Anda di halaman 1dari 26

LBM 1 SKN

Nama : NURUL ELVIRA THAMRIN

NIM : 30101607713

STEP 7 :

1. What is epidemiological survey? Mention the type of epidemiological survey that you
know!
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan Pasal 4

Jenis dan Kegiatan Surveilans Kesehatan

(1) Berdasarkan sasaran penyelenggaraan, Surveilans Kesehatan terdiri atas:


a) Surveilans penyakit menular paling sedikit meliputi:
a. Surveilans penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi;
b. Surveilans penyakit demam berdarah;
c. Surveilans malaria;
d. Surveilans penyakit zoonosis;
e. Surveilans penyakit filariasis;
f. Surveilans penyakit tuberkulosis;
g. Surveilans penyakit diare;
h. Surveilans penyakit tifoid;
i. Surveilans penyakit kecacingan dan penyakit perut lainnya;
j. Surveilans penyakit kusta;
k. Surveilans penyakit frambusia;
l. Surveilans penyakit hiv/aids;
m. M.surveilans hepatitis;
n. Surveilans penyakit menular seksual;dan
o. Surveilans penyakit pneumonia, termasuk penyakit infeksi saluran
p. Pernafasan akut berat (severe acute respiratory infection).

b) Surveilans penyakit tidak menular paling sedikit meliputi:


a. Surveilans penyakit jantung dan pembuluh darah;
b. Surveilans diabetes melitus dan penyakit metabolik;
c. Surveilans penyakit kanker;
d. Surveilans penyakit kronis dan degeneratif;
e. Surveilans gangguan mental; dan
f. Surveilans gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.

c) Surveilans kesehatan lingkungan paling sedikit meliputi:


a. Surveilans sarana air bersih;
b. Surveilans tempat-tempat umum;
c. Surveilans pemukiman dan lingkungan perumahan;
d. Surveilans limbah industri, rumah sakit dan kegiatan lainnya;
e. Surveilans vektor dan binatang pembawa penyakit;
f. Surveilans kesehatan dan keselamatan kerja; dan
g. Surveilans infeksi yang berhubungan dengan fasilitas pelayanan
kesehatan

d) Surveilans kesehatan matra paling sedikit meliputi:


a. Surveilans kesehatan haji;
b. Surveilans bencana dan masalah sosial; dan
c. Surveilans kesehatan matra laut dan udara.
e) Surveilans masalah kesehatan lainnya, paling sedikit meliputi:
a. Surveilans kesehatan dalam rangka kekarantinaan;
b. Surveilans gizi dan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (skpg);
c. Surveilans gizi mikro kurang yodium, anemia gizi besi, kekurangan
Vitamin a;
d. Surveilans gizi lebih;
e. Surveilans kesehatan ibu dan anak termasuk reproduksi;
f. Surveilans kesehatan lanjut usia;
g. Surveilans penyalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, zat adiktif dan
bahan berbahaya;
h. Surveilans penggunaan obat, obat tradisional, kosmetika, alat
Kesehatan, serta perbekalan kesehatan rumah tangga;
i. Surveilans kualitas makanan dan bahan tambahan makanan.

Berdasarkan bentuk penyelenggaraan, Surveilans Kesehatan terdiri

atas:

a. Surveilans berbasis indicator  dilakukan untuk memperoleh gambaran penyakit,


Faktor risiko dan masalah kesehatan dan/atau masalah yang berdampak terhadap
kesehatan yang menjadi indikator program dengan menggunakan sumber data
yang terstruktur.

b. Surveilans berbasis kejadian  dilakukan untuk menangkap dan memberikan


informasi secara cepat tentang suatu penyakit, Faktor Risiko, dan masalah
kesehatan dengan menggunakan sumber data selain data yang terstruktur.

Pelaksanaan Surveilans Kesehatan sebagaimana dimaksud dapat diperkuat dengan uji


laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Dalam beberapa buku epidemiologi diartikan sebagai ilmu tentang epidemi atau wabah.
Epi = upon( pada atau tentang)
Demos = people ( penduduk)
Logia = knowledge ( ilmu)
Secara etismologis epidemiologi à ilmu mengenai kejadian yg menimpa
penduduk.
 Epidemiologi : ilmu ttg distribusi (penyebaran) suatu penyakit dan determinan (faktor
penentu) masalah kesehatan masyarakat yg bertujuan utk pembuatan perencanaan dan
pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan.
#buku pengantar epidemiologi DR M.N bustan
 Epidemiologi sebagai ilmu tentang terjadinya dan penyebaran dari suatu masalah
kesehatan dan faktor- faktor yang mempengaruhinya serta upaya-upaya
penanggulanganya.
 Pengamatan epidemiologi pada umumnya terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap
deskriptif dan tahap analitik
a. Epidemiologi deskriptif
Dalam tahap ini yang dipemasalahan biasanya mencakup waktu, orang, tempat (man,
place, and time). Yang dipermasalahkan kebenranya dalam mengenali dan mengamati
masalah yang bersangkutna. Untuk itu perlu dibahas juga tentang validitasnya , dan
realibilitasnya dalam cara atau teknik pengamatan.

b. Epidemioogi analitik
Tahap ini biasanya mencakup hubungan sebab akibat tentang masalh yang
bersangkutan dengan hal-hal yang diduga menjadi faktor penyebabnya.
Untuk maksud penelitian dalam epidemio ‘( tekananya hanya pada mengamati)logi
pada umumnya dibedakan dua cara pengamatan, yaiut metoda
“observasional(tekananya hanya mengamati, dan eksperimnetal tekannaya pada
perlakuak atau intervensi serca aktif dan terencana.
buku pengantar ilmu kesehatan masyarakat undip

2. What is the definition and the scope of epidemiology?

Definisi Epidemiologi :

 Suatu study mengenai kedaan kesehatan penyakit dan perubahan pada penduduk
begitu juga dengan determinan & akibat yang terjadi pada kelompok penduduk
tersebut.
 Ilmu yg mempelajari tentang prevalensi faktor-faktor penyebab penyakit, etiologi
& penanggulangan suatu penyakit disuatu daerah

Ruang Lingkup Epidemiologi :


