Anda di halaman 1dari 27

Konsep Epidemiologi Dalam Layanan

Kebidanan
By : Meldafia Idaman

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit serta  memulihkan kesehatan masyarakat perlu disediakan dan diselenggarakan
Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Public Health Service) yang baik, oleh karena itu
pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan (Health
Needs) dari masyarakat, namun dalam praktek sehari-hari ternyata tidaklah mudah untuk
menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat yang maksimal.
Masalah pokok yang dihadapi adalah sulitnya merumuskan kebutuhan kesehatan
yang ada dalam masyarakat karena pola kehidupan masyarakat yang beraneka ragam
sehingga mengakibatkan kebutuhan kesehatan yang ditemukan juga beraneka ragam,
untuk mengatasinya telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan kebutuhan
kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Hal
ini kemudian dikaitkan dengan upaya untuk mengetahui frekwensi, penyebaran dan faktor-
factor yang mempengaruhi suatu masalah kesehatan dalam masyarakat, maka tercakup
dalam suatu cabang ilmu khusus yang disebut dengan epidemiologi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian epidemiologi dalam layanan kebidanan?
2.      Apa tujuan epidemiologi dalam layanan kebidanan?
3.      Bagaimana terjadinya masalah kesehatan dalam pelayanan kebidanan?
4.      Bagaimana cara melaksanakan dan mengelola surveilans sederhana penyakit dan
komplikasi yang sering terjadi di instansi pelayanan kesehatan dan komunitas?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian epidemiologi dalam layanan kebidanan.
2.      Mengetahui tujuan epidemiologi dalam layanan kebidanan.
3.      Mengetahui terjadinya masalah kesehatan dalam pelayanan kebidanan.
4.      Mengetahui cara melaksanakan dan mengelola surveilans sederhana penyakit dan
komplikasi yang sering terjadi di instansi pelayanan kesehatan dan komunitas.

D.    Manfaat
1.      Mahasiswa mampu mengetahui pengertian epidemiologi dalam layanan kebidanan.
2.      Mahasiswa mampu mengetahui tujuan epidemiologi dalam layanan kebidanan.
3.      Mahasiswa mampu mengetahui terjadinya masalah kesehatan dalam pelayanan kebidanan.
4.      Mahasiswa mampu mengetahui cara melaksanakan dan mengelola surveilans sederhana
penyakit dan komplikasi yang sering terjadi di instansi pelayanan kesehatan dan
komunitas.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Epidemiologi bersala dari kata Yunani, dan secara harfiah berarti:epi yaitu tentang,
demos artinya masyarakat, dan logos berarti ilmu. Jadi epidemiologi secara bebas diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari sesuatu penyakit yang ada di antara masyarakat atau ilmu
yang mempelajari wabah dengan tujuan mengendalikannya dan mencegah terulangnya
kembali. Epidemiologi dalam layanan kebidanan mengkaji distribusi serta determinan
peristiwa morbiditas dan mortalitas yang terjadi dalam layanan kebidanan (Slamet, 2007).
Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan
penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari
sebab timbulnya masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan
maupun penanggulangannya. (Noor, 2000)
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian,
dan faktor – faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan, dan
kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi pemberian ciri pada
distribusi status kesehatan, penyakit, atau masalah kesehatan masyarakat lainnya
berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan, pekerjaan, perilaku,
waktu, tempat, orang dan sebagainya. (Timmreck, 2004)
Epidemiologi bersala dari kata Yunani, dan secara harfiah berarti :
Epi = di atas/ di antara/ yang ada diantara
Demos = populasi, orang, masyarakat
Logos = ilmu
Jadi epidemiologi secara bebas diartikan sebagai :
1.      Ilmu yang mempelajari sesuatu (penyakit) yang ada di antara (yang melanda)
masyarakat/populasi.
2.      Ilmu yang mempelajari epidemi/ wabah dengan tujuan mengendalikannya dan mencegah
terulangnya kembali. (Slamet, 2005)
Epidemiologi dalam pelayanan kebidanan adalah epidemiologi yang mengkaji
distribusi serta determinan peristiwa morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) yang
terjadi dalam pelayanan kebidanan secara komprehensif. Artinya secara menyeluruh
menyangkut seluruh sistem kebidanan termasuk kesehatan ibu dan anak (KIA).

Pengertian pelayanan kebidanan adalah :


1.      Penerapan  ilmu kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien yang
menjadi tanggung jawab bidan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir
(BBL) dan pelayanan Keluarga Berencana (KB) termasuk kesehatan reproduksi
perempuan dan pelayanan masyarakat.
2.      Merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang
ditentukan, dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka
tercapainya keluarga sehat dan sejahtera.

