Y DENGAN
POST OPERASI SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI
KETUBAN PECAH DINI DI RUANGAN MAWAR RSUD ANDI
MAKKASAU KOTA PAREPARE
DISUSUN OLEH :
TINGKAT II B
2. Etiologi
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Menurut Manuaba (2012), adapun penyebab sectio caesarea yang
berasal dari ibu yaitu ada sejarah kehamilan dan persalinan yang
buruk, terdapat kesempitan Panggul, plasenta previa terutama pada
primagravida, solusio plasenta tingkat I – II, Komplikasi kehamilan,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya). Selain itu
terdapat beberapa Etiologi yang menjadi indikasi medis
dilaksanakannya sectio caesarea antara lain : CPD (Cephalopelvic
disproportion), PEB (Preeklampsia Berat), KPD (Ketuban Pecah
Dini), Faktor hambatan jalan lahir.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2001), antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan.
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen.
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus.
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (1lokhea
tidak banyak).
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml.
f. Emosi labil/perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru.
g. Biasanya terpasang kateter urinarius.
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar.
i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah.
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler.
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang
paham prosedur.
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.
4. Patofisiologi
Sayatan pada perut dan rahim akan menimbulkan trauma jaringan
dan terputusnya inkontinensia jaringan, pembuluh darah, dan saraf
disekitar daerah insisi. Hal tersebut merangsang keluarnya histamin dan
prostaglandin. histamin dan prostaglandin ini akan menyebabkan nyeri
pada daerah insisi. Rangsangan nyeri yang dirasakan dapat menyebabkan
munculnya masalah keperawatan hambatan mobilitas Selanjutnya
hambatan mobilisasi fisik yang dialami oleh ibu nifas dapat menimbulkan
masalah keperawatan defisit perawatan diri.
5. Klasifikasi
Bentuk pembedahan Sectio Caesarea menurut Manuaba 2012,
meliputi:
a. Sectio Caesarea Klasik
Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim.
Pembedahan dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira sepanjang 10 cm.
6. Komplikasi
Menurut Cunningham (2006) yang sering terjadi pada ibu SC :
a. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas dibagi atas :
1. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
2. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi
dan perut sedikit kembung.
3. Berat, peritonealis, sepsisi dan usus paralitik.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
b. Pemantauan EKG
c. JDL dengan diferensial
d. Elektrolit
e. Hemoglobin/Hematokrit
f. Golongan darah
g. Urinalis
h. Amniosenteris terhadap metunitas pada janin sesuai indikasi
i. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
j. Ultrasound sesuai pesanan (Tucker, susan marlen,1998.dalam buku
Aplikasi Nanda 2015)
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien post sc menurut
(prawiroardjo,2007)diantaranya;
a. Penatalaksanaan secara medis
1. Asam mefenamat, ketorolac, tramadol adalah analgetik yang
diberikan setiap 3-4 jam atau bila diperlukan
2. Bila terjadi pengeluaran yang hebat atau banyak, diperlukan
pemberian transfusi darah
3. Pemberian antibiotik seperti cerotaxim, ceftriaxone dan lain-lain
4. Ringer laktat dan Nacl adalah pemberian cairan parenteral
2. Etiologi
Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini menurut
(Manuaba,2007) yaitu;
a. Multipara dan Grandemultipara
b. Hidramnion
c. Kelainan letak sungsang atau lintang
d. Cephdo petric gisproportion (CPD)
e. Kehamilan ganda
f. Pendular abdomen (perut gantung)
3. Manifestasi klinis
Menurut Ratrowati (2017) tanda dan gejala dari KPD yaitu:
a. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus
b. Disertai demam bila sudah ada infeksi
c. Janin mudah diraba
d. Insfekullo, tampak air ketubaan mengalir atau selaput ketuban tidak
ada dan air ketuban sudah kering.
