Anda di halaman 1dari 27

EPIDEMIOLOGI DALAM LAYANAN KEBIDANAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan

mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlu disediakan dan

diselenggarakan Pelayanan Kesehatan Masyarakat ( Public Health Service ) yang sebaik –

baiknya. Oleh karena itu pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan harus sesuai dengan

kebutuhan ( Health Needs ) dari masyarakat.

Namun dalam praktek sehari – hari ternyata tidaklah mudah untuk menyediakan dan

menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat yang maksimal. Masalah pokok yang

dihadapi adalah sulitnya merumuskan kebutuhan kesehatan yang ada dalam masyarakat karena

pola kehidupan masyarakat yang beraneka ragam sehingga mengakibatkan kebutuhan

kesehatan yang ditemukan juga beraneka ragam.

Untuk mengatasinya, telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan

kebutuhan kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan yang ada di

masyarakat. Misalnya ; apabila dalam suatu masyarakat banyak ditemukan masalah kesehatan

berupa penyakit menular ( TBC ), maka pelayanan kesehatan yang disediakan akan lebih

diarahkan kepada upaya untuk mengatasi masalah penyakit menular tersebut.

Apabila hal ini kemudian dikaitkan dengan upaya untuk mengetahui Frekwensi,

Penyebaran dan Faktor – factor yang mempengaruhi suatu masalah kesehatan dalam

masyarakat, maka tercakup dalam suatu cabang Ilmu Khusus yang disebut dengan

Epidemiologi. Dan Epidemiologi ini merupakan inti dari Ilmu Kesehatan Masyarakat. (Gordis,

2000 ).
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum :

Untuk dapat mengetahui tentang epidemiologi dalam layanan kebidanan.

2. Tujuan khusus :

» Untuk mengetahui Pengertian epidemiologi dalam layanan kebidanan

» Untuk mengetahui tujuan epidemiologi dalam layanan kebidanan

» Untuk mengetahui manfaat epidemiologi dalam layanan kebidanan

» Untuk mengetahui Terjadinya Masalah Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan

» Untuk mengetahui Faktor-Faktor Resiko Dalam Pelayanan Kebidanan

» Untuk mengetahui Ukuran epidemiologi

» Untuk mngetahui surveilans epidemiologi

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian

Epidemiologi bersala dari kata Yunani, dan secara harfiah berarti :

 Epi = di atas/ di antara/ yang ada diantara

 Demos = populasi, orang, masyarakat

 Logos = ilmu

Jadi epidemiologi secara bebas diartikan sebagai : Ilmu yang mempelajari sesuatu

(penyakit) yang ada di antara (yang melanda) masyarakat/populasi. Atau :

Ilmu yang mempelajari epidemi/wabah dengan tujuan mengendalikannya dan

mencegah terulangnya kembali. (Slamet, 2005)

Epidemiologi dalam layanan kebidanan mengkaji distribusi serta determinan peristiwa

morbiditas dan mortalitas yang terjadi dalam layanan kebidanan.

B. Tujuan

Tujuan epidemiologi dalam kebidanan adalah mengenali faktor-faktor resiko terhadap

ibu selama periode kehamilan, persalinan dan masa nifas ( 42 hari setelah berakhirnya

kehamilan) beserta hasil konsepsinya dan mempelajari cara-cara pencegahannya.

C. Manfaat

1. Untuk mempelajari riwayat penyakit

a. Epidemiologi mempelajari tren penyakit untuk memprediksi tren penyakit yang mungkin

akan terjadi.

b. Hasil penelitian epidemiologi dapat digunakan dalam perencanaan pelayanan kesehatan dan

kesehatan masyarakat.