                 Tujuan/kegunaan epidemiologi kebidanan ialah :


1.      Untuk mengidentifikasi penyebab penyakit dan faktor-faktor resiko terjadinya penyakit
yang bisa menyerang ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas (42 hari setelah
persalinan) serta pada bayi dalam kandungan hingga dilahirkan sampai balita.
2.      Diharapkan akan didapatkan teknik pencegahannya.
Mengenai kegunaan epidemiologi secara umum yang sesuai dengan tujuan
epidemiologi kebidanan kebidanan dalam prakteknya sebagai berikut :
1.      Menguraikan distribusi dan besarnya masalah suatu penyakit dalam masyarakat.
2.      Memberikan data untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program-program
pencegahan, pemberantasan dan pengobatan penyakit, serta untuk menentukan urutan
prioritas program-program diatas.
3.      Mengenal faktor-faktor penyebab penyakit (patogenesis).
4.      Membantu pekerjaan administrasi kesehatan.
5.      Untuk meneliti dan mengevaluasi program pemberantasan penyakit dan masalah dalam
kesehatan.
6.      Untuk mendapatkan data dalam upaya mengklasifikasi penyakit.
7.      Untuk menyusun program pencegahan penyakit
Kegunaan epidemiologi  diatas dapat diringkas menjadi 3 hal, yakni :
1.      Mendiskripsikan fenomena kesehatan masyarakat.
2.      Mengkaji hubungan sebab-akibat.
3.      Melakukan evaluasi program kesehatan dan program intervensi.
Pada umumnya tujuan atau kegunaan epidemiologi kebidanan ialah untuk
mengetahui faktor resiko pada ibu selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas, beserta
hasil konsepsinya, dan mempelajari teknik-teknik pencegahannya termasuk evaluasi
program kesehatan dan program intervensinya. 

B.     Tujuan
Tujuan epidemiologi dalam kebidanan adalah mengenali faktor-faktor resiko
terhadap ibu selama periode kehamilan, persalinan dan masa nifas ( 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan) beserta hasil konsepsinya dan mempelajari cara-cara
pencegahannya.
1.      Tujuan Umum
a.       Meneliti populasi manusia, namun sekarang metodenya berlaku juga bagi peneliti lain-lain
populasi.
b.      Mengendalikan wabah saja, yakni dalam arti epidemologi yang sangat sempit hanya
menyangkut penyakit menular.
2.      Tujuan Khusus
a.       Memformasikan hipotesa yang menjelaskan pola distribusi penyakit yang ada atas dasar
karakteristik waktu, tempat, host dan agent potensial.
b.      Menguji hipotesa dengan menggunakan penelitian yang dirancang secara khusus untuk
dapat mengungkapkan penyebab penyakit.
c.       Menguji validitas konsep pengendalian penyakit dengan menggunakan data epidemologis
yang dikumpulkan sehubungan dengan program tersebut.
d.      Membantu membuat klasifikasi penyakit atas dasar penelitian etiologis.
e.       Mengungkapkan perjalanan suatu penyakti untuk menentukan prognosis penyakit.
(Slamet, 2007)

C.    Manfaat
1.      Untuk mempelajari riwayat penyakit
a.       Epidemiologi mempelajari tren penyakit untuk memprediksi tren penyakit yang mungkin
akan terjadi.
b.      Hasil penelitian epidemiologi dapat digunakan dalam perencanaan pelayanan kesehatan
dan kesehatan masyarakat.

2.      Diagnosis masyarakat
Penyakit, kondisi, cedera, gangguan, ketidakmampuan, defek/cacat apa sajakah yang
menyebabkan kesakitan, masalah kesehatan, atau kematian di dalam suatu komunitas atau
wilayah.
3.      Mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat mempengaruhi
kelompok maupun populasi.
a.       Faktor risiko, masalah, dan perilaku apa sajakah yang dapat mempengaruhi kelompok atau
populasi.
b.      Setiap kelompok dikaji dengan melakukan pengkajian terhadap faktor risiko dan
menggunakan tekhnik pemeriksaan kesehatan, misalnya risiko kesehatan, pemeriksaan ,
skrining kesehatan, tes kesehatan, dll.
4.      Pengkajian, evaluasi, dan penelitian
a.       Sebaik apa pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dalam mengatasi
masalah dan memenuhi kebutuhan populasi atau kelompok.
b.      Untuk mengkaji keefektifan, efisiensi, kualitas, kuantitas, akses, ketersediaan layanan
untuk mengobati, mengendalikan atau mencegah penyakit, cedera, ketidakmampuan atau
kematian.
5.      Melengkapi gambaran klinis
a.       Proses identifikasi dan diagnosis untuk menetapkan bahwa suatu kondisi memang ada
atau bahwa seseorang memang menderita penyakit tertentu.
b.      Menentukan hubungan sebab akibat misalnya radang tenggorokan dapat menyebabkan
demam rematik.
6.      Identifikasi sindrom
Membantu menyusun dan menetapkan kriteria untuk mendefinisikan sindrom, misalnya
sindrom down, fetal alcohol, kematian mendadak pada bayi.
7.      Menentukan penyebab dan sumber penyakit
Temuan epidemiologi memungkinkan dilakukannya pengendalian, pencegahan, dan
pemusnahan penyebab penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan atau kematian.
(Timmreck, 2004).

