Anda di halaman 1dari 29

BAB II

PEMBAHASAN

1. KONSEP TERJADINYA PENYAKIT

A. KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari pengetahuan Ilmu Kesehatan Masyarakat
(Public Health) yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit dan masalah
kesehatan lainnya dalam masyarakat. Keberadaan penyakit masyarakat itu didekati oleh
epidemiologi secara kuantitatif. Karena itu, epidemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai
suatu metode pendekatan banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam menjelaskan masalah
kesehatan.

Menurut asal katanya, secara etimologis, epidemiologi berarti ilmu mengenai kejadian
yang menimpa penduduk. Epidemiologi berasal dari perkataan Yunan, dimana epi = upon, pada
atau tentang, demos = people, penduduk, logia = knowledge, ilmu. Namun epidemiologi ini tentu
sesuai dengan sejarah kelahirannya dimana epidemiologi memberikan perhatian terhadap
penyakit yang mengenai penduduk. Penyakit yang banyak menimpa penduduk pada dewasa itu
hingga akhir abad 19 adalah penyakit wabah atau epidemic (penyakit yang mengenai penduduk
secara luas). Epidemiologi memberikan perhatian tentang epidemic yang banyak menelan korban
kematian, dan begitulah nama epidemiologi tidak bias dilepaskan dengan epidemiologi itu
sendiri.

Sebagai ilmu yang berkembang, epidemiologi mengalami perkembangan pengertian dank


arena itu pula mengalami modifikasi dalam batasan atau definisi. Berbagai definisi telah
dikemukakan oleh para penulis dan mereka para para pakar yang mencurahkan waktunya dalam
epidemiologi. Beberapa diantara mereka adalah:

Wade Hampton Frost (1972), Guru Besar Epidemiologi di School of Hygiene,


Universitas John Hopkins mendifinisikan epidemiologi sebagai suatu pengetahuan tentang
fenomena missal (mass phenomen) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (natural
history) penyakit menular. Disini tampak bahwa pada waktu itu penekanan perhatian
epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang mengenai massa
(masyarakat).

Greenwood (1934), Profesor di School of Hygiene and Tropical Medicine, London,


mengemukakan batasan epidemiologi yang lebih luas dimana dikatakan bahwa epidemiologi
mempelajari tentang penyakit dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok (herd)
penduduk. Kelebihan pengertian ini adalah dengan adanya penekanan pada kelompok penduduk
yang memberikan arahan distribusi dan metodologi terkait.

Kemudian Brian Mac Mahon (1970), pakar epidemiologi di Amerika Serikat yang
bersama dengan Thomas F. Pugh menulis buku “Epidemiologi: Pricipals and Methods”
menyatakan bahwa epidemiology is the study of the distribution and determinants of disease
frequency in man”.

Epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab frekuensi penyakit pada
manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Walaupun defenisinya cukup sederhana,
disini tampak bahwa MacMahon menekankan epidemiologi sebagai suatu pendekatan
metodologi dalam menentukan distribusi penyakit dan mencari penyebab mengapa terjadi
distribusi sedemikian dari suatu penyakit.

Epidemiologi menurut bahasa Yunani yang berasal dari kata Epi, demos, dan Logos. Epi
= atas, demos = masyarakat, logos = ilmu, sehingga epidemiologi dapat diartikan ilmu yang
mempelajari tentang masyarakat.

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi, frekuensi, dan determinan
penyakit pada populasi.
a. Distribusi : Orang, tempat, waktu
b. Frekuensi, ukuran frekuensi : Insiden dan atau prevalen
c. Determinan faktor risiko : faktor yang mempengaruhi atau faktor yang memberi risiko
atas terjadinya penyakit atau masalah kesehatan
Epidemiologi mengukur suatu kejadian dan distribusi kejadian tersebut menurut variabel
orang, tempat, dan waktu, dan berupaya menentukan faktor yang menyebabkan terjadinya
kejadian itu di kelompok populasi. Ilmu ini dikembangkan dari pengalaman mempelajari
beberapa wabah penyakit pada waktu-waktu tertentu dengan angka kematian yang tinggi.

Tujuan Epidemiologi
Tujuan Epidemiologi antara lain :
1. Menggambarkan status kesehatan populasi
2. Menentukan “sebab” masalah kesehatan
3. Menentukan riwayat alamiah suatu penyakit
4. Mengevaluasi suatu tindakan intervensi kesehatan
5. Meramalkan terjadinya masalah kesehatan di populasi
6. Menggambarkan upaya tindakan pencegahan dan pengobatan yang dilakukan
7. Penelitian sejarah
8. Diagnosis komunitas
9. Kinerja pelayanan kesehatan
10. Risiko individu dan peluang
11. Melengkapi gambaran klinik dan pola penyebaran penyakit
12. Identifikasi sindrom
13. Mencari penyebab
14. Mengevaluasi gejala dan tanda-tanda
15. Analisa keputusan klinis

Manfaat Epidemiologi
Manfaat Epidemiologi antara lain:
1. Membantu pekerjaan Administrasi Kesehatan
2. Dapat menerangkan penyebab masalah kesehatan
3. Dapat menerangkan perkembangan alamiah penyakit
4. Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan
a. Epidemi (singkat dan tinggi)
b. Pandemi ( peningkatan yang sangat tinggi dan telah amat luas)
c. Endemi ( frekuansi tetap dalam waktu yang lama)
d. Sporadik (berubah-ubah menurut perubahan waktu)
Ruang Lingkup Epidemiologi

Kegiatan epidemiologi meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik yang


berhubungan dengan bidang kesehatan maupun diluar bidang kesehatan. Berbagai bentuk dan
jenis kegiatan dalam epidemiologi saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Adapun ruang
lingkup epidemiologi sebagai berikut :

