NIM : 30101607713
STEP 7 :
1. What is epidemiological survey? Mention the type of epidemiological survey that you
know!
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan Pasal 4
atas:
Dalam beberapa buku epidemiologi diartikan sebagai ilmu tentang epidemi atau wabah.
Epi = upon( pada atau tentang)
Demos = people ( penduduk)
Logia = knowledge ( ilmu)
Secara etismologis epidemiologi à ilmu mengenai kejadian yg menimpa
penduduk.
Epidemiologi : ilmu ttg distribusi (penyebaran) suatu penyakit dan determinan (faktor
penentu) masalah kesehatan masyarakat yg bertujuan utk pembuatan perencanaan dan
pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan.
#buku pengantar epidemiologi DR M.N bustan
Epidemiologi sebagai ilmu tentang terjadinya dan penyebaran dari suatu masalah
kesehatan dan faktor- faktor yang mempengaruhinya serta upaya-upaya
penanggulanganya.
Pengamatan epidemiologi pada umumnya terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap
deskriptif dan tahap analitik
a. Epidemiologi deskriptif
Dalam tahap ini yang dipemasalahan biasanya mencakup waktu, orang, tempat (man,
place, and time). Yang dipermasalahkan kebenranya dalam mengenali dan mengamati
masalah yang bersangkutna. Untuk itu perlu dibahas juga tentang validitasnya , dan
realibilitasnya dalam cara atau teknik pengamatan.
b. Epidemioogi analitik
Tahap ini biasanya mencakup hubungan sebab akibat tentang masalh yang
bersangkutan dengan hal-hal yang diduga menjadi faktor penyebabnya.
Untuk maksud penelitian dalam epidemio ‘( tekananya hanya pada mengamati)logi
pada umumnya dibedakan dua cara pengamatan, yaiut metoda
“observasional(tekananya hanya mengamati, dan eksperimnetal tekannaya pada
perlakuak atau intervensi serca aktif dan terencana.
buku pengantar ilmu kesehatan masyarakat undip
Definisi Epidemiologi :
Suatu study mengenai kedaan kesehatan penyakit dan perubahan pada penduduk
begitu juga dengan determinan & akibat yang terjadi pada kelompok penduduk
tersebut.
Ilmu yg mempelajari tentang prevalensi faktor-faktor penyebab penyakit, etiologi
& penanggulangan suatu penyakit disuatu daerah
Ruang lingkup :
a) Etiologi
Etiologi berkaitan dengan lingkup kegiatan epidemiologi dalam mengidentifikasi
penyebab penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
b) Efikasi
Efkasi Berkaitan dengan efek atau daya optimal yang dapat diperoleh dari adanya
intervensi kesehatan
c) Efektivitas
Efektivitas dimaksudkan besar hasil yang dapat diperoleh dari suatu tindakan
(pengetahuan atau intervensi) dan besarnya perbedaan dari suatu tindakan yang satu
dengan yang lainnya.
d) Efisiensi
Efisiensi adalah sebuah konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat diperoleh
berdasarkan besarnya biaya yang diberikan.
e) Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan atau
program kesehatan masyarakat.
f) Edukasi
Edukasi adalah intervensi berupa peningkatan pengetahuan tentang kesehatan
masyarakat sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit.
(pengantar epidemiologi, Dr.M.N. Bustan)
3. What are the uses of epidemiology? What are the health problems of leptospirosis?
Fungsi Epidemiologi :
a. Mengidentifikasi factor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit atau
masalah kesehatan dalam masyarakat.
b. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan
pengambilan keputusan.
c. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau
telah dilakukan.
d. Mengambangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam
upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.
e. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang
perlu dipecahkan.