D.    Ruang lingkup
Terhadap masalah kesehatan yang ada, epidemiologi memberikan pendekata
khusus, mulai dari mengidentifikasi sampai mengevaluasi keadaan kesehatan. Ruang
lingkup epidemiologi dalam masalah kesehatan tersebut diatas dapat meliputi “6E” yakni:
1.      Etiologi
Berkaitan dengan lingkup kegiatan epidemiologi dalam mengidentifikasi penyebab
penyakit dan masalah kesehatan yang lainnya. Misalnya etiologi dari malaria adalah
parasit plasmodium.
2.      Efikasiat diperoleh dari adanya intervensi kesehatan.
Berkaitan dengan efek atau daya optimal yang dapat diperoleh dari adanya intervensi
kesehatan. Misalnya efikasi pemberian vaksin malaria adalah 40%.
3.      Efektivitas
Dimaksudkan besarnya hasil yang dapat diperoleh dari suatu tindakan (pengetahuan dan
intervensi) dan besarnya perbedaan dari suatu tindakan yang satu dengan yang lainnya.
4.      Efisiensi
Sebuah konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat diperoleh berdasarkan
besarnya biaya yang diberikan.
5.      Evaluasi
Penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan atau program kesehatan
masyarakat.
6.      Edukasi
Intervensi berupa peningkatan pengatahuan tentang kesehatan masyarakat sebagai bagian
dari upaya pencegahan penyakit.

APA Yang menjadi masalah kesehatan?

SIAPA Yang terkena: distribusinya menurut umur, jenis kelamin,


pekerjaan, pendidikan dsb?

DIMANA Masalah itu terjadi: menurut tempat tinggal, tempat kerja dsb?

KAPAN Masalah itu terjadi: menurut hari, bulan, musim dsb?

BAGAIMANA Masalah itu terjadi: keadaan khusus, vector, sumber penularan,


kelompok rentan, factor- factor penentu lain?

MENGAPA Masalah itu terjadi: mengapa masih berlanjut terus

LALU, APA Tindakan intervensi yang telah dilakukan berdasarkan


informasi yang ada, dan bagaimana keberhasilannya?
Apakah telah terdapat peningkatan kesehatan?

K.    Ukuran frekuensi
Dua jenis ukuran frekuensi penyakit yang paling sering digunakan adalah insidens
dan prevalens. Perbedaan antara kedua ini perlu diketahui dengan jelas.
1.      Insidens
Mengukur terjadinya kasus baru selama suatu jangka waktu tertentu, biasanya setahun.
Ukuran ini merupakan petunjuk yang terbaik mengenai kecenderungan dari suatu masalah
kesehatan, apakah masalah itu meningkat, menurun atau tetap sama. Oleh karena itu
merupakan juga ukuran yang terbaik mengenai keberhasilan suatu program kesehatan.
Ukuran ini digunakan dalam system surveilans dan untuk menganalisis pemanfaatan
sarana pelayanan kesehatan.

Contoh: jumlah kelahiran dan kematian selama setahun, jumlah kasus tetanus
neonatrum yang ditemukan selama setahun, jumlah kunjungan pertama ibu hamil ke klinik
KIA selama sebulan, jumlah kasus baru tuberculosis baru yang berobat selama setahun dan
sebagainya.

2.      Prevalens
Mengukur jumlah kasus yang aktif/ ada pada suatu titik waktu tertentu, biasanya pada
suatu hari tertentu. Mungkin lebih sulit untuk menafsirkan prevalens daripada insidens
oleh karena prevalens merupakan paduan antara insidens dan rata- rata lamanya suatu
penyakit berlangsung (duration).

Contoh: jumlah penderita tuberculosis baru yang terdaftar pada awal  bulan, atau
jumlah tempat tidur rumah sakit yang terisi setiap hari.

Prevalens sangat berguna untuk mengukur penyakit yang bersifat kronis, sedangkan
insidens berguna untuk penyakit yang berlangsung relative singkat, seperti (campak, diare,
pneumonia). Survey cross-sectional biasanya berguna untuk mengukur prevalens penyakit
kronis seperti kusta atau tuberculosis paru.Dalam keadaan yang stabil, insidens dan
prevalens berhubungan menurut rumus:

Prevalens = insidens x rata-rata lama penyakit

Maka untuk penyakit kronis, insidennya per tahun akan jauh lebih rendah daripada
prevalensnya.
Contoh: angka prevalens tuberculosis paru biasanya berkisar antara 0.5% - 10%
(atau 5 – 10 kasus per 1000 penduduk), dan rata- rata lama penyakit yang tidak diobati
adalah 4 – 5 tahun. Ini berarti angka insidens kasus baru tuberculosis paru adalah antara
0.1 – 0.2 % (atau 1 -2 kasus per 1000 penduduk). Di daerah yang mempunyai system
penemuan dan pelaporan kasus tuberculosis paru yang baik, angka insidens dapat
digunakan. Tetapi di daerah yang sistemnya tidak dapat memberikan data yang dapat
dipercaya, mungkin perlu dilakukan survey-sectional untuk memperoleh angka prevalens.

