sederhana, nyeri yang menjalar rahang kiri dan lengan kiri dan
nyeri dada seperti terbakar (Priscilla dkk, 2015 & Rahim, 2016)
d. Patofisiologi
oksigen sel.
pembuluh darah (Al Fajar, 2015). Awal mula terjadi CAD adalah
merupakan suatu kondisi pada arteri besar dan kecil yang ditandai
yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri-
LDL ↑
LDL teroksidasi
Plak Fibrosa
Aterosklerosis
Asam Laktat
Angina Pektoris pH sel ↓
D.0056
GAGAL
Iskemia Meluas
↓ Tekanan darah
i. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam menangani CAD dibagi menjadi
dua cara yaitu secara farmakologis dan non farmakologis (Safitri,
2017).
1. Menurut AHA tahun 2016, pedoman tatalaksana pasien dengan
CAD secara farmakologis obat yang disarankan antara lain :
a) Golongan nitrat mekanisme kerjanya vasodilatasi, menurunkan
pengisian diastolik, menurunkan tekanan intrakardiak dan
meningkatkan perfusi subendokardium.
b) Golongan penyekat β (beta bloker) terdapat bukti-bukti bahwa
pemberian beta bloker pada pasien angina yang sebelumnya
pernah mengalami infark miokard, atau gagal jantung memiliki
keuntungan dalam prognosis. Berdasarkan data tersebut beta
bloker merupakan obat lini pertama terapi angina pada pasien
tanpa kontraindikasi..
c) Golongan Antagonis Kalsium mekanisme kerja obat ini
sebagai vasodilatasi koroner dan sistemik dengan inhibisi
masuknya kalsium melalui kanal tipe-L. Verapamil dan
diltiazem juga menurunkan kontarktilitas miokardium,
frekuensi jantung dan konduksi nodus AV.
d) Obat Antiplatelet terapi antiplatelet diberikan untuk mencegah
trombosis koroner karena keuntungannya lebih besar
dibanding risikonya. Aspirin dosis rendah (75-150mg)
merupakan obat pilihan kebanyakan kasus.
e) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE-I) merupakan
obat yang telah dikenal luas sebagai obat antihipertensi, gagal
jantung, dan disfungsi ventrikel kiri.
f) Antagonis Reseptor Bloker mekanisme dengan mencegah efek
angiotensin II, senyawa ini merelaksasikan otot polos sehingga
mendorong vasodilatasi, meningkatkan eksresi garam dan air
di ginjal, menurunkan volume plasma dan mengurangi
hipertrofi sel.
g) Anti Kolesterol Statin menurunkan risiko komplikasi
aterosklerosis sebesar 30% pada pasien angina stabil.
Beberapa penelitian juga menunjukkan manfaat statin pada
berbagai kadar kolesterol sebelum terapi, bahkan pada pasien
dengan kadar kolesterol normal.
2. Menurut Zuraida tahun 2017 dalam melakukan tatalaksana PJK
secara non farmakologis terdapat beberapa terapi yang tergolong
ke dalam terapi komplementer dan dapat diterapkan antara lain :
a) Terapi relaksasi napas dalam merupakan teknik yang
digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Priharjo,
2017).
b) Terapi stimulasi dan massage adalah tindakan manipulasi otot-
otot dan jaringan tubuh dengan cara menekan, menggosok,
getaran/vibrasi dengan menggunakan tangan, jari tangan atau
alat-alat manual maupun elektrik untuk memperbaiki kondisi
kesehatan (Nurgi, 2017).
c) Terapi imajinasi terbimbing adalah sebuah terapi relaksasi
yang bertujuan mengurangi stress dan meningkatkan perasaan
tenang dan damai serta merupakan obat penenang untuk situasi
yang sulit dalam kehidupan, imajinasi terbimbing atau
imajinasi mental merupakan suatu terapi utnuk menguji
kekuatan pikiran saat sadar maupun tidak sadar untuk
menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan
atau keheningan (Amalia, 2016)
d) Terapi hypnosis merupakan salah satu terapi sugesti yang
digunakan untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan
perilaku sebagai sarana penyembuhan gangguan psikologis
maupun fisik/psikomatis.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a) Identitas klien
Pengkajian mengenai nama, umur, jenis kelamin, tanggal
masuk rumah sakit, tanggak pengkajian, diagnosa medis,
agama, dan pekerjaan.
