Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. Alhamdulillahi Rabbil ’Aalamin,
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Shalawat dan salam dengan ucapan Allahumma sholli ’ala Muhammad wa ’ala ali Muhammad
penulis sampaikan untuk junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw. Makalah ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan
Timur dalam menempuh mata kuliahKeperawatan Komunitas. Untuk itu penulis dengan
berlapang dada menerima masukan dan kritikan konstruktif dari berbagai pihak demi
kesempurnaannya di masa yang akan datang. Akhirnya kepada Allah jualah penulis bermohon
semoga semua ini menjadi amal saleh bagi penulis dan bermanfaat bagi pembaca.

Samarinda, 11 Januari 2021


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam menangani masalah


penyakit menular. Hal ini dapat dilihat dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri, yang
berkaitan erat dengan penyakit menular. Sejalan berkembangnya kehidupan, terjadi
perubahan pola struktur masyarakat dari agraris ke industri yang mempengaruhi gaya hidup,
keadaan demografi, sosial ekonomi, dan sosial budaya. Epidemiologi kesehatan mengalami
perubahan dari penyakit menular yang selalu menjadi penyebab kesakitan dan kematian
utama, mulai digantikan oleh penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke,
kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik
lainnya yang merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36
juta jiwa per tahun (Kemenkes RI, 2014).
BAB II
PENDAHULAUN

A. Definisi Epidemiologi

Epidemiologi secara terminologi berasal dari bahasa Yunani

yang terdiri dari 3 kata yaitu epi (di atas/di antara/ yang di antara),

demos (populasi, orang, masyarakat), dan logos (ilmu). Berdasarkan

arti secara harfiah tersebut, dapat dikatakan epidemiologi merupakan

ilmu yang mempelajari suatu penyakit yang ada di antara


masyarakat/populasi.

Epidemiologi merupakan salah satu ilmu yang digunakan dalam


mencari penyebab penyakit. Dewasa ini, epidemiologi selain sebagai ilmu
dalam mencari penyebab suatu penyakit, juga digunakan dalam pemilihan
upaya pencegahan penyakit. Terdapat beberapa definisi epidemiologi yang
dikemukakan oleh beberapa ahli.

Adapun beberapa definisi epidemiologi adalah sebagai berikut:

1. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran dan perluasan suatu


penularan penyakit dalam suatu kelompok penduduk atau masyarakat
(Definisi lama sebelum tahun 1960).

2. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan


determinan yang berhubungan dengan status kesehatan atau kejadian
penyakit pada masyarakat khusus, dan penggunaannya untuk mengontrol
masalah kesehatan (Last,1995).

3. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan factor


faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia (MacMahon &
Pug, 1970).
4. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan-
determinan frekuensi penyakit dan status kesehatan pada populasi manusia
(Murti, 1997).

5. Epidemologi adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan


kesehatan penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga
determinannya dan akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk
(Omran).

6. Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari distribusi dan jenis


tentang timbulnya penyakit pada manusia berdasarkan waktu dan tempat
(W.H. Frost).

7. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari, menganalisis serta berusaha


memecahkan berbagai masalah kesehatan maupun masalah yang erat
hubungannya dengan kesehatan pada suatu kelompok penduduk tertentu
(Noor, 2002).

8. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana dan mengapa


penyakit terjadi pada kelompok orang yang berbeda (Ahrens & Iris, 2005).
Secara garis besar, definisi-definisi tentang epidemiologi tersebut memiliki
persamaan satu dengan yang lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan
determinan penyakit atau masalah kesehatan pada kelompok manusia, serta
mempelajari bagaimana suatu penyakit terjadi dan meneliti upaya preventif
maupun upaya mengatasi masalah tersebut.

Beberapa definisi epidemiologi tersebut memberikan gambaran kepada


kita bahwa penyakit yang terjadi pada populasi manusia tidak terjadi dan
terdistribusi begitu saja secara acak. Masalah kesehatan atau penyakit yang
terjadi pada manusia memiliki faktor penyebab dan faktor pencegahan yang
dapat diidentifikasi melalui suatu pengamatan yang sistematik yang
berdasarkan pada 3 komponen epidemiologi yaitu :
1. Frekuensi masalah kesehatan,

2. Distribusi masalah kesehatan, dan

3. Determinan masalah kesehatan.

Distribusi adalah penyebaran masalah kesehatan dalam populasi.


