dan produksi
mukus , menghambat difusi balik ion h dan konfersi pepsinogen mnjd pepsin dlm mukosa
membran , memperkuat resintensi ,ukosa , setraktat mempercepat penyembuhan ulkus peptikum
dan memperpendek waktu pengobatan
INDIKASI
Ulkus peptikum dan ulkus duodenum. Setraktrat efektif untuk ulkus kambuhan bermanfaat pd
ulkus kambuuhan pd usia lanjut dan usia mengah karena aliran darah mukosa menurun
FOSOLOGI
Sedian kapsul 200 mg dosis dewasa 1 kapsul 3-4x sehari setelah makan dan sblm tidur
EFEK SAMPING
Gangguan saluran cerna yang paling sering konstipasi ringan,efek samping yang lebih jarang
terjadi adalh mual,muntah,diare,mulut kering,dan erupsi kulit.
MEKANISME KERJA
Obt ini pd ph asam (<5) membentuk lapisan pelimdung yg selektif didasar uktus,bertindah sbg
sawar terhadap difusi asam , pesin dan asam empedu . efek obat ibi mukosa lambung memlaui
pempetukan pg endogen,efek bakterisidal terhdap compy lobakter pylori ditemukan dimukosa
lambung dan metaplasia lambung diduodenum pd sebagian besar penderita ulkus
peptikum.kolonisasi C.pylori pd mukosa lambuung berhubungan pada gas tristis.perananya
etiologi ulkus masih blm jelas karena :
a.kuman tsb jarang dutemukan pd ulkus sendiri
b.kuman itu msh terdapat pd antrum dlm densitas yg sama dgn sblm pengobatan meskipun
ulkusnya tlh sumbuh dgn h2 bloker,sugkralfat
c.ulkus sembuh dan kuman dibasmi dengan garam bismut.penderita tetap remisii meskipun
c.pylori telah berkoloniasai kembali
d.kmungkkinan mekanisme kerja dlm meinimbulkan gas tristis dan ulkus peptikum adl mencerna
lapisan mulkus dgn enzim protease dan glikosilhidrolase yg dihasilkn oleh kuman ini
FOSOLOGI
Tablet berisi koloidal bismut sutrat 120 mg dosis 4 tablet sehari dberikan setengah jam sblm
makan.obat ini diberikan 2-4x sehari tdk boleh bersamaan antasida susu atau mkanan.untuk
eradikasi C.phylori disertai angka kekambuhan lebih rendah lama pemberian tidak boleh lebih dr
8 mnggu,interval pemberian minimal 2 bulan
INDIKASI
Gas tritis dan ulkus duodenum
EFEK SAMPING
Bismut bersifat nereotoksik ensepalopati terutama bila diberikan pada penderita dengan riwayat
gagal ginjal obat ini menyebabkan pewarnaan 9hitam) pd lidah gigi,lidah,dan feses yg refersible
dan dpt terjadi konstipasi dan melena.obt ini tdsk bole dgunakan unuk terapi jangka panjang
KONTRA INDIKASI
Disfungsi ginjal yang berat
PERHATIAN :
Pengguan jangka panjang dalam dosis tnggi tiak dianjurkan krn menimbulkan ensepalopati yg
refersible.pengguannya tdk diindikasikan pda kehamilan karena datanya blm cukup menyatakan
bahwa obat ini aman bagi wanita hamil.penggunaan pada anak tidak dianjurakn krn data tentang
efikasi dan kemananya belum ada
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, Tan Hoan dan Rahardja Kirana. 2002. Obat-Obat Penting, Edisi Kedua. Jakarta : Gramedia.
Dian, Yusnita. 2013. Penyaikit saluran cerna.
http://tipscaradietyangbaik.blogspot.com/2013/01/penyakit-saluran-cerna.html (Online).
Di akses pada 10 September 2014, Pukul 16.50 WIB.
Ganiswarna,Sulistia G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Lacy, Charles F., 2006, Drug Information Handbook, 14th edition, Lexicomp, North American.