L.     Angka Mutlak dan Rate


Insidens dan prevalens dapat disajikan sebagai angka mutlak atau dihitung sebagai
rate angka insidens atau angka prevalens. Data yang tersedia biasanya merupakan angka
mutlak, dan ini biasanya yang dilaporkan dalam laporan rutin, dimana populasi yang
terancam dapat dianggap stabil menurut tempat dan waktu yang terbatas.
Melihat kecenderungan dalam waktu, atau membandingkan frekuensi penyakit
pada beberapa kelompok penduduk, atau beberapa daerah maka penggunaan angka mutlak
dapat menyesatkan. Besar populasi dan distribusi umur pada kelompok- kelompok yang
hendak dibandingkan perlu diperhitungkan, untuk itu insidens atau prevalens penyakit
perlu ditanyakan sebagai rate (angka insidens atau angka prevalens). Angka insidens atau
angka prevalens sebagai pembilang (numerator) dengan jumlah penduduk terancam
sebagai penyebut (denominator).Penduduk yang terancam ini mungkin adalah seluruh
penduduk diwilayah kabupaten, atau penduduk diwilayah tertentu saja yang lebih kecil,
atau penduduk pada golongan umur tertentu saja dsb.

Contoh:
1.      Di kabupaten A yang berpenduduk berjumlah 200.000 orang, dilaporkan sebanyak 40
kasus baru tuberculosis paru selama tahun 1989. Maka angka insidens tuberculosis paru di
kabupaten tersebut dalam tahun 1989 adalah: Insidens rate = 40 / 200.000 = 0.2 kasus per
1000 penduduk per tahun.
2.      Di kabupaten tersebut pada akhir tahun 1989 tercata sebanyak 250 orang penderita
tuberculosis paru yang berobat. Maka angka prevalens tuberculosis paru pada akhir tahun
1989 adalah:
Prevalens rate = 250 / 200.000 = 0.2 kasus per 1000 penduduk.

M.   Episode, Orang, atau Kunjungan


Sangat penting untuk membedakan apakah yang dihitung itu orang, episode atau
kunjungan. Untuk penyakit seperti ISPA dan diare, seseorang dapat mengalami lebih dari
satu kali episode (kejadian) dalam setahun. Untuk setiap kejadian ia dapat dating berobat
lebih dari satu kali pula. Dipihak lain, seorang penderita tuberculosis paru akan dihitung
sebagai satu orang dan satu episode, tetapi mungkin berkunjung sampai 12 kali selama
setahun.
Mengetahui proporsi penduduk yang menderita suatu penyakit kronis, kita harus
menggunakan jumlah orang yang sakit. Untuk menilai keberhasilan program
penanggulangan malaria, kita harus menggunakan jumlah episode (kejadian) baru yang
terjadi selama (biasanya) satu tahun. Jika kita ingin meneliti pemanfaatan sarana pelayanan
kesehatan, kita harus menggunakan jumlah kunjungan, baik kunjungan baru maupun
ulangan.

N.    Definisi Kasus
Suatu kasus didefinisakn adalah sangat penting. Hal ini sering kali kurang atau
malah sama sekali tidak diperhatikan. Daftar penyakit yang ada dalam formulir laporan
bulanan tidak disertai definisi kasus yang tegas. Pengisiannya terserah pada pertimbangan
dokter atau perawat yang memeriksa, atau malah terserah petugas R/R yang bertanggung
jawab mengisinya. Misalnya saja, penyakit ISPA dan influenza sering dicampur adukkan,
sedangkan penyakit tukak lambung yang sering didiagnosa tidak jelas batasannya. Apa
yang disebut kasus demam berdarah dengue (DBD) mungkin ditafsirkan secara berbeda
dari satu puskesmas ke puskesmas lain, atau dari satu daerah ke daerah lain. Hal ini tentu
saja akan sangat menyulitkan pembandingan.
Data yang satu dapat dibandingkan dengan data yang lain, perlu dibuat definisi
kasus yang jelas, dan definisi yang telah dibuat itu perlu ditaati oleh semua orang yang
membuat diagnose tanpa kecuali. Contoh: kasus malaria klinis perlu didefinisikan secara
jelas, begitu pula kasus malaria definitive (confirmed) yang didukung dengan pemeriksaan
sediaan darah untuk beberapa penyakit tertentu perlu dibuat 2 atau 3 kriteria diagnostic:
1.      Diagnostic klinis dan diagnostic pasti (dengan dukungan pemeriksaan laboratorium).
2.      Possible case, probable case dan confirmed case.
Sudah tentu agar dapat dibandingkan satu daerah dengan daerah lain, criteria ini harus
secara nasional, bahkan secara international.