Distribusi atau penyebaran penyakit dalam epidemiologi digambarkan ke
dalam 3 unsur yaitu berdasarkan orang, tempat dan waktu. Sehingga dalam
praktiknya, seorang epidemiologi dalam mengamati suatu salah kesehatan
perlu mempertanyakan siapa yang terjangkit? (man/orang), kapan terjadi?
(time/waktu), dan dimana terjadi? (place/tempat). Distribusi tersebut
disajikan secara kuantitatif menggunakan nilai rate, rasio dan proporsi. Hal
ini memudahkan penerima informasi untuk mengetahui serta membandingkan
besaran masalah kesehatan pada tiap kelompok populasi. Determinan adalah
faktor penyebab suatu masalah kesehatan. Determinan atau faktor-faktor yang
berkaitan dengan kejadian penyakit merupakan hasil dari adanya riset-riset
epidemiologi. Untuk menentukan besaran masalah kesehatan dengan tepat ada
beberapa langkah yang harus dilakukan. Pertama, merumuskan hipotesis
tentang penyebab masalah penyakit yang dimaksud. Kedua, melakukan
pengujian terhadap hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Ketiga,
menarik kesimpulan terkait hasil pengujian/pengamatan. Riset menggunakan
desain observasi yang hasilnya dianalisis sehingga didapatkan kesimpulan
tentang faktor-faktor apa saja yang berhubungan atau menjadi risiko
terjadinya penyakit. Sehingga dengan demikian dapat diketahui pula upaya
penanggulangan yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan
tersebut. Upaya preventif pula dihasilkan dari penelitian-penelitian yang
berbasis data atau pun studi eksperimen. Selain distribusi dan determinan
penyakit. Frekuensi adalah faktor penting dalam mendefinisikan
epidemiologi. Frekuensi adalah besarnya masalah kesehatan yang ada pada
sekelompok manusia. Penentuan besarnya masalah dapat dilakukan dengan
dua langkah. Pertama, menentukan masalah kesehatan yang akan diamati dan
telah dipastikan akan diteliti. Kedua, melakukan pengukuran atas masalah
yang ditemukan tersebut. Segala sesuatu yang diperoleh merupakan fakta,
yang tidak terlepas dari peranan ilmu matematika dan statistika. Hal tersebut
yang menjadikan epidemiologi sebagai dasar-dasar studi pada disiplin ilmu
kesehatan masyarakat dan mendapat julukan "the mother of public health”.
Dalam epidemiologi ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk
menggambarkan terjadinya suatu masalah kesehatan dalamsuatu masyarakat.
Istilah-istilah tersebut sangat erat hubungannya dengan epidemiologi, yaitu
diantaranya sebagai berikut:

1. Epidemi adalah keadaan dimana didapat frekuensi penyakit melebihi


frekuensi biasa, atau dalam waktu yang singkat terdapat penyakit yang
berlebih. Contoh: wabah difteri yang terjadi di Indonesia.

2. Endemi adalah keadaan yang biasa atau normal atau frekuensi penyakit
tertentu berada dalam keadaan normal, dengan kata lain penyakit tersebut
biasa terjadi di satu daerah dengan frekuensi yang normal. Contoh: Endemi
Malaria di Irian Jaya.

3. Pandemi adalah keadaan epidemi yang melanda hampir semua populasi


ataupun hampir semua daerah. Contoh: Pandemi Flu Burung yang melanda
hampir seluruh negara di dunia.

B. Ruang Lingkup Epidemiologi

Epidemiologi merupakan ilmu yang tidak hanya penting bagi ilmu


kesehatan, tetapi juga erat hubungannya dengan disiplin ilmu lainnya.
Sehingga tidak jarang epidemiologi dikembangkan pada berbagai bidang

1. Epidemiologi Penyakit Menular

Epidemiologi berperan dalam memantau munculnya ataupun tren suatu


penyakit menular yang terjadi. Surveilans dalam epidemiologi menjadi alat
untuk pencatatan dan pelaporan penyakit menular yang terjadi terutama yang
menjadi perhatian pemerintah.
Contoh: Surveilans terpadu penyakit HIV-AIDS, TBC dan Malaria.

2. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Keberhasilan metode epidemiologi dalam memantau penyakit menular,


menjadi alasan memonitor penyakit tidak menular. Awalnya, penyakit
menular yang menjadi perhatian pencatatan rutin, namun dengan semakin
bergesernya pola hidup manusia yang berakibat pada semakin banyak
masyarakat yang didiagnosa menderita penyakit tidak menular, maka
epidemiologi juga perlu untuk hal ini.

Contoh: Epidemiologi penyakit hipertensi yang menjadi faktor utama


beberapa penyakit terkait pembuluh darah seperti PJK (Penyakit Jantung
Koroner).