M. N Bustan. Pengantar Epidemiologi. Penerbit Rineka Cipta.
Leptospirosis :
Epidemiologi penularan leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang tersebar
diseluruh dunia dan ditransmisikan baik secara langsung ataupun tidak langsung dari
binatang ke manusia (zoonosis). Transmisi dari manusia ke manusia dapat terjadi, namun
sangat jarang. Transmisi leptospira ke manusia terjadi karena kontak dengan urin, darah,
atau organ dari binatang terinfeksi; serta kontak dengan lingkungan (tanah, air) yang
terkontaminasi leptospira.Leptospira dapat hidup beberapa waktu dalam air dan alam
terbuka. Iklim yang sesuai untuk perkembangan leptospira ialah udara hangat (25oC),
tanah basah/ lembab, dan pH tanah. Leptospira dapat bertahan hidup di tanah yang sesuai
sampai 43 hari dan di dalam air dapat hidup berminggu-minggu lamanya. Hal ini dapat
dijumpai sepanjang tahun di negara tropis sehingga kejadian leptospirosis lebih banyak
1000 kali dibandingkan negara subtropis, dengan risiko penyakit yang lebih berat.
Insiden leptospirosis di negara tropis saat musim hujan sebanyak 5-20/100.000 penduduk
per tahun. Selama wabah dan dalam kelompok risiko tinggi paparan, insiden penyakit
dapat mencapai lebih dari 100 per 100.000 penduduk.
Segitiga Epidemiologi
Segitiga Epidemiologi
Keadaan di masyarakat dikatakan ada masalah kesehatan jika terjadi ketidak
seimbangan antara Host, Agent dan Environment
Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent dan Environment akan
menimbulkan penyakit pada individu atau masalah kesehatan di masyarakat
Faktor Host
Faktor Agent
Faktor Environment
Faktor lingkungan yang mempengaruhi Host dan Agent
Fisik: iklim (kemarau dan hujan), geografis (pantai dan pegunungan), demografis
(kota dan desa)
Biologis: flora dan fauna
Sosial: migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, perumahan, bencana alam, perang, banjir
5. What is the epidemiological study method applied in this case? Mention and explain the
other methodologies!
Studi epidemiologi yang di lakukan dalam kasus diatas adalah studi epidemiologi analitik
dengan desain cross sectional
a. Epidemiologi Deskriptif
Pada penelitian deskriptif, informasi dikumpulkan untuk “menandai” atau
merangkum kejadian atau masalah kesehatan. Epidemiologi deskriptif
mengevaluasi semua keadaan yang berada di sekitar seseorang yang dapat
mempengaruhi sebuah kejadian kesehatan. Yang menjadi fokus dalam
epidemiologi deskriptif ini adalah frekuensi dan pola (Ellis-Christensen,
2012). Frekuensi digunakan untuk menilai tingkat kejadian, sedangkan pola
dapat digunakan untuk membantu epidemiologi analitik menunjukkan
faktor risiko. Penelitian deskriptif ini juga berfokus pada pertanyaan who (siapa
saja yang terkena/terpengaruhi), when (kapan mereka terpengaruhi), dan where
(dimana mereka terpengaruhi).
Pada who (orang), epidemiologi deskriptif meneliti faktor-faktor antara lain:
Contoh penelitian epidemiologi deskriptif yang menganalisis faktor orang antara lain
tekanan darah tinggi pada orang yang bekerja shift malam, obesitas pada remaja
siswi SMA, Diabetes Mellitus pada lansia Desa Z, dan lain-lain.
Hal penting lain yang dapat diamati pada epidemiologi deskriptif adalah where
(tempat). Tempat disini dapat berupa:
a. Tempat tinggal
b. Tempat bekerja
c. Sekolah
d. Rumah Makan
e. Tempat Rekreasi
f. Dan lain-lain
Contoh penelitian: Peningkatan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Daerah yang
berdekatan dengan stasiun atau kuburan, karena di tempat tersebut pengendalian
jentik nyamuk relatif kurang diperhatikan daripada rumah tinggal.
Hal ketiga yang penting dan sering dievaluasi dalam epidemiologi deskriptif adalah
factor when (waktu). Yang dimaksud dengan waktu disini bisa merupakan
waktu tahun, atau hal yang terjadi pada waktu tertentu, setiap hari atau setiap jam.
