Kelompok Ahli II
Anggota kelompok :
1. Hijriah I1B021004
2. Imelia Rizky Pramudita I1B021016
3. Yunetha Aulia Salsabiela I1B021026
4. Afriliana Dwi Rosita I1B021036
5. Sekar Wulan Gayatri I1B021046
6. Nabilah Nur Rochmah I1B021058
7. Alfina Fitriani I1B021068
8. Lianda Dwi Utami I1B021078
9. Agus Susilo I1B021088
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. Plasenta berbentuk
bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal 2,5 cm,berat rata-rata 500
gram. Plasenta previa dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Plasenta Previa totalis, yaitu
apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta atau ari-ari. Plasenta Previa
parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta. Plasenta
Previa marginalis yaitu apabila pinggir plasenta atau ari-ari berada tepat pada pinggir
permukaan jalan ari. Plasenta Letak rendah yaitu apabila letak tidak normal pada segmen
bawah rahim akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Faiz & Ananth pada tahun 2003 prevalensi
plasenta previa di USA (United State) dijumpai sebanyak 4,0 % dari 1000 kelahiran,
sedangkan menurut Romundstad et al pada tahun 2006 jumlah kasus plasenta previa pada
tahun 1988-2000 di Norwegia sebanyak 1949 kasus dari 845.384 kehamilan. Menurut
Saifuddin pada tahun 2006 angka kejadian plasenta previa adalah 0,4% - 0,6% dari
keseluruhan persalinan atau 1 diantara 200 persalinan. Pada beberapa rumah sakit umum
pemerintah angka kejadian plasenta previa berkisar 1,7% sampai 2,9% sedangkan di
negara maju kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1% menurut Prawirohardjo pada
tahun 2008. Pada studi pendahuluan yang dilakukan di RSU Dr. Pirngadi Medan terdapat
ibu yang mengalami plasenta previa tahun 2006 - Juni 2010 sebanyak 167 orang dari 4633
persalinan. Plasenta previa menyebabkan terjadinya perdarahan antepartum. Perdarahan
antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan diatas 28 minggu atau lebih.
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi, prevalensi, dan klasifikasi perdarahan pada akhir kehamilan
dengan plasenta previa.
2. Mengetahui etiologi dan faktor risiko perdarahan pada akhir kehamilan dengan
plasenta previa.
3. Mengetahui manifestasi klinis perdarahan pada akhir kehamilan dengan plasenta
previa.
4. Mengetahui patofisiologi perdarahan pada akhir kehamilan dengan plasenta previa.
5. Mengetahui penatalaksanaan perdarahan pada akhir kehamilan dengan plasenta
previa.
6. Mengetahui pengkajian, diagnosa, dan intervensi keperawatan yang mungkin muncul
pada akhir kehamilan dengan plasenta previa.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Etiologi dan Faktor Risiko Perdarahan Pada Akhir Kehamilan dengan Plasenta
Previa
1. Etiologi
Plasenta Previa terjadi karena kerusakan endometrium pada persalinan
sebelumnya dan gangguan vaskularisasi desidua. Perdarahan bisa bertambah
disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan
mudah mengalami robekan.
2. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi Plasenta Previa diantaranya:
a. Meningkatnya paritas ibu
b. Usia ibu >35 tahun
c. Kehamilan ganda
d. Tindakan kuretase
e. Riwayat seksio sesarea sebelumnya
f. Adanya bekas luka pada rahim
g. Miomektomi atau endometritis
h. Kebiasaan merokok dan penggunaan narkotika
Pada saat persalinan rahim meregang dan memanjang sebagai persiapan untuk
melahirkan, dan akhirnya terjadi perdarahan. Perdarahan bisa bertambah yang disebabkan
serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami
robekan. Saat serviks mulai menipis dan melebar, perlekatan plasenta pada dinding rahim
terlepas, sehingga terjadi perdarahan. Risiko terbesar dari plasenta previa adalah terjadi
perdarahan. Plasenta previa dapat dideteksi menggunakan beberapa pemeriksaan di
antaranya :
1. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan implantasi plasenta dan jarak tepi
plasenta terhadap ostium.
2. Pemeriksaan PDMO (Pemeriksaan Dalam di Meja Operasi)
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan diagnosis definitif plasenta previa.
-
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Plasenta previa sering muncul dalam bentuk perdarahan rahim, yang keluar
tanpa rasa sakit dari vