Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIFE CARE REGIONAL ANESTESI

PADA Ny.B DENGAN KEJADIAN KPD DI RUANG INSTALASI BEDAH


SENTRAL RSU AGHISNA MEDIKA KROYA

Disusun untuk Melengkapi Salah Satu Laporan Kasus Praktik Klinik Stase Peminatan
Perioperatif Care Tahun Akademik 2023/2024

Disusun Oleh :
Syaif Al-Islam
Nomor Induk Mahasiswa A12020142

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
UNIVERISTAS MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2024
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa “Asuhan Keperawatan


General Anestesi Pada Ny B Dengan KPD Di Ruang IBS (Instalasi Bedah
Sentral) RS Aghisna Medika Kroya”

Disusun oleh : Syaif Al-Islam


NIM : A12020142

Telah disetujui pada tanggal 20 Januari 2024

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Fajar Agung Nugroho, MNS Wahyu Koko Wijanarko,


A.Md.Kep., CAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah sebuah proses yang dimulai dari tahap konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 38 minggu - 40 minggu dihitung dari
haripertama haid terakhir. Di masa kehamilan memungkinkan untuk ibu hamil
mengalami beberapa masalah yang merupakan tanda bahaya kehamilan,yaitu muntah
terus menerus,demam tinggi,kaki bengkak,ketuban pecah dini,dan perdarahan. Ketuban
pecah dini atau premature rupture of membrane (PROM) adalah salah satu kelainan
dalam kehamilan. Risiko yang ditimbulkan yaitu bisa terjadinya infeksi.
(Kemenkes,2019).
Infeksi adalah salah satu penyebab kematian ibu.Infeksi bisa terjadi selama
kehamilan,persalinan,dan nifas. Salah satu penyebab infeksi adalah ketuban pecah
dini.Sekitar (25%) infeksi intrauterine disebabkan oleh ketuban pecah dini yang lama
mendapatkan penanganan oleh tenaga kesehatan, semakin lama jarak antara pecahnya
ketuban dengan persalinan,maka semakin tinggi pula resiko morbiditas dan mortalitas ibu
dan janin.( Wulandari,2018).
Di Indonesia, kejadian ketuban pecah dini berkisar antara 8-10% dari seluruh
kehamilan. Angka kejadian ketuban pecah dini diperkirakan mencapai 3-10% dari total
persalinan. (Ekawati et.al,2022).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada
tandatanda persalinan dan setelah satu jam tidak diikuti proses inpartu sebagaimana
mestinya. Apabila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang
dari 5cm. Hal ini dapat terjadi saat akhir kehamilan maupun sebelum waktunya
melahirkan. (Prawirohardjo,2016 dan Kennedy et al,2019).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan anestesi pada pasien pecah
ketuban dini?
C. Ruang Lingkup
Dalam pembahasan kasus ini adalah mengenai asuhan keperawatan dan penatalaksanaan
anestesi umum (anestesi spinal) pada Ny.B usia 42 tahun dengan tindakan SC pada kasus
KPD.
D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui Asuhan Kepenataan Anestesi pada pasien dengan KPD

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengkajian apa saja pada pasien dengan KPD.


b. Mengetahui analisis data untuk pasien dengan KPD.
c. Mengetahui diagnosis pada pra, intra, dan pasca anestesi pada pasien
dengan KPD.
d. Mengetahui intervensi apa saja yang akan diberikan pada pasien dengan KPD.
e. Mengetahui implementasi apa yang akan dilakukan pada pasien dengan KPD.
f. Mengetahui evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan
KPD.
E. Manfaat
1. Bagi Individu
Dapat membandingkan teori yang didapat dibangku kuliah dengan kenyataan yang
ada di lapangan dan mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan praktek
dirumah sakit Di ruang IBS terkait laparotomi apendisitis
2. Bagi Rumah Sakit
Membantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang asuhan keperawatan
keperawatan perioperati, membantu untuk mendukung pelaksanaan meningkatkan
pelayanan operasi yang optimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
1. Air Ketuban (Liquar Amnio) atau Tiris
Dalam amnio yang diliputi oleh sebagian selaput janin yang terdiri dari lapisan
selaput ketuban (amnio) dan selaput pembungkus (chorion) terdapat air ketuban
(liquor amnio). Volume air ketuban pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml, warna
agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak amis, cairan ini dengan berat jenis
1.007-1.008 terdiri atas 97-98% air, sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan
organik dan bila di teliti benar protein ini ditemukan rata-rata 2,6% perliter, sebagian
besar sebagai albumin. Warna air ketuban ini menjadi kehijau-hijauan karena
tercampur meconium (kotoran pertama yang dikeluarkan bayi dan mengeluarkan
empedu).
2. Fungsi Air Ketuban (Liquar Amnio) atau Tiris
a) Melindungi janin terhadap trauma luar.
b) Memungkinkan janin bergerak dengan bebas.
c) Melindungi suhu tubuh janin.
d) Meratakan tekanan didalam uterus pada saaat partus, sehingga servik membuka.
Membersihkan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan steril dan akan
mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi tidak mengalami infeksi.
Untuk menambah suplai cairan janin dengan cara ditelan atau diminum yang
kemudian dikeluarkan melalui kencing.

Amnion manusia dapat berkembang dari delaminasi sitotrofobulus, ketika amnion


membesar perlahan-lahan kantong ini meliputi embrio yang sedang berkembang yang
akan prolaps kedalam rongganya. Distensi kantong amnion akhirnya mengakibatkan
kontong tersebut menempel dengan bagian didalam ketuban (interior korion), dan
amnion dekat akhir trimester pertama mengakibatkan kantong tersebut menempel
dengan bagian didalam ketuban (entrior korion), amnion dan korion walaupun sedikit
menempel tidak pernah berhubungan erat dan biasanya dapat dipisahkan dengan mudah
bahkan pada waktu aterm, amnion normal mempunyai tebal 0,02 sampai 0,5 mm.

B. Definisi
Ketuban Pecah Dini atau ketuban pecah sebelum waktunya ( KPSW) atau
premature repture of the membrane (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Pecahnya ketuban sebelum persalinan atau pembukaan pada
primipara < 3 cm dan multipara < 5 cm ( Purwaningtyas, dkk. 2017).
Ketuban Pecah Dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban
sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi setelah usia gestasi 37
minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of membranes (PROM) dan
sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau preterm premature rupture of
membranes (PPROM) (PNPK, 2016).
Ketuban Pecah Dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban
sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi setelah usia gestasi 37
minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of membranes (PROM) dan
sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau preterm premature rupture of
membranes (PPROM) (PNPK, 2016).
C. Tanda dan Gejala
1. Keluarnya cairan yang berisi mecanicum
Cairan dapat keluar saat tidur, duduk, berdiri, atau saat berjalan. Cairan berwarna
putih, keruh, jernih dan hijau.
2. Demam
Apabila ketuban telah lama pecah dan terjadi infeksi, maka pasien akan demam.
3. Bercak darah vagina yang banyak
Plasenta previa: kondisi ini terjadi apabila plasenta berada di bagian bawah saluran
vagina dan menyebabkan jalan lahir bayi terhalang pelepasan plasenta: kondisi ini
terjadi apabila plasenta terlepas dari dinding uterus sebelum atau pada saat
melahirkan dan darah mengumpul diantara plasenta dan uterus.
4. Nyeri perut
Ketuban pecah dini menyebabkan kontraksi yang mengakibatkan nyeri atau kram
pada perut.
5. Denyut jantung janin bertambah cepat
DJJ bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi.
D. Patofisiologi
Patofisiologi dari ketuban pecah dini yaitu apabila ada perubahan struktur, jumlah sel
dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah sehingga
menyebabkan ketuban pecah. Pada awal kehamilan ketuban masih sangat kuat, di
kehamilan akhir ketuban mudah pecah karena melemahnya selaput ketuban yang
berhubungan dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, serta gerakan janin. Infeksi
adalah salah satu akibat dari ketuban pecah dini, yang disebabkan karena adanya patogen
dari saluran genetalia yang disebut Chlamidia trachomatis, Neiseria gonorhoeae, group B
beta Hemolytic streptococcus, dan Trichomonas vaginalis, paling sering ditemukan
dalam cairan ketuban adalah patogen ini. Dari patogen tersebut terjadi kontraksi uterus
yang disebabkan oleh lepasnya mediator inflamasi oleh patogen. Hal ini bisa
menyebabkan pecahnya selaput ketuban, perubahan, dan pembukaan pada serviks, selain
ini ada juga peningkatan tekanan secara tiba tiba sehingga membuat peningkatan tekanan
intra amnioniotik dan refleks mengejan yang sering terjadi pada kontraksi uterus preterm
(< 37 minggu) atau pun aterm (> 37 - 40 minggu). Ketidakseimbangan TMP dan MMP
atau peningkatan sitokin lokal dari respon kolnisasi mikroba juga bisa mengakibatkan
ketuban pecah dini (Andalas et al., 2019).

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
Pada kasus KPD leukosit darah > 15.000/mm3 , Hemoglobin normal 12 gram%.
Janin yang mengalami takikardi mungkin mengalami infeksi intrauterine.
2. Tes lakmus/Tes nitrazin
Salah satu tes untuk mendiagnosis ketuban pecah dini adalah tes nitrazin (lakmus
test). Secara normal pH cairan vagina adalah berkisar antara 4,5-6,0 dan cairan
amnion berkisar antara 7,1-7,3. Akan terjadi perubahan warna pada kertas lakmus
yakni menjadi warna biru jika cairan vagina tersebut memiliki pH basa. Namun, jika
kertas lakmus tersebut tetap berwarna merah, hal tersebut menandakan jika selaput
ketuban masih utuh. Penyebab tes pH 54 positif palsu bisa dikarenakan adanya darah
atau air mani, antiseptik alkali, atau vaginosis bakteri. Namun, juga dapat terjadi
negatif palsu apabila ketuban pecah dini sudah berlangsung lama. Oleh karena itu,
perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan ultrasonografi (Dayal S et al., 2020).
3. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG berfungsi untuk menilai indeks cairan amnion. Jika volumenya
berkurang tanpa adanya abnormalitas ginjal janin dan tidak ada pertumbuhan janin
terhambat, maka dapat didiagnosis ketuban pecah (POGI, 2016)
4. Pemeriksaan cardiotography (CTG)
Cardiotocography (CTG) adalah alat khusus yang digunakan untuk memantau denyut
jantung janin dan kontraksi rahim. Tindakan ini dapat melihat adanya gangguan
perkembangan janin sebelum atau selama persalinan. Hasil dari pemeriksaan CTG
adalah Non Stress Test (NST) yaitu untuk menilai gambaran denyut jantung janin
dalam hubunngannya dengan erakan/aktivitas janin. Adapun penilaian NST
dilakukan terhadap frekuensi dasar DJJ (baseline), variabilitas (variability), dan
timbulnya akselerasi yang sesuia dengan gerakan/aktivitas janin (Fetal Activity
Determination/FAD). Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus
secara normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada
usia 55 kandungan minimal 26-28 minggu atau kapan pun sesuai dengan kondisi
bayi. Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin dalam hubungannya dengan
gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat
peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik,
pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin
(Prawirohardjo, 2014).
F. Terapi
1. Obat Anestesi Regional
Levobupivacaine 15 mg
2. Obat Vasokontriksi
Fentanyl 25 mg
3. Obat kristaloid dan koloid
Ringer Lactate 500ml/16 tpm
4. Obat Induksi
Oxytocin 20 unit
5. Obat Pencegah Perdarahan
Metthylegometrine 0,4 mg

G. Fokus Pengkajian
1. Anamnesa
Keluarnya cairan dengan volume yang banyak secara tiba-tiba dari vagina atau
jalan lahir dengan ciri berbau khas. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
warna dari cairan tersebut, his teratur atau tidak teratur, dan apakah ada
pengeluaran lendir darah, perlu diketahui waktu dan kuantitas dari cairan yang
keluar, usia gestasi dan taksiran persalinan, riwayat KPD aterm sebelumnya, dan
faktor risiko lainnya (Prawirohardjo, 2016).
2. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina,
apabila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan
ini akan lebih jelas.
3. Tes Valsava
Dilakukan dengan cara melakukan ekspirasi paksa dengan menutup mulut dan
hidung yang akan menambah tekanan pada telinga dan tekanan pada bagian
fundus, sehingga jika terjadi KPD, maka air ketuban akan keluar.
4. Pemeriksaan Spekulum
Pada pemeriksaan dengan menggunakan spekulum, maka akan tampak cairan
bening yang mengalir dari ostium uteri eksternum (OUE) dan apabila dilakukan
penekanan pada fundus uteri atau pasien diminta untuk manuver valsava
misalnya dengan batuk dan mengejan, maka cairan tersebut akan terkumpul di
forniks posterior. Pada pemeriksaan dalam vagina (PDV) saat proses persalinan,
maka didapatkan hasil tidak ditemukannya selaput ketuban (Prawirohardjo,
2016).
5. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah
tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan toucher perlu
dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam
persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam karena pada waktu
pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim
dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut dapat dengan cepat
menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina dilakukan bila dalam persalinan atau
yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin (Norma dan Dwi,
2013).

Selain itu, untuk menentukan diagnosa dengan tentukan pecahnya selaput


ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina. Jika tidak ada dapat dicoba
dengan menggerakan sedikit bagian 53 terbawah janin atau meminta pasien batuk
atau mengejan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus
(nitrazin test) merah menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan
pemeriksaan USG. Tentukan tidak ada infeksi. Tandatanda infeksi adalah bila
suhu ibu > 37,5 0C serta air ketuban keruh dan berbau. Janin yang mengalami
takikardia mungkin mengalami infeksi intrauterine. Tentukan tanda-tanda
persalinan dan skoring pelvik. Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa
dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan)
(Prawirohardjo, 2014).
H. Intervensi Keperawatan
1. Pre Anestesi
a. Diagnosa : Ansietas b.d krisis situasional (terjadinya KPD)
1) Tujuan
Ansietas berkurang
2) Kriteria Hasil :
a) Tingkat ansietas dapat berkurang
b) Rasa nyaman klien terpenuhi
c) Pasien tampak rileks
3) Rencana Intervensi
a) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
b) Perilaku gelisah menurun,
c) Muka pucat menurun
d) Cemas menurun
e) Ketegangan menurun
f) Klien mampu mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas

b. Diagnosa : Risiko Cedera Bayi b.d


1) Tujuan
Risiko cedera bayi berkurang
2) Kriteria Hasil
a) Kejadian cedera menurun (DJJ membaik 120- 160x/menit)
b) Frekuensi gerak janin membaik
c) Berat badan membaik
d) Tanda – tanda vital dalam rentang normal
3) Rencana Intervensi
a) Kejadian cedera bayi menurun
b) Perdarahan menurun
2. Intra Anestesi
1) Diagnosa
Perdarahan b.d tindakan pembedahan
2) Tujuan : Perdarahan berkurang atau bahkan tidak terjadi perdarahan selama
operasi
3) Kriteria Hasil
a) Mengelola dan meminimalisir episode perdarahan agar tidak banyak terjadi
perdarahan9ol
b) Akral hangat,tidak pucat dan tidak sianosis
c) TV pasien normal yaitu
TD: 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg,
Nadi: 60-100 kali permenit
Pernafasan 12-20 x/menit,
Sp02 96%-100%
4) Rencana Intervensi
a) Pantau lokasi pembedahan untuk mencari perdarahan, dehiscence, dan
pengeluaran isi.
b) Berikan oksigen sesuai program dan transfusi darah
c) Pasang selang IV, gunakan kateter berdiameter besar untuk mencegah syok
d) Kolaborasikan dengan dokter terkait pemberian obat anti pendarahan seperti
asam traneksamat atau mettylercometine
3. Post Anestesi
1) Diagnosa : Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2) Tujuan : Nyeri akut berkurang atau hilang.
3) Kriteria Hasil :
a) Menunjukan penurunan skala nyeri menjadi 3.
b) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
4) Rencana Intervensi
a) Kaji tingkat nyeri pasien dengan pengkajian PQRST.
b) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
c) Edukasi pasien tentang apa penyebab nyeri.
d) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Pre Operasi
Tanggal Pengkajian : Minggu, 6 Januari 2024
Jam Pengkajian : 10.48 WIB
1. Identitas Pasien
Nama : Ny S
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Pereempuan
Alamat : Karangturi RT 03/04
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Diagnosa Medis : G4P3A0 UK 38 Minggu HDK dan KPD
Jenis Tindakan : Sectio Caesarea
Nomor RM : 045972
Tanggal MRS : 05-01-2024
Tanggal Operasi : 06-01-2024
Status ASA : ASA 2 (Hipertensi)
Jenis Anestesi : RA-SAB
Lama Anestesi : 10.48-11.30
Lama Operasi : 10.50-11.20
2. Keluhan Utama
Pasien panik dan gelisah karena melihat ada cairan banyak ketika hendak ke kamar
mandi
3. Riwayat Penyakit Sekarang
G4P3A0 UK 38 Minggu HDK dan KPD
4. Riwayat Penyakit Dahulu
G4P3A0 dan Hipertensi
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
6. Keadaan Pra Bedah
BB : 68 kg
TB : 155 cm
Golongan Darah : B+
Makan Terakhir : 02.00
Minum Terakhir : 04.00
Tekanan Darah : 150/98
Nadi : 90
HB : 12,9
7. Pemeriksaan Fisik
a. Breathing
Asthma (-), Riwayat Asthma (-), ISPA (-), Riwayat Alergi (-)
Airway : Paten, Mallampati I, jarak Menthotyroid >6cm,Buka Mulut >3jari, gigi
palsu (-), Gigi tongos (-), gerakan leher fleksi dan ekstensi normal
Breathing : Nafas spontan, RR : 18x/menit, suara nafas bersih vesikuler, tidak
ada suara tambahan seperti ronchi dan wheezing, tidak terdapat distraksi alat
bantu nafas
b. Blood
Akral hangat-kering-merah,CRT <2 detik. Suara jantung S1 S2 tunggal, murmur
(-), gallop (-), riwayat HT (+) Tekanan darah 1550/98
c. Brain (Saraf)
Pasien sadar baik, G4C5S6
d. Bladdder
Pasien BAK Spontan, warna urine kuning gelap, Menggunakan DC
e. Bowel
Bising usus (+) normal 12x/menit, abdomen flat, soefl, distended (-), tidak
terdapat nyeri tekan pada perut, hepar/lien tidak teraba
f. Bone
Ekstremitas bawah agak bengkak, ekstremitas atas normal
8. Psikososial
Pasien mengatakan cemas akan kondisi pecah ketuban dini serta cemas akan
dilakukan operasi sc.
9. Pemeriksaan Penunjang
Komponen Hasil Nilai Normal
Hemaglobin 12,9 13,2-17,3
Eritrosit 429 4,3-6,3
Leukosit 11,6 3,8-10,6
Trombosit 279 150-440
Hematokrit 39 40-52
MCV 90,9 80-100
MCH 30,2 26-34
MCHG 33,2 31-35
RDW-CV 13,7 10-15
Eosinofil 0 0-1
Basofil 0 0-1
Limfosit *14 20-70
Neutrofil *81 17-60
Monosit 5 1-6
CT 2.39 2-6
BT 1.27 1-3
HbsAg Negatif Negatif

B. Persiapan Operasi
1. Persiapan pasien sebelum operasi
Pasien tiba di IBS jam 10.30 dan dipersilahkan beraring pada bed yang telah
disiapkan. Paisen terpasang infus ditangan kanan menggunakan tranfusi set dengan
NACL 500 cc 16 lpm. Psien telah berpuasa selama 8 jam.
Pasien telah berpuasa selama 8 jam sehingga cairan yang dibutuhkan sebagai
pengganti sebesar:
Lama Puasa : 8 jam
Maintannace : 130cc/jam
Cairan Pengganti Puasa : 8x 130cc
: 1040 cc
Jadi cairan penggantu puasa sebanyak 1040 cc, sehingga pasien memerlukan loading
cairan sebanyak 1040 cc.
2. Persiapan alat dan obat
Persiapan alat spinal anestesi (Latief,2001)
a. Persiapan Alat
 Peralatan monitor
 Tekanan darah,nadi dan oxymetri dan EKG
 Peralatan resusitasi/anestesi umum
 Jarum spinal no 27G
 Spuit 3cc dan 5cc
 Handscoon steril sesuai ukuran 7,5
 Tegadem
 Spinal set
o Menyiapkan 5 buah kassa deepers
o Duk lubang
o Klem
o Cucing (betadine dan alkohol)

b. Persiapan obat spinal anestesi


 Obat Anestesi Regional
Levobupivacaine 15 mg
 Obat Vasokontriksi
Fentanyl 25 mg
 Obat kristaloid dan koloid
Ringer Lactate 500ml/16 tpm
 Obat Induksi
Oxytocin 20 unit
 Obat Pencegah Perdarahan
Metthylegometrine 0,4 mg

Persiapan RA-SAB Anestesi


a. Mesmastikan terdapat aliran listrik didalam kamar operasi
b. Memastikan adanya gas oksigen dan nitrogen
c. Menyiapkan mesin anestesi dan monitor vital sign, menghubungkanya sumber
listrik dan memastiakan keduanya berfungsi dengan baik
d. Menghubungkan gas oksigen dan nitrogen ke mesin anestesi. Melakukan
pengecekan dengan cara melihat flow meter
e. Memastikan tidak adanya kebocoran sirkuit nafas dan memeriksa kondisi APL
(adjustable pressure-limitating valve)
 Menyiapkan STATICS
o Stetoscope
o Tube
o Airway
o Tape untuk fiksasi
o Introducer
o Connector
o Suction
o Laringoscope dengan bilah curve nomor 3 dan 4
 Persiapan Peralatan Lain
o Bantal intubasi
o Ambu bag
o Magil forcep
o Stetoskop
o Standar infuse
o Gunting
o Melakukan setting ventilator, tidal volume: 400ml, frekuensi nafas:
18x/menit dan ekspirasi: inspirasi = 2:1
o Melakukan setting alarm monitor dengan menentukan nilai maksimal dan
minimal SpO2, tekanan darah systole dan dystole dan heart rate

 Persiapan obat
 Obat Anestesi Regional
Levobupivacaine 15 mg
 Obat Vasokontriksi
Fentanyl 25 mg
 Obat kristaloid dan koloid
Ringer Lactate 500ml/16 tpm
 Obat Induksi
Oxytocin 20 unit
 Obat Pencegah Perdarahan
Metthylegometrine 0,4 mg

C. Pengkajian Intra Anestesi


Jam N SpO2 TD N2O + Sevo RR Tindakan

O2
10.30 90x/mnt 97% 130/90 - - 20 pasien masuk ibs

mmHg x/mnt
10.23 93 x/mnt 100% 123/97 3lt/m - 18 IBS
mmHg x/mnt

10.40 90 98% 151/88 3lt/m - 17x/ premedikasi


mnt
x/mnt mmHg
10.59 112/ 89% 152/80 3 - 17 anestesi
lt/mnt
x/mnt mmHg x/mnt

11.03 95 % 130/77 3 - 20x/ insisi /


70x/mnt
lt/mnt mnt pembedahan
mmHg
11.07 102 99% 86/ 36 3 lt/mn - 16 resiko
perdarahan
x/mnt mmHg x/mnt
11.31 95 99% 127/61 3 lt/mn - 17/ selesai
operasi dan
x/mnt mmHg x/mnt
sign out
11.48 80 x/mnt 99% 126/73m 3 lt/mn - 16 pantau TTV
mhg x/mnt pindah ke
ruangan.
11.53 75 99% 126/69 3lt/mn - 17x/ pindah ke
x/mnit mmhg mnt ruangan

D. Pengkajian Cairan Intra Anestesi


Input Output Balance
Kristaloid Koloid Darah Urine M+O
500 cc - 500ml -
Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
Pre Anestesi
1. Data Subyektif Ansietas Kekhawatiran
 Pasien mengatakan khawatir mengalami
terhadap kondisi bayi setelah kegagalan
mengalami ketuban pecah dini
Data Obyektif
 Pasien tampak gelisah
 Tanda tanda vital pasien
Tekanan Darah : 150/98
Nadi : 90
2 Data Subjektif Risiko cedera bayi Ketuban Pecah
 Pasien mengatakan keluar cairan Sebelum Waktunya
banyak ketika hendak buang air (KPSW)/ KPD
kecil
Data Objektif
 Pemeriksaan kertas lakmus
merah menjadi biru keunguan
 Tekanan Darah : 150/98
Nadi : 90
Intra Anestesi
1. Data Subjektif Risiko perdarahan Tindakan
- pembedahan
Data Objektif
 Pasien tampak pucat
 Terlihat perdarahan
 Tanda tanda vital
TD : 86/36
N : 1000

Post Anestesi
1. Data Subjektif Nyeri akut Agen cedera
fisiologis
 P : Pasien mengatakan nyeri
ketika digerakan
 Q : Nyeri terasa tertusuk-tusuk
 R : Nyeri pada bagian perut
kanan bawah
 S : Skala nyeri 6
 T : Nyeri terasa hilang timbul
Data Objektif
 Tanda tanda vital
TD : 127/61
N : 78
Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No Problem Rencana intervensi Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi
1. Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Dampingi pasien 6 Januari 2024 1. Mendampingi pasien 10.35
kekhawatiran keperawatan selama 1 x 10 2. Jelaskan pengertian tentang KPD 10.30 2. Menjelaskan S:
mengalami menit diharapkan ansietas serta jenis tindakan operasi yang pengertian tentang Pasien mengatakan
kegagalan2 berkurang dengan kriteria hasil akan dilakukan KPD serta jenis mengerti tentang KPD
1. Tingkat ansietas dapat 3. Ajarkan relaksasi napas dalam tindakan operasi dan memahami
berkurang 4. Kolaborasi dengan tim medis yang akan dilakukan prosedur operasi SC
2. Rasa nyaman klien untuk pemberian sedtive jika agar pasien tidak sehingga rasa
terpenuhi perlu. khawatir khawatir akan
3. Pasien tampak rileks 3. Mengajarkan keselamatan janin
relaksasi nafas berkurang
dalam O:
1. Pasien tampak
lebih tenang
2. Tekanan Darah :
130/90
Nadi: 90
A:
Masalah keperawatan
teratasi
P : Intervensi
dihentikan
2. Risiko cedera Setelah dilakukan tindakan 1x30 1. Periksa DJJ selama 1 mneit 6 Januari 2024 1. Memeriksa DJJ 10.40
pada bayi b.d menit diharapkan keparahan dan 2. Periksa riwayat kehamilan 10.35 selama 1 mneit S:
ketuban pecah cedera yang mungkin terjadi sebelumnya 2. Memeriksa riwayat Pasien mengatakan
sebelum menurun dengan kriteria hasil : 3. Monitor tanda tanda vital ibu kehamilan keluar cairan banyak
waktunya 1. Kejadian cedera menurun 4. Jelaskan prosedur operasi SC sebelumnya ketika hendak BAK
(KPSW)/ KPD 2. Perdarahan menurun 5. Atur posisi pasien 3. Memonitor tanda O:
6. Informasikan hasil pemantauan tanda vital ibu 1. Pemeriksaan
7. Identifikasi kegiatan ibu selama 4. Menjelaskan kertas lakmus
dirumah prosedur operasi SC merah menjadi
5. Mengatur posisi biru keunguan
pasien 2. Tekanan Darah
6. Menginformasikan 150/98
hasil pemantauan Nadi : 90
7. Mengidentifikasi 3. DJJ : 140
kegiatan ibu selama 4. Melakukan
dirumah kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
oxytocyn
A:
Masalah keperawatan
belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan

3. Risiko Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau lokasi pembedahan 6 Januari 2024 1. Memantau lokasi 11.13
perdarahan b.d keperawatan anestesi selama untuk mencari perdarahan, 11.07 pembedahan
tindakan operasi berlangsung diharapkan dehiscence, dan pengeluaran untuk mencari S:
pembedahan masalah perdarahan berkurang / isi. perdarahan -
teratasi dengan kriteria : 2. Berikan oksigen sesuai 2. Memberikan O:
1. Mengelola dan program dan transfusi darah oksigen sesuai 1. Aliran infus
meminimalisir episode 3. Kolaborasikan dengan dokter program 3lt/mnt lancar
perdarahan agar tidak terkait pemberian obat anti 3. Melakukan 2. Terpasang infus
banyak terjadi perdarahan pendarahan kolaborasi RL 500 ml
2. Akral hangat,tidak pucat dengan dokter 3. TD : 130/60
dan tidak sianosis anestesi dan mmHg
3. TTV pasien normal yaitu bedah ketika N : 87 x/mnt
TD: 90/60 mmHg hingga memberikan RR : 17 x/mnt
120/80 mmHg, Methylegometrine Spo2 : 100 %
4. Nadi: 60-100 kali permenit dan asam A:
tranexamat. Masalah keperawatan
teratasi
P:
Intervensi dihentikan
4. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan 1. O: Kaji nyeri termasuk 6 Januari 2024 1. Mengkaji tingkat 11.35
agen pencedera asuhan kepenatan 1 x 10 menit lokasi,durasi dan skala nyeri 11.31 nyeri pasien dengan S:
fisiologis diharapakan nyeri akut serta observasi TTV PQRST P : Pasien
berukang dan teratasi dengan 2. T : Atur posisi pasien Mengajarkan teknik mengatakan
kriteria hasil senyaman mungkin relaksasi nafas bertambah ketika
1. Tingkat kenyamanan 3. E: Ajarkan Teknik relaksasi dalam bergerak
dengan pasien sudah tidak nafas dalam 2. Mengedukasi Q: Nyeri dirasa
merasakan nyeri 4. C: Kolaborasi dengan keluarga pasien seeperti tertusuk tusuk
perawat untuk pemberian tentang penyebab R: Pasien mengatakan
2. Tingkat nyeri berkurang terapi non farmakologi nyeri merasa nyeri dibagian
dari skala 6 menjadi 3 3. Melakukan perut (luka operasi
kolaborasi dengan SC)
dokter dalam S:5
pemberian obat T: Hilang timbul
analgesik O:
1. Pasien temapk
meringis
kesakitan
2. TD : 127/61
Nadi 78
RR : 18
Spo2 : 99
A:
Masalah keperawatan
belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
E. Evaluasi Post Anestesi
Bromage Score Pukul 11.53
Gerakan penuh tungkai 0
Tak mampu ekstensi tungkai 1
Tak mampu fleksi lutut 0
Tak mampu fleksi pergelangan tangan kaki 0
Total 1

F. Discharge Summary
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan monitoring pasca anestesi di ruang
pemulihan selama 15 menit didapatkan :
1. Tingkat ansietas menurun
2. Perdarahan dapat teratasi dengan hasil TD : 130/60 mmHg,N : 87 x/mnt,
3. Operasi SC berhasil dengan keadaan ibu benafas normal R : 17 x/mnt, Spo2 : 100 %
serta bayi menangis spontan
4. Skala nyeri pasca anestesi adalah 5
5. Total nilai bromage score <2 pukul 11.53

BAB IV
PEMBAHASAN

Terdapat beberapa definisi Sectio Caesarea (SC). SC adalah suatu persalinan buatan,
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500
gram (Prawirohardjo, 2010).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan asuhan kepenataan anestesi pada Ny. B dengan KPD di Intalasi
Bedah Sentral RS Aghisna Medika Kroya, dapat disimpulkan:
1. Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian ditemukan data- data sesuai dengan penyakit pasien
yaitu KPD dan nantinya data tersebut akan menjadi dasar bagi penulis untuk
menegakkan diagnosa dalam melakukan tindakan keperawatan.
2. Diagnosa berdasarkan data yang didapat, ditemukan 4 diagnosa pada kasus KPD
ini :
a. Pre anestesi
1) Ansietas b.d krisis situasional (terjadinya KPD)
2) Risiko cedera bayi b.d
b. Intra anestesi
1) Perdarahan b.d tindakan invasif
c. Pasca anestesi
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan mengacu kepada diagnosa yang ditegakkan dan dibuat
sesuai pada buku rencana asuhan keperawatan dapat berupa tindakan mandiri
maupun tindakan kolaborasi.
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan secara kontinue dilakukan di Ruang Perawat
5. Evaluasi
Evaluasi dapat berupa respon verbal, respon non verbal dan hasil
pemeriksaan.Tidak semua masalah dapat teratasi, karena adanya keterbatasan
waktu bagi penulis untuk melakukan Asuhan Keperawatan dan keadaan klien yang
sudah membaik seutuhnya.
B. Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan dapat menjadi sumber bacaan dan daftar pustaka bagi Mahasiswa
Keperawatan Anestesi Universitas Muhammadiyah Gombong dalam menerapkan
ilmu dan asuhan keperawatan anetesi KPD
2. Bagi Penata Anestesi
Diharapkan bagi penata anestesi untuk menerapkan asuhan kepenataan anestesi KPD
3. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menjadi koreksi dan pedoman bagi penulis tentang asuhan
kepenataan anestesi KPD

Anda mungkin juga menyukai