Sebagai contoh, penyakit demam berdarah lebih sering muncul di musim hujan,
demikian halnya dengan penyakit leptospirosis atau bahkan flu, dan kecelakaan
lebih sering terjadi di masa liburan. Pengukuran prevalensi pada periode waktu
tertentu akan dapat membantu upaya pencegahan.
Berikut ini contoh-contoh lain penelitian epidemiologi deskriptif:
1) Penilaian aktifitas fisik dan pengeluaran energi pada lansia penderita penyakit
kronis di Desa Sukamakmur.
2) Tren angka kejadian stroke di Kecamatan Kondang dari tahun 1990-2010
3) Perilaku merokok pada Kelahiran Preterm di Kecamatan Sanden
4) Perbedaan jenis kelamin pada gangguan lemak di Padang dan di Yogyakarta
5) Tren angka harapan hidup berdasarkan kelompok latar belakang pendidikan di
Yogyakarta
b. Epidemiologi Analitik
Penelitian epidemiologi analitik membandingkan kelompok-kelompok untuk
menentukan adanya peran dari berbagai faktor risiko dalam menyebabkan
sebuah penyakit atau masalah kesehatan. Desain dari penelitian analitik yang
sering digunakan dalam penelitian epidemiologi adalah cross sectional, case-control,
dan cohort.
a. Rancangan cross sectional (potong lintang)
Pada dasarnya, penelitian cross sectional menyerupai sebuah survei. Pada
penelitian cross sectional, informasi mengenai status penyakit dan paparan
dikumpulkan dari anggota kelompok tertentu. Dan karena datanya mencerminkan
satu titik dalam satu waktu, metode ini seolah “memotret” populasi tertentu. Metode
ini bagus untuk digunakan dalam meneliti hubungan antara “variabel dan penyakit”,
namun tidak digunakan untuk mengetahui hubungan antara “penyebab dan efek”
(cause and effect) yang memerlukan data dari waktu ke waktu.
b. Rancangan cohort
Penelitian case-control dan cohort lebih tepat untuk meneliti hubungan antara
“penyebab dan efek”. Pada penelitian cohort, peneliti memilih sekelompok individu
yang terpapar dan sekelompok individu yang tidak terpapar. Kedua kelompok
tersebut diikuti ke periode waktu yang akan datang (prospektif) untuk
membandingkan adanya outcome berupa kejadian penyakit pada kelompok tersebut.
Hubungan antara paparan dan penyakit dikatakan positif bila kejadian penyakit lebih
besar pada kelompok terpapar dibandingkan dengan kelompok tidak terpapar. Berikut
ini gambar-gambar yang memperjelas gambaran mengenai rancangan cohort.
a. Kontak (contact)
b. Inhalasi (inhalation)
Yaitu penularan melalui udara/pernapasan. OIeh karena itu, ventilasi rumah yang
kurang, henjcjalan (over crowding), dan tempat-tempat umum adalah faktor yang
sangat penting di dalam epidemiologi penyakit. Penyakit yang ditularkan melalui
udara ini sering disebut “air bone infection” (penyakit yang ditularkan melalui
udara).
c. lnfeksi
Penularan melalui tangan, makanan atau minuman.
d. Penetrasi pada kulit
Penetrasi pada kulit misalnya cacing tambang, melalui gigitan vektor. misalnya
malaria atau melalui luka, misalnya tetanus.
e. Infeksi melalui placenta
Yakni infeksi yang diperoleh melalui placenta dan ibu penderita penyakit pada
waktu mengandung, misalnya syphilis dan toxo plasmosis.
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip dasar.
Penerbit Rineka Cipta.