b) Keluhan utama
HASIL
1. Nyeri akut berhubungan setelah dilakukan Intervensi Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera tindakan keperawatan I.08238
Observasi
fisiologis D.0077 diharapkan keluhan nyeri
1.1 Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil L.08066 frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
1. Keluhan nyeri
1.2 Identifikasi skala nyeri
menurun 1.3 Identifikasi respon non verbal
2. Meringis menurun 1.4 Identifikasi faktor yang
memperberat dan
3. Gelisah menurun
memperingan nyeri
4. Kesulitan tidur Terapeutik
menurun 1.5 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
5. Sikap protektif
mengurangi rasa nyeri
menurun 1.6 Kontrol lingkungan yang
Frekuensi nadi memperberat rasa nyeri
1.7 Fasilitasi istirahat dan tidur
membaik 1.8 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1.9 Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
1.10 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
1.11 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
1.12 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
1.13 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1.14 Kolaborasi pemberian
analgetik
2. Penurunan curah setelah dilakukan Intervensi Perawatan Jantung
jantung berhubungan tindakan keperawatan I.02075
dengan perubahan diharapkan curah jantung Observasi
kontraktilitas D.0008 meningkat dengan 2.1 Identifikasi tanda dan gejala
primer penurunan curah
kriteria hasil L.02008
jantung meliputi dispnea,
1. Kekuatan nadi perifer kelelahan, edema
meningkat 2.2 Identifikasi tanda dan gejala
sekunder penurunan curah
2. Ejaction fraction
jantung
meningkat 2.3 Monitor tekanan darah
3. Takikardia menurun 2.4 Monitor intake dan outpute
cairan
4. Edema menurun
2.5 Monitor saturasi oksigen
5. Lelah menurun Terapeutik
6. Dispnea menurun 2.6 Posisilan pasien semi-fowler
7. Tekanan darah atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
membaik 2.7 Berikan diet jantung yang
sesuai
2.8 Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk modifikasi
gaya hidup sehat
2.9 Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stres
2.10 Berikan dukungan
emosional dan spiritual
Edukasi
2.11 Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
2.12 Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
2.13 Anjurkan berhenti merokok
2.14 Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
Farmakologis
2.15 Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
3. Pola napas tidak efektif setelah dilakukan Intervensi Manajemen Jalan
berhubungan dengan tindakan keperawatan Napas I.01011
hambatan upaya napas diharapkan pola napas Observasi
D.0005 membaik dengan kriteria 3.1 Identifikasi dan mengelola
hasil L.01004 kepatenan jalan napas
1. Dispnea menurun 3.2 Monitor pola napas
2. Frekuensi napas 3.3 Monitor bunyi napas
membaik tambahan
3. Kealam napas membaik 3.4 Monitor sputum
Terapeutik
3.5 Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan
chin-lift
3.6 Posisikan semi-fowler atau
fowler
3.7 Berikan minum air hangat
3.8 Berikan oksigen
Edukasi
3.9 Ajarkan teknik batuk efektif
Farmakologis
3.10 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik
4. Perfusi perifer tidak Tujuan: setelah dilakukan Intervensi Perawatan Sirkulasi
efektif berhubungan tindakan keperawatan I.02079
dengan penurunan diharapkan perfusi perifer Observasi
konsentrsi hemoglobin meningkat dengan kriteria 4.1 Periksa sirkulasi perifer
D.0009 hasil L.02011 4.2 Identifikasi faktor risiko
1. Denyut nadi perifer gangguan sirkulasi
meningkat 4.3 Monitor panas, nyeri atau
2. Warna kulit pucat bengkak pada sirkulasi
menurun Terapeutik
3. Pengisian kapiler 4.4 Hindari pemasangan infus
membaik atau pengambilan darah di
4. Akral membaik area keterbatasan perfusi
5. Turgor kulit membaik 4.5 Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas
dengan keterbatasan perfusi
4.6 Lakukan pencegahan infeksi
4.7 Lakukan hidrasi
Edukasi
4.8 Anjurkan berhenti merokok
4.9 Anjurkan berolahraga rutin
4.10 Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan dan penurunan
kolestrol
4.11 Anjurkan minum obat
tekanan darah dengan teratur
4.12 Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
\
DAFTAR PUSTAKA
AHA. 2016. Konsep Penyakit Jantung Koroner (pp. 1–27) . Jakarta: Elsevier.
Kemenkes RI. 2018. Kendalikan Penyakit Jantung Koroner dengan PATUH, apa
saja PATUH?. http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-
penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/page/16/kendalikan-penyakit-
jantung-koroner-dengan-patuh-apa-saja-patuh. Diakses pada 22 Februari
Kemenkes RI. 2019. Apa saja faktor risiko yang menyebabkan penyakit jantung
koroner.http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-
jantung-dan-pembuluh-darah/page/6/apa-saja-faktor-risiko-yang-
menyebabkan-penyakit-jantung-koroner. Diakses pada 22 Februari.
Yahya. 2017. Penyakit Jantung Koroner (PJK) (8th ed., pp. 1–20). Yogyakarta:
Salemba Medika.