Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA IBU BERSALIN DENGAN

KETUBAN PECAH DINI DI PUSKESMAS GANG SEHAT


TUGAS KELOMPOK

NAMA PENYUSUN
1. Tita Astriani (20011282)
2. Marlisa ( 20011231)
3. Dewi Sartika ( 20011222)
4. Esy Nurvita (20011261)

PROGRAM STUDI BIDAN POLITEKNIK


‘AISYIYAH PONTIANAK
TAHUN 2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN


PECAH DINI DI PUSKESMAS GANG SEHAT

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Praktik Klinik Kebidanan

Mengesahkan :

Fidelia Fatniarty S.Tr.Keb Khulul Azmi, S,ST M.Keb


NIP : 19810209 200904 2 001 NIDN:

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Peyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 01 April 2022

Penyusun

3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….3
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………....4
BAB 1 PENDAHULLUAN……………………………………………………………………….5
A. Latar Belakang………………………………………………………………………....5

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….... .6

C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………… …6

D. Manfaat Penulisan……………………………………………………………………...7
BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………………………………………8
1. Pengertian KPD………………………………………………………………………....8
2. Etiologi………………………………………………………………………………….8
3. Tanda dan Gejala………………………………………………………………………..8
4. Patofisiologi…………………………………………………………………………… .9
5. Faktor yang Mempengaruhi……………………………………………………………10
6. Komplikasi……………………………………………………………………………..13
7. Penatalaksanaan………………………………………………………………………..13
BAB III TINJAUAN KASUS………………………………………………………………...…16
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………...…24
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..24
B. Saran……………………………………………………………………………………24
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………25

4
BAB1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan penyebab terbesar persalinan prematur


dengan berbagai akibatnya. Hal tersebut juga merupakan salah satu risiko yang
mempunyai kontribusi teradap kematian bayi sebagai akibat infeksi yang dapat berasal
dari serviks dan vagina. Kurangnya cairan ketuban tentu saja akan mengganggu
kehidupan janin bahkan dapat mengakibatkan kondisi gawat janin. Seolah-olah janin
tumbuh dalam “Kamar Sempit” yang membuatnya tidak bergerak bebas, sementara pada
ibu Ketuban Pecah Dini dapat mengakibatkan infeksi dalam rahim, oleh karena asuhan
kebidanan post partum diperlukan untuk meningkatkan status kesehatan ibu dan bayi.
Berakhirnya proses persalinan bukan berarti ibu terbebas dari bahaya atau komplikasi
dapat dialami ibu pada masa nifas dan bila tidak tertangani dengan baik akan memberi
ontribusi yang cukup besar terhadap tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia.
Komplikasi potensial KPD yang sering terjadi adalah risiko infeksi, prolaps tali pusat,
gangguan janin kelahiran
prematur dan pada usia kehamilan 37 minggu sering terjadi komplikasi syndrom distress
pernafasan (Respiratory Distress Syndrom) yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.
Selain pada bayi KPD juga berbahaya mengancam jiwa ibu yang berakibat kematian pada
ibu.
Menurut WHO tahun 2016, kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua
kelahiran. KPD preterm 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi pada
kehamilan aterm. Adapun 30% kasus KPD merupakan penyebab kelahiran prematur.
Survei demografi dan kesehatan Indonesia SDKI (2017) menjelaskan bahwa penyebab
langsung kematian ibu oleh karena infeksi sebesar 40% dari seluruh kematian. Penyebab
lain kematian ibu di antaranya pendarahan 30% dan eklamsi 28%. Data di jawa timur
penyebab kematian ibu yaitu 29,35% karena pendarahan, 27,27% karena preeklamsi,
6,06 karena infeksi dan sisanya karena faktor yang lainnya. disebabkan oleh Berat Badan

5
Lahir Rendah 264 orang (46,5%), Asfiksia 185 orang (32,6%) Tetanus neonatorum 9
orang (1,6%) dan lain-lain 109 orang (19,2%).
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka


permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Faktorfaktor
apakah yang berperan dalam terjadinya ketuban pecah dini pada ibu hamil?
Dalam rangka memperoleh jawaban dari pertanyaan di atas, maka
rumusan masalah tersebut dapat dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian,
yaitu:
1. Faktor internal apakah yang berperan dalam terjadinya ketuban pecah dini
pada ibu hamil?
2. Faktor eksternal apakah yang berperan dalam terjadinya ketuban pecah dini
pada ibu hamil?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. L dengan post partum H+0
dengan riwayat Persalinan Spontan atas indikasi ketuban pecah dini di rumah sekitar
jam 08.00 WIB.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian post partum pada Ny. L dengan post partum H+0
dengan riwayat Persalinan Spontan atas indikasi ketuban pecah dini
diPukesmas Gang sehat.

b. Merumuskan diagnosis Kebidanan Ny. L dengan post partum H+0


dengan riwayat Persalinan Spontan atas indikasi ketuban pecah dini
diruangan VK Di pukesmas Gang Sehat.

c. Menyusun perencanaan pada Ny. L dengan post partum H+0 dengan


riwayat Persalinan Spontan atas indikasi ketuban pecah dini diruang
VK di Pukesmas Gang sehat.

d. Melakukan implementasi kebidanan pada Ny. L dengan post partum


H+0 dengan riwayat Persalinan Spontan atas indikasi ketuban pecah dini
diruang VK di Pukesmas Gang sehat.

e. Melakukan evaluasi kebidanan pada Ny. L dengan post partum H+0

6
dengan riwayat Persalinan Spontan atas indikasi ketuban pecah dini
diruang VK di Pukesmas Gang sehat.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat Akademik

a. Menambah wawasan serta pengalaman penulis dalam melakukan pengkajian


terutama di bidang kebidanan.

b. Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan


Hasil pengkajian diharapkan dapat menjadi masukan dalam melakukan
pemeriksaan dan menelusuri faktor-faktor yang dapat berperan dalam
terjadinya ketuban pecah dini.

c. Hasil pengkajian diharapkan menjadi aspek preventif untuk mengurangi


angka kejadian ketuban pecah dini (KPD).

d. Manfaat bagi Masyarakat


Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi
masyarakat tentang faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya ketuban pecah
dini pada ibu hamil, sehingga diharapkan dapat mengurangi angka kejadian
ketuban pecah dini.

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Ketuban Pecah Dini

1. Pengertian
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu. Ketuban pecah dini
adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan mulai pada tahapan kehamilan
manapun. Sedangkan menurut Pengkajian kami ketuban pecah dini ditandai dengan
keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu
dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Cairan keluar melalui selaput ketuban yang mengalami robekan, muncul setelah
usia kehamilan mencapai 28 minggu dan setidaknya satu jam sebelum waktu
kehamilan yang sebenarnya. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm
akan mengalami KPD. Jadi ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan.Ketuban pecah dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan
dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut
periode laten atau dengan sebutan Lag Period. Ada beberapa perhitungan yang
mengukur La
Period, diantaranya 1 jam atau 6 jam sebelum intrapartum, dan diatas 6 jam setelah
ketuban pecah. Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka
dapat terjadi infeksi pada ibu dan juga bayi.

2. Etiologi

Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini merurut yaitu sebagai berikut:
a. Multipara dan Grandemultipara
b. Hidramnion
c. Kelainan letak: sungsang atau lintang
d. Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)
e. Kehamilan ganda
f. Pendular abdomen (perut gantung)
Adapun hasil penelitian yang dilakukan (Rahayu and Sari 2017) mengenai
penyebab kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa kejadian KPD
mayoritas pada ibu multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur kehamilan ≥37 minggu,
pembesaran uterus normal dan letak janin preskep.

8
3. Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui


vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna
pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai
kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah capat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
(Sunarti, 2017).

4. Patofisiologi

Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada daerah tepi
robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat
kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh infeksi
atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada amnion di daerah
lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion di daerah lapisan retikuler atau
trofoblas (Mamede dkk, 2012).

Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertantu terjadi perubahan biokimia
yang menyebabkan selaput ketuban mengalami kelemahan. Perubahan struktur,
jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan
menyebabkan selaput ketuban pecah. Pada daerah di sekitar pecahnya selaput ketuban
diidentifikasi sebagai suatu zona “restriced zone of exteme altered morphologi
(ZAM)” (Rangaswamy, 2012).