O.    Indikator Kesehatan
Indicator kesehatan adalah ukuran yang dipilih dan dipakai untuk:
1.      Menganalisa kasus yang ada
2.      Membuat perbandingan
3.      Mengukur kecenderungan dalam batas waktu

P.     Prinsip-prinsip Demografi
Informasi mengenai demografi pada umumnya diperoleh dari sensus penduduk
yang diadakan setiap sepuluh tahun. Sensus yang terakhir di Indonesia diadakan pada
tahun 1990. Disebuah kabupaten yang berpenduduk 200.000 jiwa di Negara berkembang,
distribusi penduduk menurut kelompok umur mungkin akan terlibat sebagai berikut:
Table 1: Distribusi Penduduk Menurut Umur
di Kabupaten Negara Berkembang

KELOMPOK UMUR PROPORSI (%) POPULASI


(TAHUN)

1 4 8.000
1–4 14 28.000
5 – 14 26 52.000

15 – 44 43 86.000
45 + 13 26.000
JUMLAH 100 200.000

Proporsi bayi dibawah 12 bulan biasanya berkisar 3 – 4 % dari penduduk seluruh,


proporsi anak usia 0 – 4 tahun berkisar antara 18 – 20 % (seperlima), dan proporsi anak
usia 0 – 14 tahun berkisar antara 40 – 44 % (dua-perlima), apabila tingkat kesuburan masih
tinggi. Apabila program KB telah menunjukkan dampak, maka proporsi- proporsi itu akan
lebih kecil. Wanita usia subur (15b- 44 tahun) berkisar antara 20 – 22 % (seperlima).
Pedoman kasar ini dapat dipakai untuk memperoleh perkiraan apabila data yang benar
tidak dapat diperoleh.
Kepadatan penduduk dinyatakan dalam jumlah rata- rata penduduk per km2.
Kepadatan penduduk ini dapat bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lain dalam
kabupaten. Pengetahuan tentang kepadatan penduduk ini penting dalam perencanaan
pelayanan kesehatan, terutama dalam merencanakan pembangunan puskesmas atau
puskesmas pembantu yang baru, dan dalam menilai akses dan cakupan berbagai program
kesehatan.
Q.    Angka-angka Kependudukan
1.      Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate – CBR)
Jumlah kelahiran setahun x 1000 jumlah penduduk pada pertengahan tahun
CBR di daerah yang tingkat kesuburannya masih tinggi dapt mencapai 45 per 1000
penduduk, apabila tingkat kesuburan telah turun, CBR dapat mencapai 20 per 1000
penduduk. Dengan mengetahui CBR, dapat diperkirakan kelahiran yang akan terjadi
selama setahun.

2.      Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate – CDR)


Jumlah Kematian Setahun x 1000 Jumlah Penduduk pada Pertengahan Tahun
CDR berkisar antara 10 – 20 per 1000 penduduk

3.      Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate – IMR)


Jumlah Kematian Bayi 1 Tahun dalam Setahun x 1000 Jumlah Kelahiran Hidup
pada Tahun Tersebut
IMR dianggap sebagai indicator yang sensitive bagi derajat kesehatan suatu
masyarakat. Sebagian besar kematian bayi terjadi pada bulan pertama kehidupan, kematian
pada masa itu disebut kematian neonatal. Angka- angka diatas biasanya diperoleh dari
sensus penduduk atau dari survey- survey khusus yang diadakan untuk itu.

4.      Angka Kematian Ibu Hamil / Bersalin (Maternal Mortality Rate – MMR)


Jumlah Kematian Ibu Hamil/Bersalin dalam Setahun x 1000 Jumlah Kelahiran
Hidup pada Tahun Tersebut
Angka ini sering diabaikan, oleh karena dianggap terlalu kecil. Di Negara berkembang
bisanya berkisar antara1 – 5 per 1000 kelahiran hidup per tahun. Di kabupaten yang
berpenduduk 200.000 orang dengan CBR 40 per 1000 dapat diperkirakan akan terjadi 8 –
40 kematian ibu hamil / bersalin per tahun. Dalam hal ini lebih penting diketahui angka
mutlaknya daripada ratenya karena jumlahnya sangat kecil. Di Negara-negara maju MMR
berkisar sekitar 5 per 100.000 kelahiran, berarti 100 kali lebih kecil dibandingkan dengan
berkembang.

R.    TERJADINYA PENYAKIT / MASALAH KESEHATAN


Proses terjadinya penyakit atau masalah kesehatan di masyarakat meliputi beberapa
teori yaitu :
1.      Penyakit timbul karena gangguan makhluk halus.
2.      Teori Hypocrates, bahwa penyakit timbul karena pengaruh lingkungan terutama: air,
udara, tanah, cuaca (tidak dijeIaskan kedudukan manusia dalam lingkungan).
3.      Teori Humoral, dimana dikatakan bahwa penyakit timbul karena gangguan keseimbangan
cairan dalam tubuh.
4.      Teori Miasma, penyakit timbul karena sisa dari mahkluk hidup yang mati membusuk,
meninggalkan pengotoran udara dan Iingkungan.
5.      Teori jasad renik (teori Germ), terutama setelah ditemukannya mikroskop dan dilengkapi
teori imunitas.
6.      Teori nutrisi dan Resistensi, hasil pengamatan berbagai pengamatan epidemiologis.
7.      Teori Ekologi lingkungan, bahwa manusia berinteraksi dengan penyebab dalam
Iingkungan tertentu dapat menimbulkan penyakit.

