Anda di halaman 1dari 12

TOPIK I

PENGERTIAN DASAR EPIDEMIOLOGI

PENDAHULUAN
Materi pada bab ini meliputi definisi, tingkatan, ruang lingkup, peranan,
prinsip, manfaat, dan sejarah perkembangan epidemiologi. Uraian pengertian
materi pada bab ini disertai contoh-contoh nyata tentang keadaan, masalah,
dan substansi lainnya. Pada akhir pembelajaran, mahasiswa memahami
tentang epidemiologi sebagai sebuah konsep secara mendasar. Hal ini penting
sebagai dasar untuk memahami apa dan bagaimana seluk-beluk dan penerapan
epidemiologi dalam berbagai masalah kesehatan masyarakat.

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi Topik I mahasiswa dapat menjelaskan tentang:
1. Definisi epidemiologi.
2. Tingkatan analisis epidemiologis
3. Keguanaan epidemiologi.
4. Peran epidemiologi
5. Sejarah perkembangan epidemiologi

B. PENYAJIAN
Uraian materi belajar pada Topik I terdiri dari: 1) Definisi epidemiologi; 2)
Tingkatan analisis epidemiologis; 3) Kegunaan epidemiologi; 4) Peran
epidemiologi; dan 5) Sejarah perkembangan epidemiologi.

1. Definisi epidemiologi
Definisi epidemiologi yang digunakan paling luas dirumuskan oleh John
M. Last tahun 1988, dan diadopsi oleh Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) sebagai berikut:

1
“Epidemiology is the study of the distribution and determinants of health-
related states or events in specified populations, and the application of this study
to the control of health problems.”

(Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan-determinan kondisi


atau peristiwa yang berhubungan dengan kesehatan dalam populasi tertentu, and
penggunaan studi tersebut untuk pengendalian masalah kesehatan).

Enam kata kunci yang terkandung dalam definisi tersebut adalah studi,
distribusi, deteriminan, kondisi atau peristiwa yang terkait Kesehatan,
populasi spesifik, dan penerapan.
a. Studi. Suatu aktifitas disiplin ilmu untuk mempelajari atau menyelidiki
peristiwa kesehatan (termasuk penyakit) dengan metode ilmiah kuantitatif.
Kegiatan pengumpulan, analisis, dan interpretasi data tentang peristiwa
kesehatan dilakukan terstruktur, objektif, cermat, dan disertai kelompok
pembanding yang sahih sehingga diperoleh hasil yang terpercaya. Dalam
studi epidemiologi, dikenal enam kata tanya, yaitu 5W+H: what, who,
where, when, why, dan how. Kata tanya tersebut diimplementasikan untuk
mengidentifikasi:
1) Apa peristiwa kesehatan yang terjadi?
2) Siapa yang terkena? Populasi mana yang terkena?
3) Kapan peristiwa kesehatan itu terjadi?
4) Di mana peristiwa kesehatan itu terjadi? Wilayah mana yang dilanda
peristiwa kesehatan itu?
5) Mengapa peristiwa kesehatan itu terjadi? Faktor determinan apa saja
yang terkait dengan peristiwa kesehatan tersebut?
6) Bagaimana (kronologi) peristiwa kesehatan itu terjadi? Bagaimana
hubungan antar faktor deteminan dalam mencetuskan peristiwa
kesehatan itu?
b. Distribusi. Gambaran pola kejadian (frekuensi) dan penyebaran suatu
peristiwa Kesehatan (penyakit) berdasarkan ciri orang, tempat, dan waktu.
c. Determinan. Semua faktor yang menjadi penentu kejadian atau peristiwa
kesehatan, baik aspek individu maupun lingkungan. Studi epidemiologi
dilakukan untuk mengidentifikasi dan menetapkan faktor determinan suatu

