Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN DISKUSI JIGSAW

PERDARAHAN PADA KEHAMILAN LANJUT DENGAN PLASENTA PREVIA

Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Kelompok Ahli II

Anggota kelompok :

1. Hijriah I1B021004
2. Imelia Rizky Pramudita I1B021016
3. Yunetha Aulia Salsabiela I1B021026
4. Afriliana Dwi Rosita I1B021036
5. Sekar Wulan Gayatri I1B021046
6. Nabilah Nur Rochmah I1B021058
7. Alfina Fitriani I1B021068
8. Lianda Dwi Utami I1B021078
9. Agus Susilo I1B021088

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. Plasenta berbentuk
bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal 2,5 cm,berat rata-rata 500
gram. Plasenta previa dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Plasenta Previa totalis, yaitu
apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta atau ari-ari. Plasenta Previa
parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta. Plasenta
Previa marginalis yaitu apabila pinggir plasenta atau ari-ari berada tepat pada pinggir
permukaan jalan ari. Plasenta Letak rendah yaitu apabila letak tidak normal pada segmen
bawah rahim akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Faiz & Ananth pada tahun 2003 prevalensi
plasenta previa di USA (United State) dijumpai sebanyak 4,0 % dari 1000 kelahiran,
sedangkan menurut Romundstad et al pada tahun 2006 jumlah kasus plasenta previa pada
tahun 1988-2000 di Norwegia sebanyak 1949 kasus dari 845.384 kehamilan. Menurut
Saifuddin pada tahun 2006 angka kejadian plasenta previa adalah 0,4% - 0,6% dari
keseluruhan persalinan atau 1 diantara 200 persalinan. Pada beberapa rumah sakit umum
pemerintah angka kejadian plasenta previa berkisar 1,7% sampai 2,9% sedangkan di
negara maju kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1% menurut Prawirohardjo pada
tahun 2008. Pada studi pendahuluan yang dilakukan di RSU Dr. Pirngadi Medan terdapat
ibu yang mengalami plasenta previa tahun 2006 - Juni 2010 sebanyak 167 orang dari 4633
persalinan. Plasenta previa menyebabkan terjadinya perdarahan antepartum. Perdarahan
antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan diatas 28 minggu atau lebih.

B. Tujuan
1. Mengetahui definisi, prevalensi, dan klasifikasi perdarahan pada akhir kehamilan
dengan plasenta previa.
2. Mengetahui etiologi dan faktor risiko perdarahan pada akhir kehamilan dengan
plasenta previa.
3. Mengetahui manifestasi klinis perdarahan pada akhir kehamilan dengan plasenta
previa.
4. Mengetahui patofisiologi perdarahan pada akhir kehamilan dengan plasenta previa.
5. Mengetahui penatalaksanaan perdarahan pada akhir kehamilan dengan plasenta
previa.
6. Mengetahui pengkajian, diagnosa, dan intervensi keperawatan yang mungkin muncul
pada akhir kehamilan dengan plasenta previa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi, Prevalensi, dan Klasifikasi Perdarahan Pada Akhir Kehamilan dengan


Plasenta Previa
1. Prevalensi
Berdasarkan data yang didapatkan WHO tahun 2008 prevalensi plasenta pervia
sekitar 458 dari 100.000 kelahiran setiap tahunnya,sedangkan prevalensi previa
menurut WHO tahun 2009 sekitar 320 dari 100.000 kelahiran. Angka Kejadian plasenta
Previa di Indonesia berkisar antara 1,7-3,56%.Untuk klasifikasinya merupakan kategori
mayor meliputi tipe III-IV dan plasenta letak rendah/low-lying placenta yaitu
implementasi plasenta pada segmen bahwa uterus tanpa menutupi Ostium uteri
internum yang Sebelumnya merupakan kategori marginal tipe I-II.
2. Klasifikasi
Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan):
a. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan secara normal,
karena risiko perdarahan sangat hebat.
b. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum. Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya janin tetapi
tidak dilahirkan secara normal.
c. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium
uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Janin bisa
dilahirkan secara normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
d. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous placenta
adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga tepi
bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak
yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal. Risiko perdarahan tetap ada
namun tidak besar, dan janin bisa dilahirkan secara normal asal tetap berhati-hati.

