“EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF”
Dosen Pengajar : Tilawaty Aprina, S.ST., M.Kes
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan atas karunia Nya kami dapat
menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Epidemiologi. Tidak lupa shalawat serta
salam tercurahkan bagi baginda agung Rasulullah SAW yang syafaat Nya akan kita nantikan
kelak.
Adapun penulisan makalah bertema “Epidemiologi Deskriptif” ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Epidemiologi. Semoga makalah ini mendapatkan manfaat serta bisa
memberikan ilmu pembelajaran untuk mahasiswa.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan
kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Penyusun
2
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang..............................................................................................................4
A. Kesimpulan.................................................................................................................22
B. Saran...........................................................................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah diketahui bahwa untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan,
mencegah, dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatanmasyarakat
perlulah disediakan dan diselenggarakan oleh tenaga kesehatan.dilakukan
berbagai upaya untuk menemukan serta merumuskan masalah kesehatan
dimasyarakat. Upaya tersebut dikaitkan dengan menentukan frekuensi,penyebaran serta
faktor-faktor yang mempengaruhi frekuansi dan penyebaran disuatu masalah
kesehatan dimasyarakat tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus yang disebut
dengan nama Epidemiologi (Najmah, 2015).
Subjek dan objek epidemiologi adalah tentang masalah kesehatan. Ditinjau dari
sudut epidemiologi, pemahaman tentang masalah kesehatan berupa penyakit amatlah
penting. Karena sebenarnya berbagai masalah kesehatan yang bukan penyakit
hanya akan mempunyai arti apabila ada hubungannya dengan soal penyakit.
Apabila suatu masalah kesehatan tidak sangkut pautnya dengan soal penyakit.,
maka pada lazimnya masalah kesehatan tersebut tidak terlalu diperioritaskan
penanggulangannya. Demikianlah karena pentingnya soal penyakit ini, maka
perlulah dipahami dengan sebaik-baiknya hal ikhwal yang berkaitan dengan
penyakit tersebut. Kepentingan dalam epidemiologi paling tidak untuk mengenal ada atau
tidaknya suatu penyakit di masyarakat sedemikian rupa sehingga ketika dilakukan
pengukuran tidak ada yang sampai luput atau tercampur dengan penyakit lainnya
yang berbeda (Kenneth, 1986).
4
Epidemiologi Deskriptif merupakan studi epidemiologi yang bertujuan
untuk menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinannya menurut
populasi, letak geografik, serta waktu. Epidemiologi deskriptif umumnya
dilaksanakan jika tersedia sedikit informasi yang diketahui mengenai
kejadian,riwayat alamiah dan faktor yang berhubungan dengan penyakit.Indikator
yang digunakan dalam epidemiologi Deskriptif adalah Faktor sosial ekonomi, sepertiumur,
jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan maupun variabel gaya hidup,
seperti jenis makanan, pemakaian obat dan perilaku seksual (Sulistyaningsih,
2012).
B. Rumusan Masalah
a. Tujuan :
b. Manfaat :
5
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi dapat kami simpulkan bahwa epidemiologi adalah sebuah cabang ilmu yang
mempelajari, mengkaji, menganalisis hingga menyimpulkan suatu kejadian atau wabah
penyakit pada suatu masyarakat yang mendiami wilayah tertentu dengan
mempertimbangkan berbagai faktor. Hingga pada akhirnya epidemiologi dapat
memberikan sebuah bukti penjelasan yang menjadi acuan dalam kebijakan dalam rangka
meningkatan derajat kesehatan
6
B. Identifikasi Epidemiologi Deskriptif
7
D. Fungsi Epidemiologi Deskriptif
d.Untuk membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antar wilayah atau
satu wilayah dalam waktu yang berbeda.
a. Studi Populasi Studi populasi terdiri dari studi ekologis yang merupakan studi awal
dengan seluruh populasi sebagai unit. Contohnya menghubungkan konsumsi garam
dengan kanker oesophagus di Cina.
8
c. Studi Individu terdiri dari
a) Case series : Menurut National Cancer Institute (NCI) dari National Institue of
Health, Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan Amerika
Serikat, “Case series merupakan serangkaian laporan pasien (serangkaian case
report) yang melibatkan pengobatan yang diberikan. Hal ini berisi data diri pasien
yang meliputi informasi demografis (seperti usia, seks,etnis) dan informasi
tentang diagnosis, pengobatan, perawatan, sampai dengan tindak lanjut
setelahnya.”Case series digunakan ketika penyakit yang diteliti bukan
penyakit biasa dan disebabkan oleh pajanan eksklusif atau hampir
eksklusif (seperti vinyl chloride dengan angiosarcoma). Hal ini merupakan
hal pertama yang bisa dilakukan untuk menemukan petunjuk dalam
identifikasi sebuah penyakit baru dan untuk melihat dampak pajanan bagi
kesehatan.Karena merupakan laporan per pasien tanpa populasi kontrol sebagai
perbandingan, case series tidak memiliki validitas statistik. Case series berguna
untuk mendeskripsikan spektrum penyakit, manifestasi klinis,perjalanan
klinis, dan prognosis kasus. Case series banyak dijumpai dalam literatur
kedokteran klinik. Tetapi desain studi ini lemah untuk memberikan bukti
kausal, sebab pada case series tidak dilakukan perbandingan kasus
dengan non-kasus. Case series dapat digunakan untuk merumuskan
hipotesis yang akan diuji dengan desain studi analitik.Contoh dari case
series adalah laporan 5 kasus flu burung padatahun 2013 di Indonesia dari
sebelumnya tidak ada dan pada tahun 1974ditemukan 3 kasus angiosarcoma
hepar dikalangan pekerja vinylcholirde.
b) Case report (laporan kasus) : Case report (laporan kasus) Merupakan studi kasus
yang bertujuan mendeskripsikan manifestasi klinis, perjalanan klinis, dan
prognosis kasus. Laporan kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan
kejadian satu kasus baru yang menarik, misalnya terjadi kasus keracunan merthyl
mercuri di Teluk Minimata Jepang. Case report mendeskripsikan cara klinisi
mendiagnosis dan memberi terapi kepada kasus, dan hasil klinis yang
diperoleh. Selain tidak terdapat kasus pembanding, hasil klinis yang
diperoleh mencerminkan variasi biologis yang lebar dari sebuah kasus,
sehingga case report kurang andal (reliabel) untuk memberikan bukti
empiris tentang gambaran klinis penyakit. Contoh daricase report adalah adanya
laporan kasus pada tahun 2014 tentang 1 perempuan berusia 40 tahun
di Paris yang terkena Ebola, sebuah publikasi melaporkan seorang wanita
muda mengkonsumsi kontrasepsioral dan menderita embolisme paru, dan
pada tahun 1985 ditemukan break-dancing neck
9
c) Cross Sectional (Studi potong-lintang) : Cross-sectional meliputi studi prevalensi dan
survei) berguna untuk mendeskripsikan penyakit dan paparan pada populasi
pada satu titik waktu tertentu. Data yang dihasilkan dari studi potong-
lintang adalah data prevalensi. Tetapi studi potong-lintang dapat juga digunakan
untuk meneliti hubungan paparan-penyakit, meskipun bukti yang dihasilkan
tidak kuat untuk menarik kesimpulan kausal antara paparan dan penyakit,karena
tidak dengan desain studi ini tidak dapat dipastikan bahwa paparan
mendahului penyakit (Murti, 1997).