7. Define outbreak, epidemic, endemic, pandemic! The above scenario categorized as?
Wabah
1. Endemi (awalan en- berarti “dalam atau di dalam”) adalah berlangsungnya suatu
penyakit pada tingkatan yang sama atau keberadaan suatu penyakit yang terus
menerus di dalam populasi atau wilayah tertentu – prevalensi suatu penyakit yang
biasa berlangsung di satu wilayah atau kelompok tertentu.
2. Pandemi (awalan pan- berarti “semua atau melintasi”) adalah epidemi yang
menyebar luas melintasi negara, benua, atau populasi yang besar, kemungkinan
seluruh dunia. AIDS merupakan penyakit pandemi.
3. Epidemi adalah wabah atau munculnya penyakit tertentu yang berasal dari satu
sumber tunggal, dalam satu kelompok, populasi, masyarakat, atau wilayah, yang
melebihi tingkatan kebiasaan yang diperkirakan. Epidemi terjadi jika kasus baru
melebihi prevalensi suatu penyakit. Kejadian luar biasa (KLB) akut – peningkatan
secara tajam dari kasus baru yang memengaruhi kelompok tertentu – biasanya
juga disebut sebagai epidemi. Keparahan dan keseriusan penyakit juga
memengaruhi definisi suatu epidemi. Jika penyakit sifatnya mengancam
kehidupan, hanya diperlukan sedikit kasus (seperti pada rabies) untuk
menyebabkan terjadinya epidemi.
(Timmreck, Thomas C., 2004, Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta, EGC)
epidemi.
Epidemi adalah keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang
singkat berada dalam frekwensi yang meningkat.
pandemi.
Pandemi adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) frekwensinya dalam waktu yang singkat memperlihatkan
peningkatan yang amat tinggi serta penyebarannya telah mencakup suatu
wilayah yang amat luas.
endemi.
Endemi adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) frekwensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu
yang lama.
8. Is leptospirosis categorized into a disease wich may cause outbreaks? Mention other
disease could be classified into outbreak!
PENCEGAHAN
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu
sebelum kejadian.
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
a. Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus.
b. Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis
dini serta pengobatan yang tepat.
c. Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan
terhadap cacat dan rehabilitasi.
Ketiga tingkat pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam
pelaksanaannya sering dijumpai keadaan yang tumpang tindih.
1. Pencegahan Tingkat Pertama
Dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan serta faktor pejamu.
a. Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab yang bertujuan untuk
mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah
mungkin dengan usaha antara lain:
- Desinfektan
- Pasteurisasi
- Sterilisasi, bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab
penyakit,
- Penyemportan.insektisida dalam rangka menurunkan dan menghilangkan
sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan.
Selain itu usaha untuk mengurangi/menghilangkan sumber penularan dapat
dilakukan melalui pengobatan penderita serta pemusnahan sumber yang ada
(biasanya pada binatang yang menderita), serta mengurangi/menghindari
perilaku yang dapat meningkatkan risiko perorangan dan masyarakat.
b. Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti
- peningkatan air bersih
- peningkatan sanitasi lingkungan dan perumahan serta bentuk pemukiman
lainnya
- perbaikan dan peningkatan lingkunan biologis seperti pemeberantasan
serangga dan binatang pengerat
- peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga, hubungan
antarindividu dan kehidupan sosial masyarakat.
c. Meningkatkan daya tahan penjamu meliputi :
a. perbaikan status gizi, status kesehatan umum dan kualitas hidup
penduduk
b. pemberian imunisasi serta berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya
c. peningkatan status psikologis, persiapan perkawinan serta usaha
menghindari pengaruh faktor keturunan
d. peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta
olahraga kesehatan.
2. Pencegahan Tingkat Kedua
Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang menderita atau
dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas).
meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah
meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk segera
mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya akibat samping
atau komplikasi
a. Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha
surveillans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pemeriksaan
kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI, mahasiswa, dll), penyaringan
(screening) untuk penyakit tertentu secara umum dalam masyarakat, serta
pengobatan dan perawatan yang efektif.
b. Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai
berada pada proses prepatogenesis dan patogenesis penyakit tertentu.