3. Epidemiologi Penyakit Klinik

Epidemiologi mulai digunakan oleh para klinisi seperti dokter dalam


mengatasi masalah kesehatan individu. Para klinisi seperti dokter awalnya
hanya fokus pada upaya pengobatan atau kuratif saja. Namun dengan semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan penyebab penyakit yang semakin
kompleks, maka para klinisi perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan
khusus mengatasi masalah kesehatan dengan pendekatan epidemiologi.
Dengan demikian, para klinisi mulai menerapkan upaya pengobatan yang
bukan hanya berorientasi pada kesembuhan, tetapi juga berusaha mengedukasi
pasien untuk terus berupaya untuk melakukan pencegahan agar terhindar dari
penyakit.

4. Epidemiologi Kependudukan

Cabang epidemiologi ini mengkaji tentang bagaimana faktordemografi


sangat berperan penting dalam mempengaruhi status kesehatan. Karakteristik
penduduk yang beragam mulai dari karakteristik biologis, sosial, ekonomi,
pendidikan dan lain sebagainya tentu akan menyebabkan masalah penyakit
yang beragam. Hal ini tentu akan sangat penting untuk diketahui terutama
bagi pembuat kebijakan kesehatan.

5. Epidemiologi Pengelolaan Pelayanan Kesehatan

Epidemiologi dalam pelayanan kesehatan sangat berperan dalam hal


manajemen guna menganalisis masalah kesehatan, menganalisis kebutuhan
domestik, jumlah biaya pengobatan maupun kebutuhan sumber daya dalam
suatu pelayanan kesehatan. Kerja sama yang baik antara epidemiologi dan
perencanaan akan menghasilkan input, ouput serta outcome yang baik.
Pengelolaan pelayanan kesehatan baik merupakan satu hal yang menentukan
keberhasilan pelayanan kesehatan.

6. Epidemiologi Lingkungan

Bentuk epidemiologi ini mempelajari tentang cara menganalisis faktor


lingkungan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan. Mulai dari
lingkungan air, udara, maupun tanah. Analisis faktor pencemaran yang
bersumber dari ketiga unsur lingkungan tersebut perlu diamati dengan
pendekatan epidemiologi untuk mengetahui penyakit-penyakit yang terjadi
akibat paparan lingkungan.

7. Epidemiologi Kesehatan Kerja

Bagian epidemiologi kesehatan kerja mempelajari serta menganalisis


faktor-faktor yang menyebabkan masalah kesehatan pada tenaga kerja akibat
keterpaparan di lingkungan kerja. Faktor-faktor yang dimaksud bukan hanya
terkait paparan unsur kimia, biologis, maupun fisik akan tetapi juga termasuk
pengaruh sosial budaya, psikologis hingga perilaku pekerja.

8. Epidemiologi Kesehatan Jiwa

Epidemiologi juga bermanfaat dalam ilmu kesehatan jiwa. Dalam hal


ini epidemiologi merupakan ilmu yang dijadikan dasar pendekatan dalam
menganalisis kejadian gangguan jiwa yang terjadi dalam suatu kelompok
masyarakat. Sehingga dengan demikian, upaya pencegahan maupun
penanggulangan dapat dilakukan dengan baik.

9. Epidemiologi Gizi

Analisis masalah gizi juga dapat dilakukan dengan menggunakan


pendekatan epidemiologi. Hal ini bertujuan untuk mencari serta menganalisis
faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah gizi yang terjadi pada
masyarakat, dimana bukan saja hanya karena factor biologis melainkan juga
dapat dilihat dari sudut pandang lain seperti budaya.

10. Epidemiologi Perilaku

Perilaku merupakan salah satu faktor yang sangat kompleks dalam


mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Epidemiologi sangat berperan
dalam mengidentifikasi dan menganalisis perilaku kelompok manusia yang
dapat mempengaruhi status kesehatan. Sebab, perilaku sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, suku,
budaya, status sosial serta aspek lainnya. Hal ini sangat jelas terlihat pada
negara yang majemuk seperti Indonesia yang memiliki beragam suku dan
budaya. Sebagai contoh kebiasaan hidup sehat serta kepercayaan yang
berbeda dapat mempengaruhi status gizi suatu masyarakat.

11. Epidemiologi Molekular

Epidemiologi molekular didefinisikan sebagai studi yang


mengaplikasikan teknik dari biologi molekular dalam mempelajari suatu
populasi yang berfokus pada investigasi penyakit. Investigasi molekular dapat
berkontribusi terhadap mengurai penyebab-penyebab penyakit.