Studi cross-sectional adalah sebuah studi deskriptif tentang penyakit dan status
paparan diukur secara bersamaan dalam sebuah populasi tertentu. Studi ini
mempelajari hubungan penyakit dengan paparan secara acak terhadap satu individu
dimana faktor pencetus dan status penyakit diteliti pada waktu yang sama.Studi
Cross-sectional berpikir bagaimana menyediakan sebuah snapshot (gambaran)
frekuensi dan karakteristik dari penyakit di populasi pada suatu titik dalam waktu
tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun eksplanatif,
penelitian cross-sectional mampu menjelaskan hubungan satu variabel dengan
variabel lain pada populasiyang diteliti, menguji keberlakuan suatu model atau
rumusan hipotesi sserta tingkat perbedaan di antara kelompok sampling Data jenis
ini dapat digunakan untuk menilai prevalensi dari kondisi akut atau
kronis disebuah populasi. Bagaimanapun, sejak eksposur dan status penyakit yang
diukur padatitik yang sama dalam waktu tertentu, itu tidak akan
mungkin untuk dibedakan apakah pemaparan mengawali atau mengikuti
penyakit itu,dan dengan demikian, hubungan penyebab dan efek tidak
pasti. Penelitian cross-sectional tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan
dinamika perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang diamatinya
dalam periode waktu yang berbeda, serta variabel dinamis yang
mempengaruhinya (Nurdini, 2006)
1. Mencari prevalensi serta indisensi satu atau beberapa penyakit tertentu yang
terdapat di masyarakat.
10
G. Variabel dalam Epidemiologi Deskriptif
1.Umur Variabel umur merupakan hal yang penting karena semua ratemorbiditas dan
rate mortalitas yang dilaporkan hampir selalu berkaitan dengan umur.
a.Hubungan Umur dengan Mortalitas Walaupun secara umum kematian dapat terjadi
pada setiap golongan umur, tetapi dari berbagai catatan diketahui bahwa
frekuensi kematian pada setiap golongan umur berbeda-beda,yaitu kematian
tertinggi terjadi pada golongan umur 0-5 tahun dan kematian terendah terletak pada
golongan umur 15-25 tahun dan akan meningkat lagi pada umur 40 tahun ke
atas. Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa secara umum kematian
akan meningkat dnegan meningkatnya umur. Hal ini disebabkan karena
berbagai faktor, yaitu pengalam terpapar oleh faktor penyebab penyakit, faktor
pekerjaan, kebiasaan hidup atau terjadinya perubahan dalam kekebalan.
11
b. Hubungan Umur dengan Morbiditas Kita ketahui bahwa pada hakikatnya suatu
penyakit dapat menyerang setiap orang pada semua golongan umur, tetapi ada
penyakit-penyakit tertentu yang lebih banyak menyerang golongan umur
tertentu. Penyakit-penyakit kronis mempunyai kecenderungan meningkat
dengan bertambanya umur,sedangkan penyakit-penyakit akut tidak
mempunyai suatu kecenderungan yang jelas. Anak berumur 1-5 tahun lebih
banyak terkena infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA).Ini disebabkan
perlindungan kekebalan yang diperoleh dari ibuyang melahirkannya hanya sampai
pada 6 bulan pertama setelah melahirkan, sedangkan setelah itu kekebalan
menghilang dan ISPA mulai menunjukan peningkatan.
2. Jenis Kelamin : Secara umum, setiap penyakit dapat menyerang manusia baik
laki-laki maupun perempuan, tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan
frekuensi antara laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan
perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau kondisi fisiologis. Penyakit-
penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan daripada laki-laki antara
lain : Tireotoksikosis, diabetesmelitus, obesitas, kolesistitis dan rematoid artritis.
Selain itu terdapat pula penyakit yang hanya menyerang perempuan, yaitu penyakit
yang berkaitan dengan organ tubuh perempuan seperti karsinoma uterus,
karsinoma mamae, karsinoma serviks, kista ovari dan adneksitis.Penyakit-
penyakit yang lebih banyak menyerang laki-laki dari pada perempuan antara
lain : penyakit jantung koroner, infark miokard, kaesinoma paru-paru, dan
hernia inhguinalis. Selain itu, terdapat pula penyakit yang hanya menyerang laki-
laki seperti karsinoma penis, orsitis, hipertrofi prostat dan kaesinoma prostat.
12
a.Penyakit sickle cell anemia
b.Hemofilia
a.Sosial ekonomi
b.Budaya/ agama
c.Pekerjaan
d.Status marital
f.Kepribadian.
b)Trisinensis jarang terdapat pada orang Islam dan orang Yahudi karena
mereka tidak memakan daging babi.