Deteksi awal penyakit
Tujuannya untuk mempercepat kesembuhan dg pengobatan yg tepat
Pengobatan yang cepat merupakan pencegahan primer pada orang
yang sehat
menghambat progresivitas penyakit
menghindari komplikasi
mengurangi ketidakmampuan
3. Pencegahan Tingkat Ketiga
Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit tertentu.
tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen,
mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat
penyakit tersebut.
Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya
akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi adalah
usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang
meliputi rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi mental/psikologis serta rehabilitasi
sosial.
Pelayanan suportif dan rehabilitatif
Bertujuan untuk mengurangi ketidakmampuan dg cara:
Memaksimalkan fungsi organ yg cacat
Membuat protesa ekstremitas akibat amputasi
Mendirikan pusat-pusat rehabilitasi medik
Sasaran langsung pada sumber penularan pejamu
Sumber penularan binatang
Bila sumber penularan terdapat pada binatang maka upaya penangulangan
dengan pemusnahan binatang yang terinfeksi
Sumber penularan manusia
Dapat dilakukan dengan isolasi dan karantina
Sasaran ditujukan pada cara penularan
Memutuskan rantai penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan
Meningkatkan hygiene perorangan
Sasaran ditujukan pada pejamu potensial
Peningkatan gizi
Peningkatan kekebalan (imunisasi)
(Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Prof.Dr.Nur Nasry Noor,MPH)
11. Describe the different stages of natural history of disease! Provide an example of the
natural history of disease of Leptospirosis and how to prevent the infectious disease in
every stage(promotive and promotive actions for leptospirosis)
a. tahap prepatogenesis : dimana dalam tahap ini penyakit blm ditemukan karena
pada umumnya daya tahan tbh pejamu msh kuat.
b. thp inkubasi : dimana bibit penyakit tlh msk kedlm tbh pejamu, tetapi gejala
penyakit blm tampak
c. thp penyakit dini : tahap ini dihitung mulai dr munculnya gejala penyakit
d. tahap penyakit lanjut : dlm thp ini penderita tlh tdk dpt lg melakukan pekerjaan
dan jika dating berobat, umumnya telah memrlukan perawatan
e. tahap akhir penyakit : perjalanan penyakit pd suatu saat akan berakhir.
Berakhirnya perjalanan penyakit tsb dpt berada dlm 5 keadaan :
i. sembuh sempurna : dimana penyakit berakhir krn pejamu sembuh secara
sempurna artinya bentuk dan fungsi tbh kembali kepada keadaan sebelum
menderita penyakit
ii. sembuh dgn cacat : penyakit yg diderita berakhir dan penderita menjadi
sembuh , tetapi kesembuhannya tsb tdk sempurna krn ditemukan cacat pd
pejamu. Adapun yg dimaksudkan cacat disini adalah tdk hanya berupa
cacat fisik yg dpt dilihat oleh mata tetapi juga cacat mikroskopik, caccat
fungsional, cacat mental, dan cacat social
iii. karier : pd karier, perjalanan penyakit seolah2 terhenti, karena gejala
penyakit memang tdk tampak lg. padahal dlm diri pejamu msh ditemukan
bibit penyakit yg pd suatu saat jika daya tahan tbh berkurang, penyakit dpt
timbul kembali
iv. kronis : dlm proses ini, perjalanan penyakit tampak berhenti karena gejala
penyakit tdk berubah, dlm arti tdk bertambah berat dan atw pun tdk
bertambah ringan
v. meninggal dunia : dimana terhentinya perjalanan penyakit disini bkn
karena sembuh tetapi krn pejamu meninggal dunia
Azrul, Pengantar epidemiologi
o Tahap prepatogenesis :
Individu berada dalam keadaan normal/sehat. Walaupun demikian pada
tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antar pejamu dengan bibit
penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi diluar tubuh, dalam arti bibit
penyakit masih ada diluar tubuh pejamu. Belum ada tanda-tanda sakit
sampai sejauh daya tahan tubuh pejamu masih kuat.
o Tahap patogenesis :
- Tahap inkubasi
Waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka
terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit
lainnya.