Penelitian oleh Malak dan Bell pada tahun 1994 menemukan adanya sebuah
area yang disebut dengan “high morphological change” pada selaput ketuban di
daerah sekitar serviks. Daerah ini merupakan 2 – 10% dari keseluruhan permukaan
selaput ketuban. Bell dan kawan-kawan kemudian lebih lanjut menemukan bahwa
area ini ditandai dengan adanya penigkatan MMP-9, peningkatan apoptosis trofoblas,
perbedaan ketebalan membran, dan peningkatan myofibroblas (Rangaswany dkk,
2012).

Penelitian oleh (Rangaswamy dkk, 2012), mendukung konsep paracervical


weak zone tersebut, menemukan bahwa selaput ketuban di daerah paraservikal akan
pecah dengan hanya diperlukan 20 -50% dari kekuatan yang dibutuhkan untu robekan
di area selaput ketuban lainnya.

Berbagai penelitian mendukung konsep adanya perbedaan zona selaput ketuban,


khususnya zona di sekitar serviks yang secara signifikan lebih lemah dibandingkan

9
dengan zona lainnya seiring dengan terjadinya perubahan pada susunan biokimia dan
histologi. Paracervical weak zone ini telah muncul sebelum terjadinya pecah selaput
ketuban dan berperan sebagai initial breakpoint (Rangaswamy dkk, 2012).
Penelitian lain oleh (Reti dkk, 2007), menunjukan bahwa selaput ketuban di daerah
supraservikal menunjukan penigkatan aktivitas dari petanda protein
apoptosis yaitu cleaved-caspase-3, cleaved-caspase-9, dan penurunan Bcl-2.
Didapatkan hasil laju apoptosis ditemukan lebih tinggi pada amnion dari pasien
dengan ketuban pecah dini dibandingkan pasien tanpa ketuban pecah dini, dan laju
apopsis ditemukan paling tinggi pada daerah sekitar serviks dibandingkan daerah
fundus (Reti dkk, 2007). Apoptosis yang terjadi pada mekanisme terjadinya KPD
dapat melalui jalur intrinsik maupun ektrinsik, dan keduanya dapat menginduksi
aktivasi dari caspase. Jalur intrinsik dari apoptosis merupakan jalur yang dominan
berperan pada apoptosis selaput ketuban pada kehamilan aterm. Pada penelitian ini
dibuktikan bahwa terdapat perbedaan kadar yang signifikan pada Bcl-2, cleaved
caspase-3, cleaved caspase-9 pada daerah supraservikal, di mana protein-protein
tersebut merupakan protein yang berperan pada jalur intrinsik. Fas dan ligannya, Fas-
L yang menginisiasi apopsis jalur ekstrinsik juga ditemukan pada seluruh sampel
selaput ketuban tetapi ekspresinya tidak berbeda bermakna antara daerah
supraservikal dengan distal. Diduga jalur ekstrinsik tidak berperan banyak pada
remodeling selaput ketuban (Reti dkk, 2007).

Degradasi dari jaringan kolagen matriks ektraselular dimediasi oleh enzim matriks
metalloproteinase (MMP). Degradasi kolagen oleh MMP ini dihambat oleh tissue
inhibitor matrixmetyalloproteinase (TIMP). Pada saat menjelang persalinan, terjadi
ketidakseimbangan dalam interaksi antara matrix MMP dan TIMP, penigkatan
aktivitas kolagenase dan protease, penigkatan tekanan intrauterin (Weiss, 2007).

5. Faktor yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini

Menurut (Morgan, 2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan


oleh beberapa faktor meliputi :

a. Usia

Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu
selama kehamilan maupun mengahdapi persalinan. Usia untuk reprosuksi optimal
bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut
akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan. Usia seseorang sedemikian
besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ reproduksinya
sudah mulai berkuarng kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima
kehamilan (Sudarto, 2016).