 Mencakup semua penyakit : epidemiologi mempelajari semua penyakit infeksi
maupun non-infeksi
 Populasi : kedokteran klinik berorientasi pd gambaran penyakit individu dan
epidemiologi berorientasi penyakit pada populasi (masyarakat) / kelompok
 Pendekatan ekologi : frekwensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang
pada keseluruhan lingkungan manusia baok lingkungan fisik, biologis maupun
social
 Penyebaran penyakit : ditentukan oleh orang, waktu, tempat
 Kegunaan : dalam konteks program kesehatan dan KB adl sebagai alat (diartiakn
bahwa dalam melihat suatu masalah selalu mempertanyakan siapa yang terkena,
dimana dan bagaimana penyebaran serta kapan penyebaran tersebut terjadi) dan
sebagai metode / pendekatan(diartikan dengan kaitannya dengan masalah, dimana
atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilamana masalah
tersebut terjadi/pada kondisi seperti apa), kegunaan lainnya adalah ukuran2
epidemiologi seperti prevalensi, point of prevalence dsb dapat digunakan dalam
perhitungan2 : prevalensi, kasus baru, case fatality rate, dsb
IKM, Prof.DR.Soekidjo notoadmodjo

Ruang lingkup :
a) Etiologi
Etiologi berkaitan dengan lingkup kegiatan epidemiologi dalam mengidentifikasi
penyebab penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
b) Efikasi
Efkasi Berkaitan dengan efek atau daya optimal yang dapat diperoleh dari adanya
intervensi kesehatan
c) Efektivitas
Efektivitas dimaksudkan besar hasil yang dapat diperoleh dari suatu tindakan
(pengetahuan atau intervensi) dan besarnya perbedaan dari suatu tindakan yang satu
dengan yang lainnya.
d) Efisiensi
Efisiensi adalah sebuah konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat diperoleh
berdasarkan besarnya biaya yang diberikan.
e) Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan atau
program kesehatan masyarakat.
f) Edukasi
Edukasi adalah intervensi berupa peningkatan pengetahuan tentang kesehatan
masyarakat sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit.
(pengantar epidemiologi, Dr.M.N. Bustan)

3. What are the uses of epidemiology? What are the health problems of leptospirosis?

Fungsi Epidemiologi :
a. Mengidentifikasi factor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit atau
masalah kesehatan dalam masyarakat.
b. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan
pengambilan keputusan.
c. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau
telah dilakukan.
d. Mengambangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam
upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.
e. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang
perlu dipecahkan.
M. N Bustan. Pengantar Epidemiologi. Penerbit Rineka Cipta.

a. Memperoleh pengertian mengenai cara timbulnya penyakit atau trauma


b. Memperoleh pengertian mengenai riwayat alamiah penyakit
c. Memperoleh pengertian mengenai penyebaran penyakit pada berbagai kelompok
d. Dapat menyusun klasifikasi penyakit
e. Dapat menyusun program pemeliharaan kesehatan
f. Dapat menyusun cara2 penilaian usaha2 pemeliharaan kesehatan
Bambang Sutrisna. Pengantar Metoda Epidemiologi. Dian Rakyat.

Leptospirosis :
Epidemiologi penularan leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang tersebar
diseluruh dunia dan ditransmisikan baik secara langsung ataupun tidak langsung dari
binatang ke manusia (zoonosis). Transmisi dari manusia ke manusia dapat terjadi, namun
sangat jarang. Transmisi leptospira ke manusia terjadi karena kontak dengan urin, darah,
atau organ dari binatang terinfeksi; serta kontak dengan lingkungan (tanah, air) yang
terkontaminasi leptospira.Leptospira dapat hidup beberapa waktu dalam air dan alam
terbuka. Iklim yang sesuai untuk perkembangan leptospira ialah udara hangat (25oC),
tanah basah/ lembab, dan pH tanah. Leptospira dapat bertahan hidup di tanah yang sesuai
sampai 43 hari dan di dalam air dapat hidup berminggu-minggu lamanya. Hal ini dapat
dijumpai sepanjang tahun di negara tropis sehingga kejadian leptospirosis lebih banyak
1000 kali dibandingkan negara subtropis, dengan risiko penyakit yang lebih berat.
Insiden leptospirosis di negara tropis saat musim hujan sebanyak 5-20/100.000 penduduk
per tahun. Selama wabah dan dalam kelompok risiko tinggi paparan, insiden penyakit
dapat mencapai lebih dari 100 per 100.000 penduduk.

Di Indonesia, leptospirosis tersebar di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah


Istimewa Yogyakarta (DIY), Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Riau, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan
Timur, dan Kalimantan Barat. Jumlah pasien laki-laki dengan leptospirosis lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Hal ini mungkin mencerminkan paparan dalam kegiatan yang
didominasi laki-laki. Untuk alasan yang sama, laki-laki remaja dan setengah baya
memiliki prevalensi lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki dan orang usia lanjut.

Novie H. Rampengan Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 3, November 2016,


hlm. 143-150

4. What is the principal concept of the disease progression? Provide an example!


Penyakit menular timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor
baik dari agen, induk semang atau lingkungan. Bentuk ini tergambar
didalam istilah yang dikenal luas dewasa ini. Yaitu penyebab majemuk
(multiple causation of disease) sebagai lawan dari penyebab tunggal
(single causation). Didalam usaha para ahli untuk mengumpulkan
pengetahuan mengenai timbulnya penyakit, mereka telah melakukan
eksperimen terkendali untuk menguji sampai dimana penyakit itu bisa di
cegah sehinga dapat meningkat taraf hidup penderita.
Dalam epidemiologi ada tiga faktor yang dapat menerangkan penyebaran (distribusi)
penyakit atau masalah kesehatan yaitu orang (person), tempat (place), dan waktu
(time). Informasi ini dapat digunakan untuk menggambarkan adanya perbedaan
keterpaparan dan kerentanan. Perbedaan ini bisa digunakan sebagi petunjuk tentang
sumber, agen yang bertanggung jawab, transisi, dan penyebaran suatu penyakit.

