Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Dasar penyakit


a) Pengertian
Penyakit arteri koroner atau Coronary Artery Disease (CAD)
adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, arteri yang
menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat,
jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini
biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu
atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya
adalah serangan jantung dan kerusakan pada otot jantung
(Glassman & Shapiro, 2014).
CAD juga merupakan kondisi patologis arteri koroner yang
ditandai dengan penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan
jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan
perubahan struktur dan fungsi arteri dan penurunan aliran darah ke
jantung (Glassman & Shapiro, 2014 ).
b) Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner biasanya disebabkan oleh
aterosklerosis yang dapat menyebabkan penimbunan lipid dan
jaringan fibrosa (Yahya, 2017). Penyempitan dan penyumbatan
arteri koroner disebabkan zat lemak kolesterol dan trigliserida yang
semakin lama semakin banyak dan menumpuk dibawah lapisan
terdalam endothelium dari dinding pembuluh darah arteri. Hal ini
dapat menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang
ataupun berhenti, sehingga mengganggu kerja jantung sebagai
pemompa darah. Efek dominan dari jantung koroner adalah
kehilangan oksigen dan nutrisi ke jantung karena aliran darah
jantung berkurang. Pembentukan plak lemak arteri mempengaruhi
pembentukan bekuan aliran darah yang akan mendorong terjadinya
serangan jantung. Proses pembentukan plak yang menyebabkan
pengerasan arteri tersebut dinamakan aterosklerosis (Firdiansyah,
2014).
Salah satu penyebab penyakit jantung koroner adalah
kebiasaan makan-makanan berlemak tinggi terutama lemak jenuh
sehingga terbentuknya plak-plak lemak yang disebut ateroma.
ateroma akan menyebabkan aterosklerosis. Tahap-tahap terjadinya
aterosklerosis dimulai dengan deposit lemak dalam dinding arteri
yang normal., bila deposit ini berlanjut akan mengakibatkan
deposit yang semakin banyak, sehingga dapat mengakibatkan
penutupat atau sumbatan saluran pembuluh darah. Adapun faktor
risiko terjadinya aterosklerosis adalah hiperlipidemia, hipertensi,
merokok, diabetes melitus, kegemukan dan kurang aktivitas fisik
(Irmalita, 2015). Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2019
faktor risiko PJK terbagi menjadi 2, risiko yang tidak dapat diubah
dan dapat diubah yaitu:
1. Risiko yang tidak dapat diubah
a) Usia
b) Jenis kelamin
c) Keturunan atau genetik
2. Risiko yang dapat diubah
a) Merokok
b) Hipertensi
c) Dislipidemia
d) Diabetes melitus
c. Tanda dan Gejala PJK
Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2019
menyatakan bahwa tanda dan gejala CAD adalah keluhan rasa
tidak nyaman di dada atau nyeri dada (angina), selain nyeri gejala
yang dirasakan setiap individu mungkin berbeda-beda ada yang
merasa terbakar di dada, ada beban di bagian dada sehingga
menyebabkan rasa tertekan di bagian dada yang berlangsung
selama lebih dari 20 menit saat istirahat atau saat sedang
beraktivitas yang disertai gejala keringat dingin atau gejala lainnya
seperti lemah, rasa mual dan pusing.
Penyakit jantung koroner memiliki gejala nyeri dada yang

diakibatkan adanya aterosklerosis dengan gejala klinis seperti dada

terasa tertekan benda berat saat istirahat maupun saat beraktivitas

sederhana, nyeri yang menjalar rahang kiri dan lengan kiri dan

nyeri dada seperti terbakar (Priscilla dkk, 2015 & Rahim, 2016)

d. Patofisiologi

Dalam pemenuhan kebutuhan energi otot jantung, tersedia

pembuluh darah/arteri koronaria yang menyuplai otot jantung dan

mempunyai kebutuhan metabolisme tinggi terhadap oksigen dan

nutrisi (Brunner & Suddarth, 2013). Pada jantung normal

kebutuhan oksigen miokard disuplai secara kontinyu oleh arteri

koroner selama aktivitas normal, kebutuhan oksigen miokard naik

akan menaikkan aliran arteri koroner. Suplai oksigen miokard

bergantung pada oksigenasi sistemik dan kadar hemoglobin,

sehingga bila tidak anemia atau penyakit paru aliran oksigen

koroner cenderung konstan. Bila ada kelainan maka aliran koroner

secara dinamis menyesuaikan suplai oksigen dengan kebutuhan

oksigen sel.