2
penyakit atau peristiwa kesehatan. Hal ini menjawab pertanyaan Mengapa
dan Bagaimana.
d. Kondisi atau peristiwa yang terkait kesehatan. Ini adalah perluasan fokus
kajian epidemiologi. Dulu, kajian epidemiologi terbatas pada penyakit
menular, lalu penyakit tidak menular, dan sekarang mencakup berbagai
kondisi dan atau peristiwa yang terkait dengan kesehatan.
e. Populasi tertentu. Penduduk di suatu wilayah (masyarakat) yang menjadi
klien dari aktifitas epidemiologi. Jika terjadi suatu penyakit di masyarakat
(walaupun hanya satu atau beberapa orang) maka seorang epidemiolog
akan melakukan kajian (diagnosis) tentang sumber paparan, jumlah orang
yang mungkin terkena, potensi penyebaran lebih luas, dan tindakan
pengendalian yang tepat.
f. Penerapan. Gambaran praktik penerapan hasil studi ke dalam keputusan
dan tindakan kesehatan berbasis ilmu dan seni. Praktik seorang
epidemiolog adalah mendiagnosis status kesehatan populasi tertentu dan
menetapkan tindakan intervensi yang tepat. Aktifitas ini identik dengan
dokter mendiagnosis pasien dan membuat resep pengobatan.

Epidemiologi merupakan ilmu dasar yang menjadi komponen utama


bidang kesahatan masyarakat, karena:
a. Menerapkan metode penelitian yang dilandasi analisis statistik kuantitatif
b. Menjelaskan hubungan kausal (sebab-akibat) dengan perumusan dan
pengujian hipotesis berbasis data yang sahih dan handal.
Hasil studi epidemiologi menjadi dasar pengambilan keputusan dan
tindakan kesehatan yang dilandasi dengan logika ilmiah hubungan sebab-
akibat suatu peristiwa atau kejadian kesehatan.

2. Tingkatan analisis epidemiologis

Hasil studi epidemiologi dianalisis dalam dua tingkatan, yaitu deskriptif


dan analitik.

3
a. Epidemiologi deskriptif. Hasil studi epidemiologi digunakan untuk
menggambarkan kejadian dan penyebaran penyakit. Kejadian dan
distribusi penyakit dideskripsikan menurut ciri orang, tempat dan waktu,
dengan menjawab pertanyaan 5W+H. Dalam tingkatan deskriptif ini,
kajian epidemiologi dapat menghasilkan gambaran besar masalah
kesehatan di suatu masyarakat (populasi) tertentu, namun belum bisa
menentukan faktor-faktor apa yang menentukan atau mempegaruhinya.
Besar masalah diukur dari frekuensi kejadian dan luas penyebaran
penyakit.

b. Epidemiologi analitik. Studi epidemiologi analitik digunakan untuk


menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana peristiwa kesehatan itu
terjadi. Tingkatan ini menerapkan desain penelitian kuantitatif analitik
yang sahih dan handal, baik kasus-kontrol, kohort, maupun eksperimen.
Data hasil studi epidemiologi dianalisis lebih lanjut secara analitik
berbasis statistik ini untuk mengidentifikasi dan menetapkan berbagai
faktor yang menjadi determinan dari peristiwa kesehatan yang dipelajari.

3. Kegunaan epidemiologi.
Hasil studi epidemiologi, baik deskriptif maupun analitik memberikan
manfaat bagi pemegang kebijakan di bidang kesehatan, terkait dengan
penilaian status kesehatan masyarakat, pengambilan keputusan, melengkapi
situasi klinis penyakit, dan penentuan faktor kausal.
a. Penilaian status kesehatan. Hasil studi epidemiologi deskriptif menyajikan
gambaran situasi kesehatan di suatu masyarakat (populasi). Situasi
kesehatan tersebut mencakup jenis masalah, kelompok masyarakat yang
terkena, masa, tempat, dan kronologi kejadian. Epidemiologi analitik
menambahkan hasil analisis berupa faktor-faktor yang menentukan atau
memengaruhi kejadian penyakit atau masalah kesehatan tersebut. Hasil
analisis epidemiologi tersebut berguna untuk menyusun kebijakan,