1). Faktor Orang (Person)


Faktor orang atau person adalah karakteristik dari individu yang
mempengaruhi keterpaparan atau kepekaan mereka terhadap penyakit.
Orang yang karakteristiaknya mudah terpapar atau peka terhadap
penyakit akan mudah terkena sakit. Karakteristik orang bisa berupa
faktor genetik, umur, jenis kelamin,pekerjaan, kebiasaan dan status
sosial ekonomi. Seorang individu yang mempunyai faktor genetik
pembawa penyakit akan mudah terpapar faktor genetic tersebut dan
peka untuk sakit. Perbedaan berdasarkan umur, terdapat kemungkinan
dalam mendapat keterpaparan berdasarkan perjalanan hidup. Demikian
pula dengan karakteristik lain yang akan membedakan dalam
kemungkinan mendapat keterpaparan.
2). Faktor Tempat (place)
Faktor tempat berkaitan dengan karakteristik geografis. Informasi
ini dapat batas alamiah seperti sungai, gunung,atau bisa dengan batas
administrasi dan histori. Perbedaan distribusi menurut tempat ini
memberikan petunjuk pola perbedaan penyakit yang dapat menjadi
pegangan dalam mencari faktor-faktor lain yang belum diketahui.
3). Faktor Waktu (Time)
Waktu kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam, hari,
bulan, atau tahun. Informasi ini bisa dijadikan pedoman tentang
kejadian yang timbul dalam masyarakat.

buku epidemiologi penyakit menular Dr. Irwan SKM.M.Kes

-HOST –AGENT –LINGKUNGAN


Timbangannya harus seimbang, tidak boleh berat sebelah.
Host: bergantung dri biologis/ genetiknya, memang mudah sakit atau tidak
AGENT: parasit, virus, bahan makanan yang masuk, yag dapat mempengaruhi agent
LINGKUNGAN: lingkungan yg mendukung terjangkitnya suatu penyakit, atau tidak.

Segitiga Epidemiologi

 Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi gambaran


tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam terjadinya penyakit dan
masalah kesehatan lainnya
 Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara Host (penjamu), Agent (penyebab)
dan Environment (lingkungan)

Segitiga Epidemiologi
 Keadaan di masyarakat dikatakan ada masalah kesehatan jika terjadi ketidak
seimbangan antara Host, Agent dan Environment
 Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent dan Environment akan
menimbulkan penyakit pada individu atau masalah kesehatan di masyarakat

Faktor Host

 Adalah faktor yang melekat pada Host


 Genetik: DM, asma, hipertensi
 Umur: osteoporosis, campak, polio, ca servix, ca mammae
 Jenis kelamin: ca servik, BPH, ca paru
 Suku/ras/warna kulit: negro lebih kuat dari kulit putih
 Fisiologis: kelelahan, kehamilan, pubertas, stres, kurang gizi
 Imunologis: ASI, imunisasi, sakit
 Perilaku: gaya hidup, personal higienis, HAM, rekreasi, merokok, napza

Faktor Agent

 Faktor yang menyebabkan penyakit atau masalah kesehatan


 Gizi: kurang gizi, vitamin, mineral, kelebihan gizi
 Kimia: pengawet, pewarna, asbes, cobalt, racun, antigen
 Fisik: radiasi, trauma, suara, getaran
 Biologis: amoeba, bakteri, jamur, riketsia, virus, plasmodium, cacing

Faktor Environment
 Faktor lingkungan yang mempengaruhi Host dan Agent
 Fisik: iklim (kemarau dan hujan), geografis (pantai dan pegunungan), demografis
(kota dan desa)
 Biologis: flora dan fauna
 Sosial: migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, perumahan, bencana alam, perang, banjir

M. Arie W., Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang.

5. What is the epidemiological study method applied in this case? Mention and explain the
other methodologies!

Studi epidemiologi yang di lakukan dalam kasus diatas adalah studi epidemiologi analitik
dengan desain cross sectional

a. Epidemiologi Deskriptif
Pada penelitian deskriptif, informasi dikumpulkan untuk “menandai” atau
merangkum kejadian atau masalah kesehatan. Epidemiologi deskriptif
mengevaluasi semua keadaan yang berada di sekitar seseorang yang dapat
mempengaruhi sebuah kejadian kesehatan. Yang menjadi fokus dalam
epidemiologi deskriptif ini adalah frekuensi dan pola (Ellis-Christensen,
2012). Frekuensi digunakan untuk menilai tingkat kejadian, sedangkan pola
dapat digunakan untuk membantu epidemiologi analitik menunjukkan
faktor risiko. Penelitian deskriptif ini juga berfokus pada pertanyaan who (siapa
saja yang terkena/terpengaruhi), when (kapan mereka terpengaruhi), dan where
(dimana mereka terpengaruhi).
Pada who (orang), epidemiologi deskriptif meneliti faktor-faktor antara lain:

a. Variabel Demografi, sebagai contoh: usia, jenis kelamin, ras, penghasilan,


pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, agama, dan lain-lain.
b. Variabel Keluarga, sebagai contoh: jumlah anggota keluarga, usia melahirkan,
pendidikan ibu, pengaturan jarak kehamilan, dan lain-lain.
c. Perilaku, misalnya penyalahgunaan narkoba, shift kerja, makan dan pola olahraga.
d. Variabel lain, seperti: Golongan darah, paparan factor lingkungan tertentu, status
kekebalan, status imunisasi, status gizi.

Contoh penelitian epidemiologi deskriptif yang menganalisis faktor orang antara lain
tekanan darah tinggi pada orang yang bekerja shift malam, obesitas pada remaja
siswi SMA, Diabetes Mellitus pada lansia Desa Z, dan lain-lain.
Hal penting lain yang dapat diamati pada epidemiologi deskriptif adalah where
(tempat). Tempat disini dapat berupa:
a. Tempat tinggal
b. Tempat bekerja
c. Sekolah
d. Rumah Makan
e. Tempat Rekreasi
f. Dan lain-lain
Contoh penelitian: Peningkatan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Daerah yang
berdekatan dengan stasiun atau kuburan, karena di tempat tersebut pengendalian
jentik nyamuk relatif kurang diperhatikan daripada rumah tinggal.
Hal ketiga yang penting dan sering dievaluasi dalam epidemiologi deskriptif adalah
factor when (waktu). Yang dimaksud dengan waktu disini bisa merupakan
waktu tahun, atau hal yang terjadi pada waktu tertentu, setiap hari atau setiap jam.
Sebagai contoh, penyakit demam berdarah lebih sering muncul di musim hujan,
demikian halnya dengan penyakit leptospirosis atau bahkan flu, dan kecelakaan
lebih sering terjadi di masa liburan. Pengukuran prevalensi pada periode waktu
tertentu akan dapat membantu upaya pencegahan.
Berikut ini contoh-contoh lain penelitian epidemiologi deskriptif:
1) Penilaian aktifitas fisik dan pengeluaran energi pada lansia penderita penyakit
kronis di Desa Sukamakmur.
2) Tren angka kejadian stroke di Kecamatan Kondang dari tahun 1990-2010
3) Perilaku merokok pada Kelahiran Preterm di Kecamatan Sanden
4) Perbedaan jenis kelamin pada gangguan lemak di Padang dan di Yogyakarta
5) Tren angka harapan hidup berdasarkan kelompok latar belakang pendidikan di
Yogyakarta