2. Diagnosis masyarakat

a. Penyakit, kondisi, cedera, gangguan, ketidakmampuan, defek/cacat apa sajakah yang

menyebabkan kesakitan, masalah kesehatan, atau kematian di dalam suatu komunitas atau

wilayah
3. Mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat mempengaruhi

kelompok maupun populasi

a. Faktor risiko, masalah, dan perilaku apa sajakah yang dapat mempengaruhi kelompok atau

populasi

b. Setiap kelompok dikaji dengan melakukan pengkajian terhadap faktor risiko dan

menggunakan tekhnik pemeriksaan kesehatan, misalnya risiko kesehatan, pemeriksaan ,

skrining kesehatan, tes kesehatan, dll.

4. Pengkajian, evaluasi, dan penelitian

a. Sebaik apa pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dalam mengatasi

masalah dan memenuhi kebutuhan populasi atau kelompok.

b. Untuk mengkaji keefektifan, efisiensi, kualitas, kuantitas, akses, ketersediaan layanan untuk

mengobati, mengendalikan atau mencegah penyakit, cedera, ketidakmampuan atau kematian.

5. Melengkapi gambaran klinis

a. Proses identifikasi dan diagnosis untuk menetapkan bahwa suatu kondisi memang ada atau

bahwa seseorang memang menderita penyakit tertentu

b. Menentukan hubungan sebab akibat misalnya radang tenggorokan dapat menyebabkan

demam rematik.

6. Identifikasi sindrom

a. Membantu menyusun dan menetapkan kriteria untuk mendefinisikan sindrom, misalnya

sindrom down, fetal alcohol, kematian mendadak pada bayi.

7. Menentukan penyebab dan sumber penyakit

a. Temuan epidemiologi memungkinkan dilakukannya pengendalian, pencegahan, dan

pemusnahan penyebab penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan atau kematian.

(Timmreck, 2004)

D. Terjadinya Masalah Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan


Dengan menggunakan paradigma epidemiologi klasik yang menganggap terjadinya

penyakit atau masalah kesehatan sebagai hasil akhir interakis antara penjamu, agen dan

lingkungan:

1. Penjamu ( Ibu Hamil )

Adalah faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya

serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut banyak macamnya, antara lain :

a. Faktor keturunan

Dalam dunia kebidanan dikenal berbagai penyakit yang dapat diturunkan seperti penyakit

alergis, kelainan jiwa dan beberapa penyakit kelainan darah.

b. Mekanisme pertahanan tubuh

Jika pertahanan tubuh baik maka dalam batas – batas tertentu beberapa jenis menyakit akan

dapat diatasi.

c. Umur

Pada ibu hamilm yang primigravida dibawah umur 20 tahun rentan terjadi abortus, ini di

sebabkan karena sistem reproduksinya yang belum matang.

d. Jenis kelamin

Beberapa penyakit tertentu ditemukan hanya pada jenis kelamin tertentu saja misalnya tumor

leher rahim ditemukan pada wanita.

e. Ras

Beberapa ras tertentu diduga lebih sering menderita beberapa penyakit tertentu misalnya

penyakit hemofili yang lebih banyak ditemukan pada orang barat.

f. Status perkawinan

g. Pekerjaan

Para manajer yang memimpin suatu perusahaan lebih sering menderita penyakit ketegangan

jiwa daripada bawahan.


h. kebiasaan hidup

Seseorang yang biasa hidup kurang bersih tentunya lebih mudah terkena penyakit infeksi.

2. Agen ( hasil konsepsi)

Yaitu janin atau fetus yang ada dalam kandungan ibu hamil.

3. Lingkungan

Adalah lingkungan sosial budaya serta pelayanan kesehatan yang diterima oleh ibu hamil.

E. Faktor-Faktor Resiko Dalam Pelayanan Kebidanan

Faktor-faktor resiko bagi kematian ibu hamil dapat di klasifikasikan menjadi 4 kategori :

1. Faktor-faktor Reproduksi

a) Usia

Umumnya usia wanita untuk hamil normal adalah 20-35 tahun.

b) Paritas

Semakin banyak paritas dari seorang wanita, maka semakin tinggi resikonya untuk

mengalami komplikasi.

c) Kehamilan tak di inginkan

KTD atau kehamilan tak dinginkan, dalam hal ini sangat beresiko tinggi. Karena bisa saja

calon orang tua, terutama calon ibu akan berusaha untuk melakukan terminasi kehamilan,

yang selanjutnya akan menimbulkan komplikasi-komplikasi lain.