B. Etiologi dan Faktor Risiko Perdarahan Pada Akhir Kehamilan dengan Plasenta
Previa
1. Etiologi
Plasenta Previa terjadi karena kerusakan endometrium pada persalinan
sebelumnya dan gangguan vaskularisasi desidua. Perdarahan bisa bertambah
disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan
mudah mengalami robekan.
2. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi Plasenta Previa diantaranya:
a. Meningkatnya paritas ibu
b. Usia ibu >35 tahun
c. Kehamilan ganda
d. Tindakan kuretase
e. Riwayat seksio sesarea sebelumnya
f. Adanya bekas luka pada rahim
g. Miomektomi atau endometritis
h. Kebiasaan merokok dan penggunaan narkotika

C. Manifestasi Klinis Perdarahan Pada Akhir Kehamilan dengan Plasenta Previa


a. Perdarahan pervaginam tanpa sebab dan tanpa nyeri
b. Darah berwarna merah segar
c. Seringkali terjadi pada trimester ketiga
d. Kepala janin yang belum turun (free floating head)
e. Seringkali dijumpai kelainan letak janin
f. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila
dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit.
Tetapi perdarahan berikutnya (recurrent bleeding) biasanya lebih banyak
D. Patofisiologi Perdarahan Pada Akhir Kehamilan dengan Plasenta Previa
Plasenta previa adalah kelainan yang ditandai dengan adanya jaringan plasenta di dekat
atau menutupi leher rahim. Plasenta previa terjadi karena kerusakan pada endometrium saat
persalinan sebelumnya dan juga akibat dari gangguan vaskularisasi desidua.(Jing et al.,
2018).
Hal ini disebabkan oleh beberapa etiologi :
1. Kerusakan endometrium
2. Gangguan vaskularisasi desidua
3. Faktor lain, dalam faktor lain ini diantaranya :
a. Memiliki anak lebih dari 1
b. Riwayat operasi cesar
c. Riwayat operasi pada rahim
d. Mengandung bayi kembar dua atau kembar tiga

Pada saat persalinan rahim meregang dan memanjang sebagai persiapan untuk
melahirkan, dan akhirnya terjadi perdarahan. Perdarahan bisa bertambah yang disebabkan
serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami
robekan. Saat serviks mulai menipis dan melebar, perlekatan plasenta pada dinding rahim
terlepas, sehingga terjadi perdarahan. Risiko terbesar dari plasenta previa adalah terjadi
perdarahan. Plasenta previa dapat dideteksi menggunakan beberapa pemeriksaan di
antaranya :
1. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan implantasi plasenta dan jarak tepi
plasenta terhadap ostium.
2. Pemeriksaan PDMO (Pemeriksaan Dalam di Meja Operasi)
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan diagnosis definitif plasenta previa.

Tatalaksana dari Plasenta previa sendiri ada 2 :


1. Tatalaksana umum
2. Tatalaksana khusus

E. Penatalaksanaan Perdarahan Pada Akhir Kehamilan dengan Plasenta Previa


1. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat
tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis
dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik
(Mochtar, 2012 dan Chalik, 2014).
Syarat-syarat terapi ekspektatif :
● Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
Penanganan pasif pada kasus kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit
kemudian berhenti di maksudkan dapat memberikan kesempatan pada janin untuk
tetap tumbuh dan berkembang dalam kandungan sampai janin matur.
● Belum ada tanda-tanda in partu. Menunda tindakan pengakhiran kehamilan segera
pada kasus plasenta previa bila tidak terdapat tanda-tanda inpartu ditujukkan untuk
mempertahankan janin dalam kandungan.
● Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
● Janin masih hidup.
Faktor – faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan dipilih
adalah :
● Jenis plasenta previa
● Perdarahan banyak atau sedikit tetapi berulang – ulang
● Keadaan umum ibu hamil
● Keadaan janin hidup gawat atau meninggal
● Pembukaan jalan lahir
● Paritas atau jumlah anak hidup
● Fasilitas penolong dan rumah sakit.
2. Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara
menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa (Mochtar, 2012)
1) Persalinana Abdominal dengan cara Seksio sesarea Prinsip utama dalam
melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun
janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
Indikasi seksio sesarea pada plasenta previa :
● Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal, semua plasenta
previa lateralis, posterior karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara-
cara yang ada.
● Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti
dengan tindakan – tindakan yang ada
● Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang. Perdarahan pada bekas
insersi plasenta kadang – kadang berlebihan dan tidak dapat diatasi dengan
cara-cara yang ada, jika hal ini dijumpai tindakannya adalah : bila anak belum
ada, untuk menyelamatkan alat reproduktif dilakukan ligasi rteri hipogastrika,
dan bila anak sudah ada dan cukup, yang paling baik adalah histerektomi.
2) Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta

F. Pengkajian, Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul, dan Intervensi


Keperawatan Pada Akhir Kehamilan dengan Plasenta Previa
1. Pengkajian Keperawatan
a. jumlah dan sifat perdarahan (waktu perdarahan, perkiraan kehilangan darah
sebelum datang ke rumah sakit, dan keterangan tentang jaringan yang terlepas).
Ibu hamil disarankan menyimpan linen jika berada di rumah, sehingga kehilangan
darah dapat dideteksi secara akurat.
b. Sakit
1) jenisnya: menetap, tajam, tumpul, keras
2) serangannya: berangsur-angsur, mendadak
3) lokasinya: menyeluruh pada abdomen, lokal
c. Uterus, jika dipalpasi dengan lembut apakah terasa lembut juga.
d. TTV, apakah normal, takikardi, hipotensi, atau keduanya. pemantauan kondisi
janin secara elektronik dapat menentukan denyut jantung janin, adanya
percepatan, dan respon janin terhadap aktivitas uterus.
e. Kontraksi uterus: penggunaan monitor eksterna dalam menentukan frekuensi dan
lamanya kontraksi. Tekanan intrauterus dapat mengidentifikasi kontraksi
hipertonik dan meningkatkan hubungan irama istirahat. Palpasi dapat
mengidentifikasi apakah uterus mengalami relaksasi antara kontraksinya atau
tidak
f. Riwayat kehamilan (gravida, para, riwayat aborsi, dan melahirkan bayi prematur).
g. Lamanya usia kehamilan: (HPHT, TFU). jika terdapat perdarahan ke dalam
miometrium, fundus akan membesar sesuai dengan perdarahan. perawat
mengobservasi dan melaporkan tinggi fundus yang akan menunjukkan bahwa
perdarahan ke dalam otot uterus sedang terjadi.
h. Data laboratorium (HB, hematokrit, golongan darah, pembekuan darah).
2. Diagnosis Keperawatan dan Intervensi
a. Penurunan curah jantung berkaitan dengan perdarahan dalam jumlah berlebih
(Domain 4 Aktivitas/Istirahat)
- Definisi: Ketidakadekuatan volume darah yang dipompa oleh jantung untuk
memenuhi kebutuhan metabolik.
- Intervensi:
1) Nilai dan catat TTV, TD, LOC, CVP, perfusi jaringan, intake dan output,
serta jumlah perdarahan
2) Bantu pemberian pelayanan kesehatan atau mulai sarankan terapi cairan IV
atau terapi transfusi darah sesuai kebutuhan
b. Defisiensi volume cairan berhubungan dengan perdarahan (Domain 2 Nutrisi)
- Definisi: Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraseluler.
- Faktor risiko: perdarahan vagina yang berlebihan dan pembuluh darah rahim
yang rusak
- Intervensi:
1) Timbang bantalan perineum untuk memperkirakan kehilangan darah.:
menimbang pembalut perineum sebelum dan sesudah digunakan dan
menghitung selisihnya dengan pengurangan adalah metode yang baik untuk
menentukan kehilangan darah pervaginam.
2) Hindari pemeriksaan vagina.: risiko memprovokasi perdarahan yang
mengancam jiwa, pemeriksaan digital pada vagina benar-benar
dikontraindikasikan sampai plasenta previa dikeluarkan.
3) Posisikan klien terlentang dengan pinggul ditinggikan jika diperintahkan
atau dalam posisi berbaring miring ke kiri.: untuk memastikan suplai darah
yang cukup untuk klien dan janin, segera tempatkan klien pada tirah baring
dengan posisi berbaring miring ke kiri. Posisi berbaring miring ke kiri
menurunkan tekanan pada plasenta dan ostium uteri serta meningkatkan
perfusi plasenta.
4) Tinjau hasil USG dan laboratorium.: jika ada kekhawatiran untuk plasenta
previa, maka sonogram transvaginal harus dilakukan untuk memastikan
lokasi plasenta. Hemoglobin, hematokrit, waktu protrombin, waktu
tromboplastin parsial, fibrinogen, jumlah trombosit, jenis dan pencocokan
silang, dan skrining antibodi dinilai untuk menetapkan baseline, mendeteksi
kemungkinan gangguan pembekuan, dan darah siap untuk penggantian jika
perlu.
5) Lakukan tes Apt atau Kleihauer-Betke : jika ada kekhawatiran tentang
transfusi janin-ibu, tes Kleihauer-Betke dapat dilakukan. Ini adalah
prosedur strip tes yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah darah
tersebut berasal dari janin atau ibu.
6) Berikan O2 (oksigen) tambahan sesuai pesanan melalui masker wajah atau
kanula hidung selama 10-12 L/menit: sediakan peralatan oksigen jika bunyi
jantung janin menunjukkan gawat janin, seperti bradikardi atau takikardi,
deselerasi lambat, atau deselerasi variabel selama pemeriksaan.
Suplementasi oksigen meningkatkan oksigen yang tersedia untuk
memenuhi penurunan hemoglobin.
7) Berikan cairan IV sesuai pesanan (sebutkan jenis dan kecepatan cairan):
pasang ringer laktat atau saline normal dengan kecepatan tinggi jika terjadi
syok.
8) Berikan agen tokolitik (penghambatan kontraksi) sesuai resep: tokolisis
dapat dipertimbangkan dalam kasus perdarahan minimal dan prematuritas
ekstrim untuk mengelola kortikosteroid antenatal.
9) Berikan darah dan produk darah sesuai indikas: dalam kasus di mana terjadi
perdarahan yang signifikan, penggantian produk darah yang cepat
merupakan prioritas.
10) Mempersiapkan persalinan pervaginam atau sesar: persalinan pervaginam
selalu paling aman untuk bayi. Jika previa di bawah 30% dengan USG perut
atau transvaginal, mungkin saja janin lahir melewatinya. Jika lebih dari