b. Epidemiologi Analitik
Penelitian epidemiologi analitik membandingkan kelompok-kelompok untuk
menentukan adanya peran dari berbagai faktor risiko dalam menyebabkan
sebuah penyakit atau masalah kesehatan. Desain dari penelitian analitik yang
sering digunakan dalam penelitian epidemiologi adalah cross sectional, case-control,
dan cohort.
a. Rancangan cross sectional (potong lintang)
Pada dasarnya, penelitian cross sectional menyerupai sebuah survei. Pada
penelitian cross sectional, informasi mengenai status penyakit dan paparan
dikumpulkan dari anggota kelompok tertentu. Dan karena datanya mencerminkan
satu titik dalam satu waktu, metode ini seolah “memotret” populasi tertentu. Metode
ini bagus untuk digunakan dalam meneliti hubungan antara “variabel dan penyakit”,
namun tidak digunakan untuk mengetahui hubungan antara “penyebab dan efek”
(cause and effect) yang memerlukan data dari waktu ke waktu.

b. Rancangan cohort
Penelitian case-control dan cohort lebih tepat untuk meneliti hubungan antara
“penyebab dan efek”. Pada penelitian cohort, peneliti memilih sekelompok individu
yang terpapar dan sekelompok individu yang tidak terpapar. Kedua kelompok
tersebut diikuti ke periode waktu yang akan datang (prospektif) untuk
membandingkan adanya outcome berupa kejadian penyakit pada kelompok tersebut.
Hubungan antara paparan dan penyakit dikatakan positif bila kejadian penyakit lebih
besar pada kelompok terpapar dibandingkan dengan kelompok tidak terpapar. Berikut
ini gambar-gambar yang memperjelas gambaran mengenai rancangan cohort.

c. Rancangan case control


Pada penelitian case control, peneliti “bergerak” kebelakang, dari efek ke
dugaan penyebab. Oleh karena itu jenis rancangan ini sering disebut penelitian
retrospektif. Subyek dipilih berdasarkan ada tidaknya penyakit atau outcome.
Kelompok yang memiliki penyakit disebut kasus, dan yang tidak memiliki penyakit
disebut kontrol. Kedua kelompok ini kemudian dibandingkan berdasarkan ada
tidaknya paparan.faktor risiko. Hubungan antara paparan dan outcome pada
penelitian case control dilakukan dengan perhitungan Odds Ratio.
Nurbeti, M., 2007, EPIDEMIOLOGI, Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta

6. What is transmission of communicable disease?

TIGA KELOMPOK UTAMA PENYAKIT MENULAR

1. Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian cukup tinggi


2. Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan cacat, walaupun
akibatnya lebih ringan dari yang pertama
3. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat tetapidapat mewabah
yang menimbulkan kerugian materi.

TIGA SIFAT UTAMA ASPEK PENULARAN PENYAKIT DARI ORANG KE


ORANG

1. Waktu Generasi (Generation Time)


Masa antara masuknya penyakit pada pejamu tertentu sampai masa kemampuan
maksimal pejamu tersebut untuk dapat menularkan penyakit. Hal ini sangat
penting dalam mempelajari proses penularan. Perbedaan masa tunas denga wakru
generasi yaitu Masa tunas ditentukan oleh masuknya unsur penyebab sampai
timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat ditentukan pada penyakit dengan
gejala yang terselubung, waktu generasi ialah waktu masuknya unsur penyebab
penyakit hingga timbulnya kemampuan penyakit tersebut untuk menularkan
kepada pejamu lain walau tanpa gejala klinik atau terselubung.
2. Kekebalan Kelompok (Herd Immunity) Adalah tingkat kemampuan atau daya
tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran
unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan
sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut. Herd Immunity merupakan faktor
utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit
pada suatu kelompok penduduk tertentu.

Wabah terjadi karena 2 keadaan :


Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika
agent penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah
terpapar oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular
yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.
Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat
tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-
orang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex:
Asrama mahasiswa/tentara.
3. Angka Serangan (Attack Rate) Adalah sejumlah kasus yang berkembang atau
muncul dalam satu satuan waktu tertentu di kalangan anggota kelompok yang
mengalami kontak serta memiliki risiko atau kerentanan terhadap penyakit
tersebut. Formula angak serangan ini adalah banyaknya kasus baru (tidak
termasuk kasus pertama) dibagi dengan banyaknya orang yang peka dalam satu
jangka waktu tertentu. Angka serangan ini bertujuan untuk menganalisis tingkat
penularan dan tingkat keterancamam dalam keluarga, dimana tata cara dan konsep
keluarga, sistem hubungan keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu
dalam kehidupan sehari-hari pada kelompok populasi tertentu merupakan unit
epidemiologi tempat penularan penyakit berlangsung.
Armaidi Darmawan EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR JMJ, Volume 4, Nomor 2, November 2016,
Hal: 195 – 202

a. Kontak (contact)
b. Inhalasi (inhalation)
Yaitu penularan melalui udara/pernapasan. OIeh karena itu, ventilasi rumah yang
kurang, henjcjalan (over crowding), dan tempat-tempat umum adalah faktor yang
sangat penting di dalam epidemiologi penyakit. Penyakit yang ditularkan melalui
udara ini sering disebut “air bone infection” (penyakit yang ditularkan melalui
udara).
c. lnfeksi
Penularan melalui tangan, makanan atau minuman.
d. Penetrasi pada kulit
Penetrasi pada kulit misalnya cacing tambang, melalui gigitan vektor. misalnya
malaria atau melalui luka, misalnya tetanus.
e. Infeksi melalui placenta
Yakni infeksi yang diperoleh melalui placenta dan ibu penderita penyakit pada
waktu mengandung, misalnya syphilis dan toxo plasmosis.
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip dasar.
Penerbit Rineka Cipta.