2. Faktor-faktor resiko kehamilan

a) Perdarahan pada abortus spontan

Dimana terjadi perdarahan ringan atau bercak yang menunjukkan ancaman terhadap

kelangsungan suatu kehamilan. Dimana sebagian atau keseluruhan hasil konsepsi telah keluar

melalui kavum uteri melalui kanalis servikalis.

b) Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik ialah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi di luar

endometrium kavum uteri. Hampir 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba uterina.kehamilan

ektopik dapat mengalami abortus atau ruptura apabila masa kehamilan berkembang melebihi

kapasitas ruang implantasi (misalnya : tuba).

c) Perdarahan pada trimester III kehamilan

Untuk menurunkan angka kematian ibu di indonesia, departemen kesehatan melakukan

strategi agar semua asuhan antenatal dan sekitar 60% dari keseluruhan persalinan dilayani

oleh tenaga kesehatan terlatih. Strategi ini dilaksanakan untuk dapat mengenali dan

menaggulangi gangguan kehamilan dan persalina sedini mungkin. Penyiapan sarana

pertolongan gawat darurat merupakan langkah antisipasi terhadap komplikasi yang mungkin

keselamatan ibu. Adapun masalah yang sering ditemukan dalam trimester III kehamilan

adalah. Perdarahan apada kehamilan diatas 22 minggu hingga menjelang persalinan,

perdarahan intrapartum, dan prematuritas serta mortalitas perinatal.

d) Perdarahan post partum

Adalah perdarahan yang melebihi 500 ml. Ditandai dengan perubahan tanda vital pasien

mengeluh lemah, berekeringat dingin, mengigil, hiperpnea, sistolik kurang dari 90 mm hg,

nadi lebih dari 100 x/menit, kadar HB kurang dari 8 gr % .

e) Infeksi nifas

Infeksi Puerperalis, dalah infeksi pada traktus genetalia setelah persalinan, biasanya dari

endometrium bekas insersi plasenta.

f) Gestosis

g) Distosia bahu

Adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manoper obstertrik oleh karena dengan

tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi.
h) Abortus Provokatus

Abortus yang terjadi dengan sengaja.

3. Faktor-faktor Pelayanan Kesehatan

a) Kesukaran untuk memperoleh pelayanan kesehatan maternal

b) Asuhan medis yang kurang baik

c) Kekurangan tenaga terlatih dan obat-obat esensial

d) Faktor-faktor sosial budaya

a) Kemiskinan dan ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik

b) Ketidaktahuan dan kebodohan

c) Status wanita yang rendah

d) Pantangan makan tertentu pada wanita hamil.

F. Ukuran epidemiologi

Secara subtantif menurut peristiwa yang dipelajari, ukuran epidemiologi dibedakan atas

ukuran fertilitas ( peristiwa kelahiran), ukuran mordibitas, dan ukuran mortalitas, sedangkan

berdasarkan aspek statistik yang akan dievaluasi, ukuran epidemiologi dibedakan atas ukuran

frekuensi, ukuran asosiasi, dan ukuran dampak.

1. Kasus insidens dan prevalens

Kasus insidens adalah jumlah kasus baru yang didapatkan selama periode tertentu, sedangkan

kasus prevalens adalah jumlah kasus (lama) yang ada pada suatu titik waktu pengamatan

tertentu

2. Mortalitas

Death risk dan death rate menyatakan tingkat kematian secara umum tanpa memandang

sebab kematian, biasanya digunakan untuk populasi atau kelompok berukuran besar.
G. Surveilans Epidemiologi

Surveilans adalah proses pengumpulan, analisis, interpretasi, dan penyebaran

informasi deskriptif secara kontinu dan sistimatik untuk pemantauan masalah kesehatan .

sistem surveilans adalah jaringan orang dan kegiatan yang memelihara proses ini dan dapat

berfungsi pada berbagai tingkatan, dari yang lokal sampai dengan internasional.