Perkembangan CAD dimulai dari penyumbatan pembuluh

darah jantung oleh plak. Penyumbatan pembuluh darah pada

awalnya disebabkan oleh peningkata kadar kolesterol LDL (low


density lipoprotein) darah berlebihan dan menumpuk pada dinding

arteri sehingga aliran darah terganggu dan juga dapat merusak

pembuluh darah (Al Fajar, 2015). Awal mula terjadi CAD adalah

aterosklerosis atau sumbatan plak di arteri koroner, yang

merupakan suatu kondisi pada arteri besar dan kecil yang ditandai

dengan penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit

dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel

endotel), dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri

yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri-

arteri serebral (Yahya, 2017).


e. Pathway

HDL rendah, DM, Hipertensi Hiperlipidemia/Dislipidemia Terpajan radikal


bebas riwayat merokok, defisiensi estrogen

Lipoprotein tertimbun dalam lap endotel

LDL ↑

LDL teroksidasi

Disfungsi Endotel Bercak Lemak Inflamasi (Migrasi monosit ke arteri)

Plak Fibrosa

Aterosklerosis

Penyempitan lumen arteri koroner

Gangguan Oksigenasi Resistensi aliran darah ↑

Merangsang kemoreseptor Suplai oksigen↓ pe↓ kemampuan pembuluh darah untuk


di badan aorta dan aortis pada arteri koronaria melebar

Pusat kardiolegulator Miokardium Hipoksia

Nervus Kardiak Metabolisme Anaerob

Asam Laktat
Angina Pektoris pH sel ↓

MK : Nyeri Akut D.0077 Asidosis Respiratorik Kekuatan Kontraksi Miokard ↓

Merangsang Kemoreseptor Curah Jantung ↓ MK : Penurunan


Curah Jantung
D.0008

MK : Intoleran Aktivitas Merangsang pusat pernapasan Serabut miokard memendek

D.0056

Dispnea Aktivitas pernapasan ↑

MK : Pola Napas Tidak Efektif D.0005

Kompensasi Stimulasi Simpatis Denyut nadi ↑, takikardi

GAGAL

Iskemia Meluas

↓ Tekanan darah

MK : Perfusi Perifer Tidak Efektif D.0009 Perifer

Peningkatan retensi natrium Ginjal ↓ Pefusi jaringan >30-40 Menit

Penurunan protein plasma Kematian Otot Infark Miokardium

Cairan berpindah dari intravaksuler ke ekstravaskuler Edema MK : Hipervolemia


D.0022
f. Klasifikasi
Pada CAD klasifikasi dapat dibedakan menjadi 4 yaitu
asimtomatik (silent myocardial ischemia) yang tidak pernah
mengeluh nyeri dada baik sat istirhat atau beraktivitas, angina
pektoris stabil (STEMI) terdapat yaitu nyeri yang berlangsung 1-5
menit dan hilang timbul dan biasanya terdapat depresi segmen ST
pada pengukuran EKG, angina pektoris tidak stabil (NSTEMI)
yaitu nyeri dada yang berlangsung bisa lebih dari lima menit dan
terjadi bisa pada saat istirahat biasanya akan terdapat deviasi
segmen ST pada rekaman EKG, infark miokard yaitu nyeri dada
yang terasa ditekan, diremas berlangsung selama 30 menit atau
bahkan lebih biasanya hasil rekaman EKG terdapat elevasi segmen
ST (Potter& Perry, 2010)
g. Komplikasi
Menurut Karikaturijo tahun 2014, komplikasi PJK antara lain :
1) Disfungsi ventrikular
2) Aritmia pasca STEMI
3) Gangguan hemodinamik
4) Ekstrasistol ventrikel sindroma koroner akut elevasi ST tanpa
elevasi ST infark miokard angina tak stabil
5) Takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel
6) Syok kardiogenik
7) Gagal jantung kongestif
h. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Wardani 2015 untuk mendiagnosis CAD secara
lebih tepat maka dilakukan pemeriksaan penunjang diantaranya :
1) Pemeriksaan EKG dapat memberi bantuan untuk diagnosis dan
prognosis, rekaman yang dilakukan saat sedang nyeri dada
sangat bermanfaat. Serial EKG harus dibuat jika ditemukan
adanya perubahan segmen ST, namun EKG yang normal pun
tidak menyingkirkan diagnosis APTS/NSTEMI. Pemeriksaan
EKG 12 sadapan pada pasien SKA dapat menggambarkan
kelainan yang terjadi dan ini dilakukan secara serial untuk
evaluasi lebih lanjut.
2) Chest X–Ray (foto dada), thorax foto mungkin normal atau
adanya kardiomegali, CHF (gagal jantung kongestif) atau
aneurisme ventrikel.
3) Latihan tes stres jantung (treadmill) merupakan pemeriksaan
penunjang yang standar dan banyak digunakan untuk
mendiagnosa CAD, ketika melakukan treadmill detak jantung,
irama jantung, dan tekanan darah terus-menerus dipantau, jika
arteri koroner mengalami penyumbatan pada saat melakukan
latihan maka ditemukan segmen depresi ST pada hasil rekaman.
4) Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk
menghasilkan gambar jantung, selama ekokardiogram dapat
ditentukan apakah semua bagian dari dinding jantung
berkontribusi normal dalam aktivitas memompa. Bagian yang
bergerak lemah mungkin telah rusak selama serangan jantung
atau menerima terlalu sedikit oksigen, ini mungkin
menunjukkan penyakit arteri koroner.