1. Epidemiologi penyakit menular :


Merupakan bentuk upaya manusia untuk mengatasi gangguan penyakit menular
yang saat ini hasilnya sudah tampak sekali. Selain itu untuk mengetahui distribusi
berdasarkan faktor – faktor epidemiologi (orang, waktu, dan tempat) dan faktor – faktor
yang mempengaruhi terjadinya penyakit menular serta upaya pencegahan dan
penanggulangannya.
2. Epidemiologi penyakit tidak menular
Merupakan upaya untuk mencegah penyakit yang tidak menular seperti
kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan obat dan lain-lain.
3. Epidemiologi klinik
Merupakan ilmu yang secara khusus mempelajari metode pencegahan,
pengobatan, pengendalian dan etiologi dalam rangka meningkatkan pelayanan medis.
Banyak yang saat ini sedang dikembangkan para klinisi yang bertujuan untuk membekali
para klinisi atau para dokter dan tenaga medis tentang cara pendekatan masalah melalui
disiplin ilmu epidemiologi.
4. Epidemiologi kependudukan
Merupakan cabang epidemiologi yang menggunakan system pendekatan
epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang
demografi serta factor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografi yang
terjadi dalam masyarakat.
5. Epidemiologi gizi
Merupakan ilmu yang mempelajari sebaran, besar, dan determinan masalah gizi
serta penerapannya dalam kebijakan dan program pangan dan gizi untuk mencaapai
kesehatan penduduk yang lebih baik. Banyak digunakan dalam menganalisis masalah gizi
masyarakat, dimana masalah ini erat hubungannya dengan berbagai factor yang
menyangkut pola hidup masyarakat.
6. Epidemiologi kesehatan jiwa
Merupakan Salah satu pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam
masyarakat baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun
analisis berbagai factor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.
7. Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan
Merupakan salah satu system pendekatan managemen dalam menganalisis
masalah, mencari factor penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunan rencana
pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu.
8. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
Merupakan bagian dan cabang dari epidemiologi yang mempelajari dan
menganalisis keadaan kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada
lingkungan kerja baik yang bersifat fisik, kimia, biologi, social budaya serta kebiasaan
hidup para pekerja.
9. Epidemiologi genetik
Merupakan studi tentang etiologi, distribusi, dan pengendalian penyakit dalam
kelompok – kelompok keluarga dan penyebab penyakit yang diwariskan pada populasi.
10. Epidemiologi perilaku
Merupakan studi atau ilmu yang mempelajari tentang semua faktor – faktor
fenomena perilaku manusia baik kebiasaan maupun budaya yang sudah melekat di
lingkungannya.

B. DEFINISI PENYAKIT

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan
ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap seseorang. Ilmu yang mempelajari tentang
penyakit disebut patologi.

Penyakit merupakan suatu keadaan tidak normal dari tubuh atau pikiran yang
menyebabkan ketidak nyamanan, disfungsi, atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya.
Penyakit dibedakan menjadi penyakit menular, penyakit tidak menular, dan penyakit kronis.
Jenis Penyakit
1. Penyakit Infeksi
Penyakit Infeksi terdiri dari dua macam, yaitu:

a. Penyakit Menular

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman yang menyerang
tubuh manusia. Kuman dapat berupa virus, bakteri , amuba, atau jamur. Beberapa
jenis penyakit menular adalah antraks, beguk, batuk, rejan (pertusis), beri-beri,
cacingan, cacar air (varicella), campak, cikungunya, demam berdarah, demam
kelenjar, diare, disentri amuba, eritema, hipatitis A, hepatitis B, hepatitis C, influenza,
kolera, lepra, malaria, penyakit tangan, kaki, dan mulut, rabies, radang lambung dan
usus, rebula, tetanus, tuberkulosis, konjungtivitis, kurap, kudis, flu burung, HIV, dan
sebagainya.

Penyakit ini digolongkan kepada dua jenis yaitu communicable desease (penyakit
yang dapat dicegah) seperti dipteri. Dan non-Communicable desease (penyakit yang
tidak dapat dilakukan pencegahan seperti imunisasi)

b. Penyakit infeksi yang tidak menular.


Penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak disebabkan oleh kuman, tetapi
disebabkan karena adanya problem fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh
manusia. Penyakit kronis adalah penyakit yang berlangsung sangat lama. Beberapa
penyakit kronis yang sering menyebabkan kematian kepada penderitanya, antara lain
jerawat, bisul, serangan jantung, kanker strok, diabetes, dan sebagainya.
2. Penyakit non-Infeksi
Penyakit non-infeksi bisa disebabakan oleh:
a. Degeneratif, penyakit yang timbul karena menurunnya fungsi alat tubuh. Seperti
kanker, jantung, hipertensi, diabetes, dll.

b. Hubungannya dengan proses metabolic (kemampuan pemecahan dari zat-zat gizi)


seperti, penyakit diabetes, tyroid.
c. Gizi
Asupan makanan yang memenuhi kandungan gizi seimbang bagi anak usia dini
merupakan kunci penting bagi pertumbuhan anak, demi terciptanya generasi penerus
yang lebih berkualitas. Penyadaran akan pentingnya gizi seimbang harus terus
disosialisasikan kepada masyarakat, terutama di daerah yang jauh dari keterjangkauan
informasi.
Penyakit non-infeksi yang disebabkan oleh gizi bisa dikarenakan kekurangan gizi
atau kelebihan gizi. Penyakit karena kekurangan gizi misalnya gizi buruk, kwarsiorkor,
marasmus, anemia, kurang Vitamin A, dll.
Beberapa definisi penyakit menurut para ahli :

1. KATHLEEN MEEHAN ARIAS


Penyakit adalah suatu kesakitan yang biasanya memiliki sedikitnya dua sifat dari
kriteria ini : agen atiologik telah diketahui, kelompok tanda serta gejala yang dapat
diidentifikasi, atau perubahan anatomi yang konsisten.
2. DR. EKO DUDIARTO
Penyakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi
secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan terhadap fungsi
atau struktur organ atau sistem tubuh.
3. THOMAS TIMMRECK
Penyakit adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi
tubuh sehingga berada dalam keadaan tidak normal.
4. AZIZAH HAJI BAHARUDDIN
Penyakit ialah keadaan yang diakibatkan oleh kerusakan keseimbangan fungsi tubuh
dan bagian badan.
5. KATHLEEN MEEHAN ARIAS
Penyakit adalah suatu kesakitan yang umumnya memiliki setidaknya 2 sifat dari
kriteria-kriteria: perubahan anatomi yang konsisten,sudah diketahuinya agen atiologik,
sudah teridentifikasinya bebarapa gejala atau tanda-tanda tertentu.
6. ELIZABETH J. CROWN
Penyakit yaitu perihal hadirnya sekumpulan respons tubuh yang tidak normal
terhadap agen, dimana manusia mempunyai toleransi yang begitu terbatas atau bahkan
tidak mempunyai toleransi sama sekali.
C. PROSES TERJADINYA PENYAKIT

Berdasarkan perjalanannya penyakit dapat dibagi menjadi : Akut dan Kronis. Berdasarkan
sifat penularannya dapat dibagi menjadi : Menular dan Tidak Menular. Proses terjadinya penyakit
merupakan interaksi antara agen penyakit, manusia (Host) dan lingkungan sekitarnya. Untuk
penyakit menular, proses terjadinya penyakit akibat interaksi antara : Agent penyakit
(mikroorganisme hidup), manusia dan lingkungan sedangkan untuk penyakit tidak menular
proses terjadinya penyakit akibat interaksi antara agen penyakit (non living agent), manusia dan
lingkungan. Penyakit tidak menular dapat bersifat akut dapat juga bersifat kronis.

Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen atau faktor penyebab
penyakit, manusia sebagai pejamu atau host, dan faktor lingkungan yang mendukung. Proses
interaksi ini disebabkan adanya agen penyebab penyakit, melakukan kontak dengan manusia
sebagai pejamu yang rentan dan didukung oleh keadaan lingkungan. Dalam buku Epidemiologi
(2001) karya Eko Budiarto, proses interaksi ini dapat terjadi secara individu atau kelompok.
Misalnya, proses terjadinya penyakit TBC karena ada mikrobakterium tuberkolosa yang kontak
dengan manusia sebagai penjamu rentan. Manusia tersebut memiliki daya tahan tubuh yang
rendah dan lingkungan rumah yang tidak sehat sebagai faktor lingkungan.

a) Faktor Agen
Faktor agen sebagai faktor penyebab penyakit. Berupa unsur hidup atau mati yang
terdapat dalam jumlah yang berlebih atau kekurangan.
a. Agen dengan unsur hidup adalah:
1. Virus
2. Bakteri
3. Jamur
4. Parasit
5. Protozoa
6. Metazoa
b. Agen berupa unsur mati adalah:

1. Fisika: sinar radioaktif


2. Kimia: karbon monoksida, obat-obatan, pestisida dan lainnya.
3. Fisik: benturan atau tekanan
4. Unsur pokok kehidupan agen adalah air dan udara.
b) Faktor pejamu
Pejamu ialah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor risiko
untuk terjadinya penyakit. Faktor ini sdisebut faktor instrinsik.
Faktor pejamu dan agen dapat diumpamakan dengan tanah dan benih. Tumbuhnya
benih tergantung keadaan tanah yang dianalogikan dengan tumbulnya penyakit yang
tergantung pada pejamu.
Faktor pejamu yang merupakan faktor risiko timbulnya penyakit, sebagai berikut:
1. Genetik, misalnya penyakit sickle cell anemia, gangguan glukosa, dan lainnya.
2. Umur, misalnya usia lanjut memiliki risiko untuk terkena karsinoma, dan lainnya.
3. Jenis kelamin, penyakit kelenjar gondok, kolesistitis, diabetes melitus, penyakit
jantung dan hipertensi, dan lainnya.
4. Keadaan fisiologi, kehamilan dan persalinan memudahkan terjadinya berbagai
penyakit, seperti keracunan kehamilan, anemia, dan psikosis pascapartum.
5. Kekebalan, orang-orang yang tidak memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit akan
mudah terserang penyakit tersebut.
6. Penyakit yang diderita sebelumnya, misalnya reumatoid artritis yang mudah kambuh.
7. Sifat-sifat manusia, higiene perorangan yang jelek akan mudah terserang penyakit
infeksi.

D. FAKTOR TIMBULNYA PENYAKIT

Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara “agen” atau


faktor penyebab penyakit, manusia sebagai “pejamu” atau host, dan faktor lingkungan yang
mendukung.Ketiga faktor tersebut disebut sebagai Trias Penyebab Penyakit. Proses interaksi
ini disebabkan adanya “agen” penyebab penyakit kontak dengan manusia sebagai
pejamu yang rentan dan didukung oleh keadaan lingkungan.
a. Pejamu (host)
Adalah faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya
serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut banyak macamnya, antara lain :
1. Faktor Keturunan
Dalam dunia kedokteran dikenal berbagai penyakit yang dapat diturunkan seperti
penyakit alergis, kelainan jiwa dan beberapa penyakit kelainan darah.
2. Mekanisme Pertahanan Tubuh
Jika pertahanan tubuh baik maka dalam batas – batas tertentu beberapa jenis
menyakit akan dapat diatasi.
3. Umur
Pada saat ini banyak dikenal penyakit tertentu yang hanya menyerang golongan umur
tertentu misalnya penyakit campak, polio dan difteri yang banyak ditemukan pada
anak – anak.
4. Jenis Kelamin
Beberapa penyakit tertentu ditemukan hanya pada jenis kelamin tertentu saja
misalnya tumor leher rahim ditemukan pada wanita.
5. Ras
Beberapa ras tertentu diduga lebih sering menderita beberapa penyakit tertentu
misalnya penyakit hemofili yanglebih banyak ditemukan pada orang barat.
6. Status Perkawinan
Sering disebutkan bahwa para jejaka ternyata mempunyai resiko kecelakaan yang
lebih tinggi daripada yang telah berkeluarga.
7. Pekerjaan Para manajer yang memimpin suatu perusahaan lebih sering menderita
penyakit ketegangan jiwa daripada bawahan atau karyawan lainnya
8. Kebiasaan hidup  
Seseorang yang terbiasa hidup kurang bersih, tentunya lebih mudah terkena penyakit
infeksi daripada sebaliknya.
b. Agen (Bibit Penyakit)
Agen (Penyebab) adalah unsur organisme hidup, atau kuman infeksi, yang
menyebabkan terjadinya suatu penyakit. beberapa penyakit agen merupakan penyebab
tunggal (single) misalnya pada penyakit menular, sedangkan pada penyakit tidak
menular biasanya terdiri dari beberapa agen contohnya pada penyakit kanker. Berikit ini
yang termasuk kedalam faktor agen :
1. Faktor Nutrtisi : Bisa dalam bentuk kelebihan gizi, misalnya tinggi kolesterol, atau
kekurangan gizi baik itu protein, lemak atau vitamin.
2. Penyebab Kimiawi : Misalnya zat-zat beracun (karbon monoksida), asbes, kobalt,
atau allergen
3. Penyebab Fisik : Misalnya radiasi dan trauma mekanik (pukulan, tabrakan)
4. Penyebab Biologis:
 Metazoa : cacing tambang, cacing gelang, cshistosoma,
 Protozoa : Amoeba, malaria
 Bakteri : Siphilis, typhoid, pneumonia syphilis, tuberculosis,
 Fungi (jamur) : Histosplasmosis, taenea pedis
 Rickettia : Rocky Mountain spot fever
 Virus : Cacar, campak, poliomyelitis
Dalam konsep epidemiologi secara klasik faktor agen memang hanya didefenisikan
sebagai organisme hidup atau kuman infektif penyebab penyakit. Namun seiring dengan
perkembangan ilmu epidemiologi.
c. Lingkungan (Environtment)
Secara umum, lingkungan terbagi atas dua macam yaitu:
1. Lingkungan fisik 
Lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang terdapat di sekitar manusia.
Misalnya cuaca, musim, keadaan geografis, dan struktur geologi.
2. Lingkungan non fisik
 Lingkungan non fisik ialah lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya
interaksi antar manusia, termasuk faktor social budaya, norma, nilai, dan adat
istiadat. Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit
dapat bermacam- macam. Salah satunya sebagai reservoir bibit penyakit, yaitu
sebagai tempat hidup yang dipandang paling sesuai bagi bibit penyakit.