Tujuan surveilans dapat berupa :

1. Epidemiologi deskriptif masalah kesehatan.

Sasaran utama disini adalah pemantauan trend. Adanya peningkatan kejadian kesehatan yang

tak dinginkan akan mewaspadakan petugas kesehatan untuk melkukan penyelidikan lebih

lanjut

2. Kaitan dengan pelayan kesehatan:

Ditingkat komunitas, surveilans acap kali merupakan bagian integral penyampaian pelayanan

preventif dan terapeutik atau pun profilaksisnya dapat diberikan. Intervensi demikian

dilaksanakan berdasarkan laporan kasus dari surveilans.

3. Kaitan dengan penelitian:

Data surveilans saja umumnya tidak cukup rinci bagi kebutuhan penelitian, namun dapat

memberi arahan bagi peneliti untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut

4. Evaluasi intervensi

Evaluasi efek intervensi bersifat kompleks, namun evaluasi berskala penuh sering tidak layak

untuk dikerjakan. Pemantauan trend dengan surveilans disini dapat menghasilkan penilaian

dampak intervensi yang memadai dengan biaya yang relatif murah.

5. Proyeksi:

Data pemantauan trend dibutuhkan oleh perencana untuk mengantisipasi kebutuhan

pelayanan kesehatan diwaktu mendatang


6. Pendidikan dan kebijakan kesehatan

Dengan penyebarluasan secara efektif, data surveilans dapat dimanfaatkan pula oleh pablik,

media, dan pemimpin politik. Informasi demikian bersifat mendidik bagi mereka yang secara

langsung bertanggung jawab atas pemberian pelayan kesehatan dan mereka yang

mengendalikan atau mempengaruhi alokasi sumberdaya kesehatan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Epidemiologi dalam layana kebidana mengakaji distribusi dan determinan peristiwa

mordibitas dan mortalitas yang terjadi dalam layanan kebidanan. Dimana pelayana

kesehatan dinyatakan sebagai bagian integral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau

seluruh masyarakat. Didalamnya termasuk pelayana kesehatan ibu, yang berupaya agar

setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat.

B. Saran

a. Untuk Mahasiswa

Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat di jadikan sebagai bahan realisasi

Mahasiswa untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelayanan KB khususnya

tentang metode KB sederhana.

b. Untuk Pembaca
Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat menambah wawasan kepada pembaca

tentang pelayanan KB khususnya tentang metode KB sederhana.

DAFTAR PUSTAKA

Varney, Helen. et all, Buku Ajar Asuhan Kebidanan, ed 4. EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Jakarta, 2006

Diktat, epidemiologi dalam kebidanan. Siti Nahawa. SKM. Stikes Bina Generasi Polewali

Mandar Program Studi D III kebidanan, 2011

Bari saifuddin, Abdul. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Yayasan bina pustaka

Sarwono prawiroharjo, Jakarta 2006.

Bari saifuddin, Abdul.Ilmu kebidanan, Yayasan bina pustaka Sarwono prawiroharjo, Jakarta

2006.
EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
Epidemiologi deskirptiif adalah studi pendekatan epidemiologi yang bertujuan untuk
menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat di dalam masyarakat dengan menentukan
frekuensi, distribusi dan determinan penyakit berdsarkan atribut & variabel menurut segitiga
epidemiologi (orang, Tempat, dan Waktu)

Studi Deskriptif disebut juga studi prevalensi atau studi pendahuluan dari studi analitik
ayng dapat dilakukan suatu saat atau suatu periode tertentu. Jika studi ini ditujukan kepada
sekelompok masyarakat tertentu yang mempunyai masalah kesehatan maka disebutlah studi
kasus tetapi jika ditujukan untuk pengamatan secara berkelanjutan maka disebutlah dengan
surveilans serta bila ditujukan untuk menganalisa faktor penyebab atau risiko maupun
akibatnya maka disebut dengan studi potong lintang atau cross sectional

Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :

1. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompok
mana di masyarakat yang paling banyak terserang.

2. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.

3. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap masalah
kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).

Kategori berdasarkan unit pengamatan atau analisis epidemiologi deskriptif dibagi 2


yaitu:

 Populasi : Studi Korelasi Populasi, Rangkaian Berkala (time series).


 Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series), Studi Potong
Lintang (Cross-sectional).

Adapun Ciri-ciri studi deskriptif sebagai berikut:

1. Bertujuan untukmenggambarkan

2. Tidak terdapat kelompok pembanding

3. Hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan ataau semacam asumsi

4. Hasil penelitiannya berupa hipotesis

5. Merupakan studi pendahluan untuk studi yang mendalam

Hasil penelitian deskriptif dapat di gunakan untuk:


1. Untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan

2. Untuk menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah dilaksanakan

3. sebagai bahan untuk mengadakan penelitain lebih lanjut

4. Untuk Membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara wilayah atau satu
wil dalam waktu yang berbeda.

Konsep yang terpenting juga dalam studi epidemiologi deskriptif adalah bagaimana
menjawab pertanyaan 5W+1H. Hal tersebut mengacu pada variabel-variabel segitiga
epidemiologi terdiri dari orang (person), tempat (place) dan waktu (time).

A. Orang (Person)

Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan
etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.

1. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-penyelidikan


epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan
menunjukkan hubungan dengan umur.

Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan
atau kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang
dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak
menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan apakah
pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur pada penelitian orang
lain.

Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang
kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti catatan
petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat
dikala mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah.

1. Jenis Kelamin

Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi
dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga pada semua
golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian
ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik.

Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau
perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya faktor-faktor
lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum minuman keras, candu, bekerja berat,
berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan seterusnya).

Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan wanita, di Amerika
Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari
perawatan. Di Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk
beberapa penyakit alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada
kalangan pria.

1. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka
kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas
sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak
contoh ditentukan pula oleh tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat

mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah


mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian
antara berbagai kelas sosial.

Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indikator tunggal


bagi kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas dasar jenis
pekerjaan seseorang yakni I (profesional), II (menengah), III (tenaga terampil), IV (tenaga
setengah terampil) dan V (tidak mempunyai keterampilan).

Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis pekerjaan tidak
memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan. Hubungan antara kelas sosial dan angka
kesakitan atau kematian kita dapat mempelajari pula dalam hubungan dengan umur, dan jenis
kelamin.

1. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan
yakni
a. Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan
seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat
menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.

b. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor
yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).

c. Ada tidaknya “gerak badan” didalam pekerjaan;

d. Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi proses
penularan penyakit antara para pekerja.

e. Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan
di tambang.

Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di
Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan
kanker.Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari hubungannya dengan suatu penyakit
dapat pula memperhitungkan pengaruh variabel umur dan jenis kelamin.

1. Penghasilan

Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk
membeli obat, membayar transport, dan sebagainya.

1. Golongan Etnik

Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan genetika,
gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-perbedaan didalam angka
kesakitan atau kematian.

Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu penyakit antar


golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu harus distandarisasi menurut susunan
umur dan kelamin ataupun faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi angka kesakitan
dan kematian itu.

1. Status Perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka kesakitan
maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda; angka kematian karena
penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena semua sebab makin meninggi dalam
urutan tertentu.

Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin
dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-orang yang tidak
kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih sering
berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup yang
berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit tertentu.

1. Besarnya Keluarga

Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena
penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.

1. Struktur Keluarga

Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit


menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar
karena besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan didalam
rumah yang luasnya terbatas hingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan
anggota-anggotanya; karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar
maka mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak
dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.

1. Paritas

Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu
maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang
berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas
dan penyakit-penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis dan
seterusnya. Tapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

A. Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk
perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi
penyakit.

Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :

1. Batas daerah-daerah pemerintahan

2. Kota dan pedesaan

3. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai, laut


atau padang pasir)

4. Negara-negara

5. Regional

Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit, perbandingan


menurut batas-batas alam lebih berguna daripada batas-batas administrasi pemerintahan.

Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di suatu daerah dengan batas-batas
alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur, kelembaban, turun hujan,
ketinggian diatas permukaan laut, keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh
luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan
kesehatan, bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan hambatan-hambatan pembangunan,
faktor-faktor sosial budaya yang tidak menguntungkan kesehatan atau pengembangan
kesehatan, sifat-sifat lingkungan biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular tertentu,
reservoir penyakit menular tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya.

Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari etiologi suatu penyakit menular dapat
digambar dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah, yang akan diuraikan nanti.

Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan pedesaan, faktor-
faktor yang baru saja disebutkan diatas perlu pula diperhatikan. Hal lain yang perlu
diperhatikan selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke desa terhadap pola penyakit, di
kota maupun di desa itu sendiri.

Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan penyebaran
penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya.

Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah pola penyakit di berbagai
daerah menjadi lebih penting dengan makin lancarnya perhubungan darat, udara dan laut;
lihatlah umpamanya penyakit demam berdarah.
Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi suatu penyakit
dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah dan pada menyelidikan-
penyelidikan mengenai kaum migran. Didalam memperbandingkan angka kesakitan atau
angka kematian antar daerah (tempat) perlu diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah
(tempat) :

1. Susunan umur

2. Susunan kelamin

3. Kualitas data

4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.

Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin,


memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan menggunakan data yang
berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data
tersebut belum tentu representatif dan baik kualitasnya.

Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin
berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :

1. Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.

2. Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.

3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene


perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.

4. Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi


pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.

Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya penyakit


demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh adanya
“reservoir” infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes aegypty), penduduk yang rentan
dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit. Daerah dimana
vektor dan persyaratan iklim ditemukan tetapi tidak ada sumber infeksi disebut “receptive area”
untuk demam kuning.

A. Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar didalam
analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu
menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu dimana
terjadi perubahan angka kesakitan, maka dibedakan :

1. Fluktuasi jangka pendek dimana perubahan angka kesakitan berlangsung


beberapa jam, hari, minggu dan bulan.

2. Perubahan-perubahan secara siklus dimana perubahan-perubahan angka


kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.

3. Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu


yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut “secular trends”.

1. Fluktuasi Jangka Pendek

Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi keracunan
makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar
(beberapa bulan).

Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa :


1. Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau
hampir bersamaan.

2. Waktu inkubasi rata-rata pendek.

1. Perubahan-Perubahan Secara Siklus

Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan dimana timbulnya dan
memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa
bulan, tiap tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada
penyakit infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi.

Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau kematian suatu penyakit yang
ditularkan melalui vektor secara siklus ini adalah berhubungan dengan :
1. Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor yang
bersangkutan, yakni apakah temperatur atau kelembaban memungkinkan
transmisi.
2. Adanya tempat perkembangbiakan alami dari vektor sedemikian banyak untuk
menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi.

3. Selalu adanya kerentanan

4. Adanya kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang yang rentan yang


menyebabkan mereka terserang oleh “vektor bornedisease” tertentu.

5. Tetapnya kemampuan agen infektif untuk menimbulkan penyakit.

6. Adanya faktor-faktor lain yang belum diketahui. Hilangnya atau berubahnya


siklus berarti adanya perubahan dari salah satu atau lebih hal-hal tersebut diatas.

Penjelasan mengenai timbulnya atau memuncaknya penyakit menular yang


berdasarkan pengetahuan yang kita kenal sebagai bukan vektor borne secara siklus masih jauh
lebih kurang dibandingkan dengan vektor borne diseases yang telah kita kenal.

Sebagai salah satu sebab yang disebutkan ialah berkurangnya penduduk yang kebal
(meningkatnya kerentanan) dengan asumsi faktor-faktor lain tetap. Banyak penyakit-penyakit
yang belum diketahui etiologinya menunjukkan variasi angka kesakitan secara musiman.

