Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

“EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF”
Dosen Pengajar : Tilawaty Aprina, S.ST., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 2 :


1. Adha Fahriani (20011216)
2. Rega Fransiska (20011239)
3. Sonia Aprianti (20011243)
4. Tharisa Randiani (20011246)
5. Ulya Ramada Yanti (20011248)

PRODI DIII KEBIDANAN


POLITEKNIK ‘AISYIYAH PONTIANAK
TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan atas karunia Nya kami dapat
menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Epidemiologi. Tidak lupa shalawat serta
salam tercurahkan bagi baginda agung Rasulullah SAW yang syafaat Nya akan kita nantikan
kelak.

Adapun penulisan makalah bertema “Epidemiologi Deskriptif” ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Epidemiologi. Semoga makalah ini mendapatkan manfaat serta bisa
memberikan ilmu pembelajaran untuk mahasiswa.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan
kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................2

Daftar Isi ...........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................5

C. Tujuan & Manfaat ........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................6

A. Pengertian Epidemiologi Deskriptif............................................................................6

B. Identifikasi Epidemiologi Deskriptif............................................................................7

C. Tujuan Epidemiologi Deskriptif ..................................................................................7

D. Fungsi Epidemiologi Deskriptif ..................................................................................8

E. Ciri studi Epidemiologi Deskriptif................................................................................8

F. Jenis-jenis Penelitian Epidemiologi Deskriptif dan masing-masing penggunaanya....8

G. Variabel dalam Epidemiologi Deskriptif....................................................................11

H. Langkah-langkah Penelitian Epidemiologi Deskriptif...............................................15

I. Teknik Analisis & Interprestasi Hasil Penelitian Deskriptif........................................16

J. Keuntungan & Kerugian masing-masing Penelitian Epidemiologi Deskriptif............19

BAB III PENUTUP.........................................................................................................22

A. Kesimpulan.................................................................................................................22

B. Saran...........................................................................................................................23

Daftar Pustaka .................................................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Telah diketahui bahwa untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan,
mencegah, dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatanmasyarakat
perlulah disediakan dan diselenggarakan oleh tenaga kesehatan.dilakukan
berbagai upaya untuk menemukan serta merumuskan masalah kesehatan
dimasyarakat. Upaya tersebut dikaitkan dengan menentukan frekuensi,penyebaran serta
faktor-faktor yang mempengaruhi frekuansi dan penyebaran disuatu masalah
kesehatan dimasyarakat tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus yang disebut
dengan nama Epidemiologi (Najmah, 2015).

Subjek dan objek epidemiologi adalah tentang masalah kesehatan. Ditinjau dari
sudut epidemiologi, pemahaman tentang masalah kesehatan berupa penyakit amatlah
penting. Karena sebenarnya berbagai masalah kesehatan yang bukan penyakit
hanya akan mempunyai arti apabila ada hubungannya dengan soal penyakit.
Apabila suatu masalah kesehatan tidak sangkut pautnya dengan soal penyakit.,
maka pada lazimnya masalah kesehatan tersebut tidak terlalu diperioritaskan
penanggulangannya. Demikianlah karena pentingnya soal penyakit ini, maka
perlulah dipahami dengan sebaik-baiknya hal ikhwal yang berkaitan dengan
penyakit tersebut. Kepentingan dalam epidemiologi paling tidak untuk mengenal ada atau
tidaknya suatu penyakit di masyarakat sedemikian rupa sehingga ketika dilakukan
pengukuran tidak ada yang sampai luput atau tercampur dengan penyakit lainnya
yang berbeda (Kenneth, 1986).

Epidemiologi merupakan cabang ilmu yang membelajari tentangpenyebaran


penyakit dan faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
Penyebaran penyakit disini merupakan penyebaran penyakit menurut sifat orang
tempat dan waktu. Jadi disamping mempelajari siapa yang terkena penyakit,
epidemiologi juga membahas mengenai dimana dan bagaimana suatu penyakit
dapat menyebar. Selanjutnya jawaban dari pertanyaan itu akan memunculkan
data mengenai jumlah penderita dari satu jenis penyakit, jenis kelamin penderita,
lokasi dimana penderita tinggal, bagaimana penyakit itu dapat menginfeksi penderita dan
pada akhirnya kapan penyakit itu sering muncul, pada1 saat musim hujan, pancaroba
atau pada saat musim kemarau. Semua ini dapat diketahui lebih dalam dengan
mempelajari ilmu Epidemiologi. Secara sederhana,ada 2 (dua) model desain ilmu
Epidemiologi yaitu Epidemiologi Deskriptif dan Epidemiologi Analitik.. Kedua studi
ini memiliki manfaat/keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri sesuai dengan
tujuan peneliti dalam melaksanaan penelitian. Dalam makalah ini kelompok
kami akan menjelaskan secara menyeluruh mengenai epidemologi deskriptif. (Nasry
Noor, 2008).

4
Epidemiologi Deskriptif merupakan studi epidemiologi yang bertujuan
untuk menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinannya menurut
populasi, letak geografik, serta waktu. Epidemiologi deskriptif umumnya
dilaksanakan jika tersedia sedikit informasi yang diketahui mengenai
kejadian,riwayat alamiah dan faktor yang berhubungan dengan penyakit.Indikator
yang digunakan dalam epidemiologi Deskriptif adalah Faktor sosial ekonomi, sepertiumur,
jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan maupun variabel gaya hidup,
seperti jenis makanan, pemakaian obat dan perilaku seksual (Sulistyaningsih,
2012).

B. Rumusan Masalah

a. Apa itu Epidemiologi deskriptif ?

b. Apa saja variabel yang terdapat dalam epidemologi deskriptif ?

c. Bagaimana langkah-langkah epidemologi deskriptif ?

d. Bagaimana analisis dan interpretasi hasil penelitian


epidemologideskriptif ?

e. Apa saja keuntungan dan kerugian epidemiologi deskriptif ?

C. Tujuan dan Manfaat

a. Tujuan :

1.Mengetahui apa itu epidemiologi

2.Mengetahui identifikasi epidemiologi deskriptif

3.Menentukan variabel dalam epidemiologi deskriptif

4.Mengetahui cara menganalisi dan mengintrepetasikan epidemiologi deskriptif

5.Mengetahui keuntungan dan kerugian epidemiologi deskriptif

b. Manfaat :

Masalah penyakit dalam masyarakat juga merupakan masalah tenaga


medis.. Sebagai Bidan kita harus selalu memperhatikan kesehatan masyarakat
tidak hanya menyembuhkan pasien di Rumah Sakit saja. Oleh karena itu
makalah ini akan bermanfaat untuk mengetahui berbagai wabah penyakit di
masyarakat serta mengetahui cara untuk mencegah dan mengobatinya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Epidemiologi Deskriptif

Epidemiologi deskriptif adalah studi pendekatan epidemiologi yang


bertujuan menganalisa masalah yang ada dalam suatu populasi tertentu serta
menerangkan keadaan dan sifat masalah tersebut, termasuk berbagai faktor yang erat
hubungannya dengan timbulnya masalah. Bentuk kegiatan ini dapat memberikan
gambaran tentang adanya masalah dalam populasi tertentu dengan membandingkan
populasi tersebut terhadap populasi lainnya, atau dengan populasi yang sama
pada waktu yang berbeda. Bentuk ini banyak digunakan dalam mencari
keterangan tentang keadaan derajat kesehatan maupun masalah kesehatan dalam
suatu populasi tertentu pada waktu dan tempat yang tertentu pula. Disamping
itu, epidemiologi deskriptif dapat pula memberkan gambaran tentang faktor yang
mempengaruhi timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan pada suatu populasi tertentu
dengan menggunakan analisis data epidemiologi dan data informasi lain yang bersumber
dari berbagai disiplin seperti data genetika,biokimia, lingkungan hidup, mikrobiologi,
sosial ekonomi dan sumber keterangan lainnya (Lidya Maryani, 2010).

Dikatakan epidemiologi deskriptif apabila hanya mempelajari distribusi dan


frekuensi suatu masalah kesehatan saja, tanpa perlu mencari jawaban faktor-faktor
penyebab yang mempengaruhi frekuensi, penyebaran atau munculnya masalah
kesehatan tersebut. Studi deskriptif disebut juga studi prevalensi atau studi
pendahuluan dari studi analitik yang dapat dilakukan suatu saat atau suatu periodet ertentu.
Sebagai contoh pengguaan epidemiologi deskriptif antara lain pada usaha penanggulangan
berbagai wabah penyakit menular yang timbul dalam masyarakat. Selain itu,
penggunaan epidemiologi deskriptif lebih sering kita lihat pada analisis masalah
kesehatan, penyusunan program kesehatan masyarakat dan penilaian hasil usaha
dibidang kesehatan masyarakat, serta bidang lain yang berkaitan erat dengan
kesehatan seperti bidang kependudukan, keluarga berencanadan gizi (Nasry Noor, 2008).

Jadi dapat kami simpulkan bahwa epidemiologi adalah sebuah cabang ilmu yang
mempelajari, mengkaji, menganalisis hingga menyimpulkan suatu kejadian atau wabah
penyakit pada suatu masyarakat yang mendiami wilayah tertentu dengan
mempertimbangkan berbagai faktor. Hingga pada akhirnya epidemiologi dapat
memberikan sebuah bukti penjelasan yang menjadi acuan dalam kebijakan dalam rangka
meningkatan derajat kesehatan

6
B. Identifikasi Epidemiologi Deskriptif

Epidemiologi deskriptif adalah studi pendekatan epidemiologi yang


bertujuan menganalisa masalah yang ada dalam suatu populasi tertentu serta
menerangkan keadaan dan sifat masalah tersebut, termasuk berbagai faktor yang erat
hubungannya dengan timbulnya masalah. Bentuk kegiatan ini dapat memberikan
gambaran tentang adanya masalah dalam populasi tertentu dengan membandingkan
populasi tersebut terhadap populasi lainnya, atau dengan populasi yang sama
pada waktu yang berbeda. Bentuk ini banyak digunakan dalam mencari
keterangan tentang keadaan derajat kesehatan maupun masalah kesehatan dalam
suatu populasi tertentu pada waktu dan tempat yang tertentu pula. Disamping
itu, epidemiologi deskriptif dapat pula memberkan gambaran tentang faktor yang
mempengaruhi timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan pada suatu populasi tertentu
dengan menggunakan analisis data epidemiologi dan data informasi lain yang bersumber
dari berbagai disiplin seperti data genetika,biokimia, lingkungan hidup, mikrobiologi,
sosial ekonomi dan sumber keterangan lainnya ( Sulistyaningsih, 2012)

Dikatakan epidemiologi deskriptif apabila hanya mempelajari distribusi dan


frekuensi suatu masalah kesehatan saja, tanpa perlu mencari jawaban faktor-faktor
penyebab yang mempengaruhi frekuensi, penyebaran atau munculnya masalah
kesehatan tersebut. Studi deskriptif disebut juga studi prevalensi atau studi
pendahuluan dari studi analitik yang dapat dilakukan suatu saat atau suatu periode tertentu.
Sebagai contoh pengguaan epidemiologi deskriptif antara lain pada usaha penanggulangan
berbagai wabah penyakit menular yang timbul dalam masyarakat. Selain itu,
penggunaan epidemiologi deskriptif lebih sering kita lihat pada analisis masalah
kesehatan, penyusunan program kesehatan masyarakat dan penilaian hasil usaha
dibidang kesehatan masyarakat, serta bidang lain yang berkaitan erat dengan
kesehatan seperti bidang kependudukan, keluarga berencanadan gizi (Nasry Noor, 2008).

C. Tujuan Epidemiologi Deskriptif

Tujuan epidemiologi sendiri sebagai berikut (Eko Budianti, 2002).

a.Untuk menggambarkan karakteristik distribusi dari berbagai


penyakit/keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompok mana
dimasyarakat yang paling banyak terserang.

b.Untuk memperhitungkan besar dan pentingnya berbagai masalah kesehatan pada


kelompok populasi.

c.Untuk mengidentifikasi dugaan atau kemungkinan determinan adanya faktor yang


mungkin berhubungan terhadap masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi
hipotesis).

7
D. Fungsi Epidemiologi Deskriptif

a.Untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan.

b.Untuk menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah


dilaksanakan

c.Sebagai bahan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut

d.Untuk membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antar wilayah atau
satu wilayah dalam waktu yang berbeda.

E. Ciri Studi Epidemiologi Deskriptif

a. Bertujuan untuk menggambarkan

b. Tidak terdapat kelompok pembanding

c .Hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan atau semacam


asumsi

d. Hasil penelitiannya berupa hipotesis

e. Merupakan studi pendahuluan untuk studi yang mendalam.

F. Jenis-Jenis Penelitian Epidemiologi Deskriptif dan Masing-Masing Penggunaannya

Jenis penelitian atau studi deskriptif dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Studi Populasi Studi populasi terdiri dari studi ekologis yang merupakan studi awal
dengan seluruh populasi sebagai unit. Contohnya menghubungkan konsumsi garam
dengan kanker oesophagus di Cina.

b. Studi ekologi / korelasi Studi ekologi merupakan studi epidemiologi yang


bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dengan
karakteristik suatu populasi pada waktu yang sama atau pada populasi yang sama pada
waktu yang berbeda. Karakteristik dari populasi yang akan di teliti biasanya
tergantung pada minat seorang peneliti, misalnya, mengenai jenis kelamin,
umur,kebiasaan mengkonsumsi makanan tertentu, obat-obatan, rokok,
aktifitas,tempat tinggal dan lain-lain.

8
c. Studi Individu terdiri dari

a) Case series : Menurut National Cancer Institute (NCI) dari National Institue of
Health, Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan Amerika
Serikat, “Case series merupakan serangkaian laporan pasien (serangkaian case
report) yang melibatkan pengobatan yang diberikan. Hal ini berisi data diri pasien
yang meliputi informasi demografis (seperti usia, seks,etnis) dan informasi
tentang diagnosis, pengobatan, perawatan, sampai dengan tindak lanjut
setelahnya.”Case series digunakan ketika penyakit yang diteliti bukan
penyakit biasa dan disebabkan oleh pajanan eksklusif atau hampir
eksklusif (seperti vinyl chloride dengan angiosarcoma). Hal ini merupakan
hal pertama yang bisa dilakukan untuk menemukan petunjuk dalam
identifikasi sebuah penyakit baru dan untuk melihat dampak pajanan bagi
kesehatan.Karena merupakan laporan per pasien tanpa populasi kontrol sebagai
perbandingan, case series tidak memiliki validitas statistik. Case series berguna
untuk mendeskripsikan spektrum penyakit, manifestasi klinis,perjalanan
klinis, dan prognosis kasus. Case series banyak dijumpai dalam literatur
kedokteran klinik. Tetapi desain studi ini lemah untuk memberikan bukti
kausal, sebab pada case series tidak dilakukan perbandingan kasus
dengan non-kasus. Case series dapat digunakan untuk merumuskan
hipotesis yang akan diuji dengan desain studi analitik.Contoh dari case
series adalah laporan 5 kasus flu burung padatahun 2013 di Indonesia dari
sebelumnya tidak ada dan pada tahun 1974ditemukan 3 kasus angiosarcoma
hepar dikalangan pekerja vinylcholirde.

b) Case report (laporan kasus) : Case report (laporan kasus) Merupakan studi kasus
yang bertujuan mendeskripsikan manifestasi klinis, perjalanan klinis, dan
prognosis kasus. Laporan kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan
kejadian satu kasus baru yang menarik, misalnya terjadi kasus keracunan merthyl
mercuri di Teluk Minimata Jepang. Case report mendeskripsikan cara klinisi
mendiagnosis dan memberi terapi kepada kasus, dan hasil klinis yang
diperoleh. Selain tidak terdapat kasus pembanding, hasil klinis yang
diperoleh mencerminkan variasi biologis yang lebar dari sebuah kasus,
sehingga case report kurang andal (reliabel) untuk memberikan bukti
empiris tentang gambaran klinis penyakit. Contoh daricase report adalah adanya
laporan kasus pada tahun 2014 tentang 1 perempuan berusia 40 tahun
di Paris yang terkena Ebola, sebuah publikasi melaporkan seorang wanita
muda mengkonsumsi kontrasepsioral dan menderita embolisme paru, dan
pada tahun 1985 ditemukan break-dancing neck

9
c) Cross Sectional (Studi potong-lintang) : Cross-sectional meliputi studi prevalensi dan
survei) berguna untuk mendeskripsikan penyakit dan paparan pada populasi
pada satu titik waktu tertentu. Data yang dihasilkan dari studi potong-
lintang adalah data prevalensi. Tetapi studi potong-lintang dapat juga digunakan
untuk meneliti hubungan paparan-penyakit, meskipun bukti yang dihasilkan
tidak kuat untuk menarik kesimpulan kausal antara paparan dan penyakit,karena
tidak dengan desain studi ini tidak dapat dipastikan bahwa paparan
mendahului penyakit (Murti, 1997).

Studi cross-sectional adalah sebuah studi deskriptif tentang penyakit dan status
paparan diukur secara bersamaan dalam sebuah populasi tertentu. Studi ini
mempelajari hubungan penyakit dengan paparan secara acak terhadap satu individu
dimana faktor pencetus dan status penyakit diteliti pada waktu yang sama.Studi
Cross-sectional berpikir bagaimana menyediakan sebuah snapshot (gambaran)
frekuensi dan karakteristik dari penyakit di populasi pada suatu titik dalam waktu
tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun eksplanatif,
penelitian cross-sectional mampu menjelaskan hubungan satu variabel dengan
variabel lain pada populasiyang diteliti, menguji keberlakuan suatu model atau
rumusan hipotesi sserta tingkat perbedaan di antara kelompok sampling Data jenis
ini dapat digunakan untuk menilai prevalensi dari kondisi akut atau
kronis disebuah populasi. Bagaimanapun, sejak eksposur dan status penyakit yang
diukur padatitik yang sama dalam waktu tertentu, itu tidak akan
mungkin untuk dibedakan apakah pemaparan mengawali atau mengikuti
penyakit itu,dan dengan demikian, hubungan penyebab dan efek tidak
pasti. Penelitian cross-sectional tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan
dinamika perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang diamatinya
dalam periode waktu yang berbeda, serta variabel dinamis yang
mempengaruhinya (Nurdini, 2006)

Tujuan penelitian cross sectional menurut Budiarto (2004), yaitu sebagai


berikut:

1. Mencari prevalensi serta indisensi satu atau beberapa penyakit tertentu yang
terdapat di masyarakat.

2.Memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada penyakit-penyakit tertentu


dengan perubahan yang jelas.

