Kelompok 4
Nama :
1. Dewi Sumarni
2. Andrian Novika Sari
3. Yulita Ayu Purnama Sari
4. Fakhrul Zikri
( ) ( )
PEMBIMBING KLINIK
( )
Lembaran Konsul
Pembimbing Akademik
No Tanggal Kegiatan Paraf
Lembaran Konsul
Pembimbing Klinik
No Tanggal Kegiatan Paraf
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) bahwa setiap tahunnya
wanita yang melahirkan meninggal dunia mencapai lebih dari 500.000 orang.
Sebagian besar kematian ibu terjadi di negara berkembang karena kurang
mendapat akses pelayanan kesehatan, kekurangan fasilitas, terlambatnya
pertolongan, persalinan “dukun” disertai keadaan sosial ekonomi dan
pendidikan masyarakat yang masih tergolong rendah.
Ukuran keberhasilan suatu pelayanan kesehatan tercermin dari
penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada batas
angka terendah yang dapat dicapai sesuai dengan kondisi dan situasi setempat
serta waktu. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012 lebih rendah dari hasil SDKI 2007. Untuk periode lima tahun sebelum
survei, angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1.000
kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1.000 kelahiran
hidup. Ketuban Pecah Dini (KPD) dapat meningkatkan angka kejadian
morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin.
Indonesia sebagai negara berkembang dengan tingkat pertumbuhan
penduduk yang tinggi, masih menghadapi masalah tingginya AKI dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Menurut hasil survei SDKI 2007, Ketuban Pecah Dini
merupakan kasus kegawatdaruratan yang banyak terjadi dan merupakan
penyebab kematian pada ibu dan bayi menunjukkan AKB sebesar 34 per
1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 228 per 100 ribu kelahiran hidup.
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumatera Barat angka
kematian ibu (AKI) melahirkan di daerah tersebut masih cukup tinggi. Hal
tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya, hipertensi dan
pendarahan. Tahun 2017 saja terdapat 113 kasus kematian atau mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2016.
Data dari Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi mencatat hingga saat ini
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih relatif
tinggi. Jumlah kematian ibu dan bayi itu selama tiga tahun terakhir cenderung
meningkat. kematian bayi tahun 2013 sebanyak 8,40/1000 Kelahiran hidup,
tahun 2014 sebanyak 7,90/ 1000 Kelahiran hidup, tahun 2015 naik menjadi
14,40/1000 Kelahiran hidup.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4cm (faselaten)
(Nugroho 2012). Peran perawat maternitas dalam kasus ini, ialah memberikan
asuhan keperawatan pada pasien sesuai teori yang telah diberikan. Sehingga,
mampu menanggulangi serta meminimalisir angka kematian ibu dan bayi
akibat dari kasus kegawatdaruratan maternitas. Maka seorang perawat
maternitas dituntut untuk memiliki pengetahuan dan daya analisis serta
pengalaman penolong dalam memberikan asuhan pada pasien.
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
korioamnitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal, dan menyebabkan infeksi ibu (Prawirohardjo 2009, h. 218).
Komplikasi yang sering terjadi pada masalah ketuban pecah dini ialah infeksi
intrauterin yang berupa korioamnionitis, infeksi intraamnion dan amnionitis.
Infeksi intrauterin merupakan infeksi akut pada cairan ketuban janin selaput
koroiamnitis yang disebabkan oleh bakteri. Masalah yang kemungkinan
timbul jika jarak antara pecahnya ketuban dengan persalinan tidak segera di
tangani, pada ibu terjadi korioamnionitis sedangkan pada bayi dapat terjadi
septikemia, pneumonia, omfalitis (Prawirohardjo 2009, h. 255).
Ketuban Pecah Dini merupakan kasus kegawatdaruratan yang
banyak terjadi dan merupakan penyebab kematian pada ibu dan bayi. Ketuban
pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4cm (faselaten) (Nugroho
2012, h. 150). Peran perawat maternitas dalam kasus ini, ialah memberikan
asuhan keperawatan pada pasien sesuai teori yang telah diberikan. Sehingga,
mampu menanggulangi serta meminimalisir angka kematian ibu dan bayi
akibat dari kasus kegawatdaruratan maternitas. Maka seorang perawat
maternitas dituntut untuk memiliki pengetahuan dan daya analisis serta
pengalaman penolong dalam memberikan asuhan pada pasien.