5) Katerisasi jantung atau angiografi adalah suatu tindakan invasif
minimal dengan memasukkan kateter (selang/pipa plastik)
melalui pembuluh darah ke pembuluh darah koroner yang
mensirkulasi jantung, prosedur ini disebut katerisasi jantung.
Penyuntikkan cairan khusus ke dalam arteri atau intravena ini
dikenal sebagai angiogram, tujuan dari tindakan katerisasi ini
adalah untukmendiagnosa dan sekaligus sebagai tindakan terapi
bila ditemukan adanya suatu kelainan.
6) CT scan (computerizied tomography coronary angiogram)
adalah pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu
memvisualisasikan arteri koroner dan suatu zat pewarna kontras
disuntikkan melalui intravena selama CT scan, sehingga dapat
menghasilkan gambar arteri jantung, ini juga disebut sebagai
ultrafast CT scan yang berguna untuk mendeteksi kalsium
dalam deposito lemak yang mempersempit arteri koroner. Jika
sejumlah besar kalsium ditemukan, maka memungkinkan
terjadinya CAD.
7) Magnetic Resonance Angiography (MRA) prosedur ini
menggunakan teknologi MRI, sering dikombinasikan dengan
penyuntikan zat pewarna kontras, yang berguna untuk
mendiagnosa adanya penyempitan atau penyumbatan, meskipun
pemeriksaan ini tidak sejelas pemeriksaan katerisasi jantung.

i. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam menangani CAD dibagi menjadi
dua cara yaitu secara farmakologis dan non farmakologis (Safitri,
2017).
1. Menurut AHA tahun 2016, pedoman tatalaksana pasien dengan
CAD secara farmakologis obat yang disarankan antara lain :
a) Golongan nitrat mekanisme kerjanya vasodilatasi, menurunkan
pengisian diastolik, menurunkan tekanan intrakardiak dan
meningkatkan perfusi subendokardium.
b) Golongan penyekat β (beta bloker) terdapat bukti-bukti bahwa
pemberian beta bloker pada pasien angina yang sebelumnya
pernah mengalami infark miokard, atau gagal jantung memiliki
keuntungan dalam prognosis. Berdasarkan data tersebut beta
bloker merupakan obat lini pertama terapi angina pada pasien
tanpa kontraindikasi..
c) Golongan Antagonis Kalsium mekanisme kerja obat ini
sebagai vasodilatasi koroner dan sistemik dengan inhibisi
masuknya kalsium melalui kanal tipe-L. Verapamil dan
diltiazem juga menurunkan kontarktilitas miokardium,
frekuensi jantung dan konduksi nodus AV.
d) Obat Antiplatelet terapi antiplatelet diberikan untuk mencegah
trombosis koroner karena keuntungannya lebih besar
dibanding risikonya. Aspirin dosis rendah (75-150mg)
merupakan obat pilihan kebanyakan kasus.
e) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin (ACE-I) merupakan
obat yang telah dikenal luas sebagai obat antihipertensi, gagal
jantung, dan disfungsi ventrikel kiri.
f) Antagonis Reseptor Bloker mekanisme dengan mencegah efek
angiotensin II, senyawa ini merelaksasikan otot polos sehingga
mendorong vasodilatasi, meningkatkan eksresi garam dan air
di ginjal, menurunkan volume plasma dan mengurangi
hipertrofi sel.
g) Anti Kolesterol Statin menurunkan risiko komplikasi
aterosklerosis sebesar 30% pada pasien angina stabil.
Beberapa penelitian juga menunjukkan manfaat statin pada
berbagai kadar kolesterol sebelum terapi, bahkan pada pasien
dengan kadar kolesterol normal.
2. Menurut Zuraida tahun 2017 dalam melakukan tatalaksana PJK
secara non farmakologis terdapat beberapa terapi yang tergolong
ke dalam terapi komplementer dan dapat diterapkan antara lain :
a) Terapi relaksasi napas dalam merupakan teknik yang
digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Priharjo,
2017).
b) Terapi stimulasi dan massage adalah tindakan manipulasi otot-
otot dan jaringan tubuh dengan cara menekan, menggosok,
getaran/vibrasi dengan menggunakan tangan, jari tangan atau
alat-alat manual maupun elektrik untuk memperbaiki kondisi
kesehatan (Nurgi, 2017).
c) Terapi imajinasi terbimbing adalah sebuah terapi relaksasi
yang bertujuan mengurangi stress dan meningkatkan perasaan
tenang dan damai serta merupakan obat penenang untuk situasi
yang sulit dalam kehidupan, imajinasi terbimbing atau
imajinasi mental merupakan suatu terapi utnuk menguji
kekuatan pikiran saat sadar maupun tidak sadar untuk
menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan
atau keheningan (Amalia, 2016)
d) Terapi hypnosis merupakan salah satu terapi sugesti yang
digunakan untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan
perilaku sebagai sarana penyembuhan gangguan psikologis
maupun fisik/psikomatis.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a) Identitas klien
Pengkajian mengenai nama, umur, jenis kelamin, tanggal
masuk rumah sakit, tanggak pengkajian, diagnosa medis,
agama, dan pekerjaan.
b) Keluhan utama