4
melaksanakan dan mengevaluasi program pemecahan masalah. Keadaan
ini dapat berupa (1) epidemi, yaitu peningkatan yang cepat kejadian
penyakit di suatu tempat, (2) pandemi, yaitu peningkatan kejadian
penyakit yang cepat dan menyebar pada daerah yang luas, (3) endemi,
yaitu meningkat nya masalah kesehatan di suatu tempat dalam waktu yang
cukup lama, (4) sporadik, yaitu kejadian penyakit pada suatu tempat
berubah-ubah dari waktu ke waktu.
b. Pengambilan keputusan perorangan. Data epidemiologi juga berguna bagi
setiap individu untuk mengambil keputusan terbaik sesuai kondisi
kesehatan masing-masing. Contoh: data epidemiologi menunjukkan bahwa
virus SARS-Cov-2 menular melalui kontak, droplet, dan udara pernafasan.
Virus mudah rusak oleh deterjen dan disinfektan. Hamburan material
infeksius dari orang bersin dan batuk bisa menyebar hingga satu meter.
Data ini berguna bagi setiap orang untuk melakukan proteksi diri dengan
menggunakan masker dan face shield, cuci tangan dengan sabun, dan jaga
jarak lebih dari satu meter.
c. Penyempurnaan pemahaman klinis penyakit. Sifat penyakit pada awal
kejadian seringkali belum dapat dipahami dengan lengkap, baik oleh
dokter maupun epidemiolog. Studi epidemiologi dapat memberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang sifat penyakit dan agen
penyebabnya. Contoh: Apakah SARS-Cov-2 dapat menular melalui udara?
Hasil studi epidemiologi, sebagian besar tidak menemunkan, dan sebagian
kecil menemukan tetapi sangat rendah, keberadaan RNA SARS-Cov-2 di
udara ruang perawatan pasien Covid-19. Data ini melengkapi gambaran
klinis bahwa SARS-Cov-2 tidak mampu bertahan lama di udara dan tidak
cukup untuk menimbulkan penularan melalui udara (airborne infection).
d. Penetapan faktor kausal. Meskipun studi epidemiologi didasarkan pada
logika ekologis (interaksi manusia dan lingkungan) namun hasilnya dapat
mengidentifikasi faktor-faktor yang memungkinkan (enabling),
menentukan (determinant), dan meningkatkan risiko (risk) kejadian
penyakit. Contoh: Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa nyamuk

5
Aedes aegypti (vektor virus Dengue) terbukti secara luas telah resisten
terhadap insektisida golongan organoklorin dan piretroid melalui
mekanisme mutase genetic gen Voltage-gated Sodium Channel (VGSC).
Data ini menjadi dasar pengambilan keputusan tindakan kesehatan
masyarakat untuk menghentikan penggunaan kedua jenis insektisida
tersebut dalam pengendalian vektor penyakit Demam Berdarah Dengue.

4. Peran epidemiologi
Enam peran utama epidemiologi dalam bidang kesehatan masyarakat,
yaitu surveilans, investigasi lapangan, kajian analitik, evaluasi, kaitan antar
sektor, dan pengembangan kebijakan.
a. Surveilans kesehatan masyarakat; yaitu kegiatan pengumpulan, analisis,
dan interpretasi data secara sistematis dan berkelanjutan, disertai
diseminasi informasi tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu
mengetahui sehingga dapat diambil keputusan dan tindakan kesehatan
masyarakat. Sistem ini dapat diterapkan pada berbagai aspek dan
menjamin ketersediaan informasi kesehatan aktual sebagai dasar tindakan
pemecahan masalah yang tepat sehingga tidak terjadi epidemi. Efisiensi
dan efektifitas sistem ini ditentukan dari ketersediaan data dan kualitas
sistem informasi kesehatan. Surveilans kesehatan masyarakat di era
revolusi industry 4.0 ini dapat dilakukan dengan penggalian dan analisis
mendalam (data mining) pada sistem data besar (big data).
b. Investigasi lapangan; merupakan tindak lanjut dari pelaporan suatu kasus
penyakit atau masalah kesehatan tertentu. Investigasi bertujuan untuk
memperoleh data dan informasi lebih lengkap terkait kasus penyakit dan
orang-orang di sekitarnya sehingga dapat ditemukan kasus baru, status
risiko dari penduduk sekitar dan ditentukan tindak lanjut yang tepat.
Contoh: Keberadaan kasus Covid-19 di suatu masyarakat, maka otoritas
kesehatan setempat akan melakukan penelusuran orang-orang yang
berinteraksi dengan kasus Covid-19 tersebut selama masa inkubasi
penyakit (14 hari sebelumnya). Investigasi dapat dilakukan secara