4. Patofisiologi
Menurut Maryunani & Sari (2017), mekanisme terjadinya ketuban pecah
dini dapat berlangsung sebagai berikut:
a. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat
dan vaskularisasi
b. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah
dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban
c. Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan
langsung antara ruang intramnion dengan dunia luar
d. Infeksi intramnion bisa terjadi langsung pada ruang amrion, atau
dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin,
kemudian ke ruang intraamnion
e. Mungkin jug ajika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi
intrauterine menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal)
f. Tindakan iatrogesik traumatik atau hygiene buruk, misalnya
pemeriksaan dalam yang terlalu sering dan sebagainya, predispositi
infeksi
g. Kuman yang sering ditemukan: Streptococcus, staphylococcus,
(gram positif), E.coli (gram negatif), Bacteriordes, reptococcus
(anaerob)
5. Komplikasi
Menurut (Negara, dkk.2017) komplikasi yang ditimbulkan dari
KPD akan berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas bayi serta
adanya dampak terhadap ibunya sendiri, diantaranya:
a. Persalinan premature
Setelah ketuban pecah, biasanya segeraa disusul oleh persalinan.
Pada kehaamilan aterm 90% terjadi 24 jam setelah ketuban pecah
pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam.
Pada kehamilan >26 minggu persalinan seringkali terjadi dalam 1
minggu.
b. Infeksi
Resiko infeksi pada ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah
dini. Pada ibu dapat terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi
sefticemia, pneumonia, omfalitis.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien baik secara bio, psiko, sosial dan spiritual ( Dermawan
2012 ).
2. Keluhan utama
Pada umumnya pasien post sc mengeluh nyeri pada daerah luka bekas
operasi, nyeri biasanya bertambah parah jika pasien bergerak.
3. Riwayat kesehatan
Pada pengkajian riwayat kesehatan, data yang dikaji adalah riwayat
kesehetan dahulu, riwayat kesehatan sekarang, dan riwayat kesehatan
keluarga.
a. Riwayat kesehatan dahulu :
Yang perlu dikaji adalah penyakit yang pernah diderita pasien
khususnya penyakit kronis, menular dan menahun seperti jantung,
hipertensi, diabetes, TBC, dan penyakit kelamin.
5. Riwayat obstetri
Pada pengkajian ini meliputi riwayat kehamilan, persalinan dan nafas yang
lalu, berapa kali ibu hamil, penolong persalinan, dimana ibu bersalin, cara
bersalin, jumlah anak apakah bernah abortus, dan keadaan nifas yang lalu.
7. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah klien pernah ikut program KB jenis kontrasepsi,
apakah terdapat keluhan dan masalah dalam penggunaan kontrasepsi
tersebut, dan setelah masa nifas
b. Pola aktivitas :
Biasanya pada pasian post sc mobilisasi dilakukan secara bertahap
meliputi miring kanan dan kiri pada 6 – 8 jam pertama. Kemudian
latihan duduk dan berjalan. Pada hari ketiga optimalnya pasien sudah
dapat dipulangkan.
c. Pola eliminasi :
Biasanya terjadi konstipasi karena pasien post sc takut untuk BAB
e. Pola reproduksi :
Biasanya terjadi disfungsi seksual yang diakibatkan oleh proses
persalinan dan masa nifas.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien
dari ujung kepala sampai ujung kaki ( head to toe ) untuk menemukan
tanda klinis dari suatu penyakit, (Dermawan, 2012).
B. Diangnosa Keperawatan
Adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat
sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual atau
potensial. Masalah keperawatan yang muncul pada pasien section caesarea
adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
4. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan reflek
oksitosin
5. Defisit pengetahuan tentang teknik menyusui
6. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasional
7. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
8. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan klien ( Iqbal dkk, 2011 )
D. Implemetasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter&Pretty,
2011).
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahapan akhir proses keperawatan yang
terdiri dari evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif).