E. PENCEGAHAN SUATU PENYAKIT


1. Prinsip Pencegahan Penyakit
Prinsip pokok pencegahan penyakit menular yaitu dengan mengetahui riwayat
alamiah perjalanan penyakit dan memutuskan rantai penularan penyakit. Riwayat alamiah
perjalanan penyakit adalah proses perkembangan atau perjalanan suatu penyakit tanpa
adanya pengobatan apapun atau intervensi dari manusia dengan sengaja ataupun
terencana. Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih
dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah untuk pencegahan,
haruskan didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis
epidemiologi atau hasil pengamatan penelitian epidemiologis.Menurur Leavel dan Clark
pencegahan Penyakit menular dapat dilakukan dalam lima tingkatan yang dapat
dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit. Leavell dan clark dalam
bukunya “Preventive Medicine for the doctor in his community” Usaha-usaha
pencegahan tersebut adalah :
a. Masa sebelum sakit
Tujuan pencegahan pada tahap ini adalah untuk mempertinggi nilai kesehatan (Health
promotion) bentuk-bentuk pencegahan yang dapat dilakukan pada tahap ini yaitu
dengan memberikan perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit (Specific
protection).
b. Pada masa sakit
1. Mengenal dan mengetahui jenis pada tingkat awal,serta mengadakan pengobatan
yang tepat dansegera. (Early diagnosis and treatment).
2. Pembatasan kecacatan dan berusaha untukmenghilangkan gangguan kemampuan
bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit (Disability limitation).
3. Rehabilitasi (Rehabilitation).
Pencegahan penyakit merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyakit yang mencakup semua kalangan. Dalam melakukan pencegahan
penyakit ini dibagi atas beberapa tingkatan, yaitu :

1. Pencegahan primordial
Usaha yang dilakukan untuk menghindari terjadinya faktor resiko, serta
diperlukannya keterlibatan instansi-instansi terkait sehingga cepat terlaksana.
Contohnya pelarangan Ilegalloging.
2. Pencegahan primer
Usaha yang dilakukan pada tahap prepatogenesis sehingga derajat kesehatan
dapat ditingkatkan pada jenis penyakit tertentu. Usaha yang dilakukan berupa ;
Health promotion berupa peningkatan derajat kesehatan individu secara optimal,
mengurangi faktor resiko dan memodifikasi lingkungan dan Specific protection,
pencegahan ini ditujukan kepada host (manusia) dan penyebab untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
3. Pencegahan sekunder
Usaha yang dilakukan pada saat sakit dengan diangosis dini serta pengobatan
yang cepat dan tepat.
4. Pencegahan tersier
Usaha yang dilakukan untuk mencegah kecacatan atau kematian, mencegah
terulangnya penyakit serta melakukan proses rehabilitasi fisik, sosial serta
psikologi.

Pencegahan penyakit secara umum juga dapat dilakukan melalui tiga tingkatan
pencegahan secara umum yakni:
1. Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus, sasaran pencegahan pertama dapat ditujukan
pada faktor penyebab, lingkungan penjamu. Pencegahan tahap ini dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut
a. Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab atau menurunkan pengaruh
penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi,
pasteurisasi, sterilisasi, yang bertujuan untuk menghilangkan mikro-
organisme penyebab penyakit, penyemprotan inteksida dalam rangka
menurunkan menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan rantai
penularan, di samping karantina dan isolasi yang juga dalam rangka
memutuskan rantai penularannya.
b. Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti
peningkatan air bersih, sanitasilingkungan dan perubahan serta bentuk
pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkungan biologis seperti
pemberantasan serangga dan binatang pengerat, serta peningkatan lingkungan
sosial seperti kepadatan rumah tangga, hubungan antar individu dan
kehidupan sosial masyarakat.
c. Meningkatkan daya tahan penjamu yang meliputi perbaikan status gizi, status
kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta
berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya, peningkatan status psikologis,
persiapan perkawinan serta usaha menghindari pengaruh faktor keturunan,
dan peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta olah
raga kesehatan.

2. Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini


serta pengobatan yang tepat . sasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada
mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam
akan menderita (masa tunas). Adapun tujuan usaha pencegahan tingkat kedua ini
yang meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah
meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk
mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadi akibat samping atau
komplikasi. Pencegahan tahap ini dapat dilakukan dengan cara :
a) Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha
surveveillans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pemeriksaan
kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI, mahasiswa dan sebagainya),
penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu secara umum dalam
masyarakat, serta pengobatan dan perawatan efektif.
b) Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai
berada pada proses prepatogenesis dan patogenesis penyakit tertentu.
c). Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan
terhadap cacat dan rehabilitasi. Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah
penderita penyakit tertentu dengan tujuan mencegah jangan sampai
mengalami cacat permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit
atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut. Pada tingkatan ini juga
dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari
penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi adalah usaha
pengembalian fungsi fisik, psikologi dan sosial optimal mungkin yang
meliputi rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi mental/psikologis serta
rehabilitasi sosial.

2. PERLINDUNGAN UMUM DAN KHUSUS TERHADAP PENYAKIT-


PENYAKIT TERTENTU ( GENERAL AND SPECIFIC PROTECTION )

Merupakan tindakanyang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit,


menghentikan proses interaksi bibit penyakit-pejamu- lingkungan dalam tahap
prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada
seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko terkena penyakit tertentu.