6
langsung maupun menggunakan media komunikasi. Intinya,
mengumpulkan daftar nama orang berdasarkan keeratan interaksi dengan
kasus pada masa inkubasi, dilanjutkan dengan intervensi sementara berupa
penetapan untuk karantina mandiri selama 14 hari bagi kontak erat sambil
dipantau kondisi kesehatan. Bila timbul gejala penyakit, maka dilanjutkan
penegakan diagnosis dengan pemeriksaan laboratorium.
c. Kajian analitik. Penerapan desain studi kuantitatif analitik diperlukan
untuk mendukung hasil surveilans dan investigasi kejadian penyakit. Hasil
studi analitik lebih kuat karena dilakukan dengan desain yang telah
dirancang dan dikerjakan dengan cermat sehingga diperoleh data yang
valid dan andal. Contoh: investigasi kasus Covid-19 di sebuah instansi
mendapatkan enam kasus. Empat kasus berkaitan dengan interaksi
individu dengan rumah sakit, tiga kasus terkait dengan suami atau isteri
yang terinfeksi sebelumnya. Data terbatas tersebut memunculkan
hipotesis: 1) berinteraksi dengan rumah sakit berisiko besar tertular Covid-
19; dan 2) penularan kasus Covid-19 terutama melalui kontak erat antar
individu. Hipotesis ini perlu ditindaklanjuti dengan studi analitik dengan
subjek yang lebih besar untuk memperoleh gambaran yang lebih kuat dan
membuktikan hipotesis.
d. Evaluasi. Hasil studi epiemiologi digunakan untuk mengevaluasi program
pemecahan masalah kesehatan. Data hasil studi dibandingkan dengan
target capaian program disertai dengan informasi lain yang relevan. Hal ini
merupakan cara yang sistematis dan objektif untuk menilai keberhasilan
program pengendalian penyakit. Contoh: Tahun 2014 Pemerintah Kota
Semarang merekrut petugas surveilans penyakit Demam Berdarah Dengue
untuk mempercepat pengendalian penyakit ini. Tahun 2017 dilakukan
evaluasi keefektifan terobosan program tersebut baik dari capaian maupun
persepsi masyarakat. Hasil studi menunjukkan bahwa masyarakat puas
dengan terobosan tersebut dan menganggap pantas untuk diteruskan.
e. Penggalangan kerjasama. Peran epidemiolog tidak bisa dilakukan sendiri
dan selalu bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain. Kejadian penyakit

7
lintas batas wilayah dan menyangkut sektor non kesehatan memerlukan
penggalangan kerjasama dalam menginvestigasi dan memecahkannya.
Ahli epidemiologi dapat berperan sebagai anggota maupun ketua tim multi
disiplin.
f. Pengembangan kebijakan. Ini sesuai dengan definisi epidemiologi dimana
hasil studi digunakan untuk pemecahan masalah. Data dan informasi hasil
studi epidemiologi menjadi masukan penting bagi pejabat kesehatan di
suatu wilayah untuk menyusun kebijakan dan program kesehatan yang
relevan, sesuai dengan kondisi setempat.

5. Sejarah perkembangan epidemiologi


Beberapa ahli menuliskan bahwa perkembangan epidemiologi telah
dimulai sejak jaman Mesir Kuno. Definisi tersebut merangkum tiga kata dari
bahasa Yunani, yaitu epi (pada), demos (penduduk), dan logos (ilmu
pengetahuan). Epidemiologi pada saat itu diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang kejadian-kejadian yang menimpa penduduk, khususnya
epidemi penyakit. Dalam perkembangannya epidemiologi mengalami
perluasan makna dan pengertian.
Uraian berikut memaparkan perkembangan beberapa definisi epidemiologi
berdasarkan nama ahli dan tahun publikasi.
a. Hirsch (1883). Epidemiologi adalah gambaran kejadian, penyebaran dari
jenis-jenis penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di
bumi dan mengkaitkan dengan kondisi eksternal. Definisi ini memuat
pokok materi penyakit (jenis, kejadian, dan penyebaran), manusia, tempat,
dan kondisi eksternal (lingkungan), yang secara implisit dikaji secara
diskriptif (gambaran) dan analitik (mengkaitkan).
b. Greenwood (1934). Epidemiologi adalah suatu ilmu tentang penyakit dan
segala macam kejadian. Meskipun menekankan tentang penyakit, definisi
ini bersifat umum. Tidak ada penjelasan mengenai siapa, dimana, kapan,
bagaimana dan mengapa terjadi.