30% dan janin sudah matang, metode kelahiran teraman untuk ibu dan bayi
sering kali adalah kelahiran sesar.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan inadekuat pengetahuan untuk menghindari paparan
patogen (Domain 11 Safety/Protection)
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat
membahayakan kesehatan.
- Faktor risiko: Plasenta letak rendah, Ketuban pecah dini, Prosedur invasif
- Intervensi:
1) Lakukan teknik kebersihan tangan dan aseptik saat merawat klien: gunakan
teknik mencuci tangan yang baik sebelum, selama, dan setelah perawatan klien
untuk mencegah kontaminasi silang. Untuk membantu mencegah infeksi, semua
barang seperti sarung tangan atau instrumen yang dimasukkan ke dalam jalan
lahir selama persalinan, kelahiran, dan periode pasca persalinan harus steril.
2) Anjurkan klien dalam perawatan perineum yang benar: pastikan untuk
menginstruksikan klien dalam perawatan perineum yang benar, termasuk
menyeka dari depan ke belakang sehingga dia tidak membawa organisme E. coli
maju dari rektum.
3) Anjurkan klien untuk menghindari douching (mencuci vagina dengan cairan
tambahan selain air): douching menyebabkan perubahan flora vagina dan
mempengaruhi untuk berkembang menjadi penyakit radang panggul, vaginosis
bakterial, dan kehamilan ektopik (Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang
terjadi di luar Rahim)
4) Dapatkan spesimen cairan amnion untuk kultur dan tes diagnostik lainnya:
kultur cairan ketuban tetap menjadi "standar emas" dan tes paling spesifik untuk
dokumentasi infeksi intraamniotik. Hasil yang lebih cepat dapat diperoleh dari
beberapa tes lainnya.
5) Mempersiapkan klien untuk amniosentesis: satu-satunya prosedur invasif yang
digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis korioamnionitis akut. Prosedur
yang dilakukan saat kehamilan untuk memeriksa sampel air ketuban.
6) Berikan antibiotik sesuai resep: antibiotik intravena biasanya diresepkan untuk
infeksi. Antibiotik yang sering digunakan termasuk ampisilin, gentamisin, dan
sefalosporin generasi ketiga seperti sefiksim.
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan tepi kemungkinan berhubungan dengan pengetahuan
yang tidak memadai tentang faktor-faktor yang dapat dimodifikasi mungkin ditandai
dengan capillary refill time > 3 detik, nadi perifer menurun (Domain 4
Aktivitas/Istirahat)
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke perifer, yang dapat mengganggu kesehatan.
- Intervensi:
1) Balikkan klien sesering mungkin dan anjurkan batuk dan latihan nafas dalam:
langkah-langkah ini mencegah stasis sekresi dan komplikasi pernapasan. Klien
juga dapat menggoyangkan jari-jari kakinya atau melakukan pengangkatan kaki
untuk meningkatkan aliran balik vena saat beristirahat di tempat tidur. Latihan
pernapasan dalam dan penggunaan spirometer insentif dapat meningkatkan
ekspansi paru dan meminimalkan atelektasis.
2) Hindari posisi High Fowler dan tekanan di bawah lutut atau menyilangkan kaki:
tindakan ini menciptakan stasis vaskular dengan meningkatkan kemacetan
panggul dan pengumpulan darah di ekstremitas, yang berpotensi risiko
pembentukan trombus. Tempat tidur di atas kaki dapat mengangkat tekanan
pakaian tidur dari kaki yang sakit dan dapat menurunkan sensitivitas kaki dan
meningkatkan sirkulasi.
3) Anjurkan klien untuk minum cairan dalam jumlah yang cukup secara teratur:
klien harus minum cairan yang cukup untuk memastikan bahwa dia tidak
mengalami dehidrasi, kira-kira enam sampai delapan gelas cairan per hari. Ini
akan membantu meningkatkan sirkulasi dan mengurangi kekentalan darah.
4) Kaji ulang pemeriksaan laboratorium klien seperti GDA, tes fungsi hati dan
ginjal, dan elektrolit serum. Pantau hemoglobin, hematokrit, dan pemeriksaan
koagulasi: penurunan perfusi jaringan dapat menyebabkan infark bertahap pada
jaringan organ, seperti otak, hati, limpa, ginjal, otot rangka, dan sebagainya.
Pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, dan koagulasi memberikan informasi
tentang volume sirkulasi dan perubahan koagulasi serta menunjukkan
kebutuhan terapi dan efektivitas intervensi.
5) Dorong latihan rentang gerak (ROM) dan tetapkan jadwal untuk penggunaan
perangkat kompresi berurutan: latihan ROM dan perangkat kompresi berurutan
membantu merangsang sirkulasi di ekstremitas bawah dan mengurangi
komplikasi berisiko tinggi yang terkait dengan stasis vena.
6) Berikan cairan intravena sesuai indikasi: kristaloid adalah pilihan pertama untuk
resusitasi. Segera berikan dua liter larutan natrium klorida isotonik atau larutan
Ringer laktat sebagai respons terhadap syok akibat kehilangan darah.
7) Transfusi darah dan produk darah sesuai resep: Sel darah merah yang dikemas
harus ditransfusikan jika klien tetap tidak stabil setelah 2000 mL resusitasi
kristaloid. Jika memungkinkan, infus darah dan kristaloid harus diberikan
melalui penghangat cairan. Sampel darah untuk tipe dan silang harus diambil
sebelum transfusi darah dimulai.