Contoh :

 Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit


dengan adanya kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN).
 Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misalnya yang terkena flu burung
ditempatkan di ruang isolasi.
 Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja
dengan menggunakan alat perlindungan diri.

3. PENEGAKAN DIAGNOSA SECARA DINI DAN PENGOBATAN YANG


CEPAT DAN TEPAT ( EARLY DIAGNOSIS AND PROMPT TREATMENT )
Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan
penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat.
Contoh :
 Pada ibu hamil yang sudah terdapat tanda – tanda anemia diberikan tablet Fe dan
dianjurkan untuk makanmakanan yang mengandung zat besi.
 Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan.Misalnya
pemeriksaan darah, rontgent paru.

4. PEMBATASAN KECACATAN( DISSABILITY LIMITATION )


Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan
penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan
pasien, serta
mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul.
Contoh :
 Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi
komplikasi, misalnya menggunakan tongkat untuk kaki yang cacat.
 Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan dengan cara tidak melakukan
gerakan – gerakan yang berat atau gerakan yang dipaksakan pada kaki yang cacat.
 Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan
dan perawatan yang lebih intensif.

5. PEMULIHAN KESEHATAN ( REHABILITATION )


Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke masyarakat
agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban orang
lain.

Contoh :
 Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan
masyarakat. Misalnya, lembaga untuk rehabilitasi mantan PSK, mantan pemakai
NAPZA dan lain-lain.
 Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan
dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan. Misalnya
dengan tidak mengucilkan mantan PSK di lingkungan masyarakat tempat ia
tinggal.

6. PENANGGULANGAN PENYAKIT
Penanggulangan penyakit menular (kontrol) adalah upaya untuk menekan peristiwa
penyakit menular dalam masyarakat serendah mungkin sehingga tidak merupakan
gangguan kesehatan bagi masyarakat tersebut. Seperti halnya pada upaya pencegahan
penyakit, maka upaya penanggulangan penyakit menular dapat pula dikelompokan pada
tiga kelompok sesuai dengan sasaran langsung melawan sumber penularan atau reservoir,
sasran ditujukan pada cara penularan penyakit, sasaran yang ditujukan terhadap penjamu
dengan menurunkan kepekaan penjamu. Konsep penanggulangan penyakit menular dapat
dilakukan dengan cara:
a) Sasaran langsung pada sumber penularan penjamu. Keberadaan suatu sumber
penularan (reservoir) dalam masyarakat merupakan faktor yang sangat penting
dalam rantai penularan. Dengan demikian keberadaan sumbar penularan tersebut
memegang peranan yang cukup penting serta menentukan cara penanggulangan
yang paling tepat dan tingkat keberhasilannya yang cukup tinggi.
 Sumber penularan terdapat pada binatang peliharaan (domestik) maka upaya
mengatasi penularan dengan sasaran sumber penularan lebih mudah dilakukan
dengan memusnahkan binatang yang terinfeksi serta melindungi binatang
lainnya dari penyakit tersebut (imunisasi dan pemeriksaan berkala)
 Apabila sumber penularan adalah manusia, maka cara pendekatannya sangat
berbeda mengingat bahwa dalam keadaan ini tidak mungkin dilakukan
pemusnahan sumber. Sasaran penanggulangan penyakit pada sumber
penularan dapat dilakukan dengan isolasi dan karantina, pengobatan dalam
berbagai bentuk umpamanya menghilangkan unsur penyebab (mikro-
organisme) atau menghilangkan fokus infeksi yang ada pada sumber.
b) Sasaran ditujukan pada cara penularan
Upaya mencegah dan menurunkan penularan penyakit yang ditularkan melalui
udara, terutama infeksi saluran pernapasan dilakukan desinfeksi udara dengan
bahan kimia atau dengan sinar ultra violet, ternyata kurang berhasil. Sedangkan
usaha lain dengan perbaikan sistem ventilasi serta aliran udara dalam ruangan
tampaknya lebih bermanfaat.
c) Sasaran ditujukan pada penjamu potensial.
Sebagaimana diterangkan sebelumnya bahwa faktor yang berpengaruh pada
penjamu potensial terutama tingkat kekebalan (imunitas) serta tingkat
kerentanan/kepekaan yang pengaruhi oleh status gizi, keadaan umum serta faktor
genetika.
d) Berbagai penyakit dewasa ini dapat dicegah melalui usaha imunitas yakni
peningkatan kekebalan aktif pada penjamu dengan pemberian vaksinasi.
Pemberian imunisasi aktif untuk perlindungan penyakit (DPT) merupakan
pemberian imunisasi dasar kepada anak-anak sebagai bagian terpenting dalam
program kegiatan kesehatan masyarakat.
e) Peningkatan kekebalan umum.
Berbagai usaha lainnya dalam meningkatkan daya tahan penjamuterhadap
penyakit infeksi telah diprogramkan secara luas seperti perbaikan keluarga,
peningkatan gizi balitamelalui program kartu menuju sehat (KMS), peningkatan
derajat kesehatan masyarakat serta pelayanan kesehatan terpadu melalui
posyandu. Keseluruhan program ini bertujuan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh secara umum dalam usaha menangkal berbagai ancaman penyakit infeks.
2. INFERENSI KAUSA

Dewasa ini perhatian utama para epidemiolog ditujukan kepada riset etiologi.Riset
etiologi adalah riset epidemiologi yang bertujuan mengetahui penyebab-penyebab
penyakit, hubungan satu penyebab penyakit dengan penyebab lainnya, sertabesarnya pengaruh
terhadap penyakit. Untuk membuat kesimpulan tentang penyebab penyakit, pertama-tama kita
perlu mengklasifikasikan arti “kausalitas” dalam epidemiologi.

A. Konsep Kausasi

Riset tentang hubungan kausal sangat penting perannya bagi kesehatan masyarakat dan
kedokteran. Anjuran untuk tidak merokok dibuat berdasarkan temuan ratusan riset
yang membuktikan bahwa merokok adalah penyebab Ca paru. Para dokter memberikan obat
berdasarkan hasil uji klinik yangmenemukan bahwa obat tersebut memang memperbaiki kondisi
pasien. Perencana kesehatan merencanakan penempatan fasilitas pelayanan kesehatan
pada suatu komunitas dengan asumsi, bahwa fasilitas tersebut akan menyebabkan
perbaikanstatus kesehatan komunitas yang dilayani.