7. Define outbreak, epidemic, endemic, pandemic! The above scenario categorized as?
Wabah

a. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989


Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah
besar orang di daerah yang luas.
b. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman 1981
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas
secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit
c. Undang-undang RI No 4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka
d. Benenson, 1985
Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu
daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa
e. Last 1981
Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita
penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang
berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa
f. Kejadian Luar Biasa : timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian
yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu cepat dan daerah tertentu.

1. Endemi (awalan en- berarti “dalam atau di dalam”) adalah berlangsungnya suatu
penyakit pada tingkatan yang sama atau keberadaan suatu penyakit yang terus
menerus di dalam populasi atau wilayah tertentu – prevalensi suatu penyakit yang
biasa berlangsung di satu wilayah atau kelompok tertentu.
2. Pandemi (awalan pan- berarti “semua atau melintasi”) adalah epidemi yang
menyebar luas melintasi negara, benua, atau populasi yang besar, kemungkinan
seluruh dunia. AIDS merupakan penyakit pandemi.
3. Epidemi adalah wabah atau munculnya penyakit tertentu yang berasal dari satu
sumber tunggal, dalam satu kelompok, populasi, masyarakat, atau wilayah, yang
melebihi tingkatan kebiasaan yang diperkirakan. Epidemi terjadi jika kasus baru
melebihi prevalensi suatu penyakit. Kejadian luar biasa (KLB) akut – peningkatan
secara tajam dari kasus baru yang memengaruhi kelompok tertentu – biasanya
juga disebut sebagai epidemi. Keparahan dan keseriusan penyakit juga
memengaruhi definisi suatu epidemi. Jika penyakit sifatnya mengancam
kehidupan, hanya diperlukan sedikit kasus (seperti pada rabies) untuk
menyebabkan terjadinya epidemi.
(Timmreck, Thomas C., 2004, Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta, EGC)

 epidemi.
Epidemi adalah keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang
singkat berada dalam frekwensi yang meningkat.

 pandemi.
Pandemi adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) frekwensinya dalam waktu yang singkat memperlihatkan
peningkatan yang amat tinggi serta penyebarannya telah mencakup suatu
wilayah yang amat luas.

 endemi.
Endemi adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) frekwensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu
yang lama.

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip dasar.


Penerbit Rineka Cipta.

8. Is leptospirosis categorized into a disease wich may cause outbreaks? Mention other
disease could be classified into outbreak!

Penyakit yang berpotensi menjadi KLB


Menurut permenkes RI no. 560/ dinkes/Per/VIII/th. 1989
a. kolera
b. pest
c. demam kuning
d. demam bolak-balik
e. tifus bercak wabah
f. DBD
g. Campak
h. Polio
i. Dipteri
j. Pertusis
k. Rabies
l. Malaria
m. Influenza
n. Hepatitis
o. Tifus perut
p. Meningitis
q. Encepalitis
r. Antrax

Kasus Leptospirosis dari scenario diatas termasuk dalam wabah

9. How to prevent an outbreak?

a. Eliminasi reservoir (sumber penyakit)


Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan
dengan:
 Mengisolasi penderita (pasien) yaitu menempatkan pasien ditempat yang khusus
untuk mengurangi kontak dengan orang lain.
 Karantina adalah membatasi ruang gerak penderita dan menempatkannya
bersama-sama penderita lain yang sejenis pada tempat yang khusus didesain
untuk itu. Biasanya dalam waktu yang lama misalnya karantina untuk penderita
kusta.
b. Memutus mata rantai penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan adalah merupakan usaha
untuk memutuskan hubungan atau mata rantai penularan penyakit menular.
c. Melindungi orang-orang (kelompok) yang rentan.
Bayi dan anak balita adalah merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penyakit
menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu perlindungan khusus (spesific
protection) dengan imunisasi, baik imunisasi aktif maupun pasif. Obat-obat
prophylacsis tertentu juga dapat mencegah penyakit malaria, menengitis dan desentri
baksilus.
Pada anak usia muda, gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak
tersebut. Oleh sebab itu meningkatkan gizi anak adalah juga merupakan usaha
pencegahan penyakit infeksi pada anak.
Ilmu KesMas Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo

PENCEGAHAN
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu
sebelum kejadian.
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
a. Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus.
b. Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis
dini serta pengobatan yang tepat.
c. Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan
terhadap cacat dan rehabilitasi.
Ketiga tingkat pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam
pelaksanaannya sering dijumpai keadaan yang tumpang tindih.
1. Pencegahan Tingkat Pertama
Dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan serta faktor pejamu.
a. Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab yang bertujuan untuk
mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah
mungkin dengan usaha antara lain:
- Desinfektan
- Pasteurisasi
- Sterilisasi, bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab
penyakit,
- Penyemportan.insektisida dalam rangka menurunkan dan menghilangkan
sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan.
 Selain itu usaha untuk mengurangi/menghilangkan sumber penularan dapat
dilakukan melalui pengobatan penderita serta pemusnahan sumber yang ada
(biasanya pada binatang yang menderita), serta mengurangi/menghindari
perilaku yang dapat meningkatkan risiko perorangan dan masyarakat.
b. Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti
- peningkatan air bersih
- peningkatan sanitasi lingkungan dan perumahan serta bentuk pemukiman
lainnya
- perbaikan dan peningkatan lingkunan biologis seperti pemeberantasan
serangga dan binatang pengerat
- peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga, hubungan
antarindividu dan kehidupan sosial masyarakat.
c. Meningkatkan daya tahan penjamu meliputi :
a. perbaikan status gizi, status kesehatan umum dan kualitas hidup
penduduk
b. pemberian imunisasi serta berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya
c. peningkatan status psikologis, persiapan perkawinan serta usaha
menghindari pengaruh faktor keturunan
d. peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta
olahraga kesehatan.
2. Pencegahan Tingkat Kedua
Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang menderita atau
dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas).
 meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah
meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk segera
mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya akibat samping
atau komplikasi
a. Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha
surveillans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pemeriksaan
kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI, mahasiswa, dll), penyaringan
(screening) untuk penyakit tertentu secara umum dalam masyarakat, serta
pengobatan dan perawatan yang efektif.
b. Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai
berada pada proses prepatogenesis dan patogenesis penyakit tertentu.
 Deteksi awal penyakit
 Tujuannya untuk mempercepat kesembuhan dg pengobatan yg tepat
 Pengobatan yang cepat merupakan pencegahan primer pada orang
yang sehat
 menghambat progresivitas penyakit
 menghindari komplikasi
 mengurangi ketidakmampuan
3. Pencegahan Tingkat Ketiga
Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit tertentu.
 tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen,
mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat
penyakit tersebut.
Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya
akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi adalah
usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang
meliputi rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi mental/psikologis serta rehabilitasi
sosial.
 Pelayanan suportif dan rehabilitatif
 Bertujuan untuk mengurangi ketidakmampuan dg cara:
 Memaksimalkan fungsi organ yg cacat
 Membuat protesa ekstremitas akibat amputasi
 Mendirikan pusat-pusat rehabilitasi medik
 Sasaran langsung pada sumber penularan pejamu
 Sumber penularan binatang
 Bila sumber penularan terdapat pada binatang maka upaya penangulangan
dengan pemusnahan binatang yang terinfeksi
 Sumber penularan manusia
 Dapat dilakukan dengan isolasi dan karantina
 Sasaran ditujukan pada cara penularan
 Memutuskan rantai penularan
 Meningkatkan sanitasi lingkungan
 Meningkatkan hygiene perorangan
 Sasaran ditujukan pada pejamu potensial
 Peningkatan gizi
 Peningkatan kekebalan (imunisasi)
(Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Prof.Dr.Nur Nasry Noor,MPH)