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah semua
tindakan sesuai diagnosa keperawatan dilkukan. Evaluasi sumatif terdiri dari
SOAP (Subjek, Objek, Analisis, Planning). Subjek berisi respon yang
diungkapkan oleh pasien dan objektif berisi respon nonverbal dari pasien-
pasien tersebut didapat setelah perawat melakukan tindakan keperawatan.
Analisis merupakan kesimpulan dari tindakan dalam perencanaan masalah
keperawatan dilihat dari kriteria hasil apakah teratasi, teratasi sebagian atau
belum teratasi . Sednfkan planning berisi perencanaan tindakan keperawatan
yang harus dilakukan selanjutnya .
NO. RM : 20 23 58
Tgl. Masuk : 19/12/2021
Tgl Pengkajian : 20/12/2021
Diagnoa Medis : Post Sc
dengan Kpd
PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama : Ny. Y
Umur : 22 tahun
Alamat : Sidrap
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Agama : Hindu
Suku : Bugis
Diagnosa Medis : Post sc dengan Kpd
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan G1P0A0 umur kehamilan 39-40 minggu mengatakan
terdapat pengeluaran air yang merembes dari vagina seperti kencing sejak
pukul 08.00 WITA tanggal 18/12/2021, lalu klien dibawa ke rumah sakit.
Klien tidak dengan his hingga pukul 02.00 WITA tanggal 19/12/2021
sehingga direncanakan tindakan operasi SC dengan indikasi ketubah pecah
dini.
2. Keluhan Utama
Nyeri pada luka bekas operasi
3. Riwayat Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi
P : Nyeri luka bekas operasi
Q : Nyeri seperti teriris-iris
R : Nyeri pada abdomen
S : Skala nyeri 6
T : Hilang timbul
6. Riwayat psikososial
Klien mengatakan bahagia terhadap kelahiran anak pertamanya.
7. Dukungan keluarga
Klien mengatakan suami , orang tua dan keluarga mendukung dalam
proses kelahiran, klien mengatakan suami selalu menemani saat kontrol
kehamilan dan juga saat proses persalinan.
8. Riwayat menstruasi
Menarche : 14 Tahun
Siklus : 28 Hari
Lamanya : 6 Hari
Banyaknya : 2 kali ganti pembalut
HPHT : 14-3-2021
TP : 21-12-2021
9. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Kawin
Ini merupakan perkawinan pertama bagi keduanya
Usia perkawinan : 1 tahun
G3
25 22
G2
G1
Keterangan
: laki laki : Garis pernikahan : Pasien
: perempuan : Garis keturunan
b. Minum
Air putih Air putih
- Jenis
Kurang lebih 1500cc/ Kurang lebih 1300cc/
- Frekuensi
hari hari
2. Eliminasi
a. Pola BAB
- Frekuensi 2 × Sehari Tidak pernah
- Konsistensi Lunak Bab
- Bau Khas
- Warna Kuning
- Kesulitan Tidak ada
b. Pola BAK
4-5 × Sehari Terpasang kateter
- Frekuensi
- Jumlah ±1250 cc perhari
- Warna Kekuningan
3. Istirahat Dan Tidur
-Durasi Tidur Malam 8 Jam 6 Jam
-Durasi Tidur Siang 2 Jam 2 Jam
-Durasi Tidur/24 Jam ±10,5 Jam 8 Jam
5. Personal hygiene
A . Mandi
-frekuensi 2× / hari Hanya di lap basah
-cara pemenuhan Mandiri Dibantu oleh keluarga
B . Cuci rambut
-frekuensi 2× / minggu Klien mengatakan tidak
-cara pemenuhan Mandiri keramas karena sudah
keramas sebelum
operasi
b. Wajah
Sesekali wajah meringis ketika merasa sakit di daerah luka insisi
c. Mata
Mata simetris, kongjungtiva merah muda, sclera putih
d. Hidung
Hidung simetris,tidak ada peradangan ,tidak ada polip
e. Telinga
Telinga simetris, tampak bersih, tidak ada peradangan
f. Mulut
Mukosa bibir lembab
g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan
h. Dada
Dada simetris kanan kiri
i. Payudara
Puting susu menonjol, hipermigmentasi areola dan puting susu
j. Abdomen
Terdapat luka pada bekas operasi tertutup verban, TFU 2 jari di bawah
pusar, terdapat nyeri tekan pada luka bekas operasi
k. Genetalia
Tampak memakai pakaian dalam dan pembalut, tampak lochea rubra
berwarna merah.