Tentunya observasi ini dapat membantu didalam memulai dicarinya etiologi penyakit-
penyakit tersebut dengan catatan-catatan bahwa interpretasinya sulit karena banyak keadaan
yang berperan terhadap timbulnya penyakit juga ikut berubah pada perubahan musim,
perubahan populasi hewan, perubahan tumbuh-tumbuhan yang berperan tempat
perkembangbiakan, perubahan dalam susunan reservoir penyakit, perubahan dalam berbagai
aspek perilaku manusia seperti yang menyangkut pekerjaan, makanan, rekreasi dan
sebagainya.

Sebab-sebab timbulnya atau memuncaknya beberapa penyakit karena gangguan gizi


secara bermusim belum dapat diterangkan secara jelas.

Variasi musiman ini telah dihubung-hubungkan dengan perubahan secara musiman dari
produksi, distribusi dan konsumsi dari bahan-bahan makanan yang mengandung bahan yang
dibutuhkan untuk pemeliharaan gizi maupun keadaan kesehatan individu-individu terutama
dalam hubungan dengan penyakit-penyakit infeksi dan sebagainya.
EPIDEMIOLOGI DALAM LAYANAN KEBIDANAN

PENGERTIAN TUJUAN DAN MANFAAT

PENGERTIAN
Epidemiologi dalam layanan kebidanan mengkaji distribusi serta determinan peristiwa
morbiditas dan mortalitas yang terjadi dalam layanan kebidanan.

TujuanEpidemiologi kebidanan adalah mengenali faktor-faktor resiko terhadap ibu


selama peroide kehamilan ,persalinan dan masa nifas(42 hari setelah berakhirnya kehamilan
beserta hasil konsepsinya dan mempelajari cara-cara pencegahannya.
Indikator terpenting bagi kesehatan ibu hamil adalah angka kematiann ibu
(AKI,Maternal Mortality Rate) sedangkan indikator utama bagi hasil konsepsi pada
kehamilan ialah angka kematian perinatal.Kematia ibu/Maternal ialah kematian yang terjadi
pada ibu karena kehamilan persalinan dan masa nifas,sedangkan angka kematian ibu dihitung
berdasarkan Jumlah kematian ibu disuatu wilayah tertentu selama 1th per 100000 ribu
kelahiran hidup.Kematian perinatal adalah jumlah lahir mati dan bayi yang mati dalam
minggu pertama kehidupan.sedangkan angka kematian perinatal adalah jumlah kematian bayi
disuatu wilayah tertentu dalam 1 th per 1000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian ibu yang utama karena perdarahan infeksi dan keracunan
kehamilan.Untuk kematian perinatal selain faktor usia ibu sebagai penyebab urutan kelahiran
anak juga berpengaruh dimana didapatkan kematian pada kelahiran pertama lebih tinggi
dibanding dengan urutan kelahiran yang kedua.

Terjadinya Masalah kesehatan dalam pelayanan kebidanan

Dengan menggunakan paradigma epidemiologi klasik yang menganggap terjadinya


penyakit /masalah kesehatan sebagai hasil akhir interaksi antara penjamu,agent dan
lingkungan.
Dalam pelayanan kebidanan yang dimaksud dengan :
penjamu adalahibu hamil
Agent adalah hasil konsepsi yaitu janin/fetus yang ada dalam kandungan ibu hamil.
Lingkungan adalah lingkungan sosial budaya serta pelayanan kesehatan yang diterima
oleh ibu hamil.Apabila dalam penyakit /masalah kesehatan agent adalah suatu faktor yang
harus diupayakan untuk dieliminasi,tapi dalam layanan kebidanan hasil konsepsi adalah
sesuatu yang harus dilindungi,agar tidak menimbulkan masalah kesehatan.