Dalam kesehatan masyarakat ada 5 (lima) tingkat pencegahan penyakit menurut


Leavell and Clark. Pada point 1 dan 2 dilakukan pada masa sebelum sakit dan point 3,4,5
dilakukan pada masa sakit.
 Peningkatan kesehatan (health promotion)
o Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
o Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air
bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.
o Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misal untuk kalangan
menengah ke atas di negara berkembang terhadap resiko jantung koroner.
o Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
o Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.
o Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
 Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general and
specific protection)
o Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah
penyakit
o Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misal yang terkena flu
burung.
o Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat
kerja.
o Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-
bahan racun maupun alergi.
o Pengendalian sumber-sumber pencemaran.
 Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early
diagnosis and prompt treatment)
o Mencari kasus sedini mungkin.
o Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan . Misalnya
pemeriksaan darah, rontgent paru.
o Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit
menular (contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat
segera diberikan pengobatan.
o Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.
o Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.
 Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
o Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak
terjadi komplikasi.
o Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
o Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan
pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
 Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
o Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan
masyarakat.
o Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan
memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk
bertahan.
o Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita
yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
o Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan
seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
Leavel, H.R and Clark, E.G. Preventive Medicine for the Doctor in His Community, 3th
Edition, Mc Graw-Hill Inc, New York, 1965.

Beaglehole (WHO, 1993) membagi upaya pencegahan menjadi 3 bagian : primordial


prevention (pencegahan awal) yaitu pada pre patogenesis, primary prevention
(pencegahan pertama) yaitu health promotion dan general and specific protection ,
secondary prevention (pencegahan tingkat kedua) yaitu early diagnosis and prompt
treatment dan tertiary prevention (pencegahan tingkat ketiga) yaitu dissability limitation.
Beaglehole, R. R. Bonita, T. Kjellstrom. Basic Epidemiology, WHO, Geneva, 1993.

10. How to prevent communicable/infectiouous disease in general!


b. Eliminasi reservoir (sumber penyakit)
Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan
dengan:
 Mengisolasi penderita (pasien) yaitu menempatkan pasien ditempat yang khusus
untuk mengurangi kontak dengan orang lain.
 Karantina adalah membatasi ruang gerak penderita dan menempatkannya
bersama-sama penderita lain yang sejenis pada tempat yang khusus didesain
untuk itu. Biasanya dalam waktu yang lama misalnya karantina untuk penderita
kusta.
d. Memutus mata rantai penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan adalah merupakan usaha
untuk memutuskan hubungan atau mata rantai penularan penyakit menular.
e. Melindungi orang-orang (kelompok) yang rentan.
Bayi dan anak balita adalah merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penyakit
menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu perlindungan khusus (spesific
protection) dengan imunisasi, baik imunisasi aktif maupun pasif. Obat-obat
prophylacsis tertentu juga dapat mencegah penyakit malaria, menengitis dan desentri
baksilus.
Pada anak usia muda, gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak
tersebut. Oleh sebab itu meningkatkan gizi anak adalah juga merupakan usaha
pencegahan penyakit infeksi pada anak.

Ilmu KesMas Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo

11. Describe the different stages of natural history of disease! Provide an example of the
natural history of disease of Leptospirosis and how to prevent the infectious disease in
every stage(promotive and promotive actions for leptospirosis)
a. tahap prepatogenesis : dimana dalam tahap ini penyakit blm ditemukan karena
pada umumnya daya tahan tbh pejamu msh kuat.
b. thp inkubasi : dimana bibit penyakit tlh msk kedlm tbh pejamu, tetapi gejala
penyakit blm tampak
c. thp penyakit dini : tahap ini dihitung mulai dr munculnya gejala penyakit
d. tahap penyakit lanjut : dlm thp ini penderita tlh tdk dpt lg melakukan pekerjaan
dan jika dating berobat, umumnya telah memrlukan perawatan
e. tahap akhir penyakit : perjalanan penyakit pd suatu saat akan berakhir.
Berakhirnya perjalanan penyakit tsb dpt berada dlm 5 keadaan :
i. sembuh sempurna : dimana penyakit berakhir krn pejamu sembuh secara
sempurna artinya bentuk dan fungsi tbh kembali kepada keadaan sebelum
menderita penyakit
ii. sembuh dgn cacat : penyakit yg diderita berakhir dan penderita menjadi
sembuh , tetapi kesembuhannya tsb tdk sempurna krn ditemukan cacat pd
pejamu. Adapun yg dimaksudkan cacat disini adalah tdk hanya berupa
cacat fisik yg dpt dilihat oleh mata tetapi juga cacat mikroskopik, caccat
fungsional, cacat mental, dan cacat social
iii. karier : pd karier, perjalanan penyakit seolah2 terhenti, karena gejala
penyakit memang tdk tampak lg. padahal dlm diri pejamu msh ditemukan
bibit penyakit yg pd suatu saat jika daya tahan tbh berkurang, penyakit dpt
timbul kembali
iv. kronis : dlm proses ini, perjalanan penyakit tampak berhenti karena gejala
penyakit tdk berubah, dlm arti tdk bertambah berat dan atw pun tdk
bertambah ringan
v. meninggal dunia : dimana terhentinya perjalanan penyakit disini bkn
karena sembuh tetapi krn pejamu meninggal dunia
Azrul, Pengantar epidemiologi