l. Ekstermitas
Tidak ada oedema, turgor kulit baik, adanya penurunan kekuatan otot
pada ekstermitas bawah
5 5
4 4
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
No Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
1 Hemoglobin (HGB) 11,5 g/dL 11,5 – 15,0
G. TERAPI / PENGOBATAN
Ketarolac 30 mg/ 8 jam/ IV
Metronidazole 500 mg/ 8 jam/ drips
Ranitidine 50 mg/ 12 jam/ IV
Asam tranekamat 500 mg / 8 jam /IV
Pronalges 1/ 12 jam/ rektal
Cefuroxime 750mg/ 12 jam/ IV
Bledstop 125 mg/ 8 jam
SF 1 tablet / 24 jam
DATA FOKUS
ANALISA DATA
DO : Luka operasi
- Klien sesekali tampak meringis ketika sc
merasa sakit di daerah luka insisi
Jaringan
tertutup
Merangsang
area sensorik
motorik
Nyeri
Post operasi
sc
Luka post
operasi
Jaringan
terbuka
Proleksi
kurang
Invasi bakteri
Resiko
infeksi
DS :
- Klien mengatakan aktivitasnya Sectio Gangguan
dibantu oleh keluarga caesaria mobilitas
fisk
DO :
- Klien tampak belum mampu bergerak Post operasi
secara normal sc
- Tanda-tanda vital
TD : 100/70 mmHg
Luka post
N : 80 x/menit
operasi
P : 20 x/menit
S : 36,5C
Jaringan
terputus
- Kekuatan otot
Merangsang
5 5 area sensorik
4 4 motorik
Nyeri
Keterbatasan
gerak
Gangguan
mobilitas
fisik
DS :
- Klien mengatakan belum bisa Sectio Defisit
menyusui bayinya karena belum caesaria pengetahua
mengerti cara yang benar n tentang
cara
DO : Post operasi menyusui
- Klien nampak kesulitan menyusui sc
bayinya
Nifas
Laktasi
Kurang
informasi
Defisit
pengetahuan
tentang cara
menyusui
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DO:
- Klien sesekali
tampak meringis
ketika merasa sakit
di daerah luka insisi
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 infeksi lokal dan sistemik tindakan yang akan
efek prosedur invasif jam diharapkan resiko infeksi dilakukan selanjutnya
ditandai dengan: tidak terjadi 2. Batasi jumlah pengunjung 2. Untuk mengurangi
Faktor pendukung pencemaran lingkungan
- Adanya luka operasi pasien dari kuman dan
bakteri luar
3. Berikan perawatan luka post 3. Untuk mencegah
SC sesuai prosedur terjadinya infeksi
4. Berikan antibiotik sesuai 4. Untuk mengurangi resiko
indikasi terjadi infeksi
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui kondisi kesehatan klien
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24
nyeri ditandai dengan: jam diharapkan mobilitas 2. Identifikasi adanya nyeri atau 2. Untuk mengetahui adanya nyeri pada klien
DS: fisik meningkat dengan keluhan fisik lainnya
- Klien mengatakan kriteria hasil :
aktifitasnya dibantu - Klien mampu
oleh keluarga melakukan aktifitas 3. Identifikasi kemampuan 3. Untuk mengetahui kemampuan klien dalam
fisik dengan normal mobilisasi klien
DO: melakukan aktifitasnya
- Klien
4. Ajarkan mobilisasi dini pada 4. Untuk meningkatkan proses penyembuhan
mengatakan
klien
belum mampu
bergerak secara
normal
- Tanda-tanda vital
TD: 110/70
mmHg
N : 80 x/menit
P : 20 x/menit
S : 36,5C
- Kekuatan otot
5 5
4 4