Pada prinsipnya terdapat dua pendekatan untuk mengetahui hubungan sebab-akibat


antara faktor yang diteliti dan penyakit, yaitu: (1) Pendekatan determinisme;dan (2) Pendekatan
probabilitas. Dalam pendekatan determinisme, hubungan antaravariabel dependen (penyakit) dan
variabel independen (faktor penelitian) berjalansempurna, persis dengan yang digambarkan
pada model matematik. Disinidiasumsikan tidak terdapat satu jenis kesalahan (error) pun
yang mempengaruhi sifathubungan kedua variabel itu. Contoh: Postulat Henle-Koch. Pendekatan
probabilitas,di lain pihak, memberikan ruang terhadap kemungkinan terjadinya
kesalahan-kesalahan, baik yang bersifat acak (sampling error), bias, maupun
kerancuan(confounding). Dalam pendekatan probabilitas digunakan teori statistik
unukmeyakinkan apakah terdapat hubungan yang valid antara faktor penelitian
danpenyakit. Penaksiran hubungan yang valid adalah penaksiran hubungan yang
telahmemperhiungkan faktor peluang, bias dan kerancuan. Contoh: dalam mempelajarihubungan
antara tekanan darah dan umur, orang-orang yang seumur belum tentumemiliki tekanan darah
yang sama. Tetapi dengan metode statistik yang layak, kita dapat menyimpulkan bahwa,
secara rata-rata, tekanan darah meningkat denganbertambahnya umur. Dengan model
statistik bahkan kita dapat meramalkan tekanandarah untuk suatu umur tertentu.

Apakah hubungan yang valid dapat dikatakan hubungan kausal?


Tidak.Betapapun bermaknanya hubungan secara statistik, dan bahkan betapapun
validnyahubungan itu, tidak dengan sendirinya dapat dikatakan hubungan sebab-akibat.
Untuksampai pada keputusan kausalitas harus dilakukan pertimbangan-pertimbangan
yangmatang. Bagaimana caranya? Caranya adalah mengevaluasi hasil riset kita denganbukti-
bukti riset lainnya, baik yang bersifat epidemiologik maupun non epidemiologik.
Bradford Hill (1971) merumuskan kriteria umum yangmemungkinkan para peneliti
menguji sejauh mana bukti-bukti itu mendukunghubungan kausal.

Dalam Modern Epidemiology, Rothman dan Greenland mengilustrasikanproses


pemahaman terhadap penyebab dengan deskripsi dari seorang bayi yangbelajar
menggerakkan tombol yang menyebabkan lampu menyala. Tetapi apa yangkami ambil
sebagai penyebab tergantung pada tingkat dimana kita mencaripemahaman atau
konstituensi yang kami perlihatkan. Karena itu:

 Seorang Ibu yang mengganti bola lampu yang terbakar mungkin akan melihatbahwa
tindakannya adalah penyebab dari menyalanya lampu, bukan karena diamenolak fakta
bahwa hal tersebut adalah efek dari dipasangnya tombol lampupada posisi menyala, tetapi
karena fokus yang diamatinya berbeda
 Seorang ahli kabel yang memperbaiki transformer yang menyebabkan lampumati
mungkin akan menyatakan bahwa penyebab dari menyalanya lampuadalah
karena dia membetulkan transformer tersebut

Mervyn Susser mengajukan bahwa untuk hubungan kausal, epidemiologimemiliki


atribut-atribut sebagai berikut: asosiasi, urutan waktu, dan arah. Sebuahkausa adalah sesuatu
yang diasosiasikan dengan efeknya, yang muncul sebelum ataupaling tidak pada saat yang
bersamaan dengan efek tersebut, dan bertindak terhadapefeknya. Dalam prinsipnya, sebuah
kausa dapat diharuskan-tanpanya efek tidakakan muncul-dan/atau memadai-dengannya efek
akan muncul walaupun tidak adaatau ada faktor lain yang terlibat di dalamnya. Dalam
prakteknya, bagaimanapun,akan selalu mungkin untuk mendapatkan faktor-faktor lain yang ada
atau tidak adayang mungkin dapat mencegah efek, karena, seperti contoh tombol lampu di atas
asumsi-asumsi akan selalu bermunculan. Kegagalan dalam membangun lima
tahapantahapanseperti di atasmungkinakanmenjadipenyebab yang memadai untuk
kematian.Tetapi tetap dapat disanggah bahwa kematian tidak akan terjadi jika ada
pencegahansebelumnya.

B. Model Kausalitas
a. Model determinisme murni.

Dengan model determinisme murni,hubungan kausal antara faktor X


(agen) dan faktor Y (penyakit) digambarkanmemiliki bentuk yang konstan, unik,
satu lawan satu, sehingga satu faktor dapatmemprediksi kejadian satu faktor lainnya
dengan sempurna. Perhatikan Gambar 1.yang memperlihatkan model kausasi tunggal.
Dengan model kausasi tunggal, sebuahagen X dikatakan sebagai penyebab penyakit Y,
jika hubungan X dan Y memilikispesifisitas akibat, dan spesifisitas penyebab.
Dengan spesifisitas akibatdimaksudkan, penyakit Y adalah satu-satunya akibat dari
agen X. dengan spesifisitaspenyebab dimaksudkan, hanya dengan adanya agen X
dapat terjadi penyakit Y(disebut, necessary cause); dan cukup dengan agen X
dapat terjadi penyakit Y(disebut, sufficient cause).

Faktor X Penyakit Y

Gambar 1. Model kausasi tunggal

Model determinisme pertama kali diperagakan oleh Jacob Henle. Pada tahun1840,
atau kurang lebih 40 tahun sebelum para mikrobiolog berhasil mengisolasi
danmenumbuhkan bakteri dalam kultur untuk pertama kali, ia membuat model
kausasiyang melibatkan relasi antara sebuah agen sebagai penyebab dan sebuah hasil
sebagaiakibat. Model kausal itu dilanjutkan muridnya, Robert Koch pada tahun 1882,
untukmenjelaskan hubungan basil tuberkulosis dan penyakit tuberkulosis. Model
kausalitasitu dinyatakan dalam tiga postulat yang terkenal sebagai Postulat
Henle-Koch(Rivers, 1973). Suatu agen adalah penyebab penyakit apabila ketiga syarat
berikutdipenuhi:

1) Agen tersebut selalu dijumpai pada setiap kasus penyakit yang


diteliti(necessary cause), pada keadaan yang sesuai;
2) Agen tersebut hanya mengakibatkan penyakit yang diteliti, tidak
mengakibatkanpenyakit lain (spesifitas efek);
3) Jika agen diisolasi sempurna dari tubuh, dan berulang-ulang ditumbuhkan
padakultur yang murni, ia dapat menginduksi terjadinya penyakit (sufficient cause).

b. Model Determinisme Dengan Modifikasi.

