PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI
Studi Deskriptif disebut juga studi prevalensi atau studi pendahuluan dari studi analitik ayng dapat
dilakukan suatu saat atau suatu periode tertentu. Jika studi ini ditujukan kepada sekelompok
masyarakat tertentu yang mempunyai masalah kesehatan maka disebutlah studi kasus tetapi jika
ditujukan untuk pengamatan secara berkelanjutan maka disebutlah dengan surveilans serta bila
ditujukan untuk menganalisa faktor penyebab atau risiko maupun akibatnya maka disebut dengan
studi potong lintang atau cross sectional
1. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompok
mana di masyarakat yang paling banyak terserang.
3. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap masalah
kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).
Kategori berdasarkan unit pengamatan atau analisis epidemiologi deskriptif dibagi 2 yaitu:
Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series), Studi Potong Lintang (Cross-
sectional).
1. Bertujuan untukmenggambarkan
3. Hubunga seba akiba hanya merupakan suatu perkiraan ataau semacam asumsi
2. Untuk menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah dilaksanakan
4. Untuk Membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara wilayah atau satu
wil dalam waktu yang berbeda.
Konsep yang terpenting juga dalam studi epidemiologi deskriptif adalah bagaimana menjawab
pertanyaan 5W+1H. Hal tersebut mengacu pada variabel-variabel segitiga epidemiologi terdiri dari
orang (person), tempat (place) dan waktu (time).
A. Orang (Person)
Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan etnik, status
perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
1. Umur
Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian
menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat,
apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peranan
umur pada pola kesakitan atau kematian dan apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan
dengan pengelompokan umur pada penelitian orang lain.
Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang kebanyakan masih
buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti catatan petugas agama, guru, lurah
dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala mengumpulkan keterangan
umur bagi mereka yang telah bersekolah.
2. Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi dikalangan wanita
sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga pada semua golongan umur. Untuk
Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh
faktor-faktor intinsik.
Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau perbedaan
hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih
banyak pria mengisap rokok, minum minuman keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan
pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan wanita, di Amerika Serikat
dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan. Di
Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa penyakit
alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria.
3. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka kesakitan atau
kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh
unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh
tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat
Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis pekerjaan tidak memberi
jaminan perbedaan dalam penghasilan. Hubungan antara kelas sosial dan angka kesakitan atau
kematian kita dapat mempelajari pula dalam hubungan dengan umur, dan jenis kelamin.
4. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan yakni
b. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor
yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
d. Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi proses
penularan penyakit antara para pekerja.
e. Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan
di tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di Indonesia
terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker.Jenis
pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula
memperhitungkan pengaruh variabel umur dan jenis kelamin.
5. Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar
transport, dan sebagainya.
6. Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan genetika, gaya hidup dan
sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-perbedaan didalam angka kesakitan atau
kematian.
Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu penyakit antar golongan etnik
hendaknya diingat kedua golongan itu harus distandarisasi menurut susunan umur dan kelamin
ataupun faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu.
Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan mengenai pengaruh lingkungan
terhadap timbulnya suatu penyakit. Contoh yang klasik dalam hal ini ialah penelitian mengenai
angka kesakitan kanker lambung.
Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli di Jepang dan keturunan Jepang
di Amerika Serikat, ternyata bahwa penyakit ini menjadi kurang prevalen di kalangan turunan Jepang
di Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa peranan lingkungan penting didalam etiologi kanker
lambung.
7. Status Perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka kesakitan maupun
kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda; angka kematian karena penyakit-
penyakit tertentu maupun kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin dibandingkan dengan
yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-orang yang tidak kawin kurang sehat.
Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan dengan penyakit, atau
karena adanya perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan secara kausal dengan
penyebab penyakit-penyakit tertentu.
8. Besarnya Keluarga
Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena penghasilan keluarga
harus digunakan oleh banyak orang.
9. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit menular dan
gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya
tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan didalam rumah yang luasnya
terbatas hingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggota-anggotanya; karena
persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin pula tidak dapat
membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang tersedia dan sebagainya.
10. Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu maupun
anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah
lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit
tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis dan seterusnya. Tapi kesemuanya
masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan
pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.
4. Negara-negara
5. Regional
Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di suatu daerah dengan batas-batas alam ialah :
keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur, kelembaban, turun hujan, ketinggian diatas
permukaan laut, keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar
dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan kesehatan, bertahannya tradisi-
tradisi yang merupakan hambatan-hambatan pembangunan, faktor-faktor sosial budaya yang tidak
menguntungkan kesehatan atau pengembangan kesehatan, sifat-sifat lingkungan biologis (ada
tidaknya vektor penyakit menular tertentu, reservoir penyakit menular tertentu, dan susunan
genetika), dan sebagainya.
Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari etiologi suatu penyakit menular dapat digambar
dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah, yang akan diuraikan nanti.
Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan pedesaan, faktor-faktor yang baru
saja disebutkan diatas perlu pula diperhatikan. Hal lain yang perlu diperhatikan selanjutnya ialah
akibat migrasi ke kota atau ke desa terhadap pola penyakit, di kota maupun di desa itu sendiri.
Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan penyebaran penyakit
menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya.
Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah pola penyakit di berbagai daerah
menjadi lebih penting dengan makin lancarnya perhubungan darat, udara dan laut; lihatlah
umpamanya penyakit demam berdarah.
Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi suatu penyakit dapat
digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah dan pada menyelidikan-penyelidikan
mengenai kaum migran.
Didalam memperbandingkan angka kesakitan atau angka kematian antar daerah (tempat) perlu
diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat) :
1. Susunan umur
2. Susunan kelamin
3. Kualitas data
Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin, memperbandingkan
pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan menggunakan data yang berasal dari fasilitas-
fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data tersebut belum tentu
representatif dan baik kualitasnya.
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin berhubungan
dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :
1. Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.
2. Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.
Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya penyakit demam kuning,
kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh adanya “reservoir” infeksi
(manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes aegypty), penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang
memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit. Daerah dimana vektor dan persyaratan iklim
ditemukan tetapi tidak ada sumber infeksi disebut “receptive area” untuk demam kuning.
Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang frekuensinya tinggi
pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah dimana terdapat vektor snail atau keong
(Lembah Nil, Jepang), gondok endemi (endemic goiter) di daerah yang kekurangan yodium.
Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar didalam analisis
epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya
perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan angka
kesakitan, maka dibedakan :
Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi keracunan makanan
(beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar (beberapa bulan).
Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan dimana timbulnya dan memuncaknya angka-
angka kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau tiap
beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada penyakit infeksi maupun pada
penyakit bukan infeksi.
Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau kematian suatu penyakit yang ditularkan
melalui vektor secara siklus ini adalah berhubungan dengan :
1. Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor yang
bersangkutan, yakni apakah temperatur atau kelembaban memungkinkan
transmisi.
Tentunya observasi ini dapat membantu didalam memulai dicarinya etiologi penyakit-penyakit
tersebut dengan catatan-catatan bahwa interpretasinya sulit karena banyak keadaan yang berperan
terhadap timbulnya penyakit juga ikut berubah pada perubahan musim, perubahan populasi hewan,
perubahan tumbuh-tumbuhan yang berperan tempat perkembangbiakan, perubahan dalam
susunan reservoir penyakit, perubahan dalam berbagai aspek perilaku manusia seperti yang
menyangkut pekerjaan, makanan, rekreasi dan sebagainya.
Sebab-sebab timbulnya atau memuncaknya beberapa penyakit karena gangguan gizi secara
bermusim belum dapat diterangkan secara jelas.
Variasi musiman ini telah dihubung-hubungkan dengan perubahan secara musiman dari produksi,
distribusi dan konsumsi dari bahan-bahan makanan yang mengandung bahan yang dibutuhkan
untuk pemeliharaan gizi maupun keadaan kesehatan individu-individu terutama dalam hubungan
dengan penyakit-penyakit infeksi dan sebagainya.