8
c. Moris (1964). Epidemiologi adalah pengetahuan tentang sehat dan sakit
dari sekelompok penduduk. Definisi Moris menekankan pada substansi
sehat, sakit, dan penduduk walaupun dalam tataran pengetahuan secara
umum.
d. Brian Mac Mahon dan Thomas F. Pugh (1970). Epidemiologi adalah studi
tentang penyebaran dan penyebab frekuensi penyakit pada manusia dan
mengapa terjadi distribusi semacam itu. Definisi ini menekankan bahwa
epidemiologi adalah studi (penelitian, pengkajian diskriptif dan analitik),
diterapkan pada substansi penyakit (penyebaran, frekuensi), manusia, dan
menganalisis penyebabnya.
e. Wade Hampton Frost (1972). Epidemiologi adalah pengetahuan tentang
berbagai fenomena penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah penyakit
menular.
f. Adbel R. Omran (1974). Epidemiologi adalah ilmu mengenai terjadinya
dan distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk,
dan determinannya serta akibat yang terjadi pada sekelompok penduduk.
Omran menekankan epidemiologi sebagai ilmu. Substansinya peristiwa
kesehatan, penyakit dan kependudukan. Tujuannya menemukan
determinan dan akibat.
g. Lilienfeld (1977). Epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang
penyakit yang berkaitan dengan penilaian biologis dan berasal dari
pengamatan suatu tingkat kesehatan populasi. Lilienfeld lebih
mengkhususkan kajian penyakit dari sisi biologi manusia dengan teknis
pengamatan individual.
h. Anders Ahlbom dan Staffan Norell (1989). Epidemiologi adalah ilmu
pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia.
i. Robert H. Fletcher (1991). Epidemiologi adalah disiplin ilmu riset yang
membahas tentang distribusi dan determinan penyakit dalam populasi.
j. Elizabeth Barrett. Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan
penyebab penyakit.

9
k. Judith S. Mausner, Anita K. Bahn (dalam Epidemiology; An Introductory
Text). Epidemiologi memberi perhatian pada perkembangan dan jenis-
jenis kesakitan dan penyakit pada kelompok manusia dan faktor-faktor
yang mempengaruhi distribusinya. Definisi ini juga mengkaji jenis
masalah kesehatan (kesakitan) dan penyakit, siterapkan pada populasi
manusia, dikaji faktor yang mempengaruhi distribusi.
l. Lewis H Rohf, Beatrice J. Selwyn (dalam Priciples of Epidemiology).
Epidemiologi adalah gambaran dan penjelasan tentang perbedaan kejadian
suatu peristiwa kedokteran pada sebagian kelompok populasi, dimana
populasi itu telah dibagi menurut beberapa karakteristik yang diyakini
mempengaruhi kejadian. Definisi ini bersifat teknis (analisis statistik) yang
telah membedakan ciri populasi tertentu dengan gambaran peristiwa
kedokteran (penyakit).
m. Ricard F Morton, J. Richard Hebel. Epidemiologi adalah studi tentang
distribusi dan determinan penyakit. Mencari siapa yang terserang dan
mengapa.
n. Gary D. Friedman. Epidemiologi adalah studi tentang peristiwa penyakit
pada populasi manusia.