Apakah model kausasi tunggal dapat diterapkan pada semua penyakit? Mari
kita kaji dengan beberapa contoh. Spesifisitas penyakit mudah dijumpai pada penyakit-
penyakit tumor yang langka. Angiosarkoma hati, misalnya, sebegitu jauh diketahui
terjadi hanya dan cukup bila terdapat paparan dengan vinil klorida. vagina pada anak
perempuan terjadinya hanya dan cukup bila ibunya terpaparhormon DES
(diethylstilbestrol) sewaktu hamil. Sekarang bagaimana dengan etiologipenyakit-penyakit
lain pada umumnya? Tampaknya syarat spesifisitas penyebab danspesifisitas efek terlalu
sulit untuk dipenuhi pada sebagian besar penyakit

c. Penyebab Majemuk.

Telah banyak bukti empirik dan keyakinan teoritikbahwa pada umumnya


penyakit memiliki lebih dari sebuah penyebab. Pada penyakitnon-infeksi, tak ada satu
faktorpun dapat mengakibatkan penyakit secara sendiri. Jikaseseorang ingin terkena Ca
paru, maka ia tidak dapat mewujudkannya dengan hanyamerokok. Demikian pula dengan
penyakit infeksi. Kehadiran agen-agen mikrobaternyata tidak selalu disertai dengan tanda
dan gejala yang merupakan ciri-ciri caripenyakit tersebut (Dubos, 1965). Ini
berarti, sebuah agen tidak menyebabkanperubahan patologik dengan sendirinya.

Pengaruh agen sangat tergantung kepadabeberapa faktor lainnya, termasuk


defisiensi gizi, paparan bahan racun, stresemosional, dan bahkan lingkungan sosial
yang lebih kompleks. Perhatikan Gambar 2.Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh infeksi
basil tuberkulosa dalam tubuh manusia.Tatapi infeksi oleh basil tuberkulosis tidak selalu
menghasilkan tuberkulosis klinik.Hanya sedikit proporsi orang yang terinfeksi oleh basil
mengalami penyakit secaraklinik. Artinya, basil tuberkulosis merupakan necessary cause,
tetapi bukan sufficientcause. Ada sejumlah faktor lain yang bersama-sama
dengan basil tersebutn menciptakan keadaan yang mencukupi terjadinya tuberkulosis
klinik. Faktor-faktor tersebut adalah nutrisi yang buruk, keadaan lingkungan yang buruk,
umur, dan faktorgenetik. Faktor-faktor tersebut menjalankan peranyya menginduksi dan
mempromositerjadinya tuberkulosis klinik. Keadaan yang dibutuhkan untuk terjadinya
penyakit,disebut necessary condition; sedang keadaan yang cukup membuat
terjadinyapenyakit disebut sufficient condition

Infeksi dengan
Mycobacterium
tuberculosa

GiziBuruk

umur Reaksi pada Tuberkulosis


Tingkatseluler klinik

FaktorGenetik?

KeadaanLingkungan

Gambar 2. model kausasi majemuk kumulatif. Contoh: etiologi tuberkulosis klinik

Peran faktor-faktor penyebab dalam model kausalitas majemuk diatas bersifatkumulatif,


di mana keadaan yang mencukupi terjadinya tuberkulosis klinik hanyabisa diciptakan
secara bersama-sama. Jadi, masing-masing faktor merupakannecessary cause, tetapi
tidak sufficient cause. Peran faktor-faktor penyebab dapatjuga bersifat
independen/alternatif. Gambar 3. memperlihatkan, penyakit Adisebabkan faktor 1,
faktor 2, faktor 3, secara sendiri. Artinya, masing-masing faktoritu bersifat necessary
cause, sekaligus sufficient cause.

Faktor 1

Reaksi pada
Faktor2 Penyakit A
tingkatseluler

Faktor 3
Faktor 1

Gambar 3. Model kausasi faktor majemuk alternatif

d. Beberapa Model Kausasi Majemuk

Sejumlah epidemiologimengklasifikasi faktor “penyebab” penyakit, dan


membuat model yangmenggambarkan relasi faktor-faktor tersebut dengan penyakit.
Beberapa model yangterkenal adalah:

1) Klaster faktor penyebab;

Rothman (1976) mengemukakan konsep relasi faktor-faktor penyebab dan


penyakit, yang disebut klaster faktor penyebab (cluster of causal factors).
Dengan model ini, penyebab yang mencukupi bukankah faktor tunggal,
tetapi sejumlah faktor yang membentuk sebuah kelompok yang disebut klaster.
Tiap klaster faktor penyebab mengakibatkan sebuah penyakit. Faktor-faktor dalam
satu klaster saling berinteraksi dan saling tergantung, untuk menimbulkan
pengaruh klaster itu. Tetapi, antara satu faktor dan faktor lainnya dari klaster yang
saling berlainan tidak saling tergantung. Sebuah faktor penyebab bisa hadir pada
satu klaster maupun pada sejumlah klaster lainnya. Faktor penyebab yang hadir
pada satu atau lebih (tetapi tidak semua) klaster, dan memungkinkan terjadinya
penyakit pada klaster itu, siebut contributory cause atau penyebab penyumbang
(Reigelman, 1979). Sedang faktor yang selalu hadir di klaster manapun, dan
memungkinkan terjadinya penyakit pada semua klaster, disebut necessary cause
(Rothman, 1976).

2) Segitiga epidemiologi;

Model ini menggambarkan relasi tida komponenpenyebab penyakit-yaitu


penjamu, agen dan lingkungan-dalam bentuk segitiga.Perhatikan gambar 4.
Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankanperlunya analisis dan
pemahaman masing-masing kompnen. Perubahan pada satukomponen akan
mengubah keseimbangan ketiga komponen, dengan akibatmenaikkan atau
menurunkan kejadian penyakit. Model segitiga cocok untukmenerangkan
penyebab penyakit infeksi. Sebab peran agen (yakni, mikroba) mudahdiisolasikan
dengan jelas dari lingkungannya. Tetapi, bagaimana dengan penyakitnon-infeksi,
seperti skizofrenia, penyakit jantung koroner (PJK) dan artritisreumatoid?
Etiologi penyakit non-infeksi pada umumnya tidak duhubungkan denganperan agen
yang spesifik. Kalaupun bisa diidentifikasi, para epidemiolog lebih sukamemandang
agen sebagai bagian integral dari lingkungan secara keseluruhan(biologik,
sosial dan fisik). Karena itu, berkembang model-model yang
lebihmemperhatikan interaksi majemuk antara pejamu dan lingkungan,
ketimbangpenekanan berlebihan kepada para agen.