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tingkat 1. Untuk menentukan intervensi yang akan
tentang cara menyusui keperawatan selama 3x24 jam pengetahuan klien dan dilakukan dalam proses perawatan
yang benar berhubungan diharapkan klien mampu keluarga tentang teknik
dengan kurang terpapar memahami teknik menyusui menyusui yang benar
informasi dengan benar dengan kriteria
Ds : hasil : 2. Ajarkan teknik menyusui 2. Agar dapat mengaplikasikan teknik menyusui
- Klien mengatakan - Klien memahami teknik yang benar yang benar pada bayinya
belum bisa menyusui menyusui sesuai dengan
bayinya karena belum prosedur yang diajarkan 3. Anjurkan keluarga untuk 3. Agar klien merasa diperhatikan oleh keluarga
mengerti cara menyusui mendukung klien dalam
yang benar menyusui
Do :
- Klien nampak
kesulitan menyusui
bayinya
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
2. Senin 2 09.10 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi 13.05 S : Klien mengatakan verban bersih
20 Desember 2021 lokal dan sistemik. dan tidak ada pembengkakan
Hasil : Tidak ada pembengkakan
dan tidak ada kemerahan pada luka O : Tidak ada pembengkakan dan
insisi. kemerahan pada luka insisi.
09.11
2. Membatasi jumlah pengunjung A : Masalah belum teratasi
Hasil : Pengunjung yang
diperbolehkan masuk tidak lebih P : Intervensi dilanjutkan
dari satu orang 1. Monitor ulang tanda dan
gejala infeksi lokal dan
09.15
3. Memberikan perawatan post SC sistemik
sesuai prosedur. 2. Batasi jumlah pengunjung
Hasil : Rutin membersihkan luka 3. Berikan perawatan post sc
dan mengganti verban. sesuai prosedur.
10.10 4. Berikan antibiotik sesuai
4. Memberikan antibiotik sesuai indikasi.
indikasi
Hasil : Klien diberikan
metronidazole 500 m/8 jam/ drips
dan cefuroxime 150 mg/12 jam/IV
3. Senin 3 09.15 1. Memonitor tanda-tanda vital 13.06 S : Klien mengatakan sudah mampu
20 Desember 2021 Hasil : TD : 100/70 mmhg miring ke kanan dan ke kiri
N : 80x/menit
P : 20x/menit O : Tanda-tanda vital
S : 36,5ºC TD : 100/70 mmHg
N : 80x/menit
09.16 2. Mengidentifikasi adanya nyeri atau P : 20x/menit
keluhan fisik lainnya. S : 36,7ºC
Hasil : Klien mengatakan nyeri pada - Kekuatan otot
luka bekas operasi ketika bergerak.
5 5
09.16 3. Mengidentifikasi kemampuan 4 4
mobilisasi klien
Hasil : Klien hanya mampu A : Masalah belum teratasi
menggerakkan pergelangan kakinya
P : Intervensi dilanjutkan
09.17 4. Mengajarkan mobilisasi dini pada 1. Monitor ulang tanda-tanda
klien vital
Hasil : Klien nampak mengikuti 2. Identifikasi ulang adanya nyeri
ajaran perawat untuk miring ke atau keluhan fisik lainnya
kanan dan ke kiri. 3. Identifikasi ulang kemampuan
mobilisasi klien
4. Ajarkan mobilisasi dini pada
klien
4. Senin 4 09.20 1. Mengidentifikasi tingkat 13.08 S : Klien mengatakan mampu
20 Desember 2021 pengetahuan klien dan keluarga memahami teknik menyusui yang
tentang teknik menyusui yang benar sesuai arahan perawat.
benar.