Konsep penyebab dan proses terjadinya penyakit dalam epidemiologi berkembang dari
rantai sebab akibat kesuatu proses kejadian penyakit yakni proses interaksi antara manusia
(pejamu) dengan berbagai sifatnya (biologis, Fisiologis, Psikologis, Sosiologis dan
antropologis) dengan penyebab (agent) serta dengan lingkungan (enviroment).
1.      Segitiga Epidemiologi
Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi
gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit
dan masalah kesehatan lainnya. Segitiga epidemiologi merupakan interaksi
antara Host (penjamu),  Agent (penyebab) dan Environment (lingkungan).Pada saat terjadi
ketidakseimbangan antara Host, Agent dan Environment akan menimbulkan penyakit pada
individu atau masalah kesehatan di masyarakat

2.      Jaring-jaring Sebab Akibat


Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri
sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan
demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata
rantai pada berbagai titik.
CONTOH
3.      Model Lingkaran atau Roda

Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan
identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak
begitu menekankan pentingnya agen. Disini dipentingkan hubungan antara manusia
dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan
bergantung pada penyakit yang bersangkutan.

S.      UKURAN-UKURAN EPIDEMIOLOGI
Dalam pengertian dan tujuan dari epidemiologi tertuang bahwa epidemiolog
dipakai untuk melihat bagaimana penyebaran penduduk dan masalah kesehatan (penyakit).
Untuk itu epidemiologi membagi ukuran ke dalam dua tipe yaitu :
1.      Ukuran yang dipakai untuk menghitung angka kesakitan atau morbiditas
Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun per
1000 jumlah penduduk pertengahan tahun.
Angka ini dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan kesehatan secara umum,
mengetahui keberhasilan program-program pemberantasan penyakit, dan sanitasi
lingkungan serta memperoleh gambaran pengetahuan penduduk terhadap pelayanan
kesehatan
Secara umum ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas adalah angka,
rasio, dan proporsi
1)      Rate
Rate atau angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus perbandingan antara
pembilang dengan penyebut atau kejadian dalam suatu populasi teterntu dengan jumlah
penduduk dalam populasi tersebut dalam batas waktu tertentu. Rate terdiri dari berbagai
jenis ukuran diataranya adalah :
a)      Incidence Rate
Incidence Rate suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasus baru yang terjadi di kalangan
penduduk selama periode waktu tertentu.
b)      Attack Rate
Attack Rate suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasus selama epidemi atau incidence
rate pada suatu epidemi yang terjadi di kalangan penduduk.
c)      Prevalence Rate
Prevalence Rate suatu penyakit tertentu adalah mengukur jumlah orang di kalangan
penduduk yang menderita suatu penyakit pada satu titik waktu tertentu.
d)     Period Prevalence
Period Prevalence suatu penyakit tertentu adalah mengukur jumlah rata-rata orang di
kalangan penduduk (mid period population) yang menderita suatu penyakit selama periode
tertentu. Period Prevalence terbentuk dari prevalence pada suatu titik waktu ditambah
kasus-kasus baru (incidence), dan kasus-kasus yang kambuh selama periode observasi.

2)      Ratio
Rasio adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantittif
yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut.

3)      Proporsi
Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan
bagian dari penyebut. Penyebaran proporsi adalah suatu penyebaran persentasi yang
meliputi proporsi dari jumlah peristiwa-peristiwa dalam kelompok data yang mengenai
masing-masing kategori atau subkelompok dari kelompok itu.

2.      Ukuran yang dipakai untuk menghitung angka kematian, meliputi :


a.       Crude Death Rate (CDR) atau Angka Kematian Kasar
Angka keamtian kasar adalah jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun per 1000
penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Disebut kasar karena angka ini dihitung
secara menyeluruh tanpa memperhatikan kelompok-kelompok tertentu di dalam populasi
dengan tingkat kematian yang berbeda-beda.

Manfaat CDR 
1)      Sebagai gambaran status kesehatan masyarakat
2)      Sebagai gambaran tingkat permasalahan penyakit dalam masyarakat
3)      Sebagai gambaran kondisi sosial ekonomi
4)      Sebagai gambaran kondisi lingkungan dan biologi
5)      Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk

b.      Age Specific Death Rate (ASDR) atau Angka Kematian Menurut Golongan Umur
Angka kematian menurut golongan umur adalah perbandingan antara jumlah
kematian yang dicatat selama 1 tahun pada penduduk golongan umur x dengan jumlah
penduduk golongan umur x pada pertengahan tahunManfaat ASDR sebagai berikut :
a)      Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesahatan masyarakat dengan melihat
kematian tertinggi pada golongan umur
b)      Untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di berbagai wilayah
c)      Untuk menghitung rata-rata harapan hidup
c.       Cause Disease Specific Death Rate (CDSDR) atau Angka Kematian Akibat Penyakit
Tertentu
Angka Kematian Akibat Penyakit Tertentu adalah Jumlah kematian karena TBC di satu
daerah dalam waktu satu tahun dengan jumlah penduduk rata-rata (pertengahan tahun)
pada daerah dan tahun yang sama
d.      Under Five Mortality Rate (UFMR) atau Angka Kematian Balita
Angka Kematian Balita adalah gabungan antara angka kematian bayi dengan angka
kematian anak umur 1-4 tahun yaitu jumlah kematian balita yang dicatat selam satu tahun
per 1000 penduduk balita pada tahun yang sama. Angka kematian balita sangat penting
untuk mengukur taraf kesehatan masyarakat karena angka ini merupakan indikator yang
sensitif untuk sataus kesehatan bayi dan anak.
e.       Neonatal Mortality Rate (NMR) atau Angka Kematian Neonatal
Neonatal adalah bayi yang berumur kurang dari 28 hari. Angka Kematian Neonatal
adalah jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28 hari yang dicatat selama 1
tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Manfaat dari angka kematian
neonatal adalah sebgai berikut : 
a)      Untuk mengetahuai tinggi rendahnya perawatan post natal
b)      Untuk mengetahui program Imuninsasi
c)      Untuk pertolongan persalinan
d)     Untuk mengetahui penyakit infeksi

f.       Perinatal Mortality Rate (PMR) atau Angka Kematian Perinatal


Angka kematian perinatal adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia
kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ditambah kematian bayi yang berumur kurang
dari 7 hari yang dicatat dalam 1 tahun per 1000 kelahiran kelahiran hidup pada tahun yang
sama. 
Manfaat dari angka kematian perinatal adalah untuk menggambarkan keadaan
kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan bayi.
Faktor yang mempengaruhi tinggnya PMR adalah sebagai berikut :
a)      Banyak bayi dengan berat badan lahir rendah
b)      Status gizi ibu dan bayi
c)      Keadaan sosial ekonomi
d)     Penyakit infeksi terutama ISPA
e)      Pertolongan persalinan

g.      Infant Mortality Rate (IMR) atau Angka Kematian Bayi


Angka Kematian Bayi adalah perbandingan jumlah penduduk yang berumur
kurang dari 1 tahun yang diacat selama 1 tahun dengan 1000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama.Manfaat dari perhitungan angka kematian bayi adalah sebagai berikut :
a)      Untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan
dengan faktor penyebab kematian bayi
b)      Untuk Mengetahui tingkat pelayanan antenatal
c)      Untuk mengetahui status gizi ibu hamil
d)     Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
Program Keluaga berencana (KB)
e)      Untuk mengetahui kondisi lingkungan dan sosial ekonomi

h.      Maternal Mortality Rate (MMR) atau Angka Kematian Ibu

Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat komplikasi kehamilan,
persalinan, dan masa nifas yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada
tahun yang sama.

Tinggi rendahnya angka MMR tergantung kepada : 


a)      Sosial ekonomi
b)      Kesehatan ibu sebellum hamil, persalinan, dan masa nasa nifas
c)      Pelayanan terhadap ibu hamil
d)     Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas
e)      Ukuran yang dipakai untuk menghitung angka kesuburan atau fertilitas, meliputi :

i. Crude Birth Rate (CBR) atau Angka kelahiran kasar


Angka kelahiran kasar adalah semua kelahiran hidup yang dicatat dalam 1 tahun per 1000
jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama. Angka kelahiran kasar ini dapat
digunakan untuk menggambarkan tingkat fertilitas secara umum dalam waktu singkat
tetapi kurang sensitif untuk :
a)      Membandingkan tingkat fertilitas dua wilayah
b)      Mengukur perubahan tingkat fertilitas karena perubahan pada tingkat kelahiran akan
menimbulkan perubahan pada jumlah penduduk

j. Age Spesific Fertilty Rate (ASFR) atau Angka Fertilitas Menurut Golongan Umur
Angka fertilitas menurut golongan umur adalah jumlah kelahiran oleh ibu pada golongan
umur tertentu yang dicatat selam 1 tahun yang dicata per 1000 penduduk wanita pada
golongan umur tertentu apda tahun yang sama. Angka fertilitas menurut golongan umur ini
dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan pada angka kelahiran kasar karena tingkat
kesuburan pada setiap golongan umur tidak sama hingga gambaran kelahiran menjadi
lebih teliti.