3.Menghitung besarnya risiko tiap kelompok, risiko relatif, danrisiko


atribut.

10
G. Variabel dalam Epidemiologi Deskriptif

Analisis data dengan epidemiologi berdasarkan variabel digunakan


untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang morbiditas dan mortalitas
yang dihadapi. Dengan demikian, memudahkan untuk mengadakan
penanggulangan,pencegahan atau pengamatan. Untuk menentukan adanya
peningkatan atau penurunan insidensi atau prevalensi penyakit yang timbul,
harus diperhatikan kebenaran perubahan tersebut. Perubahan yang terjadi dapat
disebabkan semusebagai akibat perubahan dalam teknologi diagnostik, perubahan
klasifikasi, atau kesalahan dalam perhitungan jumlah penduduk. Sebagai contoh
dilaoprkan adanya kecenderungam penurunan prevalensi karsinoma hepatitis dinegara-
negara maju dalam beberapa dasawarsa terakhir, tetapi setelah dilakukan
penelitian secara seksama ternyata perubahn tersebut disebabkan kemajuan teknologi
untuk mendeteksi penyakit kanker hepatitis hingga ditemukan karsinoma
primernya yang berarti laporan sebelumnya termasuk juga karsinoma sekunder
sebagaimetastase (Sulistyaningsih, 2012).

Laporan insidensi dan prevalensi karsinoma hepatitis yang dilakukan


berdasarkan karsinoma primernya tampaknya seolah-olah terjadi penurunan
insidensi. Bila hal ini tidak diperhatikan, kesimpulan yang ditarik akan bias. Kini akan
dibahas ketiga variabel tersebut satu demi satu akan diawali dengan variabel “orang”
karena “orang” merupakan variabel terpenting diantara ketiga variabelt ersebut
(Sulistyaningsih, 2012).

a.Variabel “Orang” Untuk mengidentifikasi seseorang terdapat variabel yang tak


terhingga banyaknya, tetapi hendaknya dipilih variabel yang dapat digunakan sebagai
indikator untuk menentukan ciri seseorang. Untuk menentukan variabel mana
yang dapat digunakan sebagai indikator, hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan serta sarana yang ada. Secara umum,variabel
penting yang akan dibahas adalah umur, jenis kelamin, dan suku bangsa.

1.Umur Variabel umur merupakan hal yang penting karena semua ratemorbiditas dan
rate mortalitas yang dilaporkan hampir selalu berkaitan dengan umur.

a.Hubungan Umur dengan Mortalitas Walaupun secara umum kematian dapat terjadi
pada setiap golongan umur, tetapi dari berbagai catatan diketahui bahwa
frekuensi kematian pada setiap golongan umur berbeda-beda,yaitu kematian
tertinggi terjadi pada golongan umur 0-5 tahun dan kematian terendah terletak pada
golongan umur 15-25 tahun dan akan meningkat lagi pada umur 40 tahun ke
atas. Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa secara umum kematian
akan meningkat dnegan meningkatnya umur. Hal ini disebabkan karena
berbagai faktor, yaitu pengalam terpapar oleh faktor penyebab penyakit, faktor
pekerjaan, kebiasaan hidup atau terjadinya perubahan dalam kekebalan.

11
b. Hubungan Umur dengan Morbiditas Kita ketahui bahwa pada hakikatnya suatu
penyakit dapat menyerang setiap orang pada semua golongan umur, tetapi ada
penyakit-penyakit tertentu yang lebih banyak menyerang golongan umur
tertentu. Penyakit-penyakit kronis mempunyai kecenderungan meningkat
dengan bertambanya umur,sedangkan penyakit-penyakit akut tidak
mempunyai suatu kecenderungan yang jelas. Anak berumur 1-5 tahun lebih
banyak terkena infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA).Ini disebabkan
perlindungan kekebalan yang diperoleh dari ibuyang melahirkannya hanya sampai
pada 6 bulan pertama setelah melahirkan, sedangkan setelah itu kekebalan
menghilang dan ISPA mulai menunjukan peningkatan.

c.Hubungan Tingkat Perkembangan Manusia dengan Morbiditas Dalam


perkembangan secara alamiah, manusia mulai dari sejak dilahirkan hingga akhir
hayatnya senantiasa mengalami perubahan fisik maupun psikis. Secara
garis besar,perkembangan manusia secara alamiah dapat dibagi menjadi
beberapa fase yaitu fase bayi dan anak-anak, fase remaja dan dewasa
muda, dan fase dewasa dan lanjut usia. Dalam setiap fase perkembangan
tersebut, manusia mengalami perubahan dalam pola distribusi dan frekuensi
mortalitas yang disebabkan terjadinya perubahan dalam kebiaaan hidup, kekebalan
dan faal.

2. Jenis Kelamin : Secara umum, setiap penyakit dapat menyerang manusia baik
laki-laki maupun perempuan, tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan
frekuensi antara laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan
perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau kondisi fisiologis. Penyakit-
penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan daripada laki-laki antara
lain : Tireotoksikosis, diabetesmelitus, obesitas, kolesistitis dan rematoid artritis.
Selain itu terdapat pula penyakit yang hanya menyerang perempuan, yaitu penyakit
yang berkaitan dengan organ tubuh perempuan seperti karsinoma uterus,
karsinoma mamae, karsinoma serviks, kista ovari dan adneksitis.Penyakit-
penyakit yang lebih banyak menyerang laki-laki dari pada perempuan antara
lain : penyakit jantung koroner, infark miokard, kaesinoma paru-paru, dan
hernia inhguinalis. Selain itu, terdapat pula penyakit yang hanya menyerang laki-
laki seperti karsinoma penis, orsitis, hipertrofi prostat dan kaesinoma prostat.

3.Suku Bangsa : Walaupun klasifikasi penyakit berdasarkan suku bangsa sulit


dilakukan baik secara praktis maupun secara konseptual, tetapi karena
terdapat perbedaan yang besar dalam frekuensi dan berat nya penyakit diantara
suku bangsa maka dibuat klasifikasi walaupun terjadi kontroversi. Pada
umumnya penyakit yang berhubungan dengan suku bangsa berkaitan dengan
faktor genetik atau faktor lingkungan, misalnya.

12
a.Penyakit sickle cell anemia

b.Hemofilia

c.Kelainan biokimia seperti glukosa fosfatase, dan

d.Karsinoma lambung Disamping ketiga faktor yang telah diuraikan diatas


terdapat pula faktor-faktor lain yang berkaitan dengan variabel “orang', yaitu :

a.Sosial ekonomi

b.Budaya/ agama

c.Pekerjaan

d.Status marital

e.Golongan darahf.Infeksi alamiah, dan

f.Kepribadian.

4.Sosial ekonomi : Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi


frekuensi distribusi penyakit tertentu, misalnya, TBC, infeksi
akutgastrointestinal, ISPA, anemia, malnutrisi, dan penyakit parasit yang banyak
terdapat pada penduduk golongan sosial ekonomi rendah.Penyakit jantung
koroner, hipertensi, obesitas, kadar kolesterol tinggi,dan infark miokard yang
banyak terdapat pada penduduk golongan sosial ekonomi yang tinggi.

5.Budaya / Agama : Dalam beberapa hal terdapat hubungan antara kebudayaan


masyarakat atau agama dengan frekuensi penyakit tertentu, misalnya :

a)Balanitis, karsinoma penis banyak terdapat pada orang yang tidak


melakukan sirkumsisi disertai dengan higiene perorangan yang jelek.

b)Trisinensis jarang terdapat pada orang Islam dan orang Yahudi karena
mereka tidak memakan daging babi.

6.Pekerjaan : Beberapa jenis pekerjaan akan berpengaruh pada frekuensi dan


distribusi penyakit. Hal ini disebabkan sebagian hidupnya dihabiskan ditempat
pekerjaan dengan berbagai suasana dan lingkungan yang berbeda. Misalnya
pekerjaan yang berhubungan dengan bahan fisika,panas, bising, dan kimia seperti
pekerjaan pabrik asbes yang banyak menderita karsinoma paru-paru dan
gastrointestinal serta mesotelioma, sedangkan fibrosis paru-paru banyak
terdapat pada pekerja yang terpapar oleh silikon bebas, atau zat radioaktif
seperti petugas dibagian radiologi dan kedokteran nuklir. Pekerjaan dibidang
pertambangan, kontruksi bangunan atau pertanian, dan pengemudi kendaraan
bermotor mempunyai resiko yang lebih besar untuk mengalami trauma atau
kecelakaan dibandingkan dengan pekerja kantor.

13
7.Status Marital : Ada hubungan antara status marital dengan frekuensi distribusi
morbiditas telah lama diketahui, tetapi penyebab pastinya belum diketahui.
Ada yang berpendapat bahwa hubungan status marital dengan morbiditas
dikaitkan dnegan faktor psikis, emosional dan hormonal atau berkaitan
dengan kehidupan seksual, kehamilan,melahirkan dan laktasi. Secara umum
ditemukan bahwa insiden sikaesinoma mamae lebih banyak ditemukan pada
permpuan yang tidak menikah atau menikah pada usia yang sangat muda atau sering
berganti pasangan. Kehamilan dan persalinan merupakan faktor resiko
terjadinya eklamsia dan praeklamsia yang menyebabkan kematian ibu.Angka
kematian ibu diindonesia masih cukup tunggu dibandingkan dengan negara
lain.

8.Golongan darah : Golongan darah juga dapat mempengaruhi insidensi suatu


penyakit, misalnya orang-orang dengan golongan darah A
meningkatkan resiko terserang karsinoma lambung, sedangkan golongan darah
O lebih banmyak terkena ulkus duodeni.

b.Variabel “Waktu”Variabel waktu merupakan faktor kedua yang harus


diperhatikan ketika melakukan analisi morbiditas dalam studi epidemiologi
karena pencatatan dan laporan insidensi dan prevalensi penyakit selalu didasarkan
pada waktu, apakah mingguan, bulanan atau tahunan. Laporan morbiditas ini menjadi
sangat penting artinya dalam epidemiologi karena didasarkan pada kejadian yang
nyata dan bukan berdasarkan perkiraan atau estimasi.Selain itu, dengan pencatatan
dan laporan morbiditas dapat diketahui adanya perubahan-perubahan insidensi dan
prevalensi penyakit hingga hasilnya dapat digunakan untuk menyusun
perencanaan dan penanggulangan masalah kesehatan. Mempelajari morbiditas
berdasarkan waktu juga penting untuk mengetahui hubungan antara waktu dan
insidensi penyakit atau fenomena lain, mialnya penyebaran penyakit saluran
pernafasan yang terjadi pada waktu malam hari karena terjadinya perubahan
kelembaban udara atau kecelakaan lalu lintas yang sebagian besar terjadi pada waktu
malam hari. Fluktuasi insidensi penyakit yang diketahui terdiri dari
Kecenderungan sekuler, Variasi siklik, Variasi musim, Variasi random.

1. Kecenderungan Sekuler : Kecenderungan sekuler ialah terjadinya perubahan


penyakit atau kejadian luar biasa dalam waktu yang lama. Lamanya
waktudapat bertahun-tahun sampai beberapa dasawarsa. Kecenderungan sekuler
dapat terjadi pada penyakit menular maupun penyakit infeksinon-menular. Misalnya
terjadinya pergesaran pola penyakit menular ke penyakit yang tidak menular
yang terjadi pada negara maju pada beberapa dasawarsa terakhir. Pengetahuan
tentang perubahan tersebut dapat digunakan dalam penilaian keberhasilan upaya
pemberantasan dan pencegahan penyakit. Kecenderungan sekuler juga dapat
digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada mortalitas.

14
2.Variasi Siklik : Variasi suklik ialah terulangnya kejadian penyakit setelah
beberapa tahun, tergantung dari jenis penyakitnya. Misalnya, epidemi campak
biasanya berulang setelah dua tiga tahun kemudian. Variasisiklik biasanya terjadi
pada penyakit menular karena penyakit non-infeksi mempunyai variasi siklik.

3.Variasi Musim : Variasi musim ialah terjadinya perubahan frekuensi


insidensi dan prevalensi penyakit yang terjadi dalam satu tahun. Dalam
mempelajri morbiditas dan mortalitas, variasi musim merupakan salah satu yang
sangat penting karena siklus penyakit terjadi sesuai dnegan perubahan musim dan
berulang setiap tahun.

4.Variasi Random : Variasi random dapat diartikan sebagai terjadinya epidemi


yang tidak dapat diramalkan sebelumnya, mialnya epidemi yang terjadi
karena adanya bencana alam seperti banjir dan gempa bumi.

c.Variabel “Tempat”Variabel tempat merupakan salah satu variabel penting


dalam epidemiologi deskriptif karena pengetahuan tentang tempat dan lokasi
kejadian luar biasa atau lokasi penyakit-penyakit endemis sangat dibutuhkan ketika
melakukan penelitian dan mengetahui sebaran sebagai penyakit suatu wilayah. Batas
suatu wilayah dapat ditentukan berdasrkan :

1.Geografis, yang ditentukan berdasarkan alamiah, administratif atau fisik,


institusi, dan istansi. Dengan batas alamiah dapat

dibedakan negara yang beriklim tropis, subtropis, dan negara dengan empat
musim. Hal ini penting karena dengan adanya perbedaan tersebut
mengakibatkan perbedaaan dalam pola penyakit baik ditribusi frekuensi maupun
jenis penyakit

.2.Batas institusi dapat berupa industri, sekolah atau kantor, danlainnya


sesuai dengan timbulnya masalah kesehatan.

H. Langkah-Langkah Penelitian Epidemiologi Deskriptif

Langkah-langkah umum dalam penelitian dengan jenis epidemiologi deskriptif


untuk mencapai suatu tujuannya, epidemiologi harus melalui siklus ilmiah yaitu

a.Menelaah fakta dan hipotesis yang telah ada.

b.Memformulasikan hipotesis yang baru atau lebih spesifik.

c.Mengumpulkan fakta-fakta baru untuk menguji hipotesis yang telah


dikemukakan.Penelitian dengan metode deskriptif mempunyai langkah penting seperti
berikut.

15
1) Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui
metode deskriptif

2) Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas.

3) Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.

4)Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan.

5) Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atauhi potesis


penelitian

6) Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini
menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen,
mengumpulkan data, dan menganalisis data.

7) Mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menganalisis data dengan


menggunakan teknik statistika yang relevan

8) Melakukan pengolahan dan analisis data (menguji hipotesis)

9) Menarik kesimpulan atau generalisasi

10) Membuat laporan penelitian

I. Teknik Analisis dan Interpretasi Hasil Penelitian Deskriptif

Teknik yang dimaksud bagaimana cara analisis data menjelaskan


tentangbagaimana seorang peneliti mengubah data hasil penelitian menjadi
informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan penelitian. Dapat
dilakukan dengan menggunakan uji statistik atau persamaan matematika.
Dalam epidemiologi, umumnya unit analisis adalah individu (disebut analisis
individu),atau kelompok (disebut analisis ekologis, agregat) baik yang dilakukan pada
studipotong-lintang (cross-sectional) ataupun studi longitudinal. Perbedaan
utama antara analisi individu dan analisis ekologi terletak pada pengetahuan
peneliti tentang distribusi bersama antara paparan dan penyakit pada individu.
Karena epidemiologi meupakan sains populasi, maka analisis data tentang relasi
paparan-penyakit pada level individu digunakan untuk memahami perbedaan
distribusi frekuensi penyakit pada kelompok-kelompok individu atau populasi
(LidyaMaryani, 2010).

Dalam studi epidemiologi apapun, mengukur variabel dengan benar dan


konsisten merupakan kondisi yang tidak dapat dikompromikan. Karena itu
pengukuran variabel harus memenuhi syarat validitas dan reabilitas. Meskipun
analisis data dan interpretasi data dilakukan sambil berjalan, tetapi harus dihindari
analisis dan interpretasi data yang terlalu dini. Para peneliti yang belum
berpengalaman seringkali tergesa-gesa untuk melakukan hal ini.

16
Analisis dan interpretasi data diperlukan untuk merangkumkan apa yang
telah diperoleh,menilai apakah data tersebut berbasis kenyataan, teliti, dan
benar. Analisis dan interpretasi data juga diperlukan untuk memberi jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Hasil analisis dan interpretasi data
akhirnya digunakan untuk memberikan masukan bagi perbaikan kegiatan baik bagi
kegiatan peneliti sendiri maupun teman satu tim. Pada akhir kegiatan penelitian, hasil
analisis dan interpretasi data digunakan untuk menarik kesimpulan dalam laporan.
Analisis dan interpretasi hasil penelitian epidemiologi juga semakin
berkembang dengan berkembangnya ilmu matematika serta ilmu
statistik.Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam perkembangan epidemiologi,
bidang statistik dan matematika mempunyai peranan yang cukup penting.
Perubahan konsep penyebab dalam masyarakat, sangat erat hubungannya dengan
kemajuan serta penggunaan kaidah matematika maupun statistik dalam analisis
hubungan sebab akibat. Dewasa ini rencana penelitian dan analisis hasil penelitian
dengankaidah matematika dan statistik merupakan satu keharusan untuk
mencegah terjadinya bias/penyimpangan maupun error/kesalahan dan untuk
lebih mempertajam hasil penelitian.Teknik analisis data penelitian kualitatif berbeda
dengan kuantitatif. Analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan
statistik, menghitung korelasi, regresi, uji perbedaan, dan analisis jalur.
Penelitian tindakan dengan pendekatan kualitatifnya menggunakan analisis yang
bersifat naratif-kualitatif.

Geoffrey E. Mills (2000), mengemukakan beberapa teknik analisis data sebagai


berikut:

a.Identifikasilah tema-tema dari data yang dikumpulkan secara induktif dari tema-tema
yang besar menjadi tema yang lebih kecil.

b.Untuk setiap tema ataupun kelompok data dapat dibuat kode,umpamanya


kode untuk perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, maupun hasilny

c.Ajukan pertanyaan-pertanyaan kunci: siapa, apa, dimana, kapan mengapa?

d.Buatlah review keorganisasian dari unit yang diteliti dari visi, misi,tujuan,
struktur sekolah dan lain-lai

e.Petakan secara visual factor-faktor yang terkait atau melatar belakangi dan
diakibatkan oleh sesuatu hal. Misalnya faktor-faktor yang melatar belakangi
dan diakibatkan oleh proses pembelajaran, hasil belajar, kegagalan siswa dan
lain-lain.

17
f.Buatlah bentuk penyajian dari temuan dalam bentuk tabel, grafik dll.

g.Kemukakan apa yang belum atau tidak ditemukan dalam penelitian,kemudian


identifikasikan.Teknik Interpretasi data dapat dilakukan sebagai berikut:

(1) perluaslah hasil analisis dengan mengajukan pertanyaan berkenaan dengan


hubungan, perbedaanantara hasil analisis, penyebab, implikasi dari hasil
analisis sebelumnya

(2) hubungkan temuan dengan pengalaman pribadi

(3) berilah pandangan kritis darihasil analisis yang dilakukan

(4) hubungkan hasil-hasil analisis dengan teori-teori pada bab sebelumnya

(5) hubungkan atau tinjaulah dari teori yang relevan dengan permasalahan yang
dihadap

Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji


generalisasi hasil penelitian berdasarkan satu sample. Analisis data menurut waktu
membandingkan jumlah kasus yang diterima selama interval waktu tertentu dan
membandingkan jumlah kasus selama periode waktu sekarang dengan jumlah
yang dilaporkan selama interval waktu yang sama dalam periode waktu tertentu.Data
yang diterima dalam sistem surveilans sering disebut sebagai sinyal.Tujuan dari analisis
deskriptif karakteristik waktu adalah untuk menggambarkan trend, variasi musiman,
dan kecelakaan atau wabah potensial dalam residu.Analisis data deskriptif :

a.Umumnya tidak menggunakan analisis statistik atau menggunakan statistik


yang sederhana

b.Tabulasi data

c.Analisis (keilmuan, dan statistik jika perlu)

d.Interpretasi, generalisasi dan deduksi – Kesimpulan

Statistik deskriptif : Statistik deskriptif terbagi atas statistik lokal, sebaran (distribusi)

a.Statistik lokasi :

1. Rerata hitung (nilai rata-rata)

2.Median

3.Modus

18
b.Statistik sebaran/distribusi:

1.Kisaran

2.Simpangan baku

3.Kurtosis, Skewness of distribution

J. Keuntungan dan Kerugian Masing-Masing Penelitian Epidemiologi Deskriptif

Beberapa keuntungan/manfaat dari Studi Epidemiologi Deskriptif adalah :

a. Mudah dilakukan dan relatif murah daripada studi epidemiologi analitik.

b. Memberikan masukan tentang pengalokasian sumber daya dalam rangka


perencanaan yang efisien

c. Dapat memberikan gambaran mengenai pola penyakit dan


kecenderungan terjadinya penyakit berdasarkan karakteristik orang,tempat , dan
waktu

d.Dapat memberikan informasi penting mengenai potensi penting dan faktor risiko,
seperti umur, jenis kelamin, dan letak geografis untuk keperluan perbandingan
terhadap prevalensi suatu penyakit dan pembuatan suatu tes hipotesis pada studi
analisi

e. Merupakan informasi dasar untuk keperluan perencanaan, pelayanan,dan evaluasi


program pelayanan kesehatan pada masyarakat

f. Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel


merupakan faktor risiko penyakit.Kerugian Penelitian Epidemiologi Deskriptif

1) Tidak dapat dipakai untuk tes etiologi hipotesis karena tidak


adakelompok kontrol atau kelompok pembanding.

2 Tidak dapat menentukan adanya asosiasi atau hubungan antara factor risiko dengan
masalah kesehatan atau penyakit.Secara khusus keuntungan dan kerugian pada
setiap jenis penelitian epidemiologi deskriptif adalah sebagai berikut.

a.Studi ekologi / korelasi Kelebihan dari studi korelasi adalah sangat tepat
bila digunakan sebagai dasar penelitian untuk melihat hubungan antara
fakor paparan dengan penyakit, karena mudah dilakukan dengan informasi yang
tersedia sehingga dapat muncul hipotesis kausal dan selanjutnya dapat diuji dengan
rancangan studi epidemiologi analitik.

Kelemahan dari studi korelasi adalah studi korelasi mengacu pada populasi
(kelompok), sehingga tidak dapat mengidentifikasikan kondisi perindividu dalam
kelompok tersebut.selain itu dalam studi korelasi juga tidak dapat mengontrol

19
faktor perancu yang potensial, misalnya dalam studi korelasi mengenai
hubungan antara jumlah perokok dengan jumlah penderita kanker paru,
pada studi korelasi tidak mampu untuk mengidentifikasikan faktor perancu
lain seperti, faktor polusi, jenis pekerjaan, aktifitas, asbes dan lain-lain.

b.Case Series dan Case Report Kelebihan atau keuntungan studi ini

1.Sebagai langkah awal untuk mempelajari suatu penyakit

2.Sebagai jembatan antara penelitian klinis dan penelitian epidemiologi

3.Dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut : dengan melihat kelompok
yang berisiko tinggi; dengan membuktikan hipotesis yang dibangun

4. Dapat merumuskan hipotesis yang akan diuji dengan desain studi analitik.

5. Dapat mendeskripsikan spektrum penyakit, manifestasi klinis,perjalanan


klinis, dan prognosis kasus.

6. Case report mendeskripsikan cara klinisi mendiagnosis dan memberi terapi


kepada kasus, dan hasil klinis yang diperoleh.Kelemahan atau kerugian:

1.Case series tidak memiliki validitas statistik.

2.Case series lemah untuk memberikan bukti kausal

3.Case report kurang andal (reliabel) untuk memberikan bukti empiris tentang
gambaran klinis penyakit

4.Tidak ada grup kontrol

5.Tidak dapat dilakukan studi hipotesisc. Cross sectional

Keuntungan atau kekuatan penelitian cross sectional yang dikutip dari Sayogo (2009)
adalah sebagai berikut:

1.Studi cross sectional memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat


umum, tidak hanya para pasien yang mencari pengobatan, hingga
generalisasinya cukup memadai.