Hasil : Klien dan keluarga O : Klien tampak mengikuti arahan
mengatakan tidak tahu cara perawat
menyusui yang benar
A : Masalah teratasi sebagian
09.20 P : Intervensi dilanjutkan
2. Mengajarkan teknik menyusui yang
benar 1. Identifikasi ulang tingkat
Hasil : Klien mengikuti arahan pengetahuan klien dan
perawat dalam menyusui dengan keluarga tentang teknik
menyusui yang benar
benar 2. Observasi klien dalam
09.22 menyusui bayinya
3. Menganjurkan keluarga untuk 3. Observasi keluarga dalam
mendukung klien dalam menyusui mendukung klien saat
Hasil : Keluarga bersedia menyusui
mendukung klien dalam menyusui
5 Selasa 1 09.10 1. Mengidentifikasi ulang lokasi, 13.0 S : Klien mengatakan nyeri agak
21 desember 2021 karakteristik, durasi, frekuensi, 0 berkurang.
kualitas, intensitas nyeri. P : Nyeri pada luka bekas operasi
Hasil : Nyeri pada abdomen, pada Q : Nyeri seperti teriri-iris
luka bekas operasi, nyeri seperti R : Nyeri pada abdomen
teriris-iris. S : Skala nyeri 3
T : Hilang timbul
09.10 2. Mengidentifikasi ulang skala nyeri
Hasil : Skala nyeri 4 O : Klien sesekali meringis saat
09.10 nyeri timbul
3. Menganjurkan melakukan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi A : Masalah teratasi sebagian
rasa nyeri ( relaksasi nafas dalam ) P : Intervensi dilanjutkan
Hasil : Klien mampu mengikuti 1. Identifikasi ulang lokai,
arahan perawat untuk melakukan karakteristik, durasi, frekuensi,
relaksasi nafas dalam kuliatas dan intensitas nyeri.
10.00 . 2. Identifikasi ulang skala nyeri
4. Memberikan analgetik sesuai 3. Observasi melakukan teknik
indikasi relaksasi nafas dalam
Hasil : Klien diberikan ketoralac 30 4. Berikan analgetik sesuai
mg/8 jam dan pronalges 12 indikasi.
jam/rektal.
6. Selasa 2 09.15 1. Memonitor ulang tanda dan gejala 13.0 S : Klien mengatakan tidak ada
21 Desember infeksi lokal dan sistemik. 2 pembengkakan dan kemerahan
2021 Hasil : Tidak ada pembengkakan
dan tidak ada kemerahan. O : - Pengunjung yang masuk ke
ruangan klien hanya satu orang
09.15 2. Membatasi jumlah pengunjung -Tidak ada pembengkakan d an
Hasil : Pengunjung yang kemerahan.
diperbolehkan masuk tidak lebih
dari satu orang A: Masalah teratasi sebagian
7. Selasa 3 09.20 1. Memonitor tanda-tanda vital 13.0 S : Klien mengatakan sudah mampu
21 Desember 2021 Hasil : TD : 100/70 mmhg 4 duduk ditempat tidur
N : 80x/menit
P : 20x/menit O : Tanda-tanda vital
S : 36,5ºC TD : 100/70 mmHg
N : 80x/menit
09.21 2. Mengidentifikasi ulang adanya P : 20x/menit
nyeri atau keluhan fisik lainnya. S : 36,3ºC
Hasil : Klien mengatakan nyeri - Kekuatan otot
pada luka bekas operasi dirasakan
ketika bergerak agak berkurang. 5 5
4 4
09.21 3. Mengidentifikasi kemampuan
mobilisasi klien
Hasil : Klien sudah mampu miring A : Masalah teratasi sebagian
ke kanan dan kiri.
P : Intervensi dilanjutkan
09.22
4. Mengajarkan mobilisasi diri pada 1. Monitor ulang tanda-tanda vital
klien 2. Identifikasi ulang adanya nyeri
Hasil : Klien tampak mengikuti atau keluhan fisik lainnya
ajaran perawat untuk belajar duduk. 3. Identifikasi ulang kemampuan
mobilisasi klien
4. Ajarkan mobilisasi dini pada klien
8 Selasa 4 09.25 1. Mengidentifikasi ulang tingkat 13.05 S : Klien mengatakan sudah dapat
21 Desember 2021 pengetahuan klien dan keluarga menyusui bayinya dan paham cara
tentang teknik menyusui yang menyusui yang benar
benar
Hasil : klien dan keluarga O : Klien tampak menyusui bayinya
mengatakan sudah memahami dengan benar
teknik menyusui yang benar
A : Masalah teratasi
09.25
2. Mengobservasi klien dalam
menyusui bayinya P : Intervensi dihentikan
Hasil : klien tampak menyusui
bayinya dengan benar
09.25 3. Mengobservasi keluarga dalam
mendukung klien saat menyusui
Hasil : Keluarga tampak
mendukung klien saat menyusui
9 Rabu 1 17.40 1. Mengidentifikasi ulang lokasi, 20.00 S : Klien mengatakan nyeri berkurang
22 Desember 2021 karakteristik, durasi, frekuensi, P : Nyeri pada luka bekas operasi
kualitas, intesitas nyeri Q : Nyeri seperti teriris-iris
Hasil : Nyeri pada abdomen, R : Nyeri pada abdomen
pada luka bekas operasi, nyeri S : Skala nyeri 2
seperti teriris-iris, hilang timbul T : Hilang timbul
17.40 2. Mengidentifikasi ulang skala O : Ekspresi meringis klien berkurang
nyeri
Hasil : Skala nyeri 3 A : Masalah teratasi
18.00
3. Mengobservasi klien melakukan P : Intervensi dihentikan
teknik relaksasi napas dalam
Hasil : Klien tampak melakukan
teknik relaksasi napas dalam
ketika nyeri timbul
18.00
4. Memberikan analgetik sesuai
indikasi
Hasil : Klien diberikan ketorolac
30 mg /8 jam / IV dan pronalges
/ 12 jam / rectal
10. Rabu 2 17.45 1. Mengidentifikasi ulang tanda 20.02 S : Klien mengatakan tidak ada
22 Desember 2021 dan gejala infeksi lokal dan pembengkakan dan kemerahan
sistematik
Hasil : Tidak ada O:
pembengkakan dan tidak ada - Pengunjung yang masuk ke
kemerahan ruangan klien hanya satu orang
- Tidak terdapat pembengkakan
17.45 2. Membatasi jumlah pengunjung dan
Hasil : Pengunjung yang kemerahan
diperbolehkan masuk tidak lebih
dari satu orang A : Masalah teratasi
17.46
3. Memberikan perawatan luka P : Intervensi dihentikan
jahit post SC sesuai prosedur
Hasil : Rutin membersihkan
luka dan mengganti perban
18.00
4. Memberikan antibiotik sesuai
indikasi
Hasil : Klien diberikan
metronidazole 500 mg / 8 jam /
drips, dan cefuroxime 750 mg /
11 jam / IV
11 Rabu 3 17.52 1. Memonitor ulang tanda-tanda 20.04 S : Klien mengatakan sudah mampu
22 Desember 2021 vital berdiri dan berjalan
Hasil : TD : 120/70 mmHg
N : 80 x / menit O : Tanda-tanda vital
P : 20x / menit TD : 120/80 mmHg
S : 36,3°C N : 80 x / menit
P : 20 x/ menit
17.52 2. Mengidentifikasi ulang adanya S : 36,5°C
nyeri atau keluhan fisik lainnya - Kekuatan otot
Hasil : Klien mengatakan nyeri
pada luka bekas operasi yang 5 5
dirasakan ketika bergerak 5 5
17.52
3. Mengidentifikasi ulang A : Masalah teratasi
kemampuan mobilisasi klien
Hasil : Klien sudah mampu P : Intervensi dihentikan
untuk duduk di tempat tidur
17.53
4. Mengajarkan mobilisasi dini
pada klien
Hasil : Klien tampak mengikuti
ajaran perawat untuk latihan
berdiri dan berjalan di sekitar
tempat tidur