10
b. Sosial Ekonomi
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan
di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi seseorang
dalam mempengaruhi kehidupannya. Pendapatan yang meningkat merupakan kondisi
yang menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya
pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu
memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005).

c. Paritas

Paritas merupakan banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama
sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara,
dan grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali
melahirkan dimana janin mencapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih Multipara
adalah seorang wanita yang telah mengalalmi kehamilan dengan usia kehamilan 28
minggu dan telah melahirkan buah kehamilan 2 kali atau lebih.
Sedangkan grande multipara merupakan seorang wanita yang telah mengalami
hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah
kehamilannya lebih dari 5 kali (Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah melahirkan
beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak
kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih berisiko akan mengalami KPD pada
kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
Kehamilan yang terlalu sering, multipara atau grademultipara mempengaruhi proses
embriogenesis, selaput ketuban lebih tipis sehingga mudah pecah sebelum waktunya.
Pernyataan teori dari menyatakan semakin banyak paritas, semakin mudah terjadinya
infeksi amnion karena rusaknya struktur serviks pada persalinan sebelumnya. KPD
lebih sering terjadi pada multipara, karena penurunan fungsi reproduksi,
berkurangnya jaringan ikat, vaskularisasi dan servik yang sudah membuka satu cm
akibat persalinan yang lalu (Nugroho, 2010).

d. Anemia

Anemia pada kehamilan merupakan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika
persendian zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persendian zat
besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia
karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau pengencangan dengan penigkatan
volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu.
Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat,
cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali
selama kehamilan yang pada trimester pertama dan trimester ke tiga. Dampak anemia
pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat badan
lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat

11
mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis dan
ketuban pecah dini (Manuaba,
2009).

e. Perilaku Merokok

Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi


dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok menggandung lebih dari 2.500
zat kimia yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida
hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan
gangguan-gangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko
lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003).

f. Riwayat KPD

Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian ketuban
pecah dini dapat berpengaruh besar terhadap ibu jika menghadapi kondisi kehamilan.
Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali.
Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungaan
kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban
pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD padamkehamilan menjelang
persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita
yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang
semakin menurun pada kehamilan berikutnya.

g. Serviks yang Inkompetensik

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otototot leher
atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka
ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang
semakin besar. Inkompetensia serviks adalah serviks dengaan suatu kelainan anatomi
yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan
suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi
berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua
atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin
serta keluarnya hasil konsepsi.

h. Tekanan Intra Uterin


Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :
1) Trauma : berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis.
2) Gemelli : Kehamilan kembar dalah suatu kehamilan dua janin atau lebih.

12
Pada kehamilan gemelli terjadinya distensi uterus yang berlehihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlehihan. Hal ini terjadi
karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan
sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah
(Novihandari, 2016).

6. Komplikasi

Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin menurut (Sunarti, 2017)
yaitu:
a. Prognosis Ibu
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi
intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry labour/ partus
lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan operatif obstetric
(khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal.

b. Prognosis Janin
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu prematuritas
(sindrom distes pernapasan, hipotermia, masalah pemberian makanan neonatal),
retinopati premturit, perdarahan intraventrikular, enterecolitis necroticing, ganggguan
otak dan risiko cerebral palsy, hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolaps funiculli/
penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri, persalinan
lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial,
gagal ginjal, distres pernapasan), dan oligohidromnion (sindrom deformitas janin,
hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat),
morbiditas dan mortalitas perinatal (Marmi dkk,
2016).

7. Penatalaksanaan
Pastikan diagnosis terlebih dahulu kemudian tentukan umur kehamilan, evaluasi
ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin serta dalam keadaan inpartu
terdapat gawat janin. Penanganan ketuban pecah dini dilakukan secara konservatif
dan aktif, pada penanganan konservatif yaitu rawat di rumah sakit
(Prawirohardjo, 2009).
Masalah berat pada ketuban pecah dini adalah kehamilan dibawah 26 minggu
karena mempertahankannya memerlukan waktu lama. Apabila sudah mencapai berat
2000 gram dapat dipertimbangkan untuk diinduksi. Apabila terjadi kegagalan dalam
induksi makan akan disetai infeksi yang diikuti histerektomi. Pemberian
kortikosteroid dengan pertimbangan akan menambah reseptor pematangan paru,
menambah pematangan paru janin. Pemberian batametason 12 mg dengan interval 24
jam, 12 mg tambahan, maksimum dosis 24 mg, dan masa kerjanya 2-3 hari,
pemberian betakortison dapat diulang apabila setelah satu minggu janin belum lahir.

13
Pemberian tokolitik untuk mengurangi kontraksi uterus dapat diberikan apabila sudah
dapat dipastikan tidak terjadi infeksi korioamninitis. Meghindari sepsis dengan
pemberian antibiotik profilaksis (Manuaba, 20008).

Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada ibu hamil aterm atau preterm dengan atau
tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit. Apabila janin hidup serta terdapat
prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi panggul lebih tinggi dari badannya,
bila mungkin dengan posisi sujud. Dorong kepala janin keatas degan 2 jari agar tali
pusat tidak tertekan kepala janin. Tali pusat di vulva dibungkus kain hangat yang
dilapisi plastik. Apabila terdapat demam atau dikhawatirkan terjadinya infeksi saat
rujukan atau ketuban pecah lebih dari 6 jam, makan berikan antibiotik penisilin
prokain 1,2 juta UI intramuskular dan ampisislin 1 g peroral. Pada kehamilan kurang
32 minggu dilakukan tindakan konservatif, yaitu tidah baring, diberikan sedatif
berupa fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan antibiotic selama 5 hari dan
glukokortikosteroid, seperti deksametason 3 x 5 mg selama 2 hari. Berikan pula
tokolisis, apanila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan. Pada kehamilan 33-35 miggu,
lakukan terapi konservatif selama 24 jam kemudian induksi persalinan. Pada
kehamilan lebih dari 36 minggu dan ada his maka pimpin meneran dan apabila tidak
ada his maka lakukan induksi persalinan. Apabila ketuban pecah kurang dari 6 jam
dan pembukaan kurang dari 5 cm atau ketuban pecah lebih dari 5 jam pembukaan
kurang dari 5 cm (Sukarni, 2013). Sedangkan untuk penanganan aktif yaitu untuk
kehamilan > 37 minggu induksi dengan oksitosin, apabila gagal lakukan seksio
sesarea. Dapat diberikan misoprostol 25µg
– 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali (Khafidoh, 2014).

B. Paritas
1. Pengertian Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu
hidup diluar rahim (28 minggu) (Manuaba, 2002). Paritas adalah banyaknya
kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Paritas dapat
dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara (Prawirohardjo,
2009).

2. Klasifikasi
a. Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup
besar untuk hidup di dunia luar.
b. Multipara
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari
satu kali (Prawiroharjo, 2001).
c. Grademultipara
Grademultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau

14
lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan
(Manuaba, 2002).
C. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu
Bersalin

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Faktor yang menyebabkan
pecahnya selaput ketuban ada hubungannya dengan adanya hipermortilitas rahim
yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah, kelainan ketuban yaitu selaput
ketuban terlalu tipis, faktor predisposisi seperti multipara, malposisi, disproporsi,
serviks inkompetensi dan ketuban pecah dini artifisial. Yang menyebabkan kurangnya
jaringan ikat dan vaskularisasi dalam selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah
dengan mengeluarkan air ketuban (Manuaba, 2000).
Faal air ketuban saat kehamilan berlangsung adalah memberi kesempatan
berkembangnya janin dengan bebas ke segala arah, menyebabkan tekanan bila
terjadinya trauma, sebagai penyangga terhadap panas dan dingin, saat inpartu air
ketuban dapat menyebarkan kekuatan his sehingga serviks dapat membuka,
membersihkan jalan lahir karena mempunyai kemampuan sebagai disinfektan, dan
sebagai pelicin. Selaput ketuban akan mengalami pematangan dan penipisan, keadaan
ini akan menyebabkan selaput ketuban mudah pecah. Disamping itu usia kehamilan
yang mendekati aterm ibu hamil sering mengalami kontraksi uterus atau yang disebut
his pengiring, dalam hal ini ibu bersalin multipara yang kondisi serviksnya sudah
membuka akan lebih mudah terjadinya ketuban pecah dini dibandingkan dengan ibu
bersalin primipara yang kondisi serviksnya masih menutup. Ibu yang melahirkan
beberapa kali lebih berisiko mengalami KPD, oleh karena vaskularisasi pada uterus
mengalami gangguan yang mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban mudah rapuh
dan akhirnya pecah spontan (Cunningham, 2006). Ibu bersalin multipara hampir
seluruhnya mengalami
ketuban pecah dini. Pada multipara sebelumnya sudah terjadi persalinan lebih dari
satu kali yang dapat mempengaruhi berkurangnya kekuatan otot uterus dan abdomen,
keadaan ini mempengaruhi kekuatan membrane untuk menahan cairan ketuban
sehingga tekanan intra uterin meningkat dan menyebabkan selaput cairan ketuban
lebih rentan untuk pecah. KPD pada multipara juga disebabkan oleh beberapa faktor
yang saling berkaitan yaitu pendidikan, usia, pekerjaan atau aktivitas (Raydian,
2017).