-
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Plasenta previa sering muncul dalam bentuk perdarahan rahim, yang keluar
tanpa rasa sakit dari vagina. Perdarahan pada plasenta previa sering terjadi setelah akhir
trimester kedua. Pendarahan dapat terjadi secara spontan tanpa penyebab yang pasti,
atau mungkin disebabkan oleh hubungan seksual, pemeriksaan vagina, atau persalinan.
Plasenta previa harus segera diobati. Jika tidak diobati, beberapa komplikasi ibu dan
janin dapat terjadi, mulai dari anemia hingga syok, malposisi janin, perlengketan atau
pembesaran plasenta, perdarahan postpartum, prematuritas, dan berat badan lahir
rendah, gawat janin, bahkan kematian ibu akibat perdarahan.
Plasenta previa harus dicegah dengan pengobatan yang paling tepat sesegera
mungkin, sebelum perdarahan mencapai tahap yang membahayakan ibu dan janin.
Untuk perawatan pasien yang tepat, diagnosis dan pengobatan harus berbasis bukti. Ibu
hamil yang diduga menderita plasenta previa harus segera dirujuk ke rumah sakit
terdekat untuk pengobatan perdarahan berulang dan komplikasinya yang dapat terjadi
kapan saja.
REFERENSI

Anumilah, R.A, dkk. 2022, MANAJEMEN PLASENTA PRAEVIA DENGAN RIWAYAT


PERDARAHAN ANTEPARTUM: SEBUAH LAPORAN KASUS BERBASIS
BUKTI, Jurnal Kedokteran Universitas Palangka Raya, 10(1):08-12.

Herdman, T.H & Kamitsuru, S 2018, NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020, Edisi 11, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Mitayani, 2009, Asuhan Keperawatan Maternitas, Salemba Medika, Jakarta
Vera, M. (2022, September 15). 4 Placenta Previa Nursing Care Plans. Retrieved September
28, 2022, from Nurseslabs website: https://nurseslabs.com/placenta-previa-nursing-
care-plans/5/

Anda mungkin juga menyukai