o Tahap prepatogenesis :
Individu berada dalam keadaan normal/sehat. Walaupun demikian pada
tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antar pejamu dengan bibit
penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi diluar tubuh, dalam arti bibit
penyakit masih ada diluar tubuh pejamu. Belum ada tanda-tanda sakit
sampai sejauh daya tahan tubuh pejamu masih kuat.

o Tahap patogenesis :
- Tahap inkubasi
Waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka
terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit
lainnya.

- Tahap penyakit dini


Munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan. Tahap ini
sudah mulai menjadi masalah kesehatan.

- Tahap penyakit lanjut


Tahap di mana penyakit bertambah hebat dengan segala kelainan
patologis dan gejalanya. Pada tahap ini penyakit memerlukan
pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang
kurang baik.

- Tahap penyakit akhir


 Sembuh sempurna
 Sembuh dengan cacat
 Karier
o Tahap pasca patogenesis, yang dapat berlanjut menjadi :
- Sembuh
- Berkelangsungan kronik
- Cacat
- Mati
DR. M. N Bustan. Pengantar Epidemiologi. Penerbit Rineka Cipta.

- tahap prepatogenesis
o individu dlm keadaan normal/sehat
o ada interaksi antara pejamu dan bibit penyakit tetapi interaksi masih
diluar tubuh
o belum ada tanda –tanda sakit
o jk pejamu lengah dan bibit penyakit menjadi ganas atau lingkungan
memberikan kodisi yang kurang menguntungkan pejamu maka keadaan
dapat segera berubah memasuki fase patogenesis
- tahap patogenesis
terbagi menjadi 4 tahap

tahap inkubasi : masuknya bibit penyakit sampai timbul gejala


tahap penyakit dini : muncl gejala ringan. Tahap ini sudah mulai
menjadi masalah kesehatan
tahap penyakit lanjut : penyakit bertambah hebat dengan berbagai
kelainan patologis dan gejalanya. Pada tahap ini penyakit
memerlukan pengobatan yg tepat untuk menghindari akibat lanjut
yang kurang baik
tahap penyakit akhir :
o sembuh sempurna  bibit penyakit menghilang, tubuh menjadi pulih
dan sehat kembali
o sembuh degan cacat  bibit penyakit sudah hilang tetapi tubuh tidah
pulih sepenuhnya
o karier  di mana tubuh penderita pulih kembali namun bibit penyakit
masih tetap berada didalam tubuh memperlihatkan gangguan penyakit
o berkelangsungan kronik
o mati
Pengantar Epidemiologi.Bustan

