disusun oleh:
NIM P1337424422160
Hari : Kamis
Tanggal : 1 Desember 2022
Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Stase Kolaborasi yang telah diperiksa
dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing institusi Prodi Profesi
Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang Tahun 2022.
Mengetahui
Pembimbing Institusi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketuban Pecah dini atau KPD adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini
KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan.
yang abnormal, defisiensi gizi dari tembaga (Zn) atau asam askorbat amnion
terdapat pada plasenta dan berisi cairan yang didalamnya adalah sifat dari
besar pada angka kematian perinatal pada bayi kurang bulan (Nugroho, 2012).
Penanganan pada ibu ketuban pecah dini inpartu, ketuban pecah dini pada
kehamilan anterm atau preterm, yaitu: Memposisikan panggul lebih tinggi dari
badan ibu (posisi sujud) sehingga tali pusat tidak tertekan kepala janin, posisi
jam dan ampicilin 1 g/oral diikuti 500 mg/6jam. Kehamilan kurang dari 32
Bila tidak ada his, dilakukan induksi persalinan bila ketuban pecah
kurang dari 6 jam dan skor pelvik kurang dari 5 atau ketuban pecah lebih 6
jam dan skor pervik lebih dari 5, seksio cesarea bila ketuban 5 jam dan
skor pelvik kurang dari 5 (Sukarni & P Wahyu, 2013). Di Indonesia setiap
Ketuban Pecah Dini (KPD) berkisar antara 8-10% dari semua persalinan.
Hal yang menguntungkan dari angka kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD)
yang dilaporkan, bahwa lebih banyak terjadi pada kehamilan cukup bulan
yaitu sekitar 66%, sedangkan pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34%.
persalinan dan 86% ibu yang mengalami ketuban pecah dini menjalani
379 orang. Jumlah persalinan dengan KPD sebanyak 11,08 %. Dan pada
pecah dini di sebuah negara adalah sekitar 5-15 persen per 1000 kelahiran
seluruh negara terjadi semenjak tahun 2007- 2008 yaitu 110.000 per
Indonesia faktor risiko yang menyertai ibu saat operasi caesaria yang
(13,14%) adalah ketuban pecah dini (Tati suryati, 2012). Hal ini dapat
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
C. Manfaat
1. Institusi Pendidikan
Dengan diselesaikannya laporan ilmiah ini, diharapkan dapat menjadi
6
2. Puskesmas
1. Defenisi
laten).
2. Epidemiologi
aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput
3. Etiologi
a) Faktor umum
b) Faktor keturunan
kurang.
c) Faktor obstetrik
4. Klasifikasi
kehamilan aterm.
5. Patofisiologi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
inferior rapuh. (manuaba ida 2009) Terdapat keseimbangan antara sintesis dan
c) Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga,
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada
ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini
plasenta. Selain itu, faktor yang paling sering menyebabkan ketuban pecah dini
adalah faktor ekstemal misalnya infeksi. (manuaba ida 2009) Pecahnya selaput
ketuban berkaitan dengan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks
ektraseluler amnion, kotion dan apoptosis membran janin. Membran janin dan
2009)
6. Gejala Klinis
Aroma air ketuban berbau amis, berbeda dengan urin yang berbau pesing
seperti bau amoniak, dengan ciri pucat. Cairan ini tidak akan habis atau kering
dapat terjadi demam, keluamya bercak vagina yang banyak, nyeri perut, dan
denyut jantung janin bertambah cepat. Secara garis besar tanda dan gejala yang
a) Tanda maternal
Tanda pada ibu yang timbul antara lain, demam, takikardi, kontraksi
uterus, keluamya cairan ketuban melalui vagina, cairan amnion yang keruh
b) Tanda Fetal
d) Tanda pada cairan amnion antara lain, volume cairan ketuban berkurang.
7. Diagnosis
bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya.
Sebaliknya diagnosis yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin
mempunyai risiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau
keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosis yang cepat dan tepat.
tampak atau dirasakan oleh pemeriksa, yaitu mengalimya air ketuban dari
mulut rahim. (manuaba ida 2009) Secara prosedural, diagnosis ketuban pecah
c) Anamnesis
banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga
diperhatikan warna keluamya cairan tersebut, his belum teratur atau belum ada
d) Pemeriksaan fisik
e) Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini
akan lebih jelas. Adanya cairan yang berisi mekonium, vemiks kaseosa (lemak
putih) rambut lanugo (bulu-bulu halus), bila telah terlnfeksi akan berbau.
(manuaba ida 2009) ada pemeriksaan dengan spekulum, akan tampak keluar
cairan dari OUE. Seandainya belum keluar, fundus uteri ditekan, penderita
terendah digoyangkan, akan lampak keluar cairan dari ostium uteri dan
terkumpul pada fomiks anterior. Lihat dan perhatikan apakah memang air
ketuban keluar dari kanaiis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau
dalam vagina hanya dilakukan kalau ketuban pecah dini sudah dalam
g) Pemeriksaan penunjang
1
3
antara lain:
Gonorrhoea
trikomoniasis
(4,5) akan berubah menjadi basa (7.0-7,7) dan tampak warna biru pada
kertas nitriazin
8. Prognosis
9. Komplikasi
Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan Janin adalah:
a) Bagi ibu :
2) Partus lama.
b) Bagi janin :
1) Persalinan Prematur
Hal ini bisa menyebabkan gawat Janin dan kematian janin akibat
10. Penatalaksanaan
a) Konservatif
3) Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi beri antibiotik dan lakukan
induksi
kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
sebanyak 4 kali.
b) Aktif
maksimal 4 kali.
persalinan diakhiri:
11. Pencegahan
a) Pencegahan primer
hamil untuk mengurangi aktivitas pada akhir trimester kedua dan awal
1
6
kehamilan juga harus cukup mengikuti Indeks Massa Tubuh (IMT) supaya
supaya menghentikan koitus pada trimester akhir kehamilan bila ada faktor
predisposisi.
b) Pencegahan sekunder
penicillin iv 3 x 1.2 juta IIJ. metronidazol drip. Pemberian kortikosteroid pada ibu
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 13 November 2022
1
7
B. IDENTITAS PASIEN
Identitas pasien Penanggung jawab
Status : Suami
1. Nama : Ny. w 1. Nama : Tn. F
2. Umur : 21 tahun 2. Umur : 37 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Karyawan Swasta
6. Suku bangsa : Jawa 6. Suku bangsa : Jawa
7. Alamat : ciberem 1/1 7. Alamat : ciberem 1/1
C. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang
Ibu mengatakan mengeluarkan air ketuban sejak pukul 10.00 WIB
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mengeluarkan air ketuban sejak pukul 10.00 WIB mengalir
jernih dan belum merasakan kenceng-kenceng.
Uraian Keluhan Utama
Ibu mengatakan pada pukul 10.00 WIB mengeluarkan cairan dari jalan lahir
(mengalir) berwarna jernih, ibu belum merasakan kenceng-kenceng, ibu
datang ke puskesmas II sumbang pada pukul 18.40 WIB dengan diantar
suami dan keluarga.
3. Tanda-Tanda Persalinan
Kontraksi : (-)
Lokasi ketidak nyamanan : -
PPV : cairan ketuban
4. Riwayat Kesehatan
a) Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular maupun tidak
menular, penyakit menurun maupun kronis seperti jantung, DM,
1
8
hipertensi, TBC, asma, malaria, PMS dan HIV/AIDS serta tidak memiliki
alergi terhadap obat-obatan tertentu. Saat ini ibu dalam keadaan sehat dan
tidak sedang dalam masa pengobatan.
b) Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menular maupun tidak menular, penyakit menurun maupun kronis seperti
jantung, DM, hipertensi, TBC, asma, malaria, PMS dan HIV/AIDS serta
tidak ada riwayat kembar
5. Riwayat obstetri :
a) Riwayat Haid :
Menarche : 12 tahun Nyeri Haid : tidak ada
Siklus : 28 hari Lama : 7 hari
Warna darah : Merah kecoklatan Leukhorea : tidak keputihan
Banyaknya : ±2-3x ganti pembalut
b) Riwayat Kehamilan sekarang :
1) Hamil ke 1, usia 39+5 minggu
2) HPHT : 11 Februari 2022 HPL : 18 November 2022
3) Gerak janin
Pertama kali : Ibu merasakan gerak janin pada usia 20 minggu
Frekuensi dalam 12 jam : ±10 x
4) Tanda bahaya : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami nyeri kepala
hebat, perdarahan pervaginam, penglihatan kabur, dan oedem pada
wajah, kaki dan tangan
5) Kekhawatiran khusus : ibu mengatakan sedikit khawatir dengan
kehamilan pertamanya ini
6) Imunisasi TT : Imunisasi TT 5x
7) ANC : 13x
1
9
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu: Ibu mengatakan ini kehamilan
pertama
-
RIWAYAT KB : Pernah / tidak pernah *)
7. Riwayat Psikososial-spiritual
a) Riwayat perkawinan :
1) Status perkawinan : menikah / tidak menikah*), umur waktu menikah
: 20 th.
2) Pernikahan ini yang ke 1 sah/ tidak*) lamanya 1 tahun
3) Hubungan dengan suami : baik/ ada masalah
b) Persalinan ini diharapkan / tidak*) oleh ibu, suami, keluarga;
Respon & dukungan keluarga terhadap persalinan ini : suami dan keluarga
mendukung penuh, mulai dari mengantar ibu sampai dengan menemani
proses persalinan ibu.
c) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : Ibu segera datang ke
tenaga kesehatan setelah mengetahui adanya tanda-tanda persalinan
d) Ibu tinggal serumah dengan : dan suami
e) Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami
Dalam kondisi emergensi, ibu dapat / tidak * mengambil keputusan
sendiri.
f) Orang terdekat ibu : suami
Yang menemani ibu untuk persalinan : tidak ada
g) Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan persalinan : tidak ada
h) Penghasilan suami perbulan: Rp 2.500.000,00 Cukup/Tidak Cukup*)
i) Praktik agama yang berhubungan dengan persalinan : Tidak ada
j) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh nakes wanita maupun pria;
tidak boleh menerima transfusi darah;
tidak boleh diperiksa daerah genitalia,
lainnya : .................................................................................................
................
k) Tingkat pengetahuan ibu :
Hal-hal yang sudah diketahui ibu : Ibu mengetahui bahwa ibu akan
melahirkan, ibu sudah tahu tanda-tanda persalinan
2
1
D. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum: Baik Tensi : 106/76 mmHg
2) Kesadaran : Composmentis Nadi : 85 x/menit
3) TB : 132 cm Suhu /T: 36,5℃
4) LILA : 25 cm RR : 20 x/menit
5) BB : 55 kg IMT : 23.8 kg/m2
b) Status present
Kepala : Distribusi rambut merata, tidak ada benjolan maupun nyeri
tekan
Muka : Tidak pucat , tidak ada oedem
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak pucat
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip
Mulut : Bibir lembab, lidah bersih, gigi tidak karies, gusi tidak
bengkak.
Telinga : Tidak ada penumpukan serumen, tidak ada benjolan
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar thyroid dan
vena jugularis tidak ada nyeri tekan
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada massa
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, tidak ada pembesaran hati dan
kelenjar limpa.
Lipat paha : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada massa
Vulva : Tidak oedem, tidak ada varises, keluar air dari jalan lahir
Ekstremitas : Turgor kulit baik, tidak oedem, pergerakan normal, kuku jari
bersih
Refleks patella : +/+
Punggung : Tidak ada kelainan tulang punggung, tidak ada benjolan
Anus : Tidak ada hemoroid
2
2
c) Status Obstetrik
1) Inspeksi:
Muka : Tidak oedem, tidak pucat, tidak ada chloasma
gravidarum
Mamae : Simetris, tidak ada benjolan, putting susu menonjol,
areola menghitam, ASI belum keluar
Abdomen : Membesar, terdapat linea nigra
Vulva : Tidak oedem, tidak ada varices
2) Palpasi
Leoplod I : TFU 3 jari dibawah PX . Pada bagian fundus teraba
satu bagian bulat besar, lunak, sulit digerakkan (bokong).
Leoplod II : Pada perut ibu sebelah kiri teraba tahanan
keras dan memanjang seperti papan (punggung). Pada perut ibu
sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil dan menonjol
(ekstremitas)
Leoplod III : Pada perut ibu sebelah bawah teraba satu bagian
bulat keras (kepala), tidak bisa digoyang
Leoplod IV : bagian terbawah janin sudah masuk PAP, tangan
pemeriksa divergen
Penurunan Kepala : 1/5
TFU : 32 cm TBJ : 3050 gram
3) Auskultasi :
DJJ : 136 x/menit
2. Pemeriksaan Dalam : tgl/jam : 13 November 2022/ 18.40 WIB
Vulva/vagina : Tidak oedem, tidak varises, tidak ada benjolan
Serviks :
Posisi : Anterior / Medial/ Posterior *)
Pembukaan :∅ 1 cm
Efficement : 0%
Kulit ketuban : negative
Presentasi : - (sulit dinilai)
POD (Point of direction): - (sulit dinilai)
Penyusupan : - (sulit dinilai)
Penurunan bag. Terbawah : hodge I
3. Pemeriksaan penunjang : 14 Oktober 2022
2
3
Hb: 11,3 %, HbSAg: Negatif, Protein urin: Negatif, Rapid Test Antibodi: Non
reaktif, test lakmus (+)
4. Informasi tambahan:
- Telah diberikan terapi Ampicilin 1000 mg pada pukul 00.00 WIB
- Pada pukul 22.40 WIB observasi tidak ada kemajuan, telp dokter advis
dokter adalah rujuk RS apabila sudah 6 jam tidak ada kemajuan
E. ANALISA
Ny. W umur 21 tahun G1P0A0, hamil 39+5, janin tunggal, hidup intra uteri, letak
membujur, presentasi kepala, PUKI, U belum ada pembukaan dengan KPD 6 jam
Diagnosa Aktual : KPD
Diagnosa Potensial : Infeksi maternal/ neonatus dan gawat janin
F. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan
Hasil: ibu dan keluarga mengetahui kondisinya.
2. Menganjurkan ibu untuk bebaring miring ke kiri dan mengajari teknik
relaksasi saat ada kontraksi dengan mengambil nafas dalam dan panjang.
Hasil: ibu berbaring miring ke kiri dan relaksasi saat ada kontraksi.
3. Menganjurkan ibu untuk berkemih
Hasil : Ibu bersedia untuk berkemih dan tidak akan menahan buang air kecil
4. Menganjurkan keluarga untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi ibu.
Hasil : ibu bersedia minum 1 gelas air putih.
5. Memberikan terapi Ampicilin 1000mg pada pukul 00.00
Hasil : terapi sudah diberikan
6. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa atas advis dokter, akan dilakukan
rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi karena ketuban sudah pecah 6
jam yang lalu
Hasil : ibu dan keluarga mengerti dan bersedia untuk dilakukan rujukan
7. Melakukan inform consent dengan keluarga pasien
Hasil : inform consent sudah dilakukan
8. Memberikan dukungan psikologis pada ibu agar tidak cemas
Hasil : ibu memahami kondisinya dan lebih tenang setelah bidan memberikan
afirmasi
2
4
CATATAN PERKEMBANGAN
P=
1. Bidan puskesmas melakukan operan atau
pelaporan pemeriksaan yang telah
dilakukan kepada bidan jaga di RS
rujukan
Hasil : operan telah dilakukan
2. Bidan jaga PONEK melakukan konsultasi
dengan dokter SpOG
Hasil : dilakukan pemantauan kemajuan
persalinan apabila tidak ada akan
dilakukan operasi SC dan advis dokter
diberikan obat antibiotik
2
6
PEMBAHASAN
A= Ny. W umur 21 tahun G1P0A0, hamil 39 minggu 5 hari, janin tunggal, hidup
intra uteri, letak kepala, presentasi kepala, PUKI, U dengan KPD 6 jam
P=
1. Bidan puskesmas melakukan operan atau pelaporan pemeriksaan yang
telah dilakukan kepada bidan jaga di RS rujukan
Hasil : operan telah dilakukan
2. Bidan jaga PONEK melakukan konsultasi dengan dokter SpOG
Hasil : dilakukan pemantauan kemajuan persalinan apabila tidak ada akan
dilakukan operasi SC dan advis dokter diberikan obat antibiotik
pembukaan, Efficement 0 %, kulit ketuban sulit dinilai, air ketuban (+) jernih,
presentasi sulit dinilai, penurunan bagian terbawah di hodge I.
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium yaitu tanggal Tanggal 13-11-2022: HB (11,3 g/dl), HBsAg (NR), Rapid
Antibodi (Negatif), Protein Urin (Negatif), lakmus test positif.
Dalam teori kejadian ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya
(Nugroho, 2011). Salah satu etiologi penyebab kejadian KPD menurut penelitian
yang dilakukan oleh Amalia (2014) mengemukakan bahwa usia kehamilan yang
semakin besar tekanan uterus meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah
sebelum waktunya. Melemahnya selaput ketuban ada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin (Amalia, 2014). Selain itu,
penelitian Agatha Maria mendapatkan hasil bahwa kejadian ketuban pecah dini lebih
banyak ditemukan pada ibu dengan usia kehamilan 37-42 (aterm) sebanyak 44
responden (46,8%) jika dibandingkan dengan ibu usia kehamilan <37 minggu dan >
42 minggu (preterm dan postterm) sebanyak 3 responden (3,234%). Ibu dengan usia
2
8
DAFTAR PUSTAKA
EGC.
114-115.
116(6): 1381-1386.