Penjamu

Agen Lingkungan
Penjamu

Gambar 4. Model segitiga epidemiolog


3 Komponen Utama Pada Model Segitiga Epidemiologi (The Epidemiologic Triad)

1. Faktor Pejamu (Host)

Pada faktor ini yaitu semua yang melekat pada diri manusia yang dapat memepengaruhi
timbunya penyakit serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut terdiri dari :

 Umur dapat mempengaruhi status kesehatan karena terdapat kecenderungan pemyakit


menyerang tubuh manusia pada kelompok umur-umur tertentu, contohnya seperti
penyakit campak dan difteri yang umumnya menyerang anak-anak, sedangkan penyakit
stroke, hipertensi, diabetes yang umunya menyerang lansia.
 Jenis kelamin dapat mempengaruhi status kesehatan, hal ini karena ada beberapa
penyakit yang hanya diterima pada wanita dan tidak dialami oleh pria ataupun sebaliknya
 Genetika/keturunan faktor ini dapat mempengaruhi status kesehatan. Misalnya buta
warna, hemophilia, sickle cell disease yang hanya diturunkan karena faktor genetik.
 Ras/etnik/warna kulit terdapat perbedaan antara ras kulit putih dan kulit hitam misalnya
ras kulit putih lebih berisiko terkena penyakit kanker kulit dibandingkan ras kulit hitam.
Sehingga ras/etnik/warna kulit dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang
 Pekerjaan seseorang dengan pekerjaan tertentu dapat mempengaruhi timbulnya penyakit
tertentu.
 Status pernikahan sering disebutkan bahwa para perjaka lebih sering mengalami
kecelakaan yang cukup tinggi dibandingkan para lelaki yang telah berkeluarga
 Keadaan fisiologis tubuh keadaan fisiologi tubuh mempengaruhi status kesehatan.
Misalnya kelelahan, kehamilan, stress, keadaan gizi, dll.
 Keadaan imunologis keadaan imunologis merupakan keadaan pertahanan tubuh atau
kekebalan tubuh, dimana kekebalan tubuh didapat secara aktif maupun pasif, seperti
kekebalan tubuh yang didapat akibat infeksi sebelumnya yang telah diderita, memperoleh
antibodi karena pemberian vaksinasi.
 Perilaku/gaya hidup seseorang yang terbiasa hidup kurang bersih, lebih mudah terkena
penyakit infeksi daripada seseorang yang terbiasa hidup bersih.

2. Faktor penyebab (agent)

Agent adalah semua unsur organisme hidup yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit atau
masalah kesehatan lainnya. Faktor agent yaitu :

 Golongan biologic, umumnya pada golongan ini yang banyak menimbulkan penyakit
adalah mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, protozoa dll.
 Golongan kimia, Beragam zat kimia yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada
seseorang baik yang bersumber dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh manusia.
 Golongan fisik faktor fisik yang dapat mempengaruhi timbulnua penyakit dalam bentuk
fisik atau benda yang dilihat oleh mata. Seperti suhu yang terlalu tinggi atau rendah,
suara yang terlalu bising, kelembaban, kebisingan dll.
 Golongan gizi/nutrient gizi, ialah zat yang diperlukan tubuh untuk melangsungkan
fungsi kehidupan manusia. Apabila seseorang kekurangan atau kelebihan zat gizi maka
akan berdampak pada timbulnya masalah kesehatan.
 Golongan mekanik, golongan ini lebih banyak dikategorikan ke dalam golongan fisik
tetapi pada golongan ini lebih banyak disebabkan oleh kelalaian manusia, seperti
pukulan, dalam pekerjaan, dan sebagainya.

3. Faktor lingkungan (environment)

Faktor lingkungan (environment) adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta


beragam pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Adapun
faktor lingkungan adalah sebagai berikut :

 Lingkungan fisik dapat meliputi air, tanah, keadaan geografis, keadaan geologi.
 Lingkungan biologis misalnya human reservoir, animal reservoir, dan antrhopode
reservoir.
 Lingkungan sosio-eknomi misalnya arus penduduk, kepadatan penduduk di suatu
negara atau daerah, status perekonomian, nilai-nilai social yang terdapat disuatu wilayah,
keadaan sosial masyarakat, urbanisasi, stratifikasi sosial.

3) Jala-jala kausasi;

Model ini dicetuskan oleh MacMahon dan Pugh (1970).Prinsipnya adalah, setiap
efek (yakni, penyakit) tak pernah tergantung kepada sebuahfaktor penyebab, tetapi
tergantung kepada sejumlah faktor dalam rangkaian kausalitas sebelumnya.
Faktor-faktor penyebab itu disebut promotor dan inhibitor. Gambar 5.menyajikan
model jala-jala kausasi
Promotor Keadaan biologic Inhibitor
awal
Promotor 1
Promotor 2
Promotor Inhibitor 1
Promotor
Promotor 3
Promotor Akibat 1
Promotor 4
Promotor 5
Promotor Inhibitor 2
Promotor
Promotor 6
Promotor Akibat2
Promotor 7
Promotor Inhibitor 3
Promotor 8
Promotor
Promotor 9
Promotor Akibat3
(manifestasiklinik)

4) Model roda.

Model ini menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannyasebagai roda.


Terlihat pada gambar 8. roda tersebut terdiri atas manusia dengansubstansi genetik
pada bagian intinya, dan komponen lingkungan biologi, sosial, fisikmengelilingi
penjamu. Ukuran komponen roda bersifat relatif, tergantung problemspesifik
penyakit yang bersangkutan. Contoh: pada penyakit herediter, proporsi intigenetik
relatif besar; sedang pada penyakit campak, status imunitas penjamu
sertalingkungan biologik lebih penting ketimbang faktor genetik.
Lingkungan Lingkungan
Penjamu
Biologi Sosial
(Manusia)
IntiGenetik

LingkunganFisik

Gambar 6. Model roda untuk menggambarkan hubungan interaktif manusia-lingkungan

Anda mungkin juga menyukai