Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

PRAKTIK KEBIDANAN STAGE KOLABORASI PERSALINAN


PADA NY. W USIA 21 TAHUN G1P0A0 HAMIL 39+5 MGG DENGAN KPD
DI PUSKESMAS SUMBANG II

disusun oleh:

Rr. Arini Galuh Tunjung Mayasari

NIM P1337424422160

PRODI DIV KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2022-2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Kolaborasi Persalinan di Puskesmas SUMBANG II , telah


disahkan oleh pembimbing pada:

Hari : Kamis
Tanggal : 1 Desember 2022

Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Stase Kolaborasi yang telah diperiksa
dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing institusi Prodi Profesi
Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang Tahun 2022.

Pembimbing Klinik Mahasiswa

Susi Setiyani, S. Tr. Keb Rr. Arini GAluh Tunjung M


NIP.197910092008012011 NIM. P1337424821070

Mengetahui
Pembimbing Institusi

Hanifa Adityana, S. ST, M. Kes


NIP. 1990092320200122004
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketuban Pecah dini atau KPD adalah pecahnya selaput ketuban sebelum

ada tanda-tanda persalinan (Sukarni & P Wahyu, 2013). Menurut Nugroho

(2012) ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini

dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya

melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.

KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum

waktunya melahirkan.

Ketuban pecah dini menyebabkan infeksi vagina, fisiologi selaput ketuban

yang abnormal, defisiensi gizi dari tembaga (Zn) atau asam askorbat amnion

terdapat pada plasenta dan berisi cairan yang didalamnya adalah sifat dari

kantung amnion adalah baktrios yaitu untuk mencegah karioamnionistis dan

infeksi pada janin. Ketuban pecah dini merupakan komplikasi yang

berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang

besar pada angka kematian perinatal pada bayi kurang bulan (Nugroho, 2012).

Penanganan pada ibu ketuban pecah dini inpartu, ketuban pecah dini pada

kehamilan anterm atau preterm, yaitu: Memposisikan panggul lebih tinggi dari

badan ibu (posisi sujud) sehingga tali pusat tidak tertekan kepala janin, posisi

miring, berikan antibiotik seperti penisilin prokain 1,2 juta IU intramuskular

dan ampisilin 1 g peroral. Bila pasien tidak tahan ampisilin, diberikan

eritromisilin 1 g peroral, Injeksi antibiotik penisilin prokain 1,2 juta IU IM/12


1
4

jam dan ampicilin 1 g/oral diikuti 500 mg/6jam. Kehamilan kurang dari 32

minggu diberikan fenobarbital 3x30 mg, antibiotik, glukokortikosteroid

(Sukarni & P Wahyu, 2013).

Bila tidak ada his, dilakukan induksi persalinan bila ketuban pecah

kurang dari 6 jam dan skor pelvik kurang dari 5 atau ketuban pecah lebih 6

jam dan skor pervik lebih dari 5, seksio cesarea bila ketuban 5 jam dan

skor pelvik kurang dari 5 (Sukarni & P Wahyu, 2013). Di Indonesia setiap

tahunnya diperkirakan terjadi 20-30% wanita yang mengalami kejadian

Ketuban Pecah Dini (KPD) berkisar antara 8-10% dari semua persalinan.

Hal yang menguntungkan dari angka kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD)

yang dilaporkan, bahwa lebih banyak terjadi pada kehamilan cukup bulan

yaitu sekitar 66%, sedangkan pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34%.

6-19% ibu mengalami ketuban pecah dini secara spontan sebelum

persalinan dan 86% ibu yang mengalami ketuban pecah dini menjalani

persalinan spontan dalam waktu 24 jam. 2011 jumlah persalinan adalah

379 orang. Jumlah persalinan dengan KPD sebanyak 11,08 %. Dan pada

tahun 2012 jumlah persalinan sebanyak 364 orang. Jumlah persalinan

dengan KPD sebanyak 13,74 % (Iswanti, 2017)

World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata

persalinan sectio caesare dengan indikasi gawat janin, seperti ketuban

pecah dini di sebuah negara adalah sekitar 5-15 persen per 1000 kelahiran

di dunia. Menurut WHO, peningkatan persalinan dengan operasi sesar di

seluruh negara terjadi semenjak tahun 2007- 2008 yaitu 110.000 per

kelahiran diseluruh Asia. Berdasarkan data RISKESDAS (2012) di

Indonesia faktor risiko yang menyertai ibu saat operasi caesaria yang

tampak saat melahirkan dengan operasi caesar yang paling banyak


5

(13,14%) adalah ketuban pecah dini (Tati suryati, 2012). Hal ini dapat

terjadi pada kehamilan aterm dan preterm.Kejadian ketuban pecah dini di

Nasional sebanyak 72% dan di Indonesia sebanyak 35,70%-55,30% dari

17.665 kelahiran. (Puspaningtyas, 2013)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan pada Klien dengan ketuban pecah dini di


Puskesmas Sumbang II.
2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus asuhan kebidanan ini adalah teridentifikasinya:

Melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada Klien dengan ketuban pecah


dini di Puskesmas Sumbang II.

a. Menegakkan diagnosis asuhan kebidanan pada Klien dengan ketuban


pecah dini di Puskesmas Sumbang II.

b. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada Klien dengan ketuban


pecah dini di Puskesmas Sumbang II.

c. Mengimplementasikan tindakan asuhan kebidanan pada Klien


dengan ketuban pecah dini di Puskesmas Sumbang II.

d. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada klien dengan


ketuban pecah dini di Puskesmas Sumbang II.

C. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:

1. Institusi Pendidikan
Dengan diselesaikannya laporan ilmiah ini, diharapkan dapat menjadi
6

sumber baru pada ketuban pecah dini yang digunakan untuk


perkembangan kebidanan.

2. Puskesmas

Hasil asuhan kebidanan ini dapat menjadi data dasar dalam


memberika asuhan kebidanan pada ketuban pecah dini secara
komprehensif
7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Ketuban Pecah Dini

1. Defenisi

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum

waktunya (KPSW) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada

kehamilan aterm maupun pada kehamilan preterm.(

prawirihardjo S. 2010) Menurut Nugroho (2012) menyatakan

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan< 4 cm (fase

laten).

2. Epidemiologi

Insidensi KPD berkisar antara 8- 10% dari semua kehamilan. Pada

kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6-19%. Sedangkan

pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan.

Hampir semua KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum

aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput

ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal

disebabkan oleh prematuritas. KPD berhubungan dengan penyebab

kejadian prematuritas dengan insidensi 30- 40%. (rahmat 2017)

3. Etiologi

Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat

ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan


8

faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun

faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.

Adapun faktor predisposisi pada ketuban pecah dini adalah:

a) Faktor umum

Faktor umum yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini yaitu:

1) Infeksi lokal pada saluran kelamin

2) Faktor sosial seperti: perokok, peminum dan

keadaan sosial ekonomi rendah.

b) Faktor keturunan

1) Faktor keturunan yang mempengaruhi terjadinya

ketuban pecah dini yaitu kelainan genetik

2) Faktor rendahnya vitamin C dan ion Cu dalam

serum karena asupan nutrisi makanan ibu yang

kurang.

c) Faktor obstetrik

Faktor obsetrik yang mempengaruhi terjadinya ketuban

pecah dini yaitu:

1) Overdistensi uterus seperti kehamilan kembar dan hidramnion

2) Serviks inkompeten yaitu, ketidakmampuan serviks

untuk mempertahankan suatu kehamilan oleh karena

defek fungsi maupun struktur pada serviks

3) Serviks konisasi atau menjadi pendek

4) Terdapat sefalopelvik disproporsi yaitu, kepala janin

belum masuk pintu atas panggul dan kelainan Ietak

janin, sehingga ketuban bagian terendah langsung

menerima tekanan intrauteri yang dominan.


9

d) Faktor yang tidak diketahui sebabnya. (manuaba 2007)

4. Klasifikasi

Klasifikasi ketuban pecah dini dibagi atas usia kehamilan yaitu:

a) Ketuban pecah dini atau disebut juga Premature Rupture

of Membrane atau Prelabour Rupture of Membrane

(PROM), adalah pecahnya selaput ketuban pada saat usia

kehamilan aterm.

b) Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran

korioamniotik sebelum usia kehamilan yaitu kurang dari

37 minggu atau disebut juga Preterm Premature Rupture

of Membrane atau Preterm Prelabour Rupture of

Membrane (PPROM). (manuaba, ida 2009)

5. Patofisiologi

a) Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi

uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah

tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban

inferior rapuh. (manuaba ida 2009) Terdapat keseimbangan antara sintesis dan

degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme

kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban

b) pecah. Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah

berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen serta kekurangan

tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal

karena antara lain merokok. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks

metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik

dan inhibitor protease (TIMP-1). Mendekati waktu persalinan,


1
0

keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi

proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas

degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit

periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban

pecah dini. (manuaba ida 2009)

c) Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga,

selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada

hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada

trisemester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya

ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini

prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompetens serviks dan solusio

plasenta. Selain itu, faktor yang paling sering menyebabkan ketuban pecah dini

adalah faktor ekstemal misalnya infeksi. (manuaba ida 2009) Pecahnya selaput

ketuban berkaitan dengan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks

ektraseluler amnion, kotion dan apoptosis membran janin. Membran janin dan

desidua bereaksi terhadap stimuli.

d) seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi

mediator seperti prostaglandin, sitokinin, dan protein hormon yang

merangsang aktivitas ""matriks degrading enzyme". (manuaba ida

2009)

6. Gejala Klinis

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban melalui vagina.

Aroma air ketuban berbau amis, berbeda dengan urin yang berbau pesing

seperti bau amoniak, dengan ciri pucat. Cairan ini tidak akan habis atau kering

karena terus diproduksi sampai kelahiran. Cairan ketuban berwama jemih,


1
1

kadang-kadang bercampur lendir darah.13 Apabila telah terjadi infeksi, maka

dapat terjadi demam, keluamya bercak vagina yang banyak, nyeri perut, dan

denyut jantung janin bertambah cepat. Secara garis besar tanda dan gejala yang

timbul pada ketuban pecah dini yaitu:

a) Tanda maternal

Tanda pada ibu yang timbul antara lain, demam, takikardi, kontraksi

uterus, keluamya cairan ketuban melalui vagina, cairan amnion yang keruh

dan berbau serta Leukositosis.

b) Tanda Fetal

Tanda pada janin setelah dilahirkan antara lain, takikardi.

c) Tanda Cairan amnion

d) Tanda pada cairan amnion antara lain, volume cairan ketuban berkurang.

(manuaba ida 2009)

7. Diagnosis

a) Menegakkan diagnosis ketuban pecah dini secara tepat sangat penting.

Diagnosis yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan

bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya.

Sebaliknya diagnosis yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin

mempunyai risiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau

keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosis yang cepat dan tepat.

(manuaba ida 2009)

b) Menetapkan diagnosis pecahnya ketuban tidak selalu mudah, kecuali jelas

tampak atau dirasakan oleh pemeriksa, yaitu mengalimya air ketuban dari

mulut rahim. (manuaba ida 2009) Secara prosedural, diagnosis ketuban pecah

dini ditegakkan dengan cara:


1
2

c) Anamnesis

Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang

banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga

diperhatikan warna keluamya cairan tersebut, his belum teratur atau belum ada

dan belum ada pengeluaran lendir darah.. (norwitz 2008)

d) Pemeriksaan fisik

e) Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila

ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini

akan lebih jelas. Adanya cairan yang berisi mekonium, vemiks kaseosa (lemak

putih) rambut lanugo (bulu-bulu halus), bila telah terlnfeksi akan berbau.

(manuaba ida 2009) ada pemeriksaan dengan spekulum, akan tampak keluar

cairan dari OUE. Seandainya belum keluar, fundus uteri ditekan, penderita

diminta batuk, mengejan atau mengadakan manuver valsava, atau bagian

terendah digoyangkan, akan lampak keluar cairan dari ostium uteri dan

terkumpul pada fomiks anterior. Lihat dan perhatikan apakah memang air

ketuban keluar dari kanaiis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau

terdapat cairan ketuban pada fomiks posterior. (manuaba ida 2009)

f) Pada pemeriksaan dalam didapatkan cairan di dalam vagina dan selaput

ketuban sudah tidak ada lagi. Pemeriksaan dalam bimanual perlu

dipertimbangkan karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan

mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal.

Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan

dalam vagina hanya dilakukan kalau ketuban pecah dini sudah dalam

persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sesedikit

mungkin. Manuaba ida 2009)

g) Pemeriksaan penunjang
1
3

Pemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis ketuban pecah dini

antara lain:

1) Analisis urin dan kultur untuk infeksi saluran kemih

2) Pemeriksaan serviks atau kultur Chlamydia trachomatis atau Neisseria

Gonorrhoea

3) Pemeriksaan vagina untuk vaginosis bacterial (VB) dan

trikomoniasis

4) Lakukan pemeriksaan pH dengan kerlas nitriazin. pH vagina yang asam

(4,5) akan berubah menjadi basa (7.0-7,7) dan tampak warna biru pada

kertas nitriazin

5) Pemeriksaan mikroskopik akan tampak kristalisasi cairan amnion saat

mengering. ( norwitz 2008)

8. Prognosis

Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang

mungkin timbul serta umur dari kehamilan. (manuaba 2007)

9. Komplikasi

Komplikasi yang kemungkinan dapat terjadi antara lain, infeksi intrauterin,

tali pusat menumbung, persalinan prematur, dan distosia (oleh partus

kering). (manuaba 2007)

Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan Janin adalah:

a) Bagi ibu :

1) Infeksi dalam persalinan.

2) Partus lama.

3) Perdarahan pasca persalinan.


1
4

4) Meningkatkan tindakan operatif obstetrik (khususnya seksio


sesaria).

5) Morbiditas dan mortalitas maternal. (norwitz 2008)

b) Bagi janin :

1) Persalinan Prematur

Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya

adalah sindrom gawat napas, hipotermia, masaiah asupan makanan

neonatus, prematuritas retinopati, perdarahan intraventrikular,

necrotizing enterocolitis, gangguan otak (risiko untuk cerebral palsy),

hiperbilirubinemia. anemia, dan sepsis.

2) Prolaps funiculii penurunan tali pusat

Hal ini bisa menyebabkan gawat Janin dan kematian janin akibat

hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau Ietak lintang).

3) Hipoksia dan asfiksia

Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri,

nilai APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy,

perdarahan intracranial, gagal ginjal, dan sindrom

gawat napas. ( blumenfeld Y. J 2010)

10. Penatalaksanaan

Penanganan ketuban pecah dini bisa dilakukan dengan 2 hal yaitu:

a) Konservatif

1) Rawat di Rumah Sakit

2) Berikan Antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tak tahan

ampisilin) dan metrodinazol 2 x 500 mg selama 7 hari

3) Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban

masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi


1
5

4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes

busa negatif: beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan

kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu

5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,

berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam

6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi beri antibiotik dan lakukan

induksi

7) Nilai tanda-tanda infeksi(suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin)

8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu

kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan

spingomielin tiap minggu. Dosis deksametason IM 5 mg setiap 6 jam

sebanyak 4 kali.

b) Aktif

1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin. bila gagal seksio

sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 gg intravaginal tiap 6 jam

maksimal 4 kali.

2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan anlibiotika dosis tinggi, dan

persalinan diakhiri:

a. Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi.


Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b. Bila syok pelvik >5, induksi persalinan, partus pervaginam.
( prawirahardjo. S. 2007)

11. Pencegahan

Pencegahan ketuban pecah dini terbagi 2 yaitu:

a) Pencegahan primer

Untuk mengurangi terjadinya pecah ketuban dini. dianjurkan bagi ibu

hamil untuk mengurangi aktivitas pada akhir trimester kedua dan awal
1
6

trimester ke 3, serta tidak melakukan kegiatan yang membahayakan

kandungan selama kehamilan. Ibu hamil juga harus dinasihatkan supaya

berhenti merokok dan minum alkohol. Berat badan ibu sebelum

kehamilan juga harus cukup mengikuti Indeks Massa Tubuh (IMT) supaya

tidak berisiko timbul komplikasi. Selain itu, pasangan juga dinasihatkan

supaya menghentikan koitus pada trimester akhir kehamilan bila ada faktor

predisposisi.

b) Pencegahan sekunder

Mencegah infeksi intrapartum dengan anlibiotika spektrum luas:

gentamicin iv 2 x 80 mg. ampicillin iv 4 x I mg, amoxicillin iv 3 x I mg,

penicillin iv 3 x 1.2 juta IIJ. metronidazol drip. Pemberian kortikosteroid pada ibu

bisa menimbulkan konlroversi, karena di satu pihak dapat memperburuk keadaan

ibu karena menurunkan imunitas, di lain pihak dapat menstimulasi pematangan

paru janin (surfaktan). (morgan G 2009)

ASUHAN KEBIDANAN PA DA IBU BERSALIN


PADA NY. W USIA 21 TAHUN G1P0A0 HAMIL 39+5 MGG
JANIN TUNGGAL LETAK KEPALA U, PUKI DENGAN KPD

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 13 November 2022
1
7

Jam : 18.40 WIB


Tempat : Puskesmas SUMBANG II

B. IDENTITAS PASIEN
Identitas pasien Penanggung jawab

Status : Suami
1. Nama : Ny. w 1. Nama : Tn. F
2. Umur : 21 tahun 2. Umur : 37 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Karyawan Swasta
6. Suku bangsa : Jawa 6. Suku bangsa : Jawa
7. Alamat : ciberem 1/1 7. Alamat : ciberem 1/1

C. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang
Ibu mengatakan mengeluarkan air ketuban sejak pukul 10.00 WIB
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mengeluarkan air ketuban sejak pukul 10.00 WIB mengalir
jernih dan belum merasakan kenceng-kenceng.
Uraian Keluhan Utama
Ibu mengatakan pada pukul 10.00 WIB mengeluarkan cairan dari jalan lahir
(mengalir) berwarna jernih, ibu belum merasakan kenceng-kenceng, ibu
datang ke puskesmas II sumbang pada pukul 18.40 WIB dengan diantar
suami dan keluarga.
3. Tanda-Tanda Persalinan
Kontraksi : (-)
Lokasi ketidak nyamanan : -
PPV : cairan ketuban
4. Riwayat Kesehatan
a) Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular maupun tidak
menular, penyakit menurun maupun kronis seperti jantung, DM,
1
8

hipertensi, TBC, asma, malaria, PMS dan HIV/AIDS serta tidak memiliki
alergi terhadap obat-obatan tertentu. Saat ini ibu dalam keadaan sehat dan
tidak sedang dalam masa pengobatan.
b) Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menular maupun tidak menular, penyakit menurun maupun kronis seperti
jantung, DM, hipertensi, TBC, asma, malaria, PMS dan HIV/AIDS serta
tidak ada riwayat kembar
5. Riwayat obstetri :
a) Riwayat Haid :
Menarche : 12 tahun Nyeri Haid : tidak ada
Siklus : 28 hari Lama : 7 hari
Warna darah : Merah kecoklatan Leukhorea : tidak keputihan
Banyaknya : ±2-3x ganti pembalut
b) Riwayat Kehamilan sekarang :
1) Hamil ke 1, usia 39+5 minggu
2) HPHT : 11 Februari 2022 HPL : 18 November 2022
3) Gerak janin
 Pertama kali : Ibu merasakan gerak janin pada usia 20 minggu
 Frekuensi dalam 12 jam : ±10 x
4) Tanda bahaya : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami nyeri kepala
hebat, perdarahan pervaginam, penglihatan kabur, dan oedem pada
wajah, kaki dan tangan
5) Kekhawatiran khusus : ibu mengatakan sedikit khawatir dengan
kehamilan pertamanya ini
6) Imunisasi TT : Imunisasi TT 5x
7) ANC : 13x
1
9

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu: Ibu mengatakan ini kehamilan
pertama
-
RIWAYAT KB : Pernah / tidak pernah *)

Rencana Setelah Melahirka: Ibu mengatakan belum mempunyai rencana ber-


KB
6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Terakhir Kali:
a) Nutrisi
Makan , Jam : 06.00 WIB
1) Komposisi :
 Nasi : 1x @ 1/2 piring (sedang / penuh)
 Lauk : 1 x @1 potong (sedang / besar), jenisnya tempe, ayam
 Sayuran : 1 x @ 1 mangkuk sayur ; jenis sayuran kangkung
 Buah : 1 potong, jenis pisang
 Camilan : jenis biskuit jumlah: 1 bungkus
2) Pantangan : Tidak ada pantangan makan
Minum, Jam : 07.00 WIB
Jenis air putih Jumlah 1 gelas
b) Pola Istirahat
1) Jam 22.00 s.d 02.00 WIB
2) Kualitas : Tidur malam kurang efektif
3) Keluhan/masalah : kurang nyenyak karena merasakan kenceng -
kenceng
c) Pola aktifitas : Ibu tiduran di kasur untuk mengurangi nyeri kenceng-
kenceng
d) Pola eliminasi :
1) Buang Air Kecil , tgl 13-11-2022 Jam : 10.00 WIB
 Jumlah : ±50 cc ; warna kuning jernih
 Keluhan/masalah : BAK sedikit tapi sering
2) Buang Air Besar , Jam : 05.00 WIB Tanggal 13-11-2022
 Warna : kuning kecoklatan konsistensi lembek / keras*)
 Keluhan/masalah : Tidak ada keluhan
e) Personal hygiene
1) Jam : 07.00 WIB tanggal 13-11- 2022
 Mandi  Ganti Pakaian
2
0

 Keramas  Ganti celana


 Gosok gigi dalam

7. Riwayat Psikososial-spiritual
a) Riwayat perkawinan :
1) Status perkawinan : menikah / tidak menikah*), umur waktu menikah
: 20 th.
2) Pernikahan ini yang ke 1 sah/ tidak*) lamanya 1 tahun
3) Hubungan dengan suami : baik/ ada masalah
b) Persalinan ini diharapkan / tidak*) oleh ibu, suami, keluarga;
Respon & dukungan keluarga terhadap persalinan ini : suami dan keluarga
mendukung penuh, mulai dari mengantar ibu sampai dengan menemani
proses persalinan ibu.
c) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : Ibu segera datang ke
tenaga kesehatan setelah mengetahui adanya tanda-tanda persalinan
d) Ibu tinggal serumah dengan : dan suami
e) Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami
Dalam kondisi emergensi, ibu dapat / tidak * mengambil keputusan
sendiri.
f) Orang terdekat ibu : suami
Yang menemani ibu untuk persalinan : tidak ada
g) Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan persalinan : tidak ada
h) Penghasilan suami perbulan: Rp 2.500.000,00 Cukup/Tidak Cukup*)
i) Praktik agama yang berhubungan dengan persalinan : Tidak ada
j) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
 ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh nakes wanita maupun pria;
 tidak boleh menerima transfusi darah;
 tidak boleh diperiksa daerah genitalia,
 lainnya : .................................................................................................
................
k) Tingkat pengetahuan ibu :
 Hal-hal yang sudah diketahui ibu : Ibu mengetahui bahwa ibu akan
melahirkan, ibu sudah tahu tanda-tanda persalinan
2
1

 Hal-hal yang belum diketahui ibu : Ibu belum mengetahui posisi


persalinan dan cara meneran yang baik
 Hal-hal yang ingin diketahui ibu : Posisi persalinan dan cara meneran
yang baik

D. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum: Baik Tensi : 106/76 mmHg
2) Kesadaran : Composmentis Nadi : 85 x/menit
3) TB : 132 cm Suhu /T: 36,5℃
4) LILA : 25 cm RR : 20 x/menit
5) BB : 55 kg IMT : 23.8 kg/m2
b) Status present
Kepala : Distribusi rambut merata, tidak ada benjolan maupun nyeri
tekan
Muka : Tidak pucat , tidak ada oedem
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak pucat
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip
Mulut : Bibir lembab, lidah bersih, gigi tidak karies, gusi tidak
bengkak.
Telinga : Tidak ada penumpukan serumen, tidak ada benjolan
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar thyroid dan
vena jugularis tidak ada nyeri tekan
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada massa
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, tidak ada pembesaran hati dan
kelenjar limpa.
Lipat paha : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada massa
Vulva : Tidak oedem, tidak ada varises, keluar air dari jalan lahir
Ekstremitas : Turgor kulit baik, tidak oedem, pergerakan normal, kuku jari
bersih
Refleks patella : +/+
Punggung : Tidak ada kelainan tulang punggung, tidak ada benjolan
Anus : Tidak ada hemoroid
2
2

c) Status Obstetrik
1) Inspeksi:
 Muka : Tidak oedem, tidak pucat, tidak ada chloasma
gravidarum
 Mamae : Simetris, tidak ada benjolan, putting susu menonjol,
areola menghitam, ASI belum keluar
 Abdomen : Membesar, terdapat linea nigra
 Vulva : Tidak oedem, tidak ada varices
2) Palpasi
 Leoplod I : TFU 3 jari dibawah PX . Pada bagian fundus teraba
satu bagian bulat besar, lunak, sulit digerakkan (bokong).
 Leoplod II : Pada perut ibu sebelah kiri teraba tahanan
keras dan memanjang seperti papan (punggung). Pada perut ibu
sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil dan menonjol
(ekstremitas)
 Leoplod III : Pada perut ibu sebelah bawah teraba satu bagian
bulat keras (kepala), tidak bisa digoyang
 Leoplod IV : bagian terbawah janin sudah masuk PAP, tangan
pemeriksa divergen
 Penurunan Kepala : 1/5
 TFU : 32 cm TBJ : 3050 gram
3) Auskultasi :
 DJJ : 136 x/menit
2. Pemeriksaan Dalam : tgl/jam : 13 November 2022/ 18.40 WIB
Vulva/vagina : Tidak oedem, tidak varises, tidak ada benjolan
Serviks :
 Posisi : Anterior / Medial/ Posterior *)
 Pembukaan :∅ 1 cm
 Efficement : 0%
Kulit ketuban : negative
Presentasi : - (sulit dinilai)
POD (Point of direction): - (sulit dinilai)
Penyusupan : - (sulit dinilai)
Penurunan bag. Terbawah : hodge I
3. Pemeriksaan penunjang : 14 Oktober 2022
2
3

Hb: 11,3 %, HbSAg: Negatif, Protein urin: Negatif, Rapid Test Antibodi: Non
reaktif, test lakmus (+)
4. Informasi tambahan:
- Telah diberikan terapi Ampicilin 1000 mg pada pukul 00.00 WIB
- Pada pukul 22.40 WIB observasi tidak ada kemajuan, telp dokter advis
dokter adalah rujuk RS apabila sudah 6 jam tidak ada kemajuan

E. ANALISA
Ny. W umur 21 tahun G1P0A0, hamil 39+5, janin tunggal, hidup intra uteri, letak
membujur, presentasi kepala, PUKI, U belum ada pembukaan dengan KPD 6 jam
Diagnosa Aktual : KPD
Diagnosa Potensial : Infeksi maternal/ neonatus dan gawat janin

F. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan
Hasil: ibu dan keluarga mengetahui kondisinya.
2. Menganjurkan ibu untuk bebaring miring ke kiri dan mengajari teknik
relaksasi saat ada kontraksi dengan mengambil nafas dalam dan panjang.
Hasil: ibu berbaring miring ke kiri dan relaksasi saat ada kontraksi.
3. Menganjurkan ibu untuk berkemih
Hasil : Ibu bersedia untuk berkemih dan tidak akan menahan buang air kecil
4. Menganjurkan keluarga untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi ibu.
Hasil : ibu bersedia minum 1 gelas air putih.
5. Memberikan terapi Ampicilin 1000mg pada pukul 00.00
Hasil : terapi sudah diberikan
6. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa atas advis dokter, akan dilakukan
rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi karena ketuban sudah pecah 6
jam yang lalu
Hasil : ibu dan keluarga mengerti dan bersedia untuk dilakukan rujukan
7. Melakukan inform consent dengan keluarga pasien
Hasil : inform consent sudah dilakukan
8. Memberikan dukungan psikologis pada ibu agar tidak cemas
Hasil : ibu memahami kondisinya dan lebih tenang setelah bidan memberikan
afirmasi
2
4

9. Melakukan stabilisasi pasien yakni pemberian infuse RL 20 tpm/menit


Hasil : infuse RL sudah terpasang
10. Bidan menelpon rumah sakit rujukan
Hasil : pasien diterima dan segera dikirim ke rumah sakit rujukan
11. Pasien diantarkan bidan ke rumah sakit rujukan dengan menggunakan APD
lengkap
Hasil : pasien sudah sampai dirumah sakit rujukan dan dilakukan pemeriksaan
oleh bidan jaga PONEK RS rujukan
2
5

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien: No. RM Ruang:


Ny W
Umur: 21 tahun Tanggal: 13 November 2022
Tanggal/Jam: Catatan Perkembangan Nama dan
(SOAP) Paraf
13 /11/ 2022 S= Ibu mengatakan belum merasakan
18.40 WIB kenceng-kenceng
O=
TD : 110/80 mmHg N/RR :80/20 x/menit
S : 36,5 oC VT : ∅ 1 cm
KK : (-) jernih effacement: 10%
DJJ : 136x/menit His : -

A= Ny. W umur 21 tahun G1P0A0, hamil 39


minggu 5 hari, janin tunggal, hidup intra uteri,
letak kepala, presentasi kepala, PUKI, U
dengan KPD 6 jam

P=
1. Bidan puskesmas melakukan operan atau
pelaporan pemeriksaan yang telah
dilakukan kepada bidan jaga di RS
rujukan
Hasil : operan telah dilakukan
2. Bidan jaga PONEK melakukan konsultasi
dengan dokter SpOG
Hasil : dilakukan pemantauan kemajuan
persalinan apabila tidak ada akan
dilakukan operasi SC dan advis dokter
diberikan obat antibiotik
2
6

PEMBAHASAN

S= Ibu mengatakan belum merasakan kenceng-kenceng


O= TD : 110/80 mmHg N/RR :80/20 x/menit
S : 36,5 oC VT : ∅ 1 cm
KK : (-) jernih effacement: 10%
DJJ : 136x/menit His : -

A= Ny. W umur 21 tahun G1P0A0, hamil 39 minggu 5 hari, janin tunggal, hidup
intra uteri, letak kepala, presentasi kepala, PUKI, U dengan KPD 6 jam

P=
1. Bidan puskesmas melakukan operan atau pelaporan pemeriksaan yang
telah dilakukan kepada bidan jaga di RS rujukan
Hasil : operan telah dilakukan
2. Bidan jaga PONEK melakukan konsultasi dengan dokter SpOG
Hasil : dilakukan pemantauan kemajuan persalinan apabila tidak ada akan
dilakukan operasi SC dan advis dokter diberikan obat antibiotik

Berdasarkan data yang diperoleh dengan cara anamnesa Ny. W berusia 21


tahun mengalami pecah ketuban sejak pukul 10.00 WIB dan alas an datang ke
Puskesmas Sumbang II karena keluar cairan dari jalan lahir sejak pukul 10.00 WIB
dan belum merasakan kenceng-kenceng. Ny. W mengatakan ini merupakan
kehamilan yang pertama , usia kehamilan 39+5 minggu. HPHT: 11 Februari 2022 dan
HPL: 18 November 2022.

Hasil pengkajian data obyektif berdasarkan status antropometri, tanda-tanda


vital berada dalam kondisi normal yaitu didapatkan tekanan darah ibu 110/80 mmHg,
nadi 80 x/ menit, RR 20 x/menit, SpO299% TB 152 cm, Suhu 36,5 oC, LILA 29 cm,
BB 55 kg , IMT 27,6 kg/m2 . Status present : tidak ada kelainan, status obstetrik :
tidak ada kelainan, hasil leopold : bagian fundus teraba bokong, PUKI, Presentasi
kepala, sudah masuk panggul, divergen, penurunan kepala 5/5, TFU: 32 cm, DJJ :
136 x/menit. Dilakukan pemeriksaan dalam tanggal 13 November 2022 pukul 18.40
WIB dengan hasil vulva tidak odema dan tidak ada benjolan, portio tebal, belum ada
2
7

pembukaan, Efficement 0 %, kulit ketuban sulit dinilai, air ketuban (+) jernih,
presentasi sulit dinilai, penurunan bagian terbawah di hodge I.
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium yaitu tanggal Tanggal 13-11-2022: HB (11,3 g/dl), HBsAg (NR), Rapid
Antibodi (Negatif), Protein Urin (Negatif), lakmus test positif.

Berdasarkan pengkajian data subyektif dan obyektif dapat ditegakkan diagnosa


kebidanan yaitu Ny W Umur 21 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39 +5 minggu janin
tunggal, hidup intra uterin letak membujur presentasi kepala U PUKI belum ada
pembukaan dengan KPD 6 jam.

Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny W pada 13 November 2022 berupa


melakukan pengawasan tanda-tanda vital, kesejahteraan janin dan pengeluaran
pervaginam, memberikan terapi infus RL 20 tpm dan antibiotik Ampicili 1000 mg
dosis IV pukul 00.30 WIB sesuai dengan advis dokter, menganjurkan ibu untuk tidur
miring ke kiri, mengajarkan kepada untuk relaksasi nafas dalam saat ada kontraksi.
Menganjurkan ibu untuk tidak menahan keinginannya untuk BAK, dan ibu bisa BAK
menggunakan pispot. Melakukan informed consent pada ibu dan keluarga bahwa atas
advis dokter apabila belum ada kemajuan persalinan selama 6 jam maka akan dirujuk
ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut. Ibu dan keluarga bersedia dilakukan
rujukan agar mendapat penanganan yang optimal. Melakukan dukungan psikologis
dengan afirmasi agar ibu tidak cemas. Bidan menelpon rumah sakit rujukan. Pasien
diantarkan bidan ke rumah sakit rujukan dengan menggunakan APD lengkap.

Dalam teori kejadian ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya
(Nugroho, 2011). Salah satu etiologi penyebab kejadian KPD menurut penelitian
yang dilakukan oleh Amalia (2014) mengemukakan bahwa usia kehamilan yang
semakin besar tekanan uterus meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah
sebelum waktunya. Melemahnya selaput ketuban ada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin (Amalia, 2014). Selain itu,
penelitian Agatha Maria mendapatkan hasil bahwa kejadian ketuban pecah dini lebih
banyak ditemukan pada ibu dengan usia kehamilan 37-42 (aterm) sebanyak 44
responden (46,8%) jika dibandingkan dengan ibu usia kehamilan <37 minggu dan >
42 minggu (preterm dan postterm) sebanyak 3 responden (3,234%). Ibu dengan usia
2
8

kehamilan 37 minggu - 42 minggu (aterm) kemungkinan berisiko 3,300 kali lebih


besar untuk mengalami ketuban pecah dini dibandingkan ibu dengan usia kehamilan
< 37 minggu dan > 42 minggu (preterm dan postterm) (Maria and Sari, 2016).
Sehingga berdasarkan hasil pengkajian data subyektif dan dibandingkan dengan
teori tidak ada kesenjangan pada Ny. W yang mengalami KPD.
Dalam teori untuk menegakkan diagnosa KPD dapat diambil pemeriksaan
inspekulo untuk pengambilan cairan pada forniks posterior:
1) Pemeriksaan lakmus yang akan berubah menjadi biru (sifat basah)
2) Ferntest cairan amnion
3) Kemungkinan infeksi dengan memeriksa beta-streptokokus, klamidia trokomatis,
neiseria gonnorea
Di Puskesmas SUMBANG II sendiri untuk menegakkan diagnosa KPD dapat
diambil pemeriksaan lakmus.menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri,
mengajarkan kepada untuk relaksasi nafas dalam saat ada kontraksi, sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kalalo Ribka, dkk dengan judul “Pengaruh Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Respon Nyeri pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif di
Puskesmas Bahu Kota Manado Tahun 2017“ menyatakan bahwa teknik relaksasi
nafas dalam merupakan salah satu cara untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin
secara non farmakologis, dengan menarik nafas dalam-dalam pada saat ada kontraksi
dengan menggunakan pernapasan dada melalui hidung akan mengalirkan oksigen ke
darah yang kemudian dialirkan ke seluruh tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin
yang merupakan penghilang rasa sakit alami dari dalam tubuh. Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
respon nyeri ibu inpartu kala I fase aktif di Puskesmas Bahu Kota Manado (Novita,
Rompas and Bataha, 2017). Mengajarkan suami untuk masase pinggang ibu,
penelitian Erni dan Melyana tentang Literature Review : Penerapan Counter
Pressure Untuk Mengurangi Nyeri Persalinan Kala I memberikan hasil bahwa
penggunaan Counter Pressure efektif untuk mengurangi nyeri persalinan kala I.
Massage counter pressure adalah pijatan yang dilakukan dengan memberikan tekanan
yang terus- menerus pada tulang sakrum pasien dengan pangkal atau kepalan salah
satu telapak tangan. Pijatan counter pressure dapat diberikan dalam gerakan lurus
atau lingkaran kecil. Teknik ini efektif menghilangkan sakit punggung pada
persalinan (Juniartati and Widyawati, 2018). Menganjurkan suami untuk menemani
ibu dan memberikan dukungan kepada ibu serta memenuhi kebutuhan nutrisi dan
cairan ibu, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Adam and Umboh, 2013)
2
9

menyatakan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pendampingan suami


dengan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif hal ini dikarenakan adanya
pengaruh secara psikologis dimana ibu yang mendapat pendampingan suami yang
baik akan merasakan adanya dukungan emosional suami dan hal tersebut dapat
mengalihkan perhatian ibu dan menurunkan tingkat stresor yang menjadi stimulus
nyeri saat bersalin sehingga intensitas nyeri dapat berkurang. Asumsi peneliti ini
sejalan dengan pendapat Andarmoyo dan Suharti bahwa individu yang mengalami
nyeri seringkali membutuhkan dukungan, bantuan, perlindungan dari anggota
keluarga lain atau teman terdekat (Andarmoyo and Suharti, 2013). Menganjurkan ibu
untuk tidak menahan keinginannya untuk BAK, dan ibu bisa BAK menggunakan
pispot. Melakukan informed consent pada ibu dan keluarga bahwa atas advis dokter
apabila belum ada kemajuan persalinan selama 6 jam maka akan dirujuk ke rumah
sakit untuk penanganan lebih lanjut. Ibu dan keluarga bersedia dilakukan rujukan
agar mendapat penanganan yang optimal. Melakukan dukungan psikologis dengan
afirmasi agar ibu tidak cemas. Bidan menelpon rumah sakit rujukan. Pasien
diantarkan bidan ke rumah sakit rujukan dengan menggunakan APD lengkap.
Penatalaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan,
serta menilai data yang baru (Mansjoer, 2011).
Pada saat melakukan penatalaksanaan penulis juga tidak menemukan
kesenjangan antara teori dan kasus nyata dimana semua intervensi yang sudah
direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan dan selalu
berkolaborasi dengan dokter.
Pada kasus dengan ketuban pecah dini dampak psikologi yang akan terjadi
yaitu menimbulkan kecemasan pada ibu. Dalam hal ini keterlibatan seorang bidan
dan dukungan dari keluarga sangat penting. Bertujuan untuk mengurangi rasa cemas
yang dialami ibu, upaya yang dapat dilakukan oleh bidan tersebut memberikan
dukungan dan motivasi serta menganjurkan ibu untuk bedrest/tirah baring, dan
membawa ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai seperti di rumah sakit (Varney,
2012). Sehingga pada penatalaksaan bidan selalu memberikan dukungan positif
kepada pasien serta melibatkan keluarga yang mendampingi ibu, kemudian juga
menganjurkan ibu untuk melakukan tirah baring dengan melakukan segala aktivitas
di tempat tidurnya.
3
0

Berdasarkan kondisi Ny W pada tanggal 13 November 2022 mengalami


pengeluaran cairan ketuban sudah 6 jam, kemudian usia kehamilan 39+5 minggu, dan
pada pemeriksaan dalam pukul 18.40 WIB belum ada pembukaan, penurunan kepala
hodge 1, sehingga dilakukan observasi persalinan, pemberian antibiotik, dan
dilakukan rujukan ke rumah sakit. Penatalaksanaan tersebut dilakukan berdasarkan
kolaborasi dengan dokter untuk mencegah infeksi potensial yang mungkin terjadi
pada kehamilan dengan ketuban pecah dini.
3
1

DAFTAR PUSTAKA

Adam, J. and Umboh, J. M. . (2013) ‘Hubungan antara Umur , Parietas dan


Pendampingan Suami dengan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
Deselarasi di Ruang Bersalin RSUD Prof . Dr . H . Aloei Saboe Kota
Gorontalo’, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Unsrat, 5(2a), pp. 406–413.
Amalia, R. (2014) ‘Hubungan Antara Usia Ibu, Kelainan Letak, Paritas, dengan
Kejadian Ketuban Pecah Dini di Ruang Bersalin RSI Jemursari Surabaya’,
Kebidanan, 3, pp. 39–48.
Andarmoyo, S. and Suharti (2013) Persalinan Tanpa Nyeri Berlebih. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Juniartati, E. and Widyawati, M. N. (2018) ‘LITERATURE REVIEW :
PENERAPAN COUNTER PRESSURE UNTUK MENGURANGI NYERI
PERSALINAN KALA I’, 8(2), pp. 112–119.
Mansjoer, A. (2011) Kapita Selekta Kedokteran. 3rd edn. Jakarta: Media
Aesculapius.
Maria, A. and Sari, U. S. C. (2016) ‘HUBUNGAN USIA KEHAMILAN DAN
PARITAS IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH
DINI’, Jurnal Vokasi Kesehatan, II(1), pp. 10–16.
Novita, K., Rompas, S. and Bataha, Y. (2017) ‘Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
Dalam terhadap Respon Nyeri Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif di Puskesmas
Bahu Kota Manado’, Jurnal Kebidanan UNSRAT, 5(1).
Nugroho, T. (2011) Asuhan Kebidanan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit
Dalam.
Rahayu, B. and Sari, A. N. (2017) ‘Studi Deskriptif Penyebab Kejadian Ketuban
Pecah Dini (KPD) pada Ibu Bersalin’, Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia,
5(2), pp. 134–138. doi: 10.21927/jnki.2017.5(2).134-138.
Varney, H. (2012) Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo S. (2010). Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. YBP-SP. Jakarta

Manuaba I.B.G, Chandranita Manuaba LA, Fajar Manuaba I.B.G.


(2007).Pengantar Kuliah Obstertri. Bab 6: Komplikasi Umum Pada
Kehamilan.

Nugroho. (2012). Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Novianti Rahmat, N. I. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil di RSKDIA

Pertiwi Makassar. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia,

Volume I, Nomor 1, 71-78.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. (2009). Gadar Obstetri & Ginekologi


3
2

& Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta:

EGC.

Norwitz, E, John. S. (2008). At A Glance Obstetri & Ginekologi.

Terjemahan Oleh: Diba A. Eriangga, Jakarta, Indonesia, hal

114-115.

Blumenfeld Y. J., Lee H. C, Gould J. B., Langen E. S., Jafari A. El-Sayed Y.

Y. (2010). The Effect of Preterm Premature Rupture of Membranes

on Neonatal Mortality Rates. Obstetrics & Gynecology.

116(6): 1381-1386.

Anda mungkin juga menyukai