15
BAB III

(TINJAUN KASUS)
KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN KPD

Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini pada
dasarnya tidak jauh beda dengan asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal atau
fisiologis. Perbedaan manajemen ini terletak pada pemfokusan data untuk
mendukung interpretasi data dalam menentukan diagnosa dan masalah serta
rencana tindakan asuhan kebidanan.

1) Pengkajian atau pengumpulan data


Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data yang diperlukan secara
sistematis untuk mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap. Pengkajian
diutamakan untuk mencari data-data yang benar-benar menunjukkan keadaan
persalinan dengan Ketuban Pecah Dini.

I. Data Subjektif

a) Biodata
Biodata mencakup identitas pasien, meliputi:
DATA SUBJEKTIF
1. Anamnesis Umum
Nama Ibu : Ny.Liana Nama Suami : Tn. Wendhy
Umur : 27 Tahun Umur : 25 tahun
Suku : Melayu Suku : .Melayu
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Rumah tangga Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jalan Sumatra gang mekar. No.29

No. Tlp : 0895327089064

A. Riwayat Obstetri
G 1 P0 A 0 M 0

16
No. Kehamilan Persalinan Anak
Ket
Ke Lama penyulit Tempat penolong jenis penyulit Penyulit jk BBL umur penyulit
1. Hamil ini

B. Riwayat Kehamilan Sekarang


Haid : teratur/ tidak teratur/ sakit/ tidaksakit
Siklus : 28 Hari
Banyaknya : biasa/ sedikit/ banyak
HPHT : 4-7-2021, Taksiran Persalinan: 11-4 2022, lama hamil 39-40 minggu
Gerakan anak pertama kali dirasakan : 4 bulan
PeriksaHamil : Dokter/Bidan /paramedik, dukun

C. Riwayat Persalinan Sekarang


Dikirim oleh : Datang sendiri/ Oleh
His mulai : sejak tanggal 31-03-2022 Jam 06:00 wib
Darah Lendir :sejak tanggal 31-03-2022 Jam 07:00 wib
Ketuban ; belum / pecah, sejak tanggal 30-03-2022 Jam 08:00 wib

2. Anamnesis Khusus
Keluhan utama: Mulas-mulas ingin melahirkan

2. Data Objektif:
Status Presens
Berat Badan : 50 kg Tekanan Darah : 143/102 MmHg
Tinggi Badan : 150 cm Nadi : 104x/m
Kesadaran Umum : Baik Pernafasan : 20x/m
Kesadaran : Composmentis Hati/ limfe : Normal
Gizi : Baik Edema : Tidak ada
Jantung : Normal Varices : Tidak ada
Paru-paru : Normal Refleks Patela : +
Laboratorium : - Leukosit :-
Urine : Protein Urine (-) HB : 11,9 g%

3. Status Obstetri
a. Pemeriksaan Luar: Tanggal 31-03-2022 Jam:

17
Leopold I : TFU 29 cm, teraba bulat, lunak, tidak melenting
Leopold II : Teraba panjang keras seperti papan pada bagian kanan perut ibu, bagian-
bagian kecil pada bagian kiri perut ibu.
Leopold III : Teraba bulat, keras, susah dilentingkan
Leopold IV : Divergen
Palpasi WHO : Kepala teraba 3/5 di atas simpisis
DJJ(+) : 142x/m
HIS : 4x/10 m
Lamanya : 25 dertik
Taksiran BBJ :
Lingkaran Bandle : Negatif
Tanda Osborn : Negatif
b. Pemeriksaan Dalam: Tanggal 31-03-2022, Jam:
Porsio : Konsistensi : Lunak
Posisi :
Pendataran :
Ketuban : (-) Jam:
(Mekonium)
Terbawah : Kepala
Penurunan : H II
Penunjuk : Ubun-ubun kecil (UUK) depan
Pemeriksaan Panggul Dalam : - Promontorium Teraba
- Linea innominate teraba seluruhnya
- Sacrum cekung bikoncaf
- Spina isciadica menonjol
- Arkus pubis lebih besar
Kesan panggul : Luas
ANALISIS
G1 P0 A0 Hamil 39 minggu inpartu kala 1 fase aktif, janin tunggal hidup presentasai belakang
kepala

PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan, ibu menanggapi penjelasan yang diberikan
2. Menghadirkan keluarga untuk mendampingi proses persalinan, ibu didampingi suami
3. Memberikan dukungan psikologis, kecemasan ibu berkurang
4. Memfasilitasi posisi dan mobilisasi, ibu masih dapat berjalan-jalan sekitar ruang bersalin
5. Membimbing ibu untuk melakukan teknik relaksasi, ibu dapat melakukannya.
6. Menganjurkan ibu untuk makan, minum seperti biasa, ibu tidak mau makan, minum 1
galas air putih

18
7. Menganjurkan ibu tidak menahan buang air kecil dan menjelaskan tujuannya, ibu
melaksanakan anjuran yang diberikan
8. Menyiapkan alat pertolongan persalinan, alat pertolongan persalinan sudah pada
tempatnya
9. Mengobservasi TTV, HIS, DJJ, dan kemajuan persalinan, hasil terlampir di partograf.

19
Catatan Perkembangan
Nama : Ny.Liana No. RM :01330193
Umur :27 tahun Tanggal :31 maret 2022
Tanggal & Jam Catatan Perkembangan
(SOAP)
31-3-2022 S:mulas, keluar darah pada vagina sejak pagi
13.00 WIB TP:11-4-2022
O:KU baik kes.CM, TD 155/100 T:36 TFU 29cm pres.kepala
DJJ:142x/m his 4x 10” 45” PD :5cm H2 ket(-)warna hijau portio
Tipis lunak
A:G1P0A0 Hamil 39-40 minggu dengan KPD 15 jam inpartu kala
1 fase aktif
P: -Melakukan pemeriksaan dan jelaskan hasil
-hasil lab terlampir, HB 11,9 protein urin +1 swab antigen NR (-)
-Pasang oksigen , amox 500gr 3x1, pasang infus PD ulang 30 mnt
Lagi , Rujuk Rs
-Obs. Lanjut
S: mules sring keluar air pkl.08.00 (30-3-2022) mulas pkl 06.00
O: KU tampak pucat
A:G1P0A0M0 inpartu kala 1 fase aktif dengan KPD 30 jam
P: -Pasang infus RL 1 guyur (14.30)
-Amox oral 500 mg(14.45 wib)
-co.dr tri Spog obs. Persalinan RL drip oxy 15iu 20 tpm
-O2 Aff DJJ regular 146x/m

15.00 wib S: ingin meneran


O:KU baik
A: G1P0A0 inpartu kala II
P: -pimpin meneran
15.30 wib -partus spontan pkl 15.30 wib anak perempuan hidup,A/S 9/10 BB
2.585 gr, PB:47cm, LK/LD :32/31cm anus (+) Neco (+)
15.40 wib S:mules
O: KU baik, TFU sepusat, kont uterus(+) perdarahan 300cc
Perineum epis grade 2, talpus di vulva
A: P1A0M0 Inpartu kala III
P: -Manajemen aktif kala 3
- Plasenta lahir spontan pkl.15.40 wib
-Ph jelujur dg lidocain 1 Amp
15.55 S: Senang
O:KU baik TD :138/ 84, N: 100X/m, TFU 1 jari dibawah pusat, kont
uterus baik, perdarahan normal
A: P1A0M0 Inpartuu kala IV
P;-Mengobsernvasi TTV, TFU, kont uterus blast dan jumlah
perdarahan IND. Asupan nutrisi
Amox 500 mg 3x1

20
As mefenamat 500 mg 3x2
Sf 1x1
Vit A II

……………, ………………………..
Mahasiswa Pembimbing

21
LAPORAN PERSALINAN
1) Penolong : Bidan Cara Persalinan : spontan
Lama Persalinan : 2 Jam
Tanggal 31 maret 2022 pukul 15.00 WIB, PD pembukaan lengkap, ketuban positif ,kepala HIII-IV
tidak dilakukan amniotomi dan langsung dipimpin meneran selama 30 menit pukul 15.30 WIB partus
lahir spontan, anak perempuan hidup menangis spontan plasenta lahir spontan pukul 15.40 WIB.
2) Keadaan ibu pasca persalinan :
Keadaan umum : baik Tekanan darah : 138/84 mmHg Nadi : 100x/ menit
Pernapasan : 20 x/menit Plasenta lahir : spontan Lengkap
Berat plasenta : 400 gram Panjang tali pusat : cm Tinggi fundus uteri : 1 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : baik Perdarahan selama persalinan :300 cc