13
7.Status Marital : Ada hubungan antara status marital dengan frekuensi distribusi
morbiditas telah lama diketahui, tetapi penyebab pastinya belum diketahui.
Ada yang berpendapat bahwa hubungan status marital dengan morbiditas
dikaitkan dnegan faktor psikis, emosional dan hormonal atau berkaitan
dengan kehidupan seksual, kehamilan,melahirkan dan laktasi. Secara umum
ditemukan bahwa insiden sikaesinoma mamae lebih banyak ditemukan pada
permpuan yang tidak menikah atau menikah pada usia yang sangat muda atau sering
berganti pasangan. Kehamilan dan persalinan merupakan faktor resiko
terjadinya eklamsia dan praeklamsia yang menyebabkan kematian ibu.Angka
kematian ibu diindonesia masih cukup tunggu dibandingkan dengan negara
lain.
14
2.Variasi Siklik : Variasi suklik ialah terulangnya kejadian penyakit setelah
beberapa tahun, tergantung dari jenis penyakitnya. Misalnya, epidemi campak
biasanya berulang setelah dua tiga tahun kemudian. Variasisiklik biasanya terjadi
pada penyakit menular karena penyakit non-infeksi mempunyai variasi siklik.
dibedakan negara yang beriklim tropis, subtropis, dan negara dengan empat
musim. Hal ini penting karena dengan adanya perbedaan tersebut
mengakibatkan perbedaaan dalam pola penyakit baik ditribusi frekuensi maupun
jenis penyakit
15
1) Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui
metode deskriptif
6) Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini
menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen,
mengumpulkan data, dan menganalisis data.
16
Analisis dan interpretasi data diperlukan untuk merangkumkan apa yang
telah diperoleh,menilai apakah data tersebut berbasis kenyataan, teliti, dan
benar. Analisis dan interpretasi data juga diperlukan untuk memberi jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Hasil analisis dan interpretasi data
akhirnya digunakan untuk memberikan masukan bagi perbaikan kegiatan baik bagi
kegiatan peneliti sendiri maupun teman satu tim. Pada akhir kegiatan penelitian, hasil
analisis dan interpretasi data digunakan untuk menarik kesimpulan dalam laporan.
Analisis dan interpretasi hasil penelitian epidemiologi juga semakin
berkembang dengan berkembangnya ilmu matematika serta ilmu
statistik.Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam perkembangan epidemiologi,
bidang statistik dan matematika mempunyai peranan yang cukup penting.
Perubahan konsep penyebab dalam masyarakat, sangat erat hubungannya dengan
kemajuan serta penggunaan kaidah matematika maupun statistik dalam analisis
hubungan sebab akibat. Dewasa ini rencana penelitian dan analisis hasil penelitian
dengankaidah matematika dan statistik merupakan satu keharusan untuk
mencegah terjadinya bias/penyimpangan maupun error/kesalahan dan untuk
lebih mempertajam hasil penelitian.Teknik analisis data penelitian kualitatif berbeda
dengan kuantitatif. Analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan
statistik, menghitung korelasi, regresi, uji perbedaan, dan analisis jalur.
Penelitian tindakan dengan pendekatan kualitatifnya menggunakan analisis yang
bersifat naratif-kualitatif.
a.Identifikasilah tema-tema dari data yang dikumpulkan secara induktif dari tema-tema
yang besar menjadi tema yang lebih kecil.
d.Buatlah review keorganisasian dari unit yang diteliti dari visi, misi,tujuan,
struktur sekolah dan lain-lai
e.Petakan secara visual factor-faktor yang terkait atau melatar belakangi dan
diakibatkan oleh sesuatu hal. Misalnya faktor-faktor yang melatar belakangi
dan diakibatkan oleh proses pembelajaran, hasil belajar, kegagalan siswa dan
lain-lain.
17
f.Buatlah bentuk penyajian dari temuan dalam bentuk tabel, grafik dll.