Definisi Morton & Hebel dan Friedman menekankan bahwa epidemiologi


adalah studi (penelitian, pengkajian), diterapkan pada peristiwa (proses)
penyakit, yang terjadi pada populasi manusia. Dari berbagai variasi definisi
epidemiologi, terdapat beberapa pokok pemikiran yang hampir sama, baik dari
segi ilmu, teknis metodik, substansi, dan kegiatan (aktivitas). Inti dari berbagai
definisi tersebut adalah (1) ilmu, (2) penyebaran kejadian (penyakit), (3) faktor
determinan (penentu), dan (4) populasi manusia. Hal ini mendekati definisi
epidemiologi dari Omran, McMahon & Pugh, Last, dan Alhbom & Norrel.

Sejarah perkembangan epidemiologi dari masa ke masa berdasarkan teori-


teori kejadian penyakit, sebagai berikut:

10
a. Teori Contagion. Teori ini menganggap bahwa penyakit terjadi akibat
kontak dari penderita ke orang lain secara langsung, sehingga ada
‘sesuatu’ yang ditularkan. Hal ini dilatarbelakangi pengamatan penyakit
lepra di Mesir.

b. Teori Hippocrates. Hippocrates mengaggap bahwa penyebab penyakit


berasal dari alam : cuaca dan lingkungan. Pada waktu itu (hingga tahun
1800-an) peranan lingkungan terhadap penyakit sangat besar.
c. Teori miasma. Teori ini menganggap bahwa penyakit disebabkan oleh zat
halus (gas busuk) dari permukaan bumi.
d. Teori epidemik. Dalam teori ini penyakit diyakini berasal dari zat organik
pada lingkungan, sehingga faktor cuaca dan geografik berkaitan erat
dengan penyakit. Hal ini dilaterbelakangi temuan John Snow mengenai
kejadian diare di London.
e. Teori kuman. Kemajuan teknologi kedokteran mampu mengungkap bahwa
mikoorganisme dapat ditemukan pada lokasi penyakit. Hal ini
dilatarbelakangi temuan Robert Koch tentang basil Tuberculosis.
f. Teori multikausa. Pada jaman modern ini dapat dianalisa bahwa penyakit
terjadi karena sebab musabab yang kompleks sebagai interaksi penyebab
(agent), pejamu (host), dan lingkungan (environment).

C. RANGKUMAN
Epidemiologi telah mengalami perkembangan, baik definisi maupun
konsep dan implementasinya. Definisi epidemiologi memuat enam kata kunci,
yaitu studi, distribusi, determinan, peristiwa kesehatan, populasi spesifik, dan
penerapan. Data epidemiologi dianalisis secara deskriptif dan analitik, dan
berguna untuk menilai status kesehatan, pengambilan keputusan, melengkapi
gambaran klinis, dan menetapkan hubungan kausal. Ada enam peran
epidemiologi, yaitu surveilans, investigasi, kajian analitik, evaluasi,
penggalangan kerjasama, dan pengembangan kebijakan. Sejarah
perkembangan epidemiologi dimulasi dari teori contagion, miasma,
Hipokrates, epidemi, kuman, dan multikausa.

D. DAFTAR PUSTAKA
Centers for Disease Control and Prevention. 2012. Principles of Epidemiology in
Public Health Practice. 3rd Ed. An Introduction to Applied Epidemiology and
Biostatistics. https://www.cdc.gov/csels/dsepd/ss1978/lesson1/section1.html.

11
Bonita R, Beaglehole R, Kjellström T, & World Health Organization. 2006. Basic
epidemiology, 2nd ed. World Health Organization.
https://apps.who.int/iris/handle/10665/43541.
M. N. Bustan. 1997. Pengantar epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Sayono S, Widoyono W, Sumanto D, Rokhani R. Impact of Dengue Surveillance
Workers on community satisfaction and participation of Dengue virus control
measures in Semarang Municipality: a policy breakthrough in public health
actiona. Osong Public Health and Research Perspectives 2019;10(6):376-384
Sayono S, Hidayati APN, Sumanto D, Dharmana E, Hadisaputro S, Asih PBS,
Syafruddin D. Distribution of Voltage-Gated Sodium Channel (Nav) Alleles
among the Aedes aegypti Populations In Central Java Province and Its
Association with Resistance to Pyrethroid Insecticides. PLoS ONE
2016;11(3):e0150577

12

Anda mungkin juga menyukai