12. Epidemiologi Genetik

Epidemilogi genetik merupakan bentuk kombinasi antara disiplin ilmu


genetik manusia dengan epidemiologi seperti biometri. Kombinasi dari kedua
ilmu ini sangat diperlukan dalam bidang genetic manusia untuk mendeteksi
asal mula genetik pada fenotif manusia yang berbeda-beda, khususnya
mempelajari tentang komponen genetik yang berpengaruh pada kejadian
penyakit misalnya mengamati ciri-ciri bawaan genetik manusia. Hal ini dapat
menjadi dasar dalam pengembangan upaya preventif yang bisa dilakukan
sejak dini yaitu sejak diketahuinya sifat-sifat genetik seseorang sejak lahir.

13. Farmakoepidemiologi

Epidemiologi farmasi didefinisikan sebagai pengaplikasian dari ilmu


epidemologi, metode serta penalaran untuk mempelajari efek-efek dan
penggunaan obat-obatan pada populasi manusia. Farmakoepidemiologi
menyelidiki keuntungan maupun kerugian dari efek obat-obatan. Hal tersebut
difokuskan pada penilaian risiko yang tidak biasa terjadi, pada masa laten,
dan reaksi perlawanan tubuh yang sering tidak diperkirakan pada saat obat
pertama kali digunakan sebelum obat tersebut dijual.

Tantangan terbesar dari farmakoepidemologi adalah mengukur risiko


sebuah obat secara tepat, bergantung dari satu atau beberapa alternatif.
Sehingga dengan demikian, didapatkan pilihan atau kombinasi obat yang
tepat dalam melakukan upaya kuratif.

14. Epidemiologi Reproduksi

Kesehatan reproduksi sangat berkaitan erat dengan dinamika penduduk


dalam hal ini terkait angka kesuburan, program kehamilan, hingga jumlah
kelahiran. Berbagai faktor mempengaruhi kesehatan reproduksi yang dapat
diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan epidemiologi. Epidemiologi
kesehatan reproduksi mempelajari determinan yang berperan dalam
kesuksesan reproduksi. Sebagai contoh, seorang ibu hamil yang mengalami
pre-eklampsia akan berisiko terhadap kehamilannya.
C. Tujuan dan Manfaat Epidemiologi

Seorang tenaga kesehatan masyarakat sangat memerlukan pemahaman


tentang tujuan dan manfaat epidemiologi. Tujuan dan manfaat epidemiologi
antara lain diuraikan di bawah ini:

1. Menerangkan besarnya masalah kesehatan (penyakit) dan penyebarannya


yakni memberikan gambaran (deskripsi) tentang penyebaran (distribusi),
besar & luasnya masalah kesehatan dan lainnya

2. Identifikasi faktor penyebab masalah kesehatan

3. Menyiapkan data dan informasi terkait masalah kesehatan

4. Menjelaskan interaksi faktor-faktor kausa-etiologi (agent), host &


environment yang menggambarkan riwayat alamiah penyakit

5. Menguraikan kelompok penduduk yang dalam risiko dan yang berisiko tinggi
terhadap kelompok penduduk yang tidak memiliki risiko

6. Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta keberhasilan kegiatan

7. Membantu pekerjaan administratif kesehatan yakni pada planning,


monitoring, dan evaluation.

8. Menerangkan keadaan masalah kesehatan apakah termasuk dalam epidemik,


pandemik, endemik atau sporadic

D. Peran Epidemiologi Dalam Kedehatan


Dalam bidang kesehatan msyarkat, epidemiologi mempenyai tiga fungsi utama:

1. Menerangkn tentang besarnya masalah dan ganggun kesehatan (termasuk penyakit) serta
penyebarannya dalam suatu penduduk tertentu
2. Menyiapkan data/ informasi yang esensial untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan
rogram, serta evaluasi berbagai kegiatan pelayanan (kesehatan) pada masyarakat, baik
yang bersifat pencegahan dan penanggulangan penyakit maupun bentuk lainnya serta
menentukan skala prioritas terhadap kegiatan tersebut.
3. Mengidentifikasi berbagai factor yang menjadi penyebab masalah atau factor yang
berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, para ahli epidemiologi lebih memusatkan
perhatiannya pada berbagai sifat karakteristik individu dalam suatu populasi tertentu
seperti sifat karakteristik biologis, sosio ekonomis, demografis, kebiasaan individu serta
sifat genetic. Pada berbagai sifat karakteristik tersebut, akan memberi gambaran tentang
sifat permasalahan yang ada dalam masyarakat serta kemungkinan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.

E. Strategi Mengenai Analisa Masalah Berdasarkan Konsep Epidemiologi


Di Indonesia sampai saat ini angka kematian neonatal, bayi dan balita berbeda-
beda diantara pedesaan dan perkotaan, kaya dan miskin, pendidikan tinggi dan
pendidikan rendah, dan diantara provinsi; Status gizi kurang dan buruk, dan berat badan
lahir rendah (BBLR) juga berbeda diantara provinsi (Bachtiar, 2011). Penyakit-penyakit
demam berdarah, malaria, ISPA, TB dan penyakit-penyakit menular lainnya belum
terlihat cenderung menurun yang signifikan. Di samping itu beberapa penyakit tak
menular seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, beberapa jenis kanker
meningkat pula. Sebetulnya kematian dan penyakit-penyakit tersebut dapat dikurangi,
apabila pelayanan kesehatan primer yang termasuk dalam Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) berjalan dengan baik.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (Depkes, 2004) tertulis dua upaya kesehatan
yaitu Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).
UKM terdiri atas tiga strata yaitu strata pertama, strata kedua dan strata ketiga. UKM
strata pertama mempunyai 3 fungsi yaitu:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
2. Pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dan
3. Pusat pelayanan kesehatan primer- unit pelayanan kesehatan perifer di puskemas.
Unit pelayanan kesehatan primer yang termasuk dalam UKM strata pertama dan
dilaksanakan di tingkat puskesmas sekurang-kurangnya terdiri atas:
1. Pelayanan promotif termasuk promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak dan perbaikan
gizi
2. Pelayanan preventif termasuk keluarga berencana, kesehatan lingkungan dan
pengendalian penyakit
3. Pelayanan kesehatan kuratif yang hanya mencakup pengobatan sederhana

Pelayanan kesehatan primer yang termasuk dalam UKM strata kedua dapat
dijelaskan sebagai berikut: Penanggung jawabnya adalah dinas kesehatan kabupaten/kota
yang didukung secara lintas sektor. Fungsinya mencakup fungsi manajerial termasuk
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan bertanggung jawab
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, dan fungsi teknis yang terdiri atas 7
kegiatan seperti tersebut di atas.
Pelayanan kesehatan primer yang termasuk dalam UKM strata ketiga berada di
tingkat pusat sebagai berikut: Di Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan dikelola promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak dan
perbaikan gizi. Di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dikelola
keluarga berencana. Di Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan dikelola pemberantasan penyakit dan penyehatan
lingkungan. Di kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dikelola kesehatan lingkungan
dan di Direktorat Jenderal Pelayanan Medik dikelola pengobatan. Sejak tahun 2000 telah
dikumandangkan Millenium Development Goals (MDGs) yang pada tahun 2015 harus
dicapai tujuannya (Dit. Jen. Binkesmas, 2010) yaitu:
1. mengentaskan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim
2. pemerataan pendidikan dasar
3. Mendukung adanya persamaan jender dan pemberdayaan perempuan
4. Menurunkan angka kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya
7. Menjamin kelestarian lingkungan hidup
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

Bila diperhatikan 8 tujuan dari MDGs tersebut, maka tujuan MDGs nomor 4, 5
dan 6 tersebut menyangkut bidang kesehatan. Pelayanan kesehatan primer dalam MDGs
adalah gizi, pelayanan kesehatan ibu dan anak, pemberantasan penyakit menular
khususnya TB, malaria dan HIV/AIDS, air bersih dan obat esential. Namun kegiatan
pelayanan kesehatan primer jangan hanya terarah kepada MDGs yang merupakan
program internasional, jangan kita lengah terhadap penyakit-penyakit menular lainnya,
penyakit tak menular dan program-program kesehatan lainnya (Gani, 2011). Dengan
demikian pencapaian MDGs hanya sebagian dari tujuan yang seharusnya dicapai oleh
pelayanan kesehatan primer, walaupun mungkin sebagai prioritas. Tujuan suatu program
adalah untuk mengatasi situasi masalah melalui determinant atau faktor-faktor yang
berhubungan atau berpengaruh terhadap situasi masalah itu. Dengan demikian untuk
mencapai suatu tujuan program pelayanan kesehatan primer termasuk MDGs diperlukan
antara lain epidemiologi.

F. Hubungan sebab-akibat pola penyakit dengan waktu,tempat,dan lingkungan

Menurut Hippocrates ( 460-377 BC) Dia dianggap sebagai The First


Epidemiologyist, ahli epidemiolog pertama di dunia karena dialah yang pertama kali
mengajukan komnsep analisis kejadian penyakit secara rasional. Pikiran-pikirannya
dituliskan dalam tiga bukunya: Epidenic !, Epidemic II, dan On Airs, Waters and Places.
Dalam bukunya ini diajukanlah konsep tentang hubungan penyakit dengan factor
tempat,waktu dan lingkungan (geografi), penyediaan air, iklim, kebiasaan makan dan
perumahan. Dia yang memperkenalkan istilah epidemi dan endemi. Dalam kaitannya
dengan penyebab penyakit, Hippocrates mengatakan posultatnya bahwa ada 4 jenis
cairan yaitu phlegm, blood, yellow bile and black bile. Ketidakseimangan antara keempat
faktor ini yang menyebabkan timbuknya penyakit. Konsep ini banyak dipengaruhi oleh
pikiran Greek.

G. Klasifikasi Penyakit

KLASIFIKASI PENYAKIT William Farr (1856) :

“Klasifikasi adalah suatu metode generalisasi. Beberapa klasifikasi dapat


digunakan dengan tujuan tertentu dan dokter, ahli patologi, atau juri, masing- masing dari
titik pandangnya sendiri, dapat mengklasifikasikan penyakit- penyakit dan sebab-sebab
kematian dengan cara yang menurut dia adalah yang terbaik untuk memenuhi
keinginannya dan untuk mendapatkan hasil-hasil yang umum”

TUJUAN DASAR

membentuk kelompok-kelompok atau kelas-kelas yang dapat digeneralisasikan


menurut perilaku atau gambaran dari anggota kelas atau kelompok tersebut
Contoh :pengelompokan penyakit berdasarkan kesamaan gejala dan tandanya akan
berguna bila dapat digeneralisasikan menurut sebab-sebab dan
prognosisnyapengelompokan berdasarkan kesamaan sebab dapat memperkirakan gejala
dan tanda yang akan terjadi atau perjalanan dari penyakitnya

Komponen dalam proses klasifikasi penyakit

Pengelompokan orang-orang yang sakit ke dalam kategori-kategori dimana


karakteristik anggota dari satu kategori menyebabkan mereka berbeda dengan anggota
kategori lain. Kategori-kategori tersebut dipandang sebagai suatu penyakit dan orang-
orang yang masuk kategori dianggap menderita penyakit tersebut

Komponen dalam proses klasifikasi penyakit

Pengaturan dari penyakit-penyakit tersebut ke dalam kelompok-kelompok yang


memiliki karakteristik sama

Klasifikasi orang sakit

1. kriteria manifestasionalorang-orang yang sakit dikelompokkan menurut kesamaan gejala,


tanda, perubahan-perubahan pada cairan tubuh atau jaringan, fungsi fisiologis, perilaku,
prognosis, atau gabungan dari gambaran- gambaran tersebutContoh :- patah tulang -
diabetes melitus- retardasi mental - common cold (flu)- schizophrenia - Ca cervix

2. kriteria kausalpengelompokan tergantung pada kesamaan individual dalam hal


pengalaman-pengalaman khusus yang dipercaya sebagai sebab kesakitannyaContoh :-
trauma saat lahir- silicosis- syphilis- keracunan Pb
Klasifikasi orang sakit oleh Cullen terdiri dari 4 kategori manifestasi :

1. Pyrexiae

2. Neuroses

3. Locales
4.CachexiaePYREXIAELOCALESNEUROSESCACHEXIAEManifestasionalKausal

GEJALA & TANDAPENYAKITSEBAB (CAUSA)GEJALA & TANDAManifestasi-

manifestasi yang sama atau umum dan pentingnya mengetahui sebab terjadinya
penyakit, menyebabkan keputusan untuk mengubah aksis klasifikasi dari kriteria
manifestasional ke kriteria kausal

Pentingnya perbedaan cara klasifikasi di bidang epidemiologi

1. berbagai efek atau manifestasi dari agent kausa yang dapat diisolasi dapat diketahui atau
diperkirakan

2. suatu agent yang berhubungan dengan manifestasi tertentu tidak selalu ada pada semua
orang yang menunjukkan manifestasi tersebut

3. tidak semua orang yang mengalami pengalaman mendapat kausa menjadi sakit akibat
pengalaman tersebut

4. perbedaan antara sebab yang perlu dengan sebab yang berkontribusi ANGKA RISIKO “
Nosologia Methodica’
1540, London : John Graunt (terbit 1662)Pencatatan dan Klasifikasi Sebab
KematianFrancois Bossier de Lacroix (Perancis)“ Nosologia Methodica’Carl von
Linnaeus (Swedia)“Genera Morbora”William Cullen (Edinburg)“Synopsis Nosologiae
Methodicae”

Th. 1837, William Farr  Sistem klasifikasi yang seragam

Perbandingan antar negarakongres (9 kali)1900


ICCD1910192019291939dstsekarang ICD X

ICCD : International Classification of Cause of Death


ICD IX : International Statistical Classification of Diseases, Injuries and Cause of
DeathsICD X : International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problems

ICDTujuan : untuk mendapatkan pencatatan, analisis, interpretasi dan


perbandingan data kematian dan kesakitan yang dikumpulkan di negara-negara atau
daerah-daerah yang berbeda dan pada saat yang berbeda secara sistematistujuan
epidemiologi dan manajemen kesehatan :- analisis situasi kesehatan umum dari kelompok
masyarakat- monitoring insidensi dan prevalensi penyakit-penyakit dan masalah
kesehatan lainnya