- tahap prepatogenesis
o individu dlm keadaan normal/sehat
o ada interaksi antara pejamu dan bibit penyakit tetapi interaksi masih
diluar tubuh
o belum ada tanda –tanda sakit
o jk pejamu lengah dan bibit penyakit menjadi ganas atau lingkungan
memberikan kodisi yang kurang menguntungkan pejamu maka keadaan
dapat segera berubah memasuki fase patogenesis
- tahap patogenesis
terbagi menjadi 4 tahap
PATOGENESIS LEPTOSPIROSIS
Leptospira dapat masuk melalui luka di kulit atau menembus jaringan mukosa
seperti konjungtiva, nasofaring, dan vagina kemudian masuk ke dalam darah,
berkembang biak, dan menyebar ke jaringan tubuh. Leptospira juga dapat
menembus jaringan seperti ruang depan mata dan ruang subarakhnoid tanpa
menimbulkan reaksi peradangan yang berarti.Tubuh manusia akan memberikan
respon imunologik, baik secara selular maupun humoral. Leptospira berkembang
biak terutama di ginjal (tubulus konvoluta), serta akan bertahan dan diekskresi
melalui urin. Leptospira dapat berada di urin sekitar 8 hari setelah infeksi hingga
bertahuntahun. Setelah fase leptospiremia (4-7 hari), leptospira hanya dijumpai
pada jaringan ginjal dan mata. Pada fase ini, leptospira melepaskan toksin yang
menyebabkan gangguan pada beberapa organ.Beberapa penemuan menegaskan
bahwa leptospira yang lisis dapat mengeluarkan enzim, toksin, atau metabolit lain
yang dapat menimbulkan gejala-gejala klinis. Hemolisis dapat terjadi karena
hemolisin yang bersirkulasi diserap oleh eritrosit sehingga eritrosit tersebut lisis,
walaupun di dalam darah sudah terdapat antibodi. Diatesis perdarahan umumnya
terbatas pada kulit dan mukosa, tetapi pada keadaan tertentu terjadi perdarahan
saluran cerna atau organ vital yang dapat menyebabkan kematian.Setiap organ
penting dapat terkena dan antigen leptospira dapat dideteksi pada jaringan yang
terkena. Gejala fase awal ditimbulkan karena kerusakan jaringan akibat
leptospira, sedangkan gejala fase kedua timbul akibat respons imun pejamu.
Beberapa organ yang mengalami gangguan akibat toksin leptospira ialah ginjal,
mata, hati, otot rangka, pembuluh darah dan jantung. Bila leptospira masuk ke
dalam cairan serebrospinal (CSS) kemudian ke selaput otak, dapat menyebabkan
meningitis yang merupakan komplikasi neurologik tersering dari
leptospirosis.Leptospira termasuk kuman nefrofilik yang dapat menyerang seluruh
bagian ginjal secara invasi langsung. Nefritis interstisial dengan infiltrasi sel
mononuklear dapat terjadi tanpa adanya gangguan fungsi ginjal. Selanjutnya
pasien dapat mengalami nekrosis tubuler, yang dapat menyebabkan komplikasi
acute kidney injury (AKI), disebut juga sindrom pseudohepatorenal. Pada tahap
tersebut, pasien dianjurkan menjalani dialisis. 7,8 AKI merupakan penyebab
kematian yang penting pada leptospirosis. Pada kasus yang meninggal minggu
pertama perjalanan penyakit, terlihat pembengkakan atau nekrosis sel epitel
tubulus ginjal. Pada kasus yang meninggal minggu ke-2 terlihat banyak fokus
nekrosis pada epitel tubulus ginjal, sedangkan yang meninggal setelah minggu
ketiga ditemukan sel radang yang menginfiltrasi seluruh ginjal. 2 Faktor-faktor
yang dapat mengarahkan prognosis kurang baik ialah adanya oliguri/anuri yang