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
korioamnitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal, dan menyebabkan infeksi ibu (Prawirohardjo 2009, h. 218).
Komplikasi yang sering terjadi pada masalah Ketuban pecah dini ialah infeksi
intrauterin yang berupa korioamnionitis, infeksi intraamnion dan amnionitis.
Infeksi intrauterin merupakan infeksi akut pada cairan ketuban janin selaput
koroiamnitis yang disebabkan oleh bakteri. Masalah yang kemungkinan
timbul jika jarak antara pecahnya ketuban dengan persalinan tidak segera di
tangani, pada ibu terjadi korioamnionitis sedangkan pada bayi dapat terjadi
septikemia, pneumonia, omfalitis (Prawirohardjo 2009, h. 255).
Penatalaksanaan pada ibu dengan Ketuban pecah dini memerlukan
perawatan yang komperhensif. Maka, untuk mengatasi hal tersebut perawat
maternitas harus memiliki kemampuan untuk membantu dan mendukung ibu
secara bio-psiko-sosio dan spiritual dalam memberikan pertolongan bagi ibu
dan janin. Perlunya dilakukan asuhan keperawatan sedini mungkin untuk
menghindari terjadinya komplikasi berupa infeksi pada bayi maupun ibu
akibat ketuban pecah dini perawat harus mampu mengidentifikasi masalah
yang mungkin terjadi pada masa intranatal serta kegawatdaruratan dalam
persalinan sehingga angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi
menurun.Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dalam
memberikan asuhan keperawatan pada bayi Ny E dengan kasus KPD.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberi asuhan Keperawatan Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang
KB IGD Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan Pengkajian Keperawatan pada Ketuban Pecah Dini
(KPD) di Ruang KB IGD Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi.
b. Mendiskripsikan Diagnosa Keperawatan Keperawatan pada Ketuban
Pecah Dini (KPD) di Ruang KB IGD Rumah Sakit Achmad Mochtar
Bukittinggi.
c. Mendiskripsikan Intervensi Keperawatan Keperawatan pada Ketuban
Pecah Dini (KPD) di Ruang KB IGD Rumah Sakit Achmad Mochtar
Bukittinggi.
d. Mendiskripsikan Implementasi Keperawatan Keperawatan pada
Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang KB IGD Rumah Sakit Achmad
Mochtar Bukittinggi.
e. Mendiskripsikan Evaluasi Tindakan Keperawatan Keperawatan pada
Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang KB IGD Rumah Sakit Achmad
Mochtar Bukittinggi.
C. Manfaat
1. Manfaat Keilmuan
Memberikan masukan kepada institusi pendidikan dalam
prosespembelajaran ilmu keperwatan anak dan dapat menambah
referensiyang dapat digunakan untuk acuhan pembutan asuhan
keperawatan.
2. Manfaat Aplikatif
Hasil ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas
asuhankeperawatan pada perawat dalam penanganan masalah Ketuban
Pecah Dini
3. Manfaat Metodologis
Hasil ini dapat digunakan untuk memperkaya jumlah analisa
danmenjadi salah satu dasar analisa selanjutnaya dengan masalah
asuhankeperawatan pada perawat dalam penanganan masalah Ketuban
Peah Dini.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Teori Ketuban Pecah Dini
1. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda - tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum
dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecahnya ketuban sampai
terjadi kontraksi rahim disebut Kejadian ketuabn pecah dini (Manuaba,
2010: 229).
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya kantong ketuban
sebelum persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
pertengahan kehamilan jauh sebelum waktu melahirkan. KPD preterm
yaitu KPD terjadi sebelum kehamilan 37 minggu , KPD yang memanjang
yaitu KPD yang terjadi lebih dari 12 sebelum waktu melahirkan (Sarwono,
2012: 677).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa KPD
adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda persalinan.
Ketuban pecah dini yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut KPD preterm sedangkan ketuban pecah dini yang terjadi setelah
usia kehamilan 37 minggu disebut KPD aterm.
2. Etiologi
Dari beberapa laporan menyebutkan fakor-faktor yang
berhubungan dengan penyebeb KPD adalah :
a. Infeksi
Ada 2 penyebeb dari infeksi yaitu :
1) Infeksi genetalia
Dari berbagai macam infeksi yang terjadi selama
kehamilan disebabkan oleh candida candidiasis vaginalis,
bakterial vaginosis dan trikomonas yang bisa menyebebkan
kekuarangnya kekuatan membran selaput ketuban sehigga
akan terjadi ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2010)
2) Infeksi (amnionitis / koreoamnitis)
Koreoamnitis adalah keadaan dimana koreon amnion
dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri. Amnionitis sering
disebebkan group bakteri streptococus microorganisme, selain
itu bakteroide fragilis, laktobacilli dan stapilococus epidermis
adalah bakteri-bakteri yang serIng ditemukan pada cairan
ketuban. Bakteri tersebut melepaskan mediator inflamasi yang
menyebebkan kontraksi uterus. Hal ini akan menyebabkan
pembukaan sercix dan pecahnya selaput ketuban (Sualman,
2009)
b. Servik yang tidak mengalami kontraksi ( Inkompetensia
Inkompetensi servik dapat menyebabkan kehilangan kehamilan pada
termester kedua. Kelainan ini berhubungan dengan kelainan uterus
yang lain seperti septum uterus dan bikornis. Bisa juga karena kasus
bedah servik pada konisasi, produksi eksisi elektrosurgical, dilatasi
berlebihan servik pada terminasi kehamilan atau bekas laserasi
(Sarwono, 2012).
c. Trauma
Trauma yang disebabkan misalnya hubungan sesual saat hamil
baik dari frekwensi yang lebih 3 kali seminggu, posisi koitus yaitu
suami diatas dan penetrasi penis yang terlalu dalam sebesar 37,50%
memicu terjadinya ketuban pecah dini (Sualman , 2009).
d. Faktor Paritas
Faktor Paritas seperti primipara dan multipara. Primipara yaitu
wanita yang pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu
bertahan hidup. Pada primipara berkaitan dengan kondisi psikologis,
mencakup sakit saat hamil, gangguan fisiologis seperti emosi dan
termasuk kecemasan pada kehamilan . Pada ibu yang pernah
melahirkan beberapa kali dan mengalami ketuban pecah dini pada
kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat,
diyakini lebih beresiko akan mengalami ketuban pecah dini pada
kehamilan berikutnya (Cuningham,2006)
e. Riwayat ketuban pecah dini
Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya beresiko 2-4 kali
mengalami ketuban pecah dini kembali. Hal ini karena akibat adanya
penurunan kandungan kolagen dalam membrane sehingga memicu
terjadinya ketuban pecah dini dan pada preterm terutama pada pasien
yang beresiko tinggi karena membran yang menjadi mudah rapuh dan
kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan
berikutnya. (Sarwono, 2012)
f. Tekanan intra uteri yang meningkat secara berlebihan
Misalnya pada hidramnion dan gemelli atau bayi besar
(Cuningham,2006).
g. Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun ( primi tua)
Pada ibu hamil dengan usia yang terlalu muda keadaan uterus
kurang matur untuk melahirkan sehingga rentan untuk mengalami
ketuban pecah dini dan pada ibu hamil dengan usia lebih 35 tahun
tergolong usia terlalu tua untuk melahirkan ( primitua) sehingga
beresiko tinggi untuk terjadi ketuban pecah dini (Sarwono, 2009).
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ketuban pecah dini adalah :
a. Keluarnya air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
c. Janin mudah diraba.
d. Pada periksa dalam sepaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
bersih
e. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak
ada dan air ketuban sudah kering.
(Mansjoer, 2001: 313).
5. Komplikasi
Menurut Varney (2010) komplikasi akibat ketuban pecah dini
adalah:
a. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera timbul persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah, sedangkan pada kehamilan
28-34 minggu 50% persalinan terjadi dalam 24 jam. Pada kehamilan
kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
b. Infeksi
Resiko infeksi meningkat pada ibu dan janin , pada ibu terjadi
korioamnionitis, pada bayi terjadi septikemia, pneumonia, dan
padaumumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada
ketuban pecah dini prematur infeksi lebih sering dari pada aterm.Secara
umuminsiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat
sebanding dengan lamanya periode laten.
c. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban akan terjadi oligohidramnion yang
menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat
hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidroamnion,
semakin sedikit air ketuban , janin semakin gawat
d. Sindrom deformitas janin
Bila ketuban pecah terlalu dini maka akan menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat. Komplikasi yang sering terjadi pada
ketuban pecah dini sebelum kehamilan 37 minggu adalah sindrom
distres pernafasan, ini terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.resiko infeksi
akan meningkat pada kejadian ketuban pecah dini, semua ibu hamil
dengan ketuban pecah dini prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis. Selain itu kejadian prolaps
atau keluarnya tali pusat bisa terjadi pada ketuban pecah dini. Resiko
kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban pecah dini
preterm, kejadiannya hampir 100%, apabila ketuban pecah dini preterm
ini terjadi pada usia kehamilan kurang 23 minggu.
6. Penatalaksanaan
Menurut Sarwono (2010)
a. Penatalaksanaan konservatif
1) Beri antibiotik bila ketuban pecah > 6 jam berupa ampisillin 4x 500
mg atau gentamisin 1x80 mg.
2) Umur kehamilan < 32 – 34 minggu dirawat selama air ketuban
masih keluar sampai air ketuban tidak keluar lagi.
3) Berikan steroid 2x6 mg selama 2 hari untuk kematangan paru janin.
b. Penatalaksanaan aktif
Kehamilan > 37 minggu dilakukan:
1) Induksi oksitosin, jika gagal dilakukan seksio sesarea
2) Berikan misoprosol 50 mg intra vagina tiap 6 jam, maksimal 4 kali
pemberian , jika gagal dilakukan seksio sesarea
3) Cara induksi yaitu 5 ui oxytosin dalam dektrose 5% dimulai 4 tetes
/ menit, tiap ¼ jam dinaikan 4 tetes sampai maksimum 40
tetes/menit. Pada keadaan CPD, letak lintang harus dilakukan
seksio sesarea. Bila ada tanda – tanda infeksi beri antibiotik dosis
tinggi dan persalinan diakhiri (sarwono,2010).
BAB III
A. Pengkajian
1. Identitas ibu
2. Riwayat penyakit
komplikasi
yang pendek
d) Riwayat obstetri
berapa.
f) Riwayat psikososial
bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
2) GCS : CMC
P: Cepat
S: Meningkat
4) BB sebelum hamil : -
5) BB saat ini :-
b. Pemeriksaan khusus
1) Kepala
Rambut
Inspeksi : rambut warna hitam, terdapat uban satu satu, keadaan
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
pengecapan.
2) Leher
3) Thoraks
Paru
Payudara
teraba benjolan.
Jantung
4) Abdomen :
a) Inspeksi
Bentuk perut bundar, posisi menonjol kedepan
b) Palpasi
Pada pemeriksaan secara leopold ditemukan:
Leopold I : Biasanya tinggi fundus Uteri ¾ antara
pusat dengan procesus xypodseus atau
32 cm dari simpisis pubis sampai
procesus xypoideus.
Leopold II : Biasanya untuk menentukan letak
punggung janin (PUKA atau PUKI).
Leopold III : Biasanya untuk menentukan bagian
terbawah janin.
Leopold IV : Janin belum masuk pintu atas
panggul (konvergen) atau hanya
sebagian kecil dari kepala turun
kedalam rongga panggul.
c) Auskultasi
Dengan menggunakan dopler vetal terdengar denyut
jantung janin ( 120-160 / menit)
5) Genetalia : Biasanya pengeluaran darah campur lendir,
A. Kala persalinan
B. Pemeriksaan penunjang
1. DJJ : 120-160
2. Darah lengkap
3. Pemeriksaan USG
I. Analisa Data
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
2 Resiko infeksi NOC : NIC :
berhubungan Immune Status Infection Control
dengan ketuban Knowledge : Infection (Kontrol infeksi)
pecah dini control Bersihkan
Risk control lingkungan setelah
Kriteria Hasil : dipakai pasien lain
Klien bebas dari tanda Pertahankan teknik
dan gejala infeksi isolasi
Mendeskripsikan proses Batasi pengunjung
penularan penyakit, bila perlu
factor yang Instruksikan pada
mempengaruhi pengunjung untuk
penularan serta mencuci tangan saat
penatalaksanaannya, berkunjung dan setelah
Menunjukkan berkunjung
kemampuan untuk meninggalkan pasien
mencegah timbulnya Gunakan sabun
infeksi antimikrobia untuk cuci
Jumlah leukosit dalam tangan
batas normal Cuci tangan setiap
Menunjukkan perilaku sebelum dan sesudah
hidup sehat tindakan kperawtan
Gunakan baju,
sarung tangan sebagai
alat pelindung
Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
Ganti letak IV
perifer dan line central
dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingktkan intake
nutrisi
Berikan terapi
antibiotik bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
Pertahankan teknik
isolasi k/p
Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka
/ insisi bedah
Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
Dorong masukan
cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara
menghindari infeksi
Laporkan
kecurigaan infeksi
Laporkan kultur
positif
3 Ansietas NOC : NIC :
berhubungan Anxiety control Anxiety Reduction
dengan Coping (penurunan
bertambahnya Kriteria Hasil : kecemasan)
pembukaan dan Klien mampu Gunakan
perasaan gagal mengidentifikasi dan pendekatan yang
dan kebutuhan mengungkapkan gejala menenangkan
yang cemas Nyatakan dengan
diakibatkan Mengidentifikasi, jelas harapan terhadap
persalinan mengungkapkan dan pelaku pasien
menunjukkan tehnik Jelaskan semua
untuk mengontol cemas prosedur dan apa yang
Vital sign dalam batas dirasakan selama
normal prosedur
Postur tubuh, ekspresi Temani pasien
wajah, bahasa tubuh untuk memberikan
dan tingkat aktivitas keamanan dan
menunjukkan mengurangi takut
berkurangnya Berikan informasi
kecemasan faktual mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis
Dorong keluarga
untuk menemani anak
Lakukan back /
neck rub
Dengarkan dengan
penuh perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien
untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
BAB III
TINJAUAN KASUS
IV. PENGKAJIAN
C. Identitas klien
Nama : Ny.E
Umur : 39 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
c. Taksiran partus :
6 jam.
- Keluar air-air dari kemaluan ± 6 jam yang lalu tanpa rasa nyeri.
F. Riwayat Kesehatan
Ny.E mengatakan keluar air yang banyak 4 jam sebelum masuk rumah
sakit. Air yang keluar berwarna putih bening dan tidak berbau. Didapatkan
Ny.E mengatakan tidak ada riwayat jatuh, riwayat darah tinggi (-),
Ny.E mengatakan tidak ada keluarga riwayat darah tinggi (-), Riwayat
d) Riwayat obstetri
siklus haid teratur dengan lamanya haid 4-6 hari, jumlah darah haid kurang
lebih 3x ganti pembalut sehari keluhan saat haid nyeri perut dan pinggang.
Riwayat perkawinan : riwayat perkawinan sah, kawin satu kali. Kawin
G. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
2) GCS : CM
Nadi : 68 kali/menit
P: 24 kali/menit
S: 37,30C
4) BB sebelum hamil : 56 kg
5) BB saat ini : 62 kg
1. Kepala
Rambut
Hidung
Telinga
Mulut
pengecapan.
2. Leher
3. Thoraks
Paru
Payudara
teraba benjolan.
Jantung
pembesaran jantung.
4. Abdomen :
Palpasi :
5. Genetalia
Vulva : tidak varises, tidak ada oedema, terlihat sisa air ketuban
6. Ekstremitas :
H. Pemeriksaan penunjang
1. USG
2. Darah lengkap
I. Kala persalinan
Kantung ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II saat
1. Terapi
Inj. cefriaxone
2. Monitoring
V. Analisa Data
Nama : Ny E
Diagnosa Medis : Ketuban Pecah Dini
Ruang rawat : KB IGD
No Hari/ Diagnosa JAM Implementasi Evaluasi Paraf
tanggal Keperawatan
1. 2 Ansietas 13.00 1. Menggunakan S:
berhubungan
Oktober WIB pendekatan yang - Ny E mengatakan cemas tentang
dengan
2018 bertambahnya menenangkan kondisinya
pembukaan
2. Mendorong - Ny E mengatakan binggung kenapa
dan perasaan
gagal dan keluarga untuk keluar cairan dari selakangannya
kebutuhan
menemani pasien - Ny.E mengatakan sudah lelah
yang
diakibatkan 3. Menjelaskan O:
persalinan
prosedur yang - Ny R tampak binggung
akan dilakukan - Ny R tampak gelisah
- TD: 120/80 mmHg, Nadi : 68
kali/menit, RR: 24x/menit,
S:37,30C, TFU: 31 cm, DJJ: 143-
146 kali/menit (teratur)
A = Kecemasan belum teratasi
P = Intervensi dilanjutkan