k. Total Fertility Rate (TFR) atau Angka Fertilitas Total


Angka fertilitas total adalah jumlah angka fertilitas menurut umur yang dicatat selama 1
tahun.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Epidemilogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Epi=pada, Demos=penduduk, logos
= ilmu), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan masyarakat.
Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisa sifat dan
penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari
sebab timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan
ataupun penanggulangannya. Dari pengertian epidemiologi tersebut dapat disimpulkan
bahwa bentuk kegiatan epidemiologi adalah berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik
yang berhubungan dengan kesehatan maupun diluar bidang kesehatan.
Bagi seorang tenaga kesehatan, khususnya bidan yang akan diterjunkan ke
masyarakat hendaknya memahami tujun ilmu epidemiologi bagi kesehatan masyarakat,
khususnya ibu dan anak. Tujuan tersebut antara lain sebagai berikut: mempelajari riwayat
alamiah penyakit, menentukan masalah komunitas, melihat resiko dan pengaruhnya,
menilai dan meneliti, menyempurnakan gambaran penyakit, dan identifikasi sindrom serta
menentukan penyebab dan sumber penyakit.
Terhadap masalah kesehatan yang ada, epidemiologi memberikan pendekata
khusus, mulai dari mengidentifikasi sampai mengevaluasi keadaan kesehatan. Ruang
lingkup epidemiologi dalam masalah kesehatan tersebut diatas dapat meliputi “6E” yakni:
1.      Etiologi
Berkaitan dengan lingkup kegiatan epidemiologi dalam mengidentifikasi penyebab
penyakit dan masalah kesehatan yang lainnya. Misalnya etiologi dari malaria adalah
parasit plasmodium.
2.      Efikasiat diperoleh dari adanya intervensi kesehatan.
Berkaitan dengan efek atau daya optimal yang dapat diperoleh dari adanya intervensi
kesehatan. Misalnya efikasi pemberian vaksin malaria adalah 40%.
a.       Efektivitas
Dimaksudkan besarnya hasil yang dapat diperoleh dari suatu tindakan (pengetahuan dan
intervensi) dan besarnya perbedaan dari suatu tindakan yang satu dengan yang lainnya.
b.      Efisiensi
Sebuah konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat diperoleh berdasarkan
besarnya biaya yang diberikan.
c.       Evaluasi
Penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan atau program kesehatan
masyarakat.
d.      Edukasi
Intervensi berupa peningkatan pengatahuan tentang kesehatan masyarakat sebagai bagian
dari upaya pencegahan penyakit

Pada umumnya, epidemiologi dapat dibagi atas beberapa macam, diantaranya


adalah :
1.      Epidemiologi Deskriptif
Bertujuan menggambarkan mengenai kejadian atau masalah kesehatan (menggunakan
pertanyaan who, where, when), pola distribusi, frekuensi penyakit, dan determinan
penyakit menurut orang, tempat, dan waktu tanpa perlu mencari jawaban mengapa faktor-
faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan itu terjadi.
2.      Epidemiologi Analitis
Menekankan pada pencarian jawaban terhadap penyebab terjadinya masalah
kesehatan(determinan), besarnya masalah/kejadian (frekuensi), dan penyebaran serta
munculnya masalah kesehatan(distribusi) dengan tujuan menentukan sebab-akibat antara
faktor dan penyakit.
Selain menggambarkan mengenai kejadian, juga menjelaskan mengapa(why) suatu
masalah/kejadian tersebut timbul. Kegiatan nya diawali dari pengumpulan,
pengolahan,penyajian dan interpretasi data dan dilakukan pada dua kelompok
populasi/masyarakat serta bermaksud membuktikan/menguji hipotesis.
3.      Epidemiologi Eksperimental
Salah satu hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu faktor sebagai
penyebab terjadinya suatu penyakit adalah diuji kebanarannya (eksperiment).
a.       Epidemiologi Klinis
b.      Epidemiologi Penyakit Menular
c.       Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
d.      Epidemiologi Lingkungan
e.       Epidemiologi Kerja
f.       Epidemiologi Pelayanan Kesehatan
g.      Epidemiologi Kebijakan Kesehatan
Epidemiologi pada prinsipnya diharapkan dapat berperan dalam pembangunan
kesehatan masyarakat secara keseluruahan. Hal ini dapat dilakukan melalui kemampuan
epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan
dan mengarahkan intervensi yang diperlukan.
Dalam perkembangan selanjutnya, prinsip epidemiologi yang meliputi
epidemiologi deskriptif maupun penelitian epiemiologi, dikembangkan lebih luas sebagai
suatu sistem atau metode pendekatan dalam berbagai bidang kehidupan kemasyarakatan.

B.     Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang pelayanan KIA, BBL, Nifas, KB dan pelayanan komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul. 2006. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono


Bari, Saifuddin. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan bina
pustaka
Slamet. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Notoatmojo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Prinsip Prinsip Dasar. PT   Rineka Cipta:
Jakarta
Rianti, Emy dkk. 2010. Epidemiologi Dalam Kebidanan. Trans Info Media: Jakarta.
Suriani, dkk. 2010. Epidemiologi kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Varney, Helen. et all, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, ed 4. EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta, 2006
Diktat, epidemiologi dalam kebidanan. Siti Nahawa. SKM. Stikes Bina Generasi Polewali
Mandar Program Studi D III kebidanan, 2011
Azwar, Azrul. 1999. Pengantar Epidemiologi. Bina Rupa Aksara. Jakarta.
Noor, N nasril. 2000. Dasar Epidemiologi. Rineka Cipta. Jakarta.
Slamet, Juli Soemirat. 2005. Epidemiologi Lingkungan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai