Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.

Y DENGAN
POST OPERASI SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI
KETUBAN PECAH DINI DI RUANGAN MAWAR RSUD ANDI
MAKKASAU KOTA PAREPARE

DISUSUN OLEH :
TINGKAT II B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PAREPARE
TAHUN AJARAN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP SECTIO CAESARIA


1. Pengertian
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina (Mochtar, 1998 dalam Maryunani, 2014).

Sectio Caesarea Di definisikan sebagai suatu persalinan yang


dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak
memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi medis lainnya.
(Purwastuti, 2015).

2. Etiologi
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Menurut Manuaba (2012), adapun penyebab sectio caesarea yang
berasal dari ibu yaitu ada sejarah kehamilan dan persalinan yang
buruk, terdapat kesempitan Panggul, plasenta previa terutama pada
primagravida, solusio plasenta tingkat I – II, Komplikasi kehamilan,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya). Selain itu
terdapat beberapa Etiologi yang menjadi indikasi medis
dilaksanakannya sectio caesarea antara lain : CPD (Cephalopelvic
disproportion), PEB (Preeklampsia Berat), KPD (Ketuban Pecah
Dini), Faktor hambatan jalan lahir.

b. Etiologi yang berasal dari janin


Gawat janin, mal presentasi, dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan
vakum atau forceps ekstraksi. ( Nurarif & Hardhi ,2015)

3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2001), antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan.
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen.
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus.
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (1lokhea
tidak banyak).
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml.
f. Emosi labil/perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru.
g. Biasanya terpasang kateter urinarius.
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar.
i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah.
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler.
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang
paham prosedur.
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

4. Patofisiologi
Sayatan pada perut dan rahim akan menimbulkan trauma jaringan
dan terputusnya inkontinensia jaringan, pembuluh darah, dan saraf
disekitar daerah insisi. Hal tersebut merangsang keluarnya histamin dan
prostaglandin. histamin dan prostaglandin ini akan menyebabkan nyeri
pada daerah insisi. Rangsangan nyeri yang dirasakan dapat menyebabkan
munculnya masalah keperawatan hambatan mobilitas Selanjutnya
hambatan mobilisasi fisik yang dialami oleh ibu nifas dapat menimbulkan
masalah keperawatan defisit perawatan diri.

Adanya jaringan terbuka juga akan menimbulkan munculnya risiko


tinggi terhadap masuknya bakteri dan virus yang akan menyebabkan
infeksi apabila tidak dilakukan pérawatan luka yang baik.

5. Klasifikasi
Bentuk pembedahan Sectio Caesarea menurut Manuaba 2012,
meliputi:
a. Sectio Caesarea Klasik
Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim.
Pembedahan dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira sepanjang 10 cm.

b. Sectio Caesarea Transperitonel Profunda


Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low cervical
yaitu sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis
ini dilakukan jika bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak
cukup tipis untuk memungkinkan dibuatnya sayatan transversal.

c. Sectio Caesarea Histerektomi


Sectio Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah
janin dilahirkan dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan
pegangkatan rahim.

d. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal


Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio Caesarea berulang pada
seorang pasien yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea. Biasanya
dilakukan di atas bekas sayatan yang lama.

6. Komplikasi
Menurut Cunningham (2006) yang sering terjadi pada ibu SC :
a. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas dibagi atas :
1. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
2. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi
dan perut sedikit kembung.
3. Berat, peritonealis, sepsisi dan usus paralitik.

b. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat


pembedahan cabang-cabang arteri ikut terbuka atau karena atonia
uteri.
c. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
d. Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur.

Yang sering terjadi pada bayi : Kematian perinatal

7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
b. Pemantauan EKG
c. JDL dengan diferensial
d. Elektrolit
e. Hemoglobin/Hematokrit
f. Golongan darah
g. Urinalis
h. Amniosenteris terhadap metunitas pada janin sesuai indikasi
i. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
j. Ultrasound sesuai pesanan (Tucker, susan marlen,1998.dalam buku
Aplikasi Nanda 2015)

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien post sc menurut
(prawiroardjo,2007)diantaranya;
a. Penatalaksanaan secara medis
1. Asam mefenamat, ketorolac, tramadol adalah analgetik yang
diberikan setiap 3-4 jam atau bila diperlukan
2. Bila terjadi pengeluaran yang hebat atau banyak, diperlukan
pemberian transfusi darah
3. Pemberian antibiotik seperti cerotaxim, ceftriaxone dan lain-lain
4. Ringer laktat dan Nacl adalah pemberian cairan parenteral

b. Penatalaksanaan secara keperawatan


1. Tanda-tanda vital setiap 15 menit pada satu jam pertama dan 30
menit pada 4 jam kemudian harus diperiksa catat
2. Pemantauan secara ketat pada pemeriksaan perdarahan dan urine
3. Mobilisasi yaitu pada hari pertama klien hanya diperbolehkan
untuk naik turun tempat tidur. Namun pada hari kedua klien
sudah dianjurkan untuk bisa berjalan dengan bantuan. Pada hari
ke-3 yaitu pemulangan jika tidak terdapat komplikasi penderita
setelah operasi.

B. KONSEP KETUBAN PECAH DINI


1. Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput berisi cairan ketuban
yang terjadi 1 jam atau lebih sebelum terjadinya kontraksi (Nugroho,
2014)

Ketuban pecah dini(KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum


waktunya melahirkan, hal ini terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan. KPD terbagi atas 2 yaitu KPD preterm
adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu, dan KPD memanjang
yaitu KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan
(Rukiyah&Yulianti, 2010)

2. Etiologi
Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini menurut
(Manuaba,2007) yaitu;
a. Multipara dan Grandemultipara
b. Hidramnion
c. Kelainan letak sungsang atau lintang
d. Cephdo petric gisproportion (CPD)
e. Kehamilan ganda
f. Pendular abdomen (perut gantung)

Adapun hasil penelitian yang dilakukan (Rahayu&Sari,2017)


mengenai penyebab kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa
kejadian KPD mayoritas pada ibu multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur
kehamilan > 37 minggu, pembesaran uterus normal dan letak janin
preskep.

3. Manifestasi klinis
Menurut Ratrowati (2017) tanda dan gejala dari KPD yaitu:
a. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus
b. Disertai demam bila sudah ada infeksi
c. Janin mudah diraba
d. Insfekullo, tampak air ketubaan mengalir atau selaput ketuban tidak
ada dan air ketuban sudah kering.

4. Patofisiologi
Menurut Maryunani & Sari (2017), mekanisme terjadinya ketuban pecah
dini dapat berlangsung sebagai berikut:
a. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat
dan vaskularisasi
b. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah
dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban
c. Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan
langsung antara ruang intramnion dengan dunia luar
d. Infeksi intramnion bisa terjadi langsung pada ruang amrion, atau
dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin,
kemudian ke ruang intraamnion
e. Mungkin jug ajika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi
intrauterine menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal)
f. Tindakan iatrogesik traumatik atau hygiene buruk, misalnya
pemeriksaan dalam yang terlalu sering dan sebagainya, predispositi
infeksi
g. Kuman yang sering ditemukan: Streptococcus, staphylococcus,
(gram positif), E.coli (gram negatif), Bacteriordes, reptococcus
(anaerob)

5. Komplikasi
Menurut (Negara, dkk.2017) komplikasi yang ditimbulkan dari
KPD akan berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas bayi serta
adanya dampak terhadap ibunya sendiri, diantaranya:
a. Persalinan premature
Setelah ketuban pecah, biasanya segeraa disusul oleh persalinan.
Pada kehaamilan aterm 90% terjadi 24 jam setelah ketuban pecah
pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam.
Pada kehamilan >26 minggu persalinan seringkali terjadi dalam 1
minggu.

b. Infeksi
Resiko infeksi pada ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah
dini. Pada ibu dapat terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi
sefticemia, pneumonia, omfalitis.

c. Hipoksia dan Asfiksia


Dengan pecahnya ketuban, terjadi oligohidramnion sehingga
bagian kecil janin akan menempel erat dengan dinding uterus yang
dapat menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia dan hipoksia.

d. Sindrom deformitas janin


Pertumbuhan janin terhambat dikarenakan ketuban pecah terlalu
dini.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien baik secara bio, psiko, sosial dan spiritual ( Dermawan
2012 ).

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan,


pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap
berikutnya.kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi
pada tahap ini akan menentukan diagnosa keperawatan oleh karena itu
pengkajian harus dilakukan secara teliti dan cermat sehingga seluruh
kebutuhan keperawatan pada klien dapat diidentifikasi.
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,
tanggal MRS, diagnosa medis.

2. Keluhan utama
Pada umumnya pasien post sc mengeluh nyeri pada daerah luka bekas
operasi, nyeri biasanya bertambah parah jika pasien bergerak.

3. Riwayat kesehatan
Pada pengkajian riwayat kesehatan, data yang dikaji adalah riwayat
kesehetan dahulu, riwayat kesehatan sekarang, dan riwayat kesehatan
keluarga.
a. Riwayat kesehatan dahulu :
Yang perlu dikaji adalah penyakit yang pernah diderita pasien
khususnya penyakit kronis, menular dan menahun seperti jantung,
hipertensi, diabetes, TBC, dan penyakit kelamin.

b. Riwayat kesehatan sekarang :


Berisi tentang pengkajian data yang dilakukan untuk menentukan sebab
dari dilakukannya operasi sc seperti kelainan bayi, faktor plasenta,
kelainan tali pusat, bayi kembar, preeklampsia, dan ketuban pecah dini
yang nantinya akan membantu rencana tindakan terhadap pasien.

c. Riwayat kesehatan keluarga :


Berisi tentang pengkajian apakah keluarga pasien memiliki riwayat
kronis, menular, dan menahun seperti penyakit jantung, hipertensi,
diabetes, TBC, dan penyakit kelamin yang merupakan salah satu faktor
pridesposisi terjadinya preeklampsia dan giant bayi, seperti diabetes dan
hipertensi yang sering terjadi pada beberapa keturunan.
4. Riwayat perkawinan
Pada hal ini yang perlu dikaji adalah menikah sejak usia berapa lama
pernikahan, berapa kali menikah, status pernikahan saat ini.

5. Riwayat obstetri
Pada pengkajian ini meliputi riwayat kehamilan, persalinan dan nafas yang
lalu, berapa kali ibu hamil, penolong persalinan, dimana ibu bersalin, cara
bersalin, jumlah anak apakah bernah abortus, dan keadaan nifas yang lalu.

6. Riwayat persalinan sekarang


Meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan, lama persalinan, jenis
kelamin anak, keadaan anak.

7. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah klien pernah ikut program KB jenis kontrasepsi,
apakah terdapat keluhan dan masalah dalam penggunaan kontrasepsi
tersebut, dan setelah masa nifas

8. Pola fungsi kesehatan


Setiap pola fungsi kesehatan pasien terbentuk atas interaksi antara pasien
dan lingkungn kemudian menjadi suatu rangkaian perilaku membantu
perawat untuk mengumpulkan data.
a. Pola nutrisi dan metabolisme :
Biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena adanya kebutuhan
untuk menyusui bayinya.

b. Pola aktivitas :
Biasanya pada pasian post sc mobilisasi dilakukan secara bertahap
meliputi miring kanan dan kiri pada 6 – 8 jam pertama. Kemudian
latihan duduk dan berjalan. Pada hari ketiga optimalnya pasien sudah
dapat dipulangkan.

c. Pola eliminasi :
Biasanya terjadi konstipasi karena pasien post sc takut untuk BAB

d. Pola istirahat / tidur :


Biasanya terjadi perubahan yang disebabkan oleh kehadiran bayi dan
rasa nyeri yang ditimbulkan akibat pembedahan.

e. Pola reproduksi :
Biasanya terjadi disfungsi seksual yang diakibatkan oleh proses
persalinan dan masa nifas.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien
dari ujung kepala sampai ujung kaki ( head to toe ) untuk menemukan
tanda klinis dari suatu penyakit, (Dermawan, 2012).

Pada pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kulit kepala,


apakah ada lesi atau benjolan, dan kesan wajah, biasanya terdapat
chloasma gravidarum pada ibu post patrum. Pada pemeriksaan mata
meliputi kelengkepan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, konjungtiva,
kornea, ketajaman penglihatan. Pada inu post sectio caesarea biasanya
terdapat konjungtiva yang anemis diakibatkan oleh kondisi anemia atau
dikarenakan proses persalinan yang mengalami pendarahan.

Pada pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum


nasi, pernafasan cuping hidung, kondisi lubang hidung, apakah ada secret,
sumbatan jalan nafas, apakah ada pendarahan atau tidak, apakah ada polip
dan purulent. Pada pemeriksaan telinga meliputi bentuk, ukuran,
ketegangan, lubang telinga, kebersihan dan ketajaman pendengaran.

Pada pemeriksaan leher meliputi posisi trakea, kelenjar tiroid,


bendungan vena jugularis. Pada ibu post partum biasanya terjadi
pembesaran kelenjar tiroid yang disebabkan proses menelan yang salah.
Pada pemeriksaan mulut dan orofaring, ukuran tonsil, warna tonsil.

Pada pemeriksaan thorak meliputi inspeksi ( bentuk dada,


penggunaan otot bantu nafas), palpasi ( penilaian voral fremitus), perkusi
(melakukan perkusi perkusi pada semua lapang paru mulai dari atas
klarikula kebawah pada setiap spasiem intercostalis), auskultasi ( bunyi
nafas, suara nafas, suara tambahan).

Pada pemeriksaan payudara pada ibu yang mengalami bendungan


ASI meliputi bentuk simetris, kedua payudara tegang, ada nyeri tekan,
kedua puting susu menonjol,areola hitam, warna kulit tidak kemerahan,
ASI belum kelur atau ASI hanya keluar sedikit. Pada pemeriksaan jantung
meliputi inspeksi dan palpasi ( amati ada atau tidak pulsasi, amati
peningkatan kerja jantung atau pembesaran amati ictus kordis), perkusi
( menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran jantung)
auskultasi (bunyi jantung).

Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi ( lihat bekas operasi


apakah ada tanda-tanda inflasi dan tanda pendarahan, apakah terdapat
strlae dan linea), auskultasi ( periksa usus normal 5-23 kali permenit ),
palpasi ( kontraksi uterus baik atau tidak).

Pada pemeriksaan genetalia eksterna meliputi inspeksi ( apakah


ada hematoma, oedema, tanda-tanda infeksi, periksa lokhea meliputi
warna, jumlah, dan konsistensinya). Pada pemeriksaan kandung kemih
periksa apakah kandung kemih ibu penuh atau tidak, jika penuh minta ibu
untuk berkemih, jika ibu tidak mampu lakukan kateterisasi.

Pada pemeriksaan anus diperiksa apakah ada hemeroid, atau tidak.


Pada pemeriksaan integument meliputi warna, tugor, kerataan warna,
kelembaban, temperatur kulit, tekstur, hiperpegmentasi. Paada pemeriksaan
ekstermitas meliputi ada atau tidaknya varises, oedama, reflek patella, reflek
Babinski. Nyeri tekan, atau panas pada betis, pemeriksaan human sign.

Pada pemeriksaan status mental meliputi kondisi emosi, orientasi klien,


proses berpikir, kemauan atau motifasi serta persepsi klien
 Kepala : bentuk kepala, kulit kepala, apakah ada lesi atau benjolan
 Mata : kelengkapan, kesimetrisan mata, kelopak mata, konjungtiva,
kornea, ketajaman penglihatan
 Hidung : tulang hidung dan posisi septum nadi, pernafasan cuping
hidung, kondisi lubang hidung, apakah ada secret, sumbatan jalan nafas,
apakah ada pendarahan atau tidak, apakah ada polip dan pureilent
 Telinga : bentuk, ukuran, ketegangan, lubang telinga, kebersihan dan
ketajaman pendengaran
 Leher : posisi trakea, kelenjar tiroid, bendungan vena jugularis
 Mulut : ukuran tonsil, warna tonsil
 Thorak : bentuk dada, penggunaan otot bantu nafas, penilaian voral
fremitus, bunyi nafas, suara nafas, suara tambahan
 Payudara : bentuk simetris, ketegangan, nyeri tekan, putting susu,
areola, warna kulit, ASI belum keluar atau keluar sedikit
 Abdomen : lihat luka bekas operasi, periksa usus normal, kontraksi
literus
 Genetalia : lokhea meliputi warna, jumlah dan konsistensinya
 Kandung kemih : periksa kandung kemih
 Anus : hemoroid
 Integument : warna, tugor, kerataan warna hiperpigmentasi

B. Diangnosa Keperawatan
Adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat
sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual atau
potensial. Masalah keperawatan yang muncul pada pasien section caesarea
adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
4. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan reflek
oksitosin
5. Defisit pengetahuan tentang teknik menyusui
6. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasional
7. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
8. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi

C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan klien ( Iqbal dkk, 2011 )

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi,
berhubungan keperawatan selama 3x24 karakteristik, durasi,
dengan agen jam diharapkan nyeri frekuensi, kualitas,
pencedera fisik berkurang dengan kriteria intensitas nyeri
hasil : 2. Identifikasi respon
 Mampu mengontrol non-verbal
nyeri ( tahu penyebab, 3. Kaji jenis dan
mampu menggunakan sumber nyeri
teknik nonfarmakologi 4. Berikan teknik non-
untuk mengurangi nyeri farmakologi untuk
) mengurangi rasa
 Melaporkan bahwa nyeri ( relaksasi
nyeri berkurang nafas dalam )
 Mampu mengenali 5. Fasilitasi istirahat
nyeri ( skala, dan tidur
intensitas, frekuensi 6. Kolaborasi
dan tanda nyeri) pemberian obat
 Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
 Mampu tidur atau
istirahat dengan tepat

2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV


mobilitas fisik keperawatan selama 3x24 2. Identifikasi adanya
berhubugan jam diharapkan klien nyeri atau keluhan
dengan nyeri meningkat dalam aktivitas lainnya
fisik dengn kriteria hasil : 3. Identifikasi toleransi
 Mengerti tujuan dari fisik melakukan
peningkatan mobilitas pergerakan
 Memverbalisasikan 4. Ajarkan mobilisasi
perasaan dalam sederhana
meningkatkan kekuatan 5. Fasilitasi
dan kemampuan kemandirian, bantu
berpindah jika tidak mampu
 Vital sign dalam batas melakukan aktivitas
normal sehari – hari

3 Konstipasi Setelah dilakukan tindakan 1. Auskultasi terhadap


berhubungan keperawatan selama 3x24 adanya bising usus
dengan tonus otot jam diharapkan konstipasi pada keempat
dapat diatasi dengan kuadran setiap 4 jam
kriteria hasil : setelah kelahiran
 Bebas dari 2. Palpasi abdomen,
ketidaknyamanan perhatikan distensi
konstipasi atau
 Mengidentifikasi ketidaknyamanan
indikator untuk 3. Identifikasi aktivitas
mencegah konstipasi – aktivitas dimana
 Feses lunak dan klien dapat
berbentuk menggunakannya
dirumah untuk
merangsang kerja
usus
4. Ajurkan cairan oral
yang adekuat, bila
masukan oral sudah
mulai kembali

4 Menyusui tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tujuan


efektif keperawatan selama 3x24 atau keinginan
berhubungan jam diharapkan menyusui menyusui
dengan ketidak efektif dengan kriteria hasil 2. Identifikasi adanya
adekuatan suplai : keluhan nyeri, rasa
ASI  Kemantapan pemberian tidak nyaman,
ASI ibu, kemantapan pengeluaran,
ibu untuk membuat perubahan bentuk
bayi melekat dengan payudara dan puting
tepat dan menyusui dari 3. Monitor
payudara ibu untuk kemampuan bayi
memperoleh nutrisi menyusui
selama 3 minggu 4. Damping ibu selama
pertama pemberian ASI kegiatan menyusui
berlangsung
5. Anjurkan ibu
mengomsumsi sayur
dan buah – buahan
6. Ajarkan perawatan
payudara post
partum ( pijat
payudara, pijat
oksitosin, memerah
ASI )

5 Defisit Setelah dilakukan perawatan 1. Identifikasi


pengetahuan selama 3x8 jam diharapkan kesiapan dan
tentang teknik klien mampu memahami kemampuan
menyusui teknik menyusui dengan menerima
kriteria hasil : informasi.
-Pasien dan keluarga 2. Sediakan materi dan
memahami teknik menyusui media pendidikan
dengan prosedur yang kesehatan.
dijelaskan secara benar. 3. Kaji tingkat
-Pasien dan keluarga pengetahuan pasien
mampu menjelaskan dan keluarga.
kembali apa yang dijelaskan 4. Jelaskan informasi
oleh perawat. mengenai teknik
menyusui yang
benar
5. Berikan kesempatan
pasien dan keluarga
untuk bertanya.
6. Tanyakan kembali
tentang pengetahuan
dan prosedur yang
telah dijelaskan oleh
perawat.
7 Gangguan proses Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi dan catat
bd krisis keperawatan selama 3x8 interaksi keluarga
situasional jam diharapkan dapat bayi perhatikan
(D.012) mengungkapkan masalah perilaku.
atau kesulitan koping 2. Berikan
terhadap situasi dan dapat kesempatan untuk
berinteraksi dengan bayi. ayah/pasangan
Dengan kriteria hasil: untuk menyentuh
-Menggendong bayi apabila dan menggendong
kondisi ibu dan neonates bayi dan bantu
memungkinkan. dalam perawatan
-Mendemonstrasikan bayi sesuai
perilaku kedekatan dan kemungkinan
ikatan yang tepat. situasi.
-Aktif mengikuti tugas 3. Berikan sempatan
perawatan bayi baru lahir pada orang tua
dengan cepat. untuk
mengungkapkan
perasaan yang
negative dari
mereka dan bayi.
4. Anjurkan klien
untuk memeriksa
dan menyentuh bayi
tergantung pada
kondisi klien dan
bayi baru lahir.
5. Anjurkan dan bantu
dalam menyusui.
6. Berikan informasi
sesuai kebutuhan
tentang kelemahan
dan kondisi bayi.
Dukung pasangan
sesuai kebutuhan.
8 Ansietas bd krisis Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan tingkat
situasional keperawatan 3x8 jam ansietas klien
(D.008) diharapkan ansietas dapat dengan sember
teratasi dengan kriteria masalah. Mendorong
hasil: klien untuk
-Pasien mampu mengungkapkan
mengidentifikasi dan harapan yang tak
mengungkapkan gejala terpenuhi.
cemas. 2. Dorong keberadaan
- atau partisipasi dari
mengidentifikasi ,mengungk pasangan.
apkan dan teknik 3. Bantu
mengontrol cemas. klien/pasangan
-Vital sign dalam batas dalam
normal. mengidentifikasi
-Postur tubuh, ekspresi mekanisme koping
wajh, bahasa tubuh dan yang lazim dan
tingkat aktivitas perkembangan
menunjukkan berkurangnya strateg i koping baru
kecemasan. jika dibutuhkan.
4. Mulai kontak antara
klien/pasangan
dengan bayi sesegera
mungkin.
5. Berikan informasi
yang akurat tentang
keadaan klien/bayi.

9 Resiko infeksi bd Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan


adanya luka insisi keperawatan selama 3x8 gejala infeksi
(0142) jam diharapkan tidak ada 2. Monitor keadaan
tanda-tanda infeksi dengan lokia (warna, bau,
kriteria hasil: dan jumlah)
-Pasien terbebas dari gejala 3. Cuci tangan sebelum
infeksi. dn sesudah kontak
-amaenunjukkan dengan pasien dan
kemampuan untuk lingkungan pasien
mencegah timbulnya 4. Jelaskan tanda dan
infeksi. gejala infeksi
-Jumlah leukosit dalam 5. Kaji suhu, nadi, dan
batas normal jumlah sel darah
-Menunjukkan perilaku putih.
hidup sehat 6. Inspeksi balutan
luka terhadap
pendarahan
berlebihan .
7. Kolaborasi
pemberian antibiotik

D. Implemetasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter&Pretty,
2011).
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahapan akhir proses keperawatan yang
terdiri dari evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif).

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah melakukan


tindakan keperawatan yang dilakukan terus menerus hingga mencapai tujuan.

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah semua
tindakan sesuai diagnosa keperawatan dilkukan. Evaluasi sumatif terdiri dari
SOAP (Subjek, Objek, Analisis, Planning). Subjek berisi respon yang
diungkapkan oleh pasien dan objektif berisi respon nonverbal dari pasien-
pasien tersebut didapat setelah perawat melakukan tindakan keperawatan.
Analisis merupakan kesimpulan dari tindakan dalam perencanaan masalah
keperawatan dilihat dari kriteria hasil apakah teratasi, teratasi sebagian atau
belum teratasi . Sednfkan planning berisi perencanaan tindakan keperawatan
yang harus dilakukan selanjutnya .

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang berkaitan dengan keberhasilan


tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukkan perubahan
pada sebagian kriteria hasil yang telah ditetapkan , tujuan tidak tercapai jika
klien menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali
(Suprajitno dalam wardani, 2013).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.Y DENGAN DIAGNOSA POST
OPERASI SECTIO CAESAR ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI
DI RUANG MAWAR RSUD ANDI MAKKASAU
KOTA PARE PARE

NO. RM : 20 23 58
Tgl. Masuk : 19/12/2021
Tgl Pengkajian : 20/12/2021
Diagnoa Medis : Post Sc
dengan Kpd

PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama : Ny. Y
Umur : 22 tahun
Alamat : Sidrap
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Agama : Hindu
Suku : Bugis
Diagnosa Medis : Post sc dengan Kpd

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. M
Umur : 25 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Suami

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan G1P0A0 umur kehamilan 39-40 minggu mengatakan
terdapat pengeluaran air yang merembes dari vagina seperti kencing sejak
pukul 08.00 WITA tanggal 18/12/2021, lalu klien dibawa ke rumah sakit.
Klien tidak dengan his hingga pukul 02.00 WITA tanggal 19/12/2021
sehingga direncanakan tindakan operasi SC dengan indikasi ketubah pecah
dini.

2. Keluhan Utama
Nyeri pada luka bekas operasi
3. Riwayat Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi
P : Nyeri luka bekas operasi
Q : Nyeri seperti teriris-iris
R : Nyeri pada abdomen
S : Skala nyeri 6
T : Hilang timbul

4. Riwayat penyakit dahulu


Klien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya

5. Riwayat penyakit keluarga


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
keturunan maupun penyakit menular

6. Riwayat psikososial
Klien mengatakan bahagia terhadap kelahiran anak pertamanya.

7. Dukungan keluarga
Klien mengatakan suami , orang tua dan keluarga mendukung dalam
proses kelahiran, klien mengatakan suami selalu menemani saat kontrol
kehamilan dan juga saat proses persalinan.

8. Riwayat menstruasi
Menarche : 14 Tahun
Siklus : 28 Hari
Lamanya : 6 Hari
Banyaknya : 2 kali ganti pembalut
HPHT : 14-3-2021
TP : 21-12-2021

9. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Kawin
Ini merupakan perkawinan pertama bagi keduanya
Usia perkawinan : 1 tahun

10. Riwayat kehamilan dan persalinan

No Tahun Tempat Penolong Jenis Keadaan Jenis BB Keadaan


Persalinan Persalinan Kelami Lahir lahir
n
1 2021 RS Andi Bidan Post Sc Baik Laki- 2705 Hidup
Makkasau Laki g
C. GENOGRAM

G3

25 22
G2

G1
Keterangan
: laki laki : Garis pernikahan : Pasien
: perempuan : Garis keturunan

D. POLA AKTIITAS SEHARI-HARI

No Aktivitas Sebelum MRS Saat MRS


1 Nutrisi
a. Makan
- Frekuensi 3 kali Sehari 3 kali sehari
- Porsi 1 porsi makanan 1 porsi makanan
dihabiskan dihabiskan

- Jenis Nasi, lauk dan sayur Nasi, lauk dan sayur


makanan

b. Minum
Air putih Air putih
- Jenis
Kurang lebih 1500cc/ Kurang lebih 1300cc/
- Frekuensi
hari hari

2. Eliminasi
a. Pola BAB
- Frekuensi 2 × Sehari Tidak pernah
- Konsistensi Lunak Bab
- Bau Khas
- Warna Kuning
- Kesulitan Tidak ada

b. Pola BAK
4-5 × Sehari Terpasang kateter
- Frekuensi
- Jumlah ±1250 cc perhari
- Warna Kekuningan
3. Istirahat Dan Tidur
-Durasi Tidur Malam 8 Jam 6 Jam
-Durasi Tidur Siang 2 Jam 2 Jam
-Durasi Tidur/24 Jam ±10,5 Jam 8 Jam

4. Aktivitas Klien dapat melakukan Klien mengatakan


aktivitas sendiri seperti tubuhnya lemah
mandi, makan, dan lemah,aktivitas klien
aktivitas lainnya seperti makan, minum,
personal hygiene dan
eliminasi dibantu oleh
keluarga dan perawat.

5. Personal hygiene
A . Mandi
-frekuensi 2× / hari Hanya di lap basah
-cara pemenuhan Mandiri Dibantu oleh keluarga

B . Cuci rambut
-frekuensi 2× / minggu Klien mengatakan tidak
-cara pemenuhan Mandiri keramas karena sudah
keramas sebelum
operasi

C . Gunting kuku Selalu memperhatikan Kuku klien bersih dan


kebersihan kuku : kuku tidak panjang
tidak panjang
E . PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital : TD : 100/70 mmhg
N : 80×/menit
P : 20×/menit
S : 36,5ºc
4. Pemeriksaan head to toe
a. Kepala
Bentuk kepala tampak bulat dan rambut berwarna hitam, tidak teraba
benjolan pada kepala pasien dan tidak ada nyeri tekan

b. Wajah
Sesekali wajah meringis ketika merasa sakit di daerah luka insisi

c. Mata
Mata simetris, kongjungtiva merah muda, sclera putih

d. Hidung
Hidung simetris,tidak ada peradangan ,tidak ada polip

e. Telinga
Telinga simetris, tampak bersih, tidak ada peradangan

f. Mulut
Mukosa bibir lembab

g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan

h. Dada
Dada simetris kanan kiri

i. Payudara
Puting susu menonjol, hipermigmentasi areola dan puting susu

j. Abdomen
Terdapat luka pada bekas operasi tertutup verban, TFU 2 jari di bawah
pusar, terdapat nyeri tekan pada luka bekas operasi

k. Genetalia
Tampak memakai pakaian dalam dan pembalut, tampak lochea rubra
berwarna merah.

l. Ekstermitas
Tidak ada oedema, turgor kulit baik, adanya penurunan kekuatan otot
pada ekstermitas bawah
5 5
4 4
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
No Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
1 Hemoglobin (HGB) 11,5 g/dL 11,5 – 15,0

2 Eritrosit (RBC) 4,35 10^6/uL 3,80 – 5,10

3 Hematokrit (HCT) 36,2 % 35,0 – 45,0

4 Leukosit (WBC) 12,41 10^3/uL 3,50 – 9,50

G. TERAPI / PENGOBATAN
 Ketarolac 30 mg/ 8 jam/ IV
 Metronidazole 500 mg/ 8 jam/ drips
 Ranitidine 50 mg/ 12 jam/ IV
 Asam tranekamat 500 mg / 8 jam /IV
 Pronalges 1/ 12 jam/ rektal
 Cefuroxime 750mg/ 12 jam/ IV
 Bledstop 125 mg/ 8 jam
 SF 1 tablet / 24 jam

DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


- Klien mengatakan nyeri - Klien sesekali tampak
pada luka bekas operasi meringis ketika merasa sakit
P : Nyeri karena bekas luka di daerah luka insisi.
operasi - Klien tampak belum mampu
Q : Nyeri seperti teriris-iris bergerak secara normal
R : Nyeri pada abdomen - Kekuatan otot
S : Skala nyeri 6 5 5
T : Hilang timbul 4 4
- Klien mengatakan - Klien nampak kesulitan
aktivitasnya dibantu oleh menyusui bayinya
keluarganya
- Klien mengatakan belum
bisa menyusui bayinya
karena belum mengerti cara
menyusui yang benar

ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


DS :
- Klien mengatakan nyeri pada luka Sectio Nyeri
bekas operasi caesaria
P : Nyeri karena luka bekas operasi
Q : Nyeri seperti teriris-iris
R : Nyeri pada abdomen Post operasi
S : Skala nyeri 6 sc
T : Hilang timbul

DO : Luka operasi
- Klien sesekali tampak meringis ketika sc
merasa sakit di daerah luka insisi
Jaringan
tertutup

Merangsang
area sensorik
motorik

Nyeri

Faktor Pencetus : Sectio Resiko


Adanya luka bekas insisi caesaria infeksi

Post operasi
sc

Luka post
operasi

Jaringan
terbuka

Proleksi
kurang

Invasi bakteri

Resiko
infeksi

DS :
- Klien mengatakan aktivitasnya Sectio Gangguan
dibantu oleh keluarga caesaria mobilitas
fisk
DO :
- Klien tampak belum mampu bergerak Post operasi
secara normal sc
- Tanda-tanda vital
TD : 100/70 mmHg
Luka post
N : 80 x/menit
operasi
P : 20 x/menit
S : 36,5C
Jaringan
terputus
- Kekuatan otot
Merangsang
5 5 area sensorik
4 4 motorik

Nyeri
Keterbatasan
gerak

Gangguan
mobilitas
fisik

DS :
- Klien mengatakan belum bisa Sectio Defisit
menyusui bayinya karena belum caesaria pengetahua
mengerti cara yang benar n tentang
cara
DO : Post operasi menyusui
- Klien nampak kesulitan menyusui sc
bayinya
Nifas

Laktasi

Kurang
informasi

Defisit
pengetahuan
tentang cara
menyusui

DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANGGAL


DITEMUKAN TERATASI
Nyeri berhubungan dengan agen cedera 20 Desember 2021 22 Desember 2021
fisik

Resiko infeksi berhubungan dengan 20 Desember 2021 22 Desember 2021


efek prosedur invasif

Gangguan mobilitas fisik berhubungan 20 Desember 2021 22 Desember 2021


dengan nyeri

Defisit pengetahuan tentang cara 20 Desember 2021 21Desember 2021


menyusui yang benar berhubungan
dengan kurang terpapar informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi karakteristik, 1. Untuk menentukan
dengan agen cedera fisik keperawatan selama 3 x 24 durasi, frekuensi, kualitas intervensi yang akan
ditandai dengan : jam diharapkan nyeri dapat intensitas nyeri. dilakukan dalam proses
DS: berkurang dengan kriteria keperawatan
- Klien mengatakan hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
nyeri pada luka - Tidak nampak ekspresi 2. Untuk mengetahui skala
bekas operasi meringis nyeri
- P : Nyeri luka bekas - Skala nyeri berkurang 3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
operasi untuk mengurangi rasa nyeri
Q: Nyeri seperti (relaksasi nafas dalam) 3. Agar mampu mengontrol
teriris-iris nyeri
4. Berikan analgetik sesuai indikasi
R: Nyeri pada
abdomen
S : Skala nyeri 6 4. Untuk mengurangi nyeri
T : Hilang timbul

DO:
- Klien sesekali
tampak meringis
ketika merasa sakit
di daerah luka insisi
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 infeksi lokal dan sistemik tindakan yang akan
efek prosedur invasif jam diharapkan resiko infeksi dilakukan selanjutnya
ditandai dengan: tidak terjadi 2. Batasi jumlah pengunjung 2. Untuk mengurangi
Faktor pendukung pencemaran lingkungan
- Adanya luka operasi pasien dari kuman dan
bakteri luar
3. Berikan perawatan luka post 3. Untuk mencegah
SC sesuai prosedur terjadinya infeksi
4. Berikan antibiotik sesuai 4. Untuk mengurangi resiko
indikasi terjadi infeksi
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui kondisi kesehatan klien
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24
nyeri ditandai dengan: jam diharapkan mobilitas 2. Identifikasi adanya nyeri atau 2. Untuk mengetahui adanya nyeri pada klien
DS: fisik meningkat dengan keluhan fisik lainnya
- Klien mengatakan kriteria hasil :
aktifitasnya dibantu - Klien mampu
oleh keluarga melakukan aktifitas 3. Identifikasi kemampuan 3. Untuk mengetahui kemampuan klien dalam
fisik dengan normal mobilisasi klien
DO: melakukan aktifitasnya
- Klien
4. Ajarkan mobilisasi dini pada 4. Untuk meningkatkan proses penyembuhan
mengatakan
klien
belum mampu
bergerak secara
normal
- Tanda-tanda vital
TD: 110/70
mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
S : 36,5C
- Kekuatan otot

5 5
4 4
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tingkat 1. Untuk menentukan intervensi yang akan
tentang cara menyusui keperawatan selama 3x24 jam pengetahuan klien dan dilakukan dalam proses perawatan
yang benar berhubungan diharapkan klien mampu keluarga tentang teknik
dengan kurang terpapar memahami teknik menyusui menyusui yang benar
informasi dengan benar dengan kriteria
Ds : hasil : 2. Ajarkan teknik menyusui 2. Agar dapat mengaplikasikan teknik menyusui
- Klien mengatakan - Klien memahami teknik yang benar yang benar pada bayinya
belum bisa menyusui menyusui sesuai dengan
bayinya karena belum prosedur yang diajarkan 3. Anjurkan keluarga untuk 3. Agar klien merasa diperhatikan oleh keluarga
mengerti cara menyusui mendukung klien dalam
yang benar menyusui
Do :
- Klien nampak
kesulitan menyusui
bayinya
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO HARI/TANGGAL DX JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI


1 Senin 1 09.05 1. Mengidentifikasi lokasi, 13.00 S : Klien mengatakan nyeri pada luka
20 Desember 2021 karakteristik, durasi, frekuensi, bekas operasi
kualitas, intensitas nyeri. P : Nyeri pada luka bekas operasi
Hasil : Nyeri pada abdomen, pada Q : Nyeri seperti teriri-iris
luka bekas operasi, nyeri seperti R : Nyeri pada abdomen
teriris-iris, hilang timbul. S : Skala nyeri 5
T : Hilang timbul
09.05 2. Mengidentifikasi skala nyeri
Hasil : Skala nyeri 6 O : Klien sesekali tampak meringis
09.05 ketika merasa sakit didaerah luka
3. Mengajarkan teknik nonfarmakologi insisi.
untuk mengurangi rasa nyeri
( relaksasi nafas dalam ) A : Masalah belum teratasi
Hasil : Klien mampu mengikuti
relaksasi napas dalam yang P : Intervensi dilanjutkan
diajarkan. 1. Identifikasi ulang lokasi,
10.00 karakteristik, durasi, frekuensi,
4. Memberikan analgetik sesuai kuliatas dan intensitas nyeri.
indikasi 2. Identifikasi ulang skala nyeri
Hasil : Klien diberikan ketorolac 30 3. Anjurkan melakukan teknik
mg/8 jam dan pronalges 12 relaksasi nafas dalam
jam/rektal. 4. Berikan analgetik sesuai
indikasi.

2. Senin 2 09.10 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi 13.05 S : Klien mengatakan verban bersih
20 Desember 2021 lokal dan sistemik. dan tidak ada pembengkakan
Hasil : Tidak ada pembengkakan
dan tidak ada kemerahan pada luka O : Tidak ada pembengkakan dan
insisi. kemerahan pada luka insisi.
09.11
2. Membatasi jumlah pengunjung A : Masalah belum teratasi
Hasil : Pengunjung yang
diperbolehkan masuk tidak lebih P : Intervensi dilanjutkan
dari satu orang 1. Monitor ulang tanda dan
gejala infeksi lokal dan
09.15
3. Memberikan perawatan post SC sistemik
sesuai prosedur. 2. Batasi jumlah pengunjung
Hasil : Rutin membersihkan luka 3. Berikan perawatan post sc
dan mengganti verban. sesuai prosedur.
10.10 4. Berikan antibiotik sesuai
4. Memberikan antibiotik sesuai indikasi.
indikasi
Hasil : Klien diberikan
metronidazole 500 m/8 jam/ drips
dan cefuroxime 150 mg/12 jam/IV

3. Senin 3 09.15 1. Memonitor tanda-tanda vital 13.06 S : Klien mengatakan sudah mampu
20 Desember 2021 Hasil : TD : 100/70 mmhg miring ke kanan dan ke kiri
N : 80x/menit
P : 20x/menit O : Tanda-tanda vital
S : 36,5ºC TD : 100/70 mmHg
N : 80x/menit
09.16 2. Mengidentifikasi adanya nyeri atau P : 20x/menit
keluhan fisik lainnya. S : 36,7ºC
Hasil : Klien mengatakan nyeri pada - Kekuatan otot
luka bekas operasi ketika bergerak.
5 5
09.16 3. Mengidentifikasi kemampuan 4 4
mobilisasi klien
Hasil : Klien hanya mampu A : Masalah belum teratasi
menggerakkan pergelangan kakinya
P : Intervensi dilanjutkan
09.17 4. Mengajarkan mobilisasi dini pada 1. Monitor ulang tanda-tanda
klien vital
Hasil : Klien nampak mengikuti 2. Identifikasi ulang adanya nyeri
ajaran perawat untuk miring ke atau keluhan fisik lainnya
kanan dan ke kiri. 3. Identifikasi ulang kemampuan
mobilisasi klien
4. Ajarkan mobilisasi dini pada
klien
4. Senin 4 09.20 1. Mengidentifikasi tingkat 13.08 S : Klien mengatakan mampu
20 Desember 2021 pengetahuan klien dan keluarga memahami teknik menyusui yang
tentang teknik menyusui yang benar sesuai arahan perawat.
benar.
Hasil : Klien dan keluarga O : Klien tampak mengikuti arahan
mengatakan tidak tahu cara perawat
menyusui yang benar
A : Masalah teratasi sebagian
09.20 P : Intervensi dilanjutkan
2. Mengajarkan teknik menyusui yang
benar 1. Identifikasi ulang tingkat
Hasil : Klien mengikuti arahan pengetahuan klien dan
perawat dalam menyusui dengan keluarga tentang teknik
menyusui yang benar
benar 2. Observasi klien dalam
09.22 menyusui bayinya
3. Menganjurkan keluarga untuk 3. Observasi keluarga dalam
mendukung klien dalam menyusui mendukung klien saat
Hasil : Keluarga bersedia menyusui
mendukung klien dalam menyusui
5 Selasa 1 09.10 1. Mengidentifikasi ulang lokasi, 13.0 S : Klien mengatakan nyeri agak
21 desember 2021 karakteristik, durasi, frekuensi, 0 berkurang.
kualitas, intensitas nyeri. P : Nyeri pada luka bekas operasi
Hasil : Nyeri pada abdomen, pada Q : Nyeri seperti teriri-iris
luka bekas operasi, nyeri seperti R : Nyeri pada abdomen
teriris-iris. S : Skala nyeri 3
T : Hilang timbul
09.10 2. Mengidentifikasi ulang skala nyeri
Hasil : Skala nyeri 4 O : Klien sesekali meringis saat
09.10 nyeri timbul
3. Menganjurkan melakukan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi A : Masalah teratasi sebagian
rasa nyeri ( relaksasi nafas dalam ) P : Intervensi dilanjutkan
Hasil : Klien mampu mengikuti 1. Identifikasi ulang lokai,
arahan perawat untuk melakukan karakteristik, durasi, frekuensi,
relaksasi nafas dalam kuliatas dan intensitas nyeri.
10.00 . 2. Identifikasi ulang skala nyeri
4. Memberikan analgetik sesuai 3. Observasi melakukan teknik
indikasi relaksasi nafas dalam
Hasil : Klien diberikan ketoralac 30 4. Berikan analgetik sesuai
mg/8 jam dan pronalges 12 indikasi.
jam/rektal.
6. Selasa 2 09.15 1. Memonitor ulang tanda dan gejala 13.0 S : Klien mengatakan tidak ada
21 Desember infeksi lokal dan sistemik. 2 pembengkakan dan kemerahan
2021 Hasil : Tidak ada pembengkakan
dan tidak ada kemerahan. O : - Pengunjung yang masuk ke
ruangan klien hanya satu orang
09.15 2. Membatasi jumlah pengunjung -Tidak ada pembengkakan d an
Hasil : Pengunjung yang kemerahan.
diperbolehkan masuk tidak lebih
dari satu orang A: Masalah teratasi sebagian

3. Memberikan perawatan post SC P : Intervensi dilanjutkan


09.16 sesuai prosedur. 1. Monitor ulang tanda dan
Hasil : Rutin membersihkan luka gejalan infeksi likal dan
dan mengganti verban. sistemik
2. Batasi jumlah pengunjung
4. Memberikan antibiotik sesuai 3. Berikan perawatan post sc
10.10 indikasi sesuai prosedur.
Hasil : Klien diberikan 4. Berikan antibiotik sesuai
metronidazole 500 m/8 jam/ drips indikasi.
dan cefuroxime 150 mg/12 jm/IV

7. Selasa 3 09.20 1. Memonitor tanda-tanda vital 13.0 S : Klien mengatakan sudah mampu
21 Desember 2021 Hasil : TD : 100/70 mmhg 4 duduk ditempat tidur
N : 80x/menit
P : 20x/menit O : Tanda-tanda vital
S : 36,5ºC TD : 100/70 mmHg
N : 80x/menit
09.21 2. Mengidentifikasi ulang adanya P : 20x/menit
nyeri atau keluhan fisik lainnya. S : 36,3ºC
Hasil : Klien mengatakan nyeri - Kekuatan otot
pada luka bekas operasi dirasakan
ketika bergerak agak berkurang. 5 5
4 4
09.21 3. Mengidentifikasi kemampuan
mobilisasi klien
Hasil : Klien sudah mampu miring A : Masalah teratasi sebagian
ke kanan dan kiri.
P : Intervensi dilanjutkan
09.22
4. Mengajarkan mobilisasi diri pada 1. Monitor ulang tanda-tanda vital
klien 2. Identifikasi ulang adanya nyeri
Hasil : Klien tampak mengikuti atau keluhan fisik lainnya
ajaran perawat untuk belajar duduk. 3. Identifikasi ulang kemampuan
mobilisasi klien
4. Ajarkan mobilisasi dini pada klien
8 Selasa 4 09.25 1. Mengidentifikasi ulang tingkat 13.05 S : Klien mengatakan sudah dapat
21 Desember 2021 pengetahuan klien dan keluarga menyusui bayinya dan paham cara
tentang teknik menyusui yang menyusui yang benar
benar
Hasil : klien dan keluarga O : Klien tampak menyusui bayinya
mengatakan sudah memahami dengan benar
teknik menyusui yang benar
A : Masalah teratasi
09.25
2. Mengobservasi klien dalam
menyusui bayinya P : Intervensi dihentikan
Hasil : klien tampak menyusui
bayinya dengan benar
09.25 3. Mengobservasi keluarga dalam
mendukung klien saat menyusui
Hasil : Keluarga tampak
mendukung klien saat menyusui

9 Rabu 1 17.40 1. Mengidentifikasi ulang lokasi, 20.00 S : Klien mengatakan nyeri berkurang
22 Desember 2021 karakteristik, durasi, frekuensi, P : Nyeri pada luka bekas operasi
kualitas, intesitas nyeri Q : Nyeri seperti teriris-iris
Hasil : Nyeri pada abdomen, R : Nyeri pada abdomen
pada luka bekas operasi, nyeri S : Skala nyeri 2
seperti teriris-iris, hilang timbul T : Hilang timbul
17.40 2. Mengidentifikasi ulang skala O : Ekspresi meringis klien berkurang
nyeri
Hasil : Skala nyeri 3 A : Masalah teratasi
18.00
3. Mengobservasi klien melakukan P : Intervensi dihentikan
teknik relaksasi napas dalam
Hasil : Klien tampak melakukan
teknik relaksasi napas dalam
ketika nyeri timbul
18.00
4. Memberikan analgetik sesuai
indikasi
Hasil : Klien diberikan ketorolac
30 mg /8 jam / IV dan pronalges
/ 12 jam / rectal

10. Rabu 2 17.45 1. Mengidentifikasi ulang tanda 20.02 S : Klien mengatakan tidak ada
22 Desember 2021 dan gejala infeksi lokal dan pembengkakan dan kemerahan
sistematik
Hasil : Tidak ada O:
pembengkakan dan tidak ada - Pengunjung yang masuk ke
kemerahan ruangan klien hanya satu orang
- Tidak terdapat pembengkakan
17.45 2. Membatasi jumlah pengunjung dan
Hasil : Pengunjung yang kemerahan
diperbolehkan masuk tidak lebih
dari satu orang A : Masalah teratasi
17.46
3. Memberikan perawatan luka P : Intervensi dihentikan
jahit post SC sesuai prosedur
Hasil : Rutin membersihkan
luka dan mengganti perban
18.00
4. Memberikan antibiotik sesuai
indikasi
Hasil : Klien diberikan
metronidazole 500 mg / 8 jam /
drips, dan cefuroxime 750 mg /
11 jam / IV

11 Rabu 3 17.52 1. Memonitor ulang tanda-tanda 20.04 S : Klien mengatakan sudah mampu
22 Desember 2021 vital berdiri dan berjalan
Hasil : TD : 120/70 mmHg
N : 80 x / menit O : Tanda-tanda vital
P : 20x / menit TD : 120/80 mmHg
S : 36,3°C N : 80 x / menit
P : 20 x/ menit
17.52 2. Mengidentifikasi ulang adanya S : 36,5°C
nyeri atau keluhan fisik lainnya - Kekuatan otot
Hasil : Klien mengatakan nyeri
pada luka bekas operasi yang 5 5
dirasakan ketika bergerak 5 5
17.52
3. Mengidentifikasi ulang A : Masalah teratasi
kemampuan mobilisasi klien
Hasil : Klien sudah mampu P : Intervensi dihentikan
untuk duduk di tempat tidur
17.53
4. Mengajarkan mobilisasi dini
pada klien
Hasil : Klien tampak mengikuti
ajaran perawat untuk latihan
berdiri dan berjalan di sekitar
tempat tidur

Anda mungkin juga menyukai