berlangsung lama, blood ureum nitrogen (BUN) selalu meningkat > 60 mg%/24
jam, rasio ureum urin : darah tidak meningkat. Hemodialisis tidak lebih
menguntungkan untuk terapi pengganti pada AKI akibat leptospirosis
dibandingkan dialisis peritoneal bila telah ada indikasi. Pada leptospirosis dengan
AKI disamping dapat mengoreksi kelainan biokimiawi akibat AKI, dialisis
peritoneal juga dapat mengeluarkan bahan-bahan toksik akibat penurunan fungsi
hati. Pemeriksaan mikroskop elektron pada AKI dengan oliguri memperlihatkan
adanya gambaran obstruksi dan nekrosis tubulus, endapan komplemen pada
membran basalis glomerulus dan infiltrasi sel radang pada jaringan interstisialis.8
Leptospira juga ditemukan di antara sel-sel parenkim hati. Leptospirosis dapat
menyebabkan infiltrasi sel limfosit dan proliferasi sel Kupffer disertai kolestasis,
yang mengakibatkan gejala ikterus. Keterlibatan organ hati pada leptospirosis
berat dapat dilihat dari kadar bilirubin yang tinggi dan membutuhkan
bermingguminggu untuk dapat kembali pada kadar normal. Dapat terjadi
peningkatan sedang kadar transaminase dan peningkatan ringan kadar alkali
fosfatase. Kerusakan parenkim hati disebabkan antara lain karena penurunan
hepatic flow dan toksin yang dilepaskan oleh leptospira. Leptospirosis berat dapat
menyebabkan pankreatitis akut, ditandai dengan peningkatan kadar amilase dan
lipase serta keluhan nyeri perut. 8 Gejala patologik yang selalu ditemukan ialah
vaskulitis kapiler berupa edema endotel, nekrosis, disertai invasi limfosit akibat
endotoksin yang dikeluarkan oleh leptospira pada semua organ yang terkena.
Vaskulitis menimbulkan petekie, perdarahan intraparenkim, dan perdarahan pada
lapisan mukosa dan serosa yang dapat berujung pada terjadinya hipovolemia dan
renjatan. Dapat ditemukan trombositopenia dan masa protrombin kadang-kadang
memanjang yang tidak dapat diperbaiki dengan pemberian vitamin K. Pada
jantung dapat ditemukan petekie endokardium, edema interstisial miokard, dan
arteritis koroner.Terjadinya ikterik pada leptospirosis disebabkan oleh beberapa
hal, antara lain karena kerusakan sel hati, gangguan fungsi ginjal yang akan
menurunkan ekskresi bilirubin sehingga meningkatkan kadar bilirubin darah,
terjadinya perdarahan pada jaringan dan hemolisis intravaskuler yang
meningkatkan kadar bilirubin, serta proliferasi sel Kupffer sehingga terjadi
kolestatik intra-hepatik. Gejala pada paru bervariasi, mulai dari batuk, dispneu,
dan hemoptisis sampai dengan acute respiratory distress syndrome (ARDS) dan
severe pulmonary haemorrhage syndrome (SPHS). Kelainannya dapat berupa
kongesti septum paru, perdarahan multifokal, dan infiltrasi sel mononuklear.
Perdarahan dapat terjadi pada pleura, alveoli, dan trakeobronkial. Efusi pleura
mungkin juga dapat terjadi. Gambaran infiltrat biasanya dapat terlihat pada daerah
intra-alveolar dan perdarahan interstisial. Baik infiltrat alveolar maupun dispneu
merupakan indikator yang buruk pada leptospirosis berat.Pada otot rangka dapat
terjadi nekrosis lokal dan vakuolisasi. Leptospira juga dapat masuk ke ruang
anterior mata dan menyebabkan uveitis.