(5) hubungkan atau tinjaulah dari teori yang relevan dengan permasalahan yang
dihadap
b.Tabulasi data
Statistik deskriptif : Statistik deskriptif terbagi atas statistik lokal, sebaran (distribusi)
a.Statistik lokasi :
2.Median
3.Modus
18
b.Statistik sebaran/distribusi:
1.Kisaran
2.Simpangan baku
d.Dapat memberikan informasi penting mengenai potensi penting dan faktor risiko,
seperti umur, jenis kelamin, dan letak geografis untuk keperluan perbandingan
terhadap prevalensi suatu penyakit dan pembuatan suatu tes hipotesis pada studi
analisi
2 Tidak dapat menentukan adanya asosiasi atau hubungan antara factor risiko dengan
masalah kesehatan atau penyakit.Secara khusus keuntungan dan kerugian pada
setiap jenis penelitian epidemiologi deskriptif adalah sebagai berikut.
a.Studi ekologi / korelasi Kelebihan dari studi korelasi adalah sangat tepat
bila digunakan sebagai dasar penelitian untuk melihat hubungan antara
fakor paparan dengan penyakit, karena mudah dilakukan dengan informasi yang
tersedia sehingga dapat muncul hipotesis kausal dan selanjutnya dapat diuji dengan
rancangan studi epidemiologi analitik.
Kelemahan dari studi korelasi adalah studi korelasi mengacu pada populasi
(kelompok), sehingga tidak dapat mengidentifikasikan kondisi perindividu dalam
kelompok tersebut.selain itu dalam studi korelasi juga tidak dapat mengontrol
19
faktor perancu yang potensial, misalnya dalam studi korelasi mengenai
hubungan antara jumlah perokok dengan jumlah penderita kanker paru,
pada studi korelasi tidak mampu untuk mengidentifikasikan faktor perancu
lain seperti, faktor polusi, jenis pekerjaan, aktifitas, asbes dan lain-lain.
b.Case Series dan Case Report Kelebihan atau keuntungan studi ini
3.Dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut : dengan melihat kelompok
yang berisiko tinggi; dengan membuktikan hipotesis yang dibangun
4. Dapat merumuskan hipotesis yang akan diuji dengan desain studi analitik.
3.Case report kurang andal (reliabel) untuk memberikan bukti empiris tentang
gambaran klinis penyakit
Keuntungan atau kekuatan penelitian cross sectional yang dikutip dari Sayogo (2009)
adalah sebagai berikut:
6.Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat lebih
konklusif
20
7. Membangun hipotesis dari hasil analisis
Kerugian atau kelemahan penelitian cross sectional yang dikutip dari Sayogo (2009)
adalah sebagai berikut:
1.Sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data risiko dan efek
dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal relationship tidak jelas)
2.Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa sakit
yang panjang daripada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena
inidividu yang cepat sembuh atau cepat meninggal mempunyai kesempatan yang
lebih kecil untuk terjaring dalam studi
3.Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila variabel yang
dipelajari banyak.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
d.Dapat memberikan informasi penting mengenai potensi penting dan faktor risiko,
seperti umur, jenis kelamin, dan letak geografis untuk keperluan perbandingan
terhadap prevalensi suatu penyakit dan pembuatan suatu tes hipotesis pada studi
analisis
22
f.Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel
merupakan faktor risiko penyakit
1. Tidak dapat dipakai untuk tes etiologi hipotesis karena tidak ada kelompok
kontrol atau kelompok pembanding
2. Tidak dapat menentukan adanya asosiasi atau hubungan antara factor risiko dengan
masalah kesehatan atau penyakit.
B. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Kusbaryanto, dan Hidayati, Titik. 2008. Gambaran Kejadian Wabah Diare dan Faktor-
faktor Terkait di Dusun Senden Desa Sidorejo Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon
Progo tahun 2005. Mutiara Medika: 8 (1): 09-18.Lapau, B & Saifuddin, A.F. 2015.
Epidemiologi & Antropologi Suatu Pendekatan
Rajab, Wahyudin. 2008. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta :
EGC.
24