PATOGENESIS LEPTOSPIROSIS

 Leptospira dapat masuk melalui luka di kulit atau menembus jaringan mukosa
seperti konjungtiva, nasofaring, dan vagina kemudian masuk ke dalam darah,
berkembang biak, dan menyebar ke jaringan tubuh. Leptospira juga dapat
menembus jaringan seperti ruang depan mata dan ruang subarakhnoid tanpa
menimbulkan reaksi peradangan yang berarti.Tubuh manusia akan memberikan
respon imunologik, baik secara selular maupun humoral. Leptospira berkembang
biak terutama di ginjal (tubulus konvoluta), serta akan bertahan dan diekskresi
melalui urin. Leptospira dapat berada di urin sekitar 8 hari setelah infeksi hingga
bertahuntahun. Setelah fase leptospiremia (4-7 hari), leptospira hanya dijumpai
pada jaringan ginjal dan mata. Pada fase ini, leptospira melepaskan toksin yang
menyebabkan gangguan pada beberapa organ.Beberapa penemuan menegaskan
bahwa leptospira yang lisis dapat mengeluarkan enzim, toksin, atau metabolit lain
yang dapat menimbulkan gejala-gejala klinis. Hemolisis dapat terjadi karena
hemolisin yang bersirkulasi diserap oleh eritrosit sehingga eritrosit tersebut lisis,
walaupun di dalam darah sudah terdapat antibodi. Diatesis perdarahan umumnya
terbatas pada kulit dan mukosa, tetapi pada keadaan tertentu terjadi perdarahan
saluran cerna atau organ vital yang dapat menyebabkan kematian.Setiap organ
penting dapat terkena dan antigen leptospira dapat dideteksi pada jaringan yang
terkena. Gejala fase awal ditimbulkan karena kerusakan jaringan akibat
leptospira, sedangkan gejala fase kedua timbul akibat respons imun pejamu.
Beberapa organ yang mengalami gangguan akibat toksin leptospira ialah ginjal,
mata, hati, otot rangka, pembuluh darah dan jantung. Bila leptospira masuk ke
dalam cairan serebrospinal (CSS) kemudian ke selaput otak, dapat menyebabkan
meningitis yang merupakan komplikasi neurologik tersering dari
leptospirosis.Leptospira termasuk kuman nefrofilik yang dapat menyerang seluruh
bagian ginjal secara invasi langsung. Nefritis interstisial dengan infiltrasi sel
mononuklear dapat terjadi tanpa adanya gangguan fungsi ginjal. Selanjutnya
pasien dapat mengalami nekrosis tubuler, yang dapat menyebabkan komplikasi
acute kidney injury (AKI), disebut juga sindrom pseudohepatorenal. Pada tahap
tersebut, pasien dianjurkan menjalani dialisis. 7,8 AKI merupakan penyebab
kematian yang penting pada leptospirosis. Pada kasus yang meninggal minggu
pertama perjalanan penyakit, terlihat pembengkakan atau nekrosis sel epitel
tubulus ginjal. Pada kasus yang meninggal minggu ke-2 terlihat banyak fokus
nekrosis pada epitel tubulus ginjal, sedangkan yang meninggal setelah minggu
ketiga ditemukan sel radang yang menginfiltrasi seluruh ginjal. 2 Faktor-faktor
yang dapat mengarahkan prognosis kurang baik ialah adanya oliguri/anuri yang
berlangsung lama, blood ureum nitrogen (BUN) selalu meningkat > 60 mg%/24
jam, rasio ureum urin : darah tidak meningkat. Hemodialisis tidak lebih
menguntungkan untuk terapi pengganti pada AKI akibat leptospirosis
dibandingkan dialisis peritoneal bila telah ada indikasi. Pada leptospirosis dengan
AKI disamping dapat mengoreksi kelainan biokimiawi akibat AKI, dialisis
peritoneal juga dapat mengeluarkan bahan-bahan toksik akibat penurunan fungsi
hati. Pemeriksaan mikroskop elektron pada AKI dengan oliguri memperlihatkan
adanya gambaran obstruksi dan nekrosis tubulus, endapan komplemen pada
membran basalis glomerulus dan infiltrasi sel radang pada jaringan interstisialis.8
Leptospira juga ditemukan di antara sel-sel parenkim hati. Leptospirosis dapat
menyebabkan infiltrasi sel limfosit dan proliferasi sel Kupffer disertai kolestasis,
yang mengakibatkan gejala ikterus. Keterlibatan organ hati pada leptospirosis
berat dapat dilihat dari kadar bilirubin yang tinggi dan membutuhkan
bermingguminggu untuk dapat kembali pada kadar normal. Dapat terjadi
peningkatan sedang kadar transaminase dan peningkatan ringan kadar alkali
fosfatase. Kerusakan parenkim hati disebabkan antara lain karena penurunan
hepatic flow dan toksin yang dilepaskan oleh leptospira. Leptospirosis berat dapat
menyebabkan pankreatitis akut, ditandai dengan peningkatan kadar amilase dan
lipase serta keluhan nyeri perut. 8 Gejala patologik yang selalu ditemukan ialah
vaskulitis kapiler berupa edema endotel, nekrosis, disertai invasi limfosit akibat
endotoksin yang dikeluarkan oleh leptospira pada semua organ yang terkena.
Vaskulitis menimbulkan petekie, perdarahan intraparenkim, dan perdarahan pada
lapisan mukosa dan serosa yang dapat berujung pada terjadinya hipovolemia dan
renjatan. Dapat ditemukan trombositopenia dan masa protrombin kadang-kadang
memanjang yang tidak dapat diperbaiki dengan pemberian vitamin K. Pada
jantung dapat ditemukan petekie endokardium, edema interstisial miokard, dan
arteritis koroner.Terjadinya ikterik pada leptospirosis disebabkan oleh beberapa
hal, antara lain karena kerusakan sel hati, gangguan fungsi ginjal yang akan
menurunkan ekskresi bilirubin sehingga meningkatkan kadar bilirubin darah,
terjadinya perdarahan pada jaringan dan hemolisis intravaskuler yang
meningkatkan kadar bilirubin, serta proliferasi sel Kupffer sehingga terjadi
kolestatik intra-hepatik. Gejala pada paru bervariasi, mulai dari batuk, dispneu,
dan hemoptisis sampai dengan acute respiratory distress syndrome (ARDS) dan
severe pulmonary haemorrhage syndrome (SPHS). Kelainannya dapat berupa
kongesti septum paru, perdarahan multifokal, dan infiltrasi sel mononuklear.
Perdarahan dapat terjadi pada pleura, alveoli, dan trakeobronkial. Efusi pleura
mungkin juga dapat terjadi. Gambaran infiltrat biasanya dapat terlihat pada daerah
intra-alveolar dan perdarahan interstisial. Baik infiltrat alveolar maupun dispneu
merupakan indikator yang buruk pada leptospirosis berat.Pada otot rangka dapat
terjadi nekrosis lokal dan vakuolisasi. Leptospira juga dapat masuk ke ruang
anterior mata dan menyebabkan uveitis.

 Karakteristik perjalanan penyakit leptospirosis ialah bifasik. Masa inkubasi


leptospirosis berkisar 2-26 hari, dengan rata-rata 10 hari. Leptospirosis
mempunyai dua fase penyakit yang khas yaitu :
1. Fase leptospiremia: leptospira dapat dijumpai dalam darah. Gejala ditandai
dengan nyeri kepala daerah frontal, nyeri otot betis, paha, pinggang
terutama saat ditekan. Gejala ini diikuti hiperestesi kulit, demam tinggi,
menggigil, mual, diare, bahkan penurunan kesadaran. Pada sakit berat
dapat ditemui bradikardia dan ikterus (50%). Pada sebagian penderita
dapat ditemui fotofobia, rash, urtikaria kulit, splenomegali, hepatomegali,
dan limfadenopati. Gejala ini terjadi saat hari ke 4-7. Jika pasien ditangani
secara baik, suhu tubuh akan kembali normal dan organ-organ yang
terlibat akan membaik. Manifestasi klinik akan berkurang bersamaan
dengan berhentinya proliferasi organisme di dalam darah. Fungsi organ-
organ ini akan pulih 3-6 minggu setelah perawatan. Pada keadaan sakit
lebih berat, demam turun setelah hari ke7 diikuti fase bebas demam 1-3
hari, lalu demam kembali. Keadaan ini disebut sebagai fase kedua atau
fase imun.
2. Fase imun: berlangsung 4-30 hari, ditandai dengan peningkatan titer
antibodi, demam hingga 40°C disertai mengigil dan kelemahan umum.
Pada leher, perut, dan otot kaki dijumpai rasa nyeri. Perdarahan paling
jelas saat fase ikterik dimana dapat ditemukan purpura, petekie, epistaksis,
dan perdarahan gusi. Conjuntival injection dan conjungtival suffusion
dengan ikterus merupakan tanda patognomonik untuk leptospirosis.
Meningitis, gangguan hati dan ginjal akan mencapai puncaknya pada fase
ini. Pada fase ini juga terjadi leptospiuria yang dapat berlangsung 1
minggu sampai 1 bulan.
Novie H. Rampengan Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 3, November 2016,
hlm. 143-150

12. How is the concept mapping of this scenario?

Anda mungkin juga menyukai