Faktor-Faktor Resiko Dalam Pelayanan Kebidanan

Faktor-faktor resiko bagi kematian ibu dikelompokkan menjadi 4 kategori :


1.Faktor –faktor reproduksi
a. Usia
b. Paritas
c. Kehamilan yang tak diinginkan
2.Faktor-faktor komplikasi kehamilan
a. Perdarahan pada abortus spontan
b. Kehamilan ektopik
c. Perdarahan pada trimester III kehamilan
d. Infeksi nifas
e. Gestosis
f. Distosia
g. Abortus profokatus
3.Faktor pelayanan kesehatan
a) Kesukaran untuk mendapat pelayanan medis
b) Asuhan medis yang kurang baik
c) Kekurangan tenaga terlatih dan obat-obat esensial
4.Faktor sosia budaya
1. kemiskinan dan ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik

2. ketidak tahuan dan kebodohan


3. kesulitan transportasi
4. status wanita yang rendah
5. pantangan makanan tertentu pada wanita hamil
Untuk menangani masalah kesehatan ibu Depkes dengan bantuan WHO,UNICEF dan
UNDP sejak th1990-1991 telah melaksanakan program safe motherhood,Upaya intervensi
dalam program tersebut dinamakan 4 pilar Safe motherhood adalah :
1. Keluarga berencana
2. Pelayanan ANC
3. Persalinan yang aman
4. Pelayanan kebidanan esensiall
EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF

Dr. Suparyanto, M.Kes

Apa Itu Epidemiologi Deskriptif

 Epidemiologi deskriptif adalah ilmu yang menggambarkan penyebaran/distribusi


penyakit yang terjadi di masyarakat berdasarkan variabel epidemiologi yang
mempengaruhinya.
 Variabel epidemiologi tersebut dikelompokan menurut: orang (person), tempat (place)
dan waktu (time)

Variabel Orang/ Person:

 Meliputi: umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, etnik/suku, status perkawinan,
besarnya keluarga, paritas

Variabel Templat/ Place:

 Meliputi: alamat, RT, RW, dusun, desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, pulau,
negara. Kota, desa, pantai, pegunungan, hutan, rawa, Pasar, mal, jalan raya, stasiun,
tempat wisata, hotel

Variabel Waktu/Time:

 Jam, hari, bulan, tahun, tanggal, Musim penghujan, kemarau, Terus menerus, berkala,
insidentil, Musim buah, perayaan, upacara

Cara Penyajian Data


1. Narasi
2. Tabel Distribusi
3. Tabulasi Silang
4. Diagram/Grafik/Gambar

Komponen tabel:
1. Ada judul: yang memuat What, Where dan When
2. Ada Badan Tabel
3. Ada Sumber: nama (nama pengarang, institusi), tahun

Contoh Judul:
Tabel 1.2: Distribusi tenaga kesehatan menurut pendidikan di Puskesmas Jombang Tahun
2010

Contoh Sumber:
Sumber: suparyanto, 2010
Contoh Badan Tabel Distribusi/frekuensi:

Contoh Badan Tabel Silang: colum

Contoh Badan Tabel Silang: raw

Contoh Badan Tabel Silang: total

Histogram:
Untuk grafik, gambar, cara penulisan judul ada dibawah grafik, baru sumbernya
Latihan soal:

Tugas Individu:
Buat table frekuensi berdasarkan:
1. Umur dengan interval 10 tahun
2. Pendidikan
3. Status perkawinan
4. Kinerja

Buat tabel silang antara:


1. Pendidikan dan status perkawinan (raw)
2. Umur (kelas interval 10) dan kinerja (colum)
3. Status perkawinan dan kinerja (total)

Buat Grafik Histogram


1. Pendidikan
2. Status perkawinan
3. Kinerja

Waktu pengerjaan 1 minggu, ditulis dalam kertas HVS atau folio bergaris

Referensi
1. Noor, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
2. Bustan, 2000, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
3. Bustan, 2002, Pengantar Epidemiologi, Jakarta, PT. Rineka Cipta
4. Notoatmojo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar, Jakarta, PT.
Rineka Cipta
5. Entjang, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti
6. Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan
Kabupaten, Bandung, ITB

Anda mungkin juga menyukai