3) Keadaanbayi :
Lahir tanggal : 31 maret 2022 Jam 15.30 WIB Hidup
Berat badan : 2.585 gram Panjang badan : 47 cm , Jenis kelamin : perempuan
Lingkar kepala : 32 Cm, kelainan kongenital : …………-………
Untuk bayi lahir hidup kemudian meninggal : …………-…………… menit post partum
Untuk bayi lahir mati :Sebab kelahiran mati : ……………-………..

NILAI APGAR

0 1 2 NILAI APGAR 1 menit 5 menit 10 menit


Tidak ada < 100 > 100 Denyut jantung 2 2 2
Tidak ada Tak teratur Menangis kuat Usaha bernafas 2 2 2
Lemah Fleks sedikit Gerak aktif Tonus otot 1 2 2
Tidak ada Meringis Menangis Peka rangsang 2 2 2
Merah Jambu
Biru / putih MerahJambu Warna kulit 2 2 2
Ujung2 biru
Total 9 10 10
Asfiksia :tidak / sedang / berat
Resusitasi :
- O2dimuka (6 liter/menit) : ……………………….. menit sd ……………menit sesudah lahir
- Pompa udara berulang (VTP) : ……………………….. menit sd …………… menit sesudah lahir
- Intubasi endotracheal : ……………………….. menit sd …………… menit sesudah lahir
- Pemberian obat-obatan
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………

22
……………, ………………………..
Mahasiswa Pembimbing

23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan, ketuban
Pecah Dini yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut sebagai “Ketuban
Pecah Dini Prematur” (KPD Prematur). Ketuban Pecah Dini menyumbang persentase
sebesar 65% dalam kejadian infeksi, yang mana infeksi adalah salah satu dari 75%
penyebab kematian ibu. Insiden KPD ini dinilai cukup tinggi jika dibanding dengan
masalah kehamilan lainnya dan kasus KPD menyebabkan tingkat morbiditas dan
mortalitas ibu maupun janin meningkat, sehingga Ketuban Pecah Dini perlu mendapatkan
penanganan segera atau lebih baik dicegah untuk menghindari berbagai komplikasi.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diberikan beberapa saran, yakni sebagai
berikut:
1. Diharapkan makalah ini dapat menjadi salah satu literatur bagi mahasiswa
untuk lebih mengetahui faktor risiko kejadian Ketuban Pecah Dini menggunakan
studi kohort atau pembuatan literature review dengan jenis systematic review dan
dapat dihasilkan output berupa produk yang dapat mendeteksi kejadian Ketuban
Pecah Dini
2. Diharapkan pihak akademik Program Studi S1 Kebidanan menjadikan hasil tulisan
ini
sebagai bahan pembelajaran terkait faktor risiko Ketuban Pecah Dini
3. Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan untuk lebih berpartisipasi aktif dalam
memberikan asuhan kepada wanita secara holistik tentang Ketuban Pecah Dini baik
saat pelayanan kebidanan primer maupun kolaborasi.
4. Diharapkan masyarakat khususnya ibu hamil untuk mengetahui dan berpartisipasi
aktif dalam pendidikan terkait faktor risiko Ketuban Pecah Dini sehingga mampu
mencegah berbagai outcomes yang merugikan

24
DAFTAR PUSTAKA
http://scholar.unand.ac.id/71409/3/BAB%205%20Penutup.pdf

Fatimah, & Nuryaningsih. (2018). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan (M. K. Bd.
Yulizawati,

SST, ed.). Padan: erka.

Nurkhayati, E., Hasanah, R., & Faletehan, S. (2020). Gambaran Faktor Penyebab Ketuban
Pecah Dini Pada Ibu Bersalin Overview. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 7(1), 18–24.

Wulandari, I. A., Z, M. F., & Octaviani, A. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan Terhadap

Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSIA Sitti Khadijah I Makassar Tahun 2019.
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia, 3(1), 52–61. https://doi.org/10.37337/jkdp.v3i1.110

25

Anda mungkin juga menyukai