 ICD digunakan untuk menterjemahkan diagnosis-diagnosis penyakit dan


masalah-masalah kesehatan lain dari kata-kata menjadi kode alfanumerik untuk
memudahkan penyimpanan, pengeluaran dan analisis dataKarena tidak semua jenis
kesakitan dapat diklasifikasikan, ICD dibuat dalam bentuk yang lebih luas- sign-
symptom- penemuan-penemuan abnormal- lain-lain yang berhubungan dgn kesehatan

1. Penyakit menular/infeksi
a. penyakit menular melalui air
b. penyakit menular melalui udara
c. penyakit menular melaluui kelamin
d. penyakit menular melalui binatang
2. Penyakit Non-Infeksi/tidak menular/kronis
a. penyakit jantung
b. penyakit kanker
c. penyakit metabolic
H. Tingkat pencegahan penyakit
I. Berbagi studi dalam epidemiologi
J. Studi deskriptif (defenisi, tujuan, ruang lingkup. dan langkah-langkah )
a. Dfinisi
Epidemiologi deskriptif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah
atau frekuensi dan distribusi penyakit di suatu daerah berdasarkan variabel orang, tempat
dan waktu.
 
Epidemiologi deskriptif umumnya dilaksanakan jika tersedia sedikit informasi
yang diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah dan faktor yang berhubungan dengan
penyakit.
Upaya mencari frekuensi distribusi penyakit berdasarkan epidemiologi deskriptif
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan :
1. Siapa yang terkena?
2. Bilamana hal tersebut terjadi?
3. Bagaimana terjadinya?
4. Dimana kejadian tersebut?
5. Berapa jumlah orang yang terkena?
6. Bagaimana penyebarannya?
7. Bagaimana ciri-ciri orang yang terkena?

b. Tujuan
Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :
1. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga
kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang.
2. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
3. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap
masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).
c. Ruang lingkup
d. Langkah-langkah

K. Ukuran dalam epidemiologi

Ukuran dalam epidemiologi dibagi menjadi 3, yaitu :


1. Ukuran Frekuensi Penyakit
Merefleksikan besar kejadian penyakit (morbiditas) atau kematian karena
penyakit (mortalitas) dalam suatu populasi. Dimana untuk mengukur frekuensi penyakit
dapat dilihat dari dua hal, yaitu :
1. insidensi
Insidensi merupakan kasus baru suatu penyakit yang terjadi dalam kurun waktu
tertentu. Batasannya adalah proporsi kelompok individu yang terdapat dalam
penduduk suatu wilayah atau negara yang semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam
kurun waktu tertentu dan pembilang pada proporsi tersebut adalah kasus baru.
Rumusnya sebagai berikut.

p= ( dn ) ×k
P = estimasi angka insidensi
D = jumlah kasus baru
N = Jumlah individu yang awalnya tidak sakit
K = Konstanta

2. prevalensi.
Untuk prevalensi terdapat dua ukuran, yaitu prevalensi sesaat (point prevalence)
dan prevalensi periode (periode prevalence)
Jumlah semua kasus yang dicatat
Point prevalence = pada saat tertentu
Jumlah penduduk
Jumlah semua kasus yang dicatat
Periode prevalence = selama satu periode
Jumlah penduduk

Secara skematis, insidensi, point prevalence, dan periode prevalence dapat


digambarkan sebagai berikut.
Pada contoh di bawah terdapat 9 kasus dengan rincian sebagai berikut.

1. Insidensi : Kasus 2, 3, 4, 8, 9
2. Prevalensi sesaat : 1 Januari : Kasus 1, 5, 7

31 Desember : Kasus 2, 5

3. Prevalensi periode : Kasus 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, dan 9

a. Manfaat Insidensi dan Prevalensi

Angka insidensi dapat digunakan untuk mengukur angka kejaidan penyakit.


Perubahan angka insidensi menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor penyebab
penyakit, yaitu fluktuasi alamiah dan program pencegahan.

Bila fluktuasi alamiah dapat diabaikan maka penurunan insidensi menunjukkan


keberhasilan program pencegahan. Manfaat lain dari pengukuran insidensi ialah :
1. Ukuran insidensi banyak digunakan dalam penelitian epidemiologi untuk mencari adanya
asosiasi sebab-akibat
2. Ukuran insidensi dapat pula digunakan untuk mengadakan perbandingan antara berbagai
populasi dengan pemaparan yang berbeda
3. Ukuran insidensi dapat digunakan untuk mengukur besarnya resiko yang ditimbulkan
oleh determinan tertentu

Ukuran prevalensi suatu penyakit dapat digunakan untuk :


1. Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit
2. Penyusun perencanaan pelayanan kesehatan, misalnya penyediaan sarana obat-obatan,
tenaga dan ruangan
3. Menyatakan banyaknya kasus yang dapat didiagnosis

a. Hubungan Antara Insidensi dan Prevalensi


Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya sakit.
Lamanya sakit ialah periode mulai didiagnosanya penyakit sampai berakhirnya penyakit
tersebut yaitu sembuh, mati atau kronis. Hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam
rumus :
P= I x D
P : Prevalensi
I : Insidensi
D : Lamanya sakit
Oleh karena itu, bila kita membandingkan prevalensi suatu penyakit antara
beberapa wilayah, harus diperhatikan ketiga faktor di atas agar tidak menimbulkan kesan
yang salah. Misalnya, bila kita membandingkan prevalensi suatu penyakit antara desa
dengan kota tanpa memperhatikan ketiga faktor tersebut maka kesimpulan yang ditarik
akan bias.
2. Ukuran Asosiasi
Merefleksiakan kekuatan atau besar asosiasi antara suatu eksposur/faktor resiko
dan kejadian suatu penyakit. Dimana untuk mengukur asosiasi dapat dilihat dari ukuran
rasio, yaitu : Risk Ratio, Odds Ratio, Insidence Density Ratio, Prevalence Ratio
a. Risk Ratio (Rasio Resiko)

Risk Ratio adalah rasio dari dua resiko yang terpisah. Risk ration juga disebut
sebagai rasio insidensi kumulatif (cumulative incidence ratio) dan berkaitan erat dengan
rate ratio
Probabilitas pajanan suatu penyakit
Risk ratio =
Probabilitas suatu penyakit tanpa pajanan

b. Odds Ratio
Odds ratio adalah ratio dari kemungkinan terkena penyakit di antara individu
yang terpapar dibagi dengan kemungkinan terkena penyakit di antara individu yang tidak
terpapar.
Odds pemajan untuk kasus
Odds ratio =
Odds pemajan untuk kontrol

a
c a xd
Odds ratio = =
b bxc
d
c. Insidence Density Ratio
Bila data didasarkan pada kasus-kasus insidens
Densitas insidens pada kelompok terpajan
RDI =
Densitas insidens pada kelompok tidak terpajan

d. Prevalence Ratio

Bila data didasarkan pada kasus-kasus prevalens


Prevalens pada kelompok terpajan
RP =
Prevalens pada kelompok tidak terpajan

3. Ukuran Efek/Dampak
Merefleksikan dampak suatu faktor pada frekuensi atau resiko dari suatu masalah.
Dimana untuk mengukur efek/dampak dapat dilihat dari : Attributable Risk, Population
Attributable Risk, Prevalence Fraction.
a. Attributable Risk

Attributable Risk adalah angka penyakit pada orang yang terpajan yang dapat
secara langsung dihubungkan dengan pajanan dari penyakit tersebut.

Insidens(terpajan) − Insidens(tidak terpajan)


AR% = x 100 %
Insidens(terpajan)
b. Population Attributable Risk

Proporsi (atau fraksi) rate penyakit pada seluruh populasi yang mewakili rate
penyakit dalam kelompok terpajan.

PAR = Insidens(populasi) - Insidens(tidak terpajan)


c. Prevalence Fraction

Prevalence fraction adalah fraksi yang dicegah dalam populasi. Proporsi jumlah
beban penyakit dalam populasi yang telah dicegah oleh faktor eksposur1

Insidens(tidak terpajan) − Insidens(populasi)


PF =
Insidens(tidak terpajan)
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uinsu.ac.id/5523/1/DIKTAT%20DASAR%20EPID.pdf
https://slideplayer.info/slide/3235540/

Syafrudin, dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta.
Penerbit: Trans Info Media

Bachtiar, Adang. Isyu Terkini Kesehatan Masyarakat, disajikan pada Seminar Reformasi
Pelayanan Kesehatan, yang diadakan STIKes Hang Tuah Pekanbaru tanggal 9 April 2011

Depkes RI. (2004). Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta: Depkes RI

Timmreck, Thomas. 2005. Epidemiologi: Suatu Pengantar Edisi II. Jakarta: EGC, 127-140
Budiarto, Eko dan Anggreni, Dewi. 2003. Epidemiologi Edisi 2. Jakarta: EGC, 52-58
Wahyudin Rajab. 2009. Ukuran dalam Epidemiologi. Buku Ajar Epidemiology untuk
Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC, 95-103

Anda mungkin juga menyukai