2.Relatif murah dan hasilnya cepat dapat diperoleh.

3.Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus

.4.Jarang terancam loss to follow-up (drop out)

5.Dapat dimasukkan dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau


eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biaya.

6.Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat lebih
konklusif

20
7. Membangun hipotesis dari hasil analisis

Kerugian atau kelemahan penelitian cross sectional yang dikutip dari Sayogo (2009)
adalah sebagai berikut:

1.Sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data risiko dan efek
dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal relationship tidak jelas)

2.Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa sakit
yang panjang daripada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena
inidividu yang cepat sembuh atau cepat meninggal mempunyai kesempatan yang
lebih kecil untuk terjaring dalam studi

3.Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila variabel yang
dipelajari banyak.

4.Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidensi maupun prognosis.

5.Tidak praktis untuk meneliti kasus yang jarang

6.Hanya akurat bila dilaksanakan pada individu yang representatif

7.Tidak tepat untuk meneliti hubungan kausal antara penyakit dengan


pemicunya karena penelitian dilakukan pada satu waktu.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dikatakan epidemiologi deskriptif hanya mempelajari distribusi dan


frekuensi suatu masalah kesehatan saja, tanpa perlu mencari jawaban faktor-faktor
penyebab yang mempengaruhi frekuensi, penyebaran atau munculnya masalah
kesehatan tersebut. Studi deskriptif disebut juga studi prevalensi atau studi
pendahuluan dari studi analitik yang dapat dilakukan suatu saat atau suatu periode tertentu.
Analisis data dengan epidemiologi berdasarkan variabel digunakan untuk memperoleh
gambaran yang jelas tentang morbiditas dan mortalitas yang dihadapi. Terdapat
tiga variabel utama dalam epidemiologi deskriptif, yaitu variabel orang, variabel waktu,
dan variabel tempat. Setiap variabel memiliki sub variabel yang menjadi data penting
dalam epidemiologi deskriptif. Dalam melakukan penelitian epidemiologi
deskriptif, terdapat sepuluh langkah penting yang tidak dapat diabaikan. Jika
kesepuluh langkah tidak terpenuhi, maka validasi hasil penelitian akan diragukan.
Dalam studi epidemiologi apapun, mengukur variabel dengan benar dan konsisten
merupakan kondisi yang tidak dapat dikompromikan.Karena itu pengukuran variabel
harus memenuhi syarat validitas dan reabilitas. Teknik analisis dan interpretasi hasil
penelitian deskriptif dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik atau
persamaan matematika. Dalam epidemiologi, umumnya unit analisis adalah individu
(disebut analisis individu),atau kelompok (disebut analisis ekologis, agregat) baik yang
dilakukan pada studi potong-lintang (cross-sectional) ataupun studi longitudinal.
Analisis data deskriptif menggunakan statistik deskriptif yang terbagi atas
statistik lokal dan statistik distribusi.

Keuntungan dari studi epidemiologi deskriptif adalah :

a.Mudah dilakukan dan relatif murah daripada studi epidemiologi analitik.

b.Memberikan masukan tentang pengalokasian sumber daya dalam rangka


perencanaan yang efisien

c.Dapat memberikan gambaran mengenai pola penyakit dan kecenderungan


terjadinya penyakit berdasarkan karakteristik orang, tempat , dan waktu

d.Dapat memberikan informasi penting mengenai potensi penting dan faktor risiko,
seperti umur, jenis kelamin, dan letak geografis untuk keperluan perbandingan
terhadap prevalensi suatu penyakit dan pembuatan suatu tes hipotesis pada studi
analisis

e.Merupakan informasi dasar untuk keperluan perencanaan, pelayanan,dan evaluasi


program pelayanan kesehatan pada masyarakat

22
f.Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel
merupakan faktor risiko penyakit

Kerugian penelitian epidemiologi deskriptif adalah :

1. Tidak dapat dipakai untuk tes etiologi hipotesis karena tidak ada kelompok
kontrol atau kelompok pembanding

2. Tidak dapat menentukan adanya asosiasi atau hubungan antara factor risiko dengan
masalah kesehatan atau penyakit.

B. Saran

Dalam melakukan penelitian, ketelitian dan kecermatan menjadi kunci utama


untuk mendapatkan data yang valid dan terpercaya. Oleh karena itu, dalam melakukan
penelitian epidemiologi deskriptif, sangat penting untuk mengikuti setiap langkah-
langkah penelitian yang telah ditetapkan, agar hasil yang didapat bermanfaat terutama
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Alifarikri, La Ode. 2018. Buku Ajar Epidemiologi. Yogyakarta :


Leutikaprio.ISBN978-602-371-573-2.Dapatdiaksesmelaluihttp://www.leutikaprio.com
pada tanggal 16 maret 2019

Budiarto, Eko, Anggraini, Dewi. 2002. EPIDEMIOLOGI Edisi 2. Jakarta : Buku


Kedokteran EGC.

Kusbaryanto, dan Hidayati, Titik. 2008. Gambaran Kejadian Wabah Diare dan Faktor-
faktor Terkait di Dusun Senden Desa Sidorejo Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon
Progo tahun 2005. Mutiara Medika: 8 (1): 09-18.Lapau, B & Saifuddin, A.F. 2015.
Epidemiologi & Antropologi Suatu Pendekatan

Integratif Mengenai Kesehatan. Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP.

Maryani, Lidya, Muliani, Dewi. 2010. EPIDEMIOLOGI


KESEHATAN.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Najmah, SKM,MPH. 2015. EPIDEMIOLOGI Untuk Mahasiswa


KesehatanMasyarakat. Jakarta : Rajawali Pers.

Noor, Nasry, Nur. 2008. EPIDEMIOLOGI. Jakarta : Rineka Cipta.

Rajab, Wahyudin. 2008. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta :
EGC.

Rothman, kenneth J. 1986. EPIDEMIOLOGI MODERN. Jakarta :


YayasanPustaka Nusatama.

Syafrudin. 2015. Epidemiologi Dalam Kebidanan. Jakarta : In Media.

Sulistyaningsih. 2012. EPIDEMIOLOGI dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarata :Graha


Ilmu.Timmreck, T.C. 2005. EPIDEMIOLOGI Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta :
BukuKedokteran EGC.

24

Anda mungkin juga menyukai