Khususnya pada klien dengan gangguan sistem


kardiovaskuler antara lain sesak napas, batuk, nyeri dada,
pingsan, berdebar-debar, cepat lelah, edema ekstremitas dan
sebagainya

c) Riwayat kesehatan dahulu


Meliputi riwayat penyakit pembuluh darah arteri,
serangan jantung sebelumnya, terapi estrogen pada wanita
pasca menopause, diet rutin dengan tinggi lemak, riwayat
merokok, kebiasaan olahraga yang tidak teratur, riwayat
diabetes mellitus, hipertensi, gagal jantung kongestif dan
riwayat penyakit pernapasan kronis.
d) Riwayat kesehatan
Meliputi terjadinya nyeri, kelemahan, kelelahan, tidak
dapat tidur, diaforeasi, mual, muntah, demam, dispnea, dan
sindrom syok dalam berbagai tingkatan.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi riwayat keluarga memiliki penyakitjantung,
infark miokard, diabetes mellitus, stroke, hipertensi, penyakit
vaskuler perifer.
f) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien CAD
(Muttaqin, 2014) terdiri atas pengukuran tanda-tanda vital,
inspeksi, palpasi, perkusi, asukultasi. Tujuannya adalah untuk
mengeksklusi penyebab nyeri dada non-kardiak dan non-
iskemik seperti penyakit paru dan lambung. Pemeriksaan
fisik mungkin dapat tidak menunjukkan kelainan apapun
pada saat angina. Pada pemeriksaan auskultasi dapat
terdengar suara atrial atau ventrikel dan murmur sistolik
daerah apeks jantung. Frekuensi jantung dapat menurun,
menetap atau meingkat. Saat dilakukan perkusi batas jantung
dirasakan melebar.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
D.0077
b) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas D.0008
c) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas D.0005
d) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrsi hemoglobin D.0009
3. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI

HASIL
1. Nyeri akut berhubungan setelah dilakukan Intervensi Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera tindakan keperawatan I.08238
Observasi
fisiologis D.0077 diharapkan keluhan nyeri
1.1 Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil L.08066 frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
1. Keluhan nyeri
1.2 Identifikasi skala nyeri
menurun 1.3 Identifikasi respon non verbal
2. Meringis menurun 1.4 Identifikasi faktor yang
memperberat dan
3. Gelisah menurun
memperingan nyeri
4. Kesulitan tidur Terapeutik
menurun 1.5 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
5. Sikap protektif
mengurangi rasa nyeri
menurun 1.6 Kontrol lingkungan yang
Frekuensi nadi memperberat rasa nyeri
1.7 Fasilitasi istirahat dan tidur
membaik 1.8 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1.9 Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
1.10 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
1.11 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
1.12 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
1.13 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1.14 Kolaborasi pemberian
analgetik
2. Penurunan curah setelah dilakukan Intervensi Perawatan Jantung
jantung berhubungan tindakan keperawatan I.02075
dengan perubahan diharapkan curah jantung Observasi
kontraktilitas D.0008 meningkat dengan 2.1 Identifikasi tanda dan gejala
primer penurunan curah
kriteria hasil L.02008
jantung meliputi dispnea,
1. Kekuatan nadi perifer kelelahan, edema
meningkat 2.2 Identifikasi tanda dan gejala
sekunder penurunan curah
2. Ejaction fraction
jantung
meningkat 2.3 Monitor tekanan darah
3. Takikardia menurun 2.4 Monitor intake dan outpute
cairan
4. Edema menurun
2.5 Monitor saturasi oksigen
5. Lelah menurun Terapeutik
6. Dispnea menurun 2.6 Posisilan pasien semi-fowler
7. Tekanan darah atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
membaik 2.7 Berikan diet jantung yang
sesuai
2.8 Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk modifikasi
gaya hidup sehat
2.9 Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stres
2.10 Berikan dukungan
emosional dan spiritual
Edukasi
2.11 Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
2.12 Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
2.13 Anjurkan berhenti merokok
2.14 Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
Farmakologis
2.15 Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
3. Pola napas tidak efektif setelah dilakukan Intervensi Manajemen Jalan
berhubungan dengan tindakan keperawatan Napas I.01011
hambatan upaya napas diharapkan pola napas Observasi
D.0005 membaik dengan kriteria 3.1 Identifikasi dan mengelola
hasil L.01004 kepatenan jalan napas
1. Dispnea menurun 3.2 Monitor pola napas
2. Frekuensi napas 3.3 Monitor bunyi napas
membaik tambahan
3. Kealam napas membaik 3.4 Monitor sputum
Terapeutik
3.5 Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan
chin-lift
3.6 Posisikan semi-fowler atau
fowler
3.7 Berikan minum air hangat
3.8 Berikan oksigen
Edukasi
3.9 Ajarkan teknik batuk efektif
Farmakologis
3.10 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik
4. Perfusi perifer tidak Tujuan: setelah dilakukan Intervensi Perawatan Sirkulasi
efektif berhubungan tindakan keperawatan I.02079
dengan penurunan diharapkan perfusi perifer Observasi
konsentrsi hemoglobin meningkat dengan kriteria 4.1 Periksa sirkulasi perifer
D.0009 hasil L.02011 4.2 Identifikasi faktor risiko
1. Denyut nadi perifer gangguan sirkulasi
meningkat 4.3 Monitor panas, nyeri atau
2. Warna kulit pucat bengkak pada sirkulasi
menurun Terapeutik
3. Pengisian kapiler 4.4 Hindari pemasangan infus
membaik atau pengambilan darah di
4. Akral membaik area keterbatasan perfusi
5. Turgor kulit membaik 4.5 Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas
dengan keterbatasan perfusi
4.6 Lakukan pencegahan infeksi
4.7 Lakukan hidrasi
Edukasi
4.8 Anjurkan berhenti merokok
4.9 Anjurkan berolahraga rutin
4.10 Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan dan penurunan
kolestrol
4.11 Anjurkan minum obat
tekanan darah dengan teratur
4.12 Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi

\
DAFTAR PUSTAKA

AHA. 2016. Konsep Penyakit Jantung Koroner (pp. 1–27) . Jakarta: Elsevier.

Herdman, T. H dan Kamitsuru, S (Ed). 2018-2020. NANDA-I Diagnosis


Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi, Edisi 11. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. 2018. Kendalikan Penyakit Jantung Koroner dengan PATUH, apa
saja PATUH?. http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-
penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/page/16/kendalikan-penyakit-
jantung-koroner-dengan-patuh-apa-saja-patuh. Diakses pada 22 Februari

Kemenkes RI. 2019. Apa saja faktor risiko yang menyebabkan penyakit jantung
koroner.http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-
jantung-dan-pembuluh-darah/page/6/apa-saja-faktor-risiko-yang-
menyebabkan-penyakit-jantung-koroner. Diakses pada 22 Februari.

PPNI (2016). Standar Diagnosi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:

Yahya. 2017. Penyakit Jantung Koroner (PJK) (8th ed., pp. 1–20). Yogyakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai