Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

Dr. Moh. Jusman Rau S.KM., M.Kes

Di buat oleh :
Vivin Virdayanti (P10223035)

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


PASCASARJANA
UNIVERSITAS TADULAKO
KATA PENGANTAR

Puji syukur di ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi penulis masih banyak kekurangan
yang terdapat dalam makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palu, 12 September 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Istilah epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata
Epi yang berarti pada atau tentang, kata demos yang berarti penduduk, dan kata
logia yang berarti ilmu. Sehingga diartikan menjadi ilmu mengenai kejadian
yang menimpa penduduk. Epidemiologi tidak terbatas hanya mempelajari
tentang epidemi (wabah) aja. Pengertian lain menjelaskan bahwa epidemiologi
adalah studi yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit dan keadaan
kesehatan pada populasi, serta penerapannya untuk pengendalian
masalahmasalah kesehatan. Distribusi penyakit disini adalah bahwa
epidemiologi mempelajari pola penyebaran, kecenderungan, dan dampak
penyakit terhadap kesehatan populasi. Sedangkan determinan penyakit adalah
epidemiologi mempelajari faktor-faktor risiko dan faktor etiologi penyakit.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah berjudul “Konsep Dasar dan
Masalah Hubungan Sebab Akibat” Yaitu antara Lain:
1. Menjelaskan Konsep dasar Epidemiologi
2. Masalah Hubungan Sebab Akibat
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini:
1. Untuk mengetahui Konsep dasar Epidemiologi
2. Untuk mengetahui Masalah Hubungan Sebab Akibat

D. Manfaat
- Manfaat bagi tim penulis
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bentuk karya
ilmiah dan menambah wawasan khususnya tentang Konsep dasar
epidemiologi dan Masalah hubungan sebab akibat.
- Manfaat bagi pembaca
menjadi bahan masukan dan menambah khasanah ilmu pengetahuan
tentang Konsep dasar epidemiologi dan Masalah hubungan sebab akibat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Epidemiologi


1. Pengertian
Epidemilogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Epi=pada,
Demos = penduduk, logos = ilmu), dengan demikian epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
masyarakat.
Epidemiolgi merupakan suatu ilmu yang mempelajari pola
kesehatan dan penyakit serta faktor yang terkait di tingkat populasi.
Biasanya tujuan menelaah epidemiologi ialah untuk melakukan
investigasi terhadap suatu kejadian yang berhubungan dengan
kesehatan agar bisa dikontrol, misalnya saat terjadi wabah.
Menurut sejarah perkembangan, epidemiologi dibedakan atas:
a. Epidemiologi klasik
Epidemiologi klasik mempelajari tentang penyakit menular
wabah (epidemi) serta terjadinya penyakit menurut konsep
epidemiologi klasik.
b. Epidemiologi modern
Konsep epidemiologi modern sering digunakan dalam studi
epidemiologi yang bersifat analitik, selain untuk penyakit menular
wabah, juga dapat diterapkan untuk penyakit menular bukan
wabah, penyakit tidak menular, serta masalah-masalah kesehatan
lainnya.
Di dalam epidemiologi terdapat 2 tipe pokok pendekatan
atau metode, yaitu:
I. Epidemiologi deskriptif
Studi epidemiologi tentang kejadian penyakit atau masalah
lain yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi. Studi ini
pada umumnya dirancang untuk mempelajari distribusi,
kecenderungan, dan dampak penyakit menurut orang (person),
tempat (place), dan waktu (time). Karakteristik-karakteristik yang
diamati dalam epidemiologi deskriptif meliputi umur, seks, ras,
jenis pekerjaan, kelas sosial, waktu dan lokasi geografis.
a. Orang (person)
Variabel orang disini meliputi umur, jenis kelamin,
kelas sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan,
besarnya keluarga dan paritas.
b. Tempat (place)
Frekuensi penyakit di berbagai wilayah di dunia
menunjukkan variasi yang besar dan berbeda dalam distribusi
geografisnya. Distribusi geografis dapat berguna untuk
perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan
penjelasan mengenai etiologi penyakit. Di dalam mempelajari
etiologi penyakit, peranan tempat sangat penting dalam
menggambarkan secara jelas pada penyelidikan suatu wabah.
Beberapa penyakit antar wilayah tertentu dapat berbeda
frekuensinya, ada yang tinggi frekuensinya pada penyakit
tertentu di wilayah tertentu, bahkan hanya ada penyakit yang
didapatkan pada wilayah tertentu. Di Indonesia misalnya,
terdapat penyakit Schistosomiasis dan Filariasis hanya
didapatkan pada wilayah tertentu. Schistosomiasis terdapat di
wilayah dimana terdapat keong sebagai vektornya. Faktor
tempat dapat dipengaruhi oleh keadaan iklim, tanah/geografis,
penyebaran dan kepadatan penduduk, flora dan fauna, sistem
pelayanan kesehatan, agama dan adat istiadat.
c. Waktu (time)
Waktu erat kaitannya dengan penyakit, karena dengan
perubahan penyakit menurut waktu dapat menunjukkan
adanya perubahan faktor-faktor etiologis penyakit. Data
penyakit berdasarkan waktu dapat menunjukkan adanya
kecenderungan tertentu, misalnya adanya peningkatan atau
penurunan angka morbiditas dan mortalitas. Penyakit dapat
mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dapat dipengaruhi
oleh keberadaan penyebab, perubahan lingkungan, kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan pada alat
diagnosis, dan perubahan pada usaha pencegahan dan
penanggulangan penyakit. Variabel waktu meliputi: jam, hari,
bulan, tahun, dan musim (musim kemarau dan musim
penghujan).
II. Epidemiologi analitik
Studi epidemiologi yang dirancang untuk mempelajari
paparan, faktor risiko, kausa, dan faktor-faktor yang
dihipotesiskan mempunyai hubungan dengan kejadian penyakit.
Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang perlu
direnungkan, yaitu:
a. Who (siapa), siapakah yang menjadi sasaran penyebaran
penyakit itu atau orang yang terkena penyakit.
b. Where (dimana), dimana penyebaran atau terjadinya penyakit.
c. When (kapan), kapan penyebaran atau terjadinya penyakit
tersebut.
2. Definisi Epidemiologi
a. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran dan
perluasan penyakit dalam suatu kelompok penduduk atau
Masyarakat (Definisi lama sebelum tahun 1960).
b. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan
determinan yang berhubungan dengan status kesehatan atau
kejadian penyakit pada Masyarakat khusus dan penggunaanya
untuk mengontrol masalah Kesehatan (Last, 1995).
c. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit
dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada
manusia (MacMahon & Pug, 1970).
d. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan
determinan frekuensi penyakit dan status Kesehatan pada populasi
manusia (Murti, 1997).
e. Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari distribusi dan
jenis tentang timbulnya penyakit pada manusai berdasarkan waktu
dan tempat (W.H Frost).
f. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari, menganalisis serta
berusaha memecahkan berbagai masalah Kesehatan maupun
masalah yang erat hubunganya dengan Kesehatan pada suatu
kelompok penduduk tertentu (Noor, 2002).
Definis tersebut memiliki persamaan satu dan lainya, sehingga
dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang distribusi dan determinan penyakit atau
masalah Kesehatan pada kelompok manusia, serta mempelajari
bagaimana suatu penyakit terjadi dan meneliti Upaya preventif
maupun Upaya mengatasi masalah tersebut.
3. Peranan Epidemiologi
Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi
dan faktor-faktorpenyebab masalah kesehatan dan mengarahkan
intervensi yang diperlukan maka epidemiologi diharapkan
mempunyai peranan dalam bidang kesehatan Masyarakat berupa :
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya
penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat.
b. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan
dan mengambil keputusan.
c. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang
sedang atau telah dilakukan.
d. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu
penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.
e. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi
masalah yang perlu dipecahkan.
4. Ruang Lingkup Epidemiologi
Epidemiologi merupakan ilmu yang tidak hanya penting bagi ilmu
Kesehatan, tetapi erat hubunganya dengan disiplin ilmu lainya.
Sehingga tidak jarang epidemiologi dikembangkan pada berbagai
bidang.
a. Epidemiologi penyakit menular
Epidemiologi berperan dalam memantau munculnya ataupun tren
suatu penyakit menular yang terjadi. Surveilans dalam
epidemiologi menjadi alat untuk pencatatan dan pelaporan
penyakit menular yang terjadi terutama yang menjadi perhatian
pemerintah. Contoh surveilans terpadu penyakit HIV-AIDS, TBC
dan Malaria.
b. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Keberhasilan metode epidemiologi dalam memantau
penyakit menular, menjadi alasan memonitor penyakit tidak
menular. Awalnya, penyakit menular yang menjadi perhatian
pencatatan rutin, namun dengan semakin bergesernya Masyarakat
yang di diagnose menderita penyakit tidak menular, maka
epidemiologi juga perlu untuk hal ini. Contoh, epidemiologi
penyakit hipertensi yang menjadi faktor utama beberapa penyakit
terkait pembuluh darah seperti PJK (Penyakit Jantung Koroner).
c. Epidemiologi Klinik
Epidemiologi klinik adalah suatu pendekatan secara
epidemiologi untuk melakukan dan menganalisis suatu observasi
atau kejadian dalam bidang kesehatan. Kejadian utama yang
paling menarik untuk diperhatikan adalah penyakit dan apa yang
menjadi penyebab penyakit tersebut. Dengan demikian tujuan
dasar epidemiologi klinis adalah untuk mengembangkan cara
observasi dan analisis klinis sehingga diperoleh suatu kesimpulan
yang benar dan terpercaya.
d. Epidemiologi Kependudukan
Cabang ilmu epidemiologi yang mengkaji tentang
bagaimana faktor demografi sangat penting dalam mempengaruhi
status Kesehatan. Karakteristik penduduk yang beragam mulai dari
karakteristik biologis, sosial, ekonomi, pendidikan dan lain
sebagainya tentu akan menyebabkan masalah penyakit yang
beragam.
e. Epidemiologi Gizi
Banyak digunakan dalam menganalisis masalah gizi
masyarakat, dimana masalah ini erat hubungannya dengan berbagai
faktor yang menyangkut pola hidup masyarakat.
f. Epidemiologi Kesehatan Jiwa
Salah satu pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa
dalam masyarakat baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok
penduduk tertentu, maupun analisis berbagai factor yang
mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.
g. Epidemiologi Pelayanan Kesehatan
Salah satu system pendekatan managemen dalam
menganalisis masalah, mencari faktor penyebab timbulnya suatu
masalah serta penyusunan rencana pemecahan masalah tersebut
secara menyeluruh dan terpadu.
h. Epidemiologi Lingkungan dan Kesehatan Kerja
Merupakan bagian dan cabang dari epidemiologi yang
mempelajari dan menganalisis keadaan kesehatan tenaga kerja
akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja baik yang
bersifat fisik, kimia, biologi, social budaya serta kebiasaan hidup
para pekerja.
B. Hubungan Sebab Akibat (Konsep Kausalitas)
riset epidemiologi memiliki tujuan untuk mengetahui penyebab
penyakit, hubungan penyakit dengan penyebab lainnya, serta besarnya
pengaruh terhadap terjadinya penyakit. Hasil riset tersebut memberikan
gambaran mengenai kasualitas (sebab akibat) faktor terhadap terjadinya
penyakit yang sangat berguna dunia kesehatan dan kedokteran. Anjuran
dokter untuk menghindari perilaku merokok yang dapat menyebabkan
kanker paru-paru dibuat berdasarkan hasil riset yang dilakukan
berulangkali. Hasil riset juga digunakan juga sebagai pertimbangan untuk
perencanaan kesehatan pada suatu komunitas, sehingga diharapkan
intervensi yang diberikan dapat memperbaiki status kesehatan pada
komunitas tesebut.
Dalam epidemiologi terdapat dua pendekatan yang digunakan
untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara faktor-faktor yang diteliti
dan penyakit, yaitu :
1. Pendekatan determinisme
pendekatan yang memberikan gambaran hubungan sempurna
antara variabel dependen (penyakit) dan variabel independen (faktor-faktor
dalam penelitian yang sesuai dengan model matematika. Contoh postulat
Henle Koch yang menyatakan bahwa agen tersebut selalu ditemukan pada
setiap kasus penyakit yang diteliti (nesessary cause), pada keadaan yang
sesuai.
2. Pendekatan probabilitas
Pendekatan yang memberikan gambaran hubungan yang masih
mungkin terdapat kesalahan yang bersifat acak, bias, dan kerancuan.
Untuk meyakinkan hubungan yang valid (benar) maka digunakan teori
statistik. Penaksiran hubungan yang valid adalah penaksiran hubungan
yang telah memperhitungkan faktor peluang, bias dan kerancuan. Contoh :
kebutuhan konsumsi setiap individu memiliki perbedaan. Dengan metode
statistik maka dapat memberikan memperkirakan komsumsi rata-rata
setiap kelompok umur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Namun, perlu diketahui bahwa hubungan yang valid selalu bersifat
kausal. Untuk menyatakan bahwa hubungan bersifat kausal maka perlu
beberapa pertimbangan yang matang. Pertimbangan tersebut dapat berasal
dari epidemiologik ataupun non epidemiologik.
Terdapat 9 kriteria suatu penelitian bersifat kausalitas berdasarkan
prinsip Hill”s Postulates antara lain:
a. Stength of Association (Kekuatan Asosiasi)
Besar angka menunjukkan seberapa kuat hubungan paparan dan
kejadian penyakit. Semakin besar angka menunjukkan semakin kuat
hubungan dan menyatakan bahwa hubungan tersebut bersifat
kausalitas. Ukuran untuk menilai hubungan paparan dan penyakit
berupa Resiko Relatif (RR) atau Rasio Odds (OR). Kriteria kekuatan
Asosiasi bersifat mutlak untuk menunjukan suatu penelitian bersifat
kausalitas.
Contoh : Sebuah studi pada kelompok perokok (terpapar) dan
tidak perokok (tidak terpapar) dengan jumlah sampel masing-masing
kelompok 20 orang. Studi diikuti selama 5 tahun untuk mengetahui
kejadian Kanker Paru (Studi Kohort). Dalam waktu 5 tahun tersebut
terdapat 5 penderita kanker paru-paru dari 20 orang pada kelompok
terpapar dan pada kelompok tidak terpapar terjadi kasus 1 penderita
kanker paru-paru dari 20 sampel. Berdasarkan kasus tersebut
didapatkan nilai Resiko Relatif sebesar 5. Dapat disimpulkan bahwa
kelompok perokok lebih beresiko 5 kali terkena kanker paru
dibandingkan dengan kelompok yang tidak merokok.
b. Consistency of the Observed Association (Konsisten)
Kosinten hasil penelitian walaupun penelitian sejenis
dilaksanakan pada waktu dan tempat yang berbeda. Ini menunjukan
bahwa terdapat hubungan yang bersifat kausalitas. Kriteria konsistensi
bersifat mutlak untuk menunjukan suatu penelitian bersifat kausalitas.
Contoh: Penelitian mengenai kelompok perokok dan tidak
perokok yang dilakukan di Surabaya tahun 2015 menunjukan bahwa
nilai Resiko Relatif sebesar 4. Pada tahun 2017 dilakukan penelitian
sejenis yang menunjukan nilai Resiko Relatif sebesar 5. Disimpulkan
bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa merokok merupakan faktor
risiko terjadinya kanker paru. Meskipun nilai resiko relatifnya berbeda.
c. Specificity (Spesifitas)
Spesifitas adalah kemampuan satu variabel bebas menjadi faktor
risiko dari berbagai macam penyakit. Contoh : Rokok merupakan
faktor risiko kanker paru, rokok merupakan faktor risiko jantung
koroner, rokok merupakan faktor risiko stroke.

d. Temporality (Hubungan temporal)


Menunjukan bahwa penyebab (exposure) mendahului (hasil)
secara berurutan. Kriteria Temporality bersifat mutlak untuk
menunjukan bahwa penelitian tersebut bersifat kausalitas.
Contoh: Penyakit kanker paru pada seseorang didahului oleh
merokok selama 5 tahun. Jadi perilaku merokok merupakan faktor
resiko terjadinya kanker paru.
e. Biologic Gradient (Terdapat tingkatan Gradasi Biologi).
Paparan yang semakin kuat menyebabkan seseorang dalam
waktu singkat dapat menderita penyakit tersebut lebih cepat. Kriteria
ini bersifar mutlak untuk menunjukan suatu penelitian bersifat
kausalitas.
Contoh: Si A merokok setiap hari sebanyak 2 batang setelah 5
tahun mengidap kanker paru, Si B merokok setiap hari sebanyak 5
batang setelah 2 tahun mengidap kanker paru. Ini menunjukan bahwa
si B terpapar asap rokok lebih banyak dibandingkan si A. Sehingga si
B lebih cepat menderita penyakit kanker Paru.
f. Biologic Plausibility (Secara biologi dapat dimengerti)
Melalui Biologi dapat dijelaskan runtutan kejadian suatu
penyakit (tidak bertetangan dengan ilmu Biologi). Kriteria ini juga
berisfat mutlak untuk menunjukan penelitian menunjukan hubungan
kausalitas.
Contoh : Penyakit Kanker Paru diawali dengan asap rokok yang
memiliki kadar Nikotin yang masuk ke Paru-Paru. Nikotin yang masuk
menyebabkan rusaknya epitel. Maka epitel akan terus regerasi secara
terus menerus. Kejadian yang terjadi secara terus menerus
menyebabkan sel apietel lepas kontrol dan terjadilah Kanker paru.
g. Coherence (Koherensi)
Koherensi pada perjalanan penyakit, biologi, dan epidemiologi
sehingga pada akhirnya memberikan pemahaman yang sama. Namun,
kriteria koherensi bukan merupakan syarat mutlak penelitian dinyatkan
sebagai kausalitas.
Contoh : Merokok dapat menyebabakan terjadinya kanker paru
yang sesuai dengan riwayat alamiah penyakit, Biologi dan
epidemiologi
h. Experiment
Bantuan kekuatan hubungan kausalitas dapat diperoleh dengan
medical record trial, intervensi, dan studi pada hewan.
i. Analogy
Dapat dianalogikan (disamakan) dengan penelitian sejenis.
Contoh: thaladomine dapat mengurangi mual pada ibu hamil pada lima
tahun berikutnya banyak ibu-ibu anaknya mengalami kecacatan.
kemudian dianalogikan dengan rubella (morbili Jerman) bayi tersebut
mengalami mengalami kelainan. Karena memiliki dampak yang efek
yang sama maka ditelusuri thaladomine. dari hasil penelususran
menunjukan RR: 3,1 dibandingkan dengan ibu ibu yang tidak
menggunakan thaladomine. sifat ini dianggap membantu hubungan
asosiasi dan tidak mutlak harus ada.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epidemiologi adalah suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis
distribusi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan berbagai masalah
kesehatan dalam suatu penduduk tertentu dengan tujuan untuk melakukan
pencegahan dan penanggulangannya. Epidemiologi memiliki peranan yang
sangat penting dalam Masyarakat dan memiliki banyak ruang linkup baik
dalam penyakit menular maupun tidak menular. Serta dalam hubungan sebab
akibat Terdapat 9 kriteria suatu penelitian bersifat kausalitas berdasarkan
prinsip Hill”s Postulates.
B. Saran
- Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan ilmu epidemiologi dalam
kehidupan sehari-hari. Baik dari konsep dasar epidemiologi maupun
hubungan sebab akibat.
Daftar Pustaka

Asriwati Amirah, S. A. (2020). KONSEP DAN APLIKASI EPIDEMIOLOGI.


Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.
Faiqatul Hikma, E. T. (2018). EPIDEMIOLOGI. Yogyakarta: PUSTAKA
PANASEA.
H.J.MUKONO. (2002). Epidemiologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga
University Press.
M.N, B. (2012). Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Muh.Guntur, F. Y. (2019). DASAR EPIDEMIOLOGI. Yogyakarta: CV BUDI
UTAMA.
Najmah. (2015). Epidemiologi untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Siyam, N. (2021). Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui
Metode . Jurnal Profesi Keguruan, 236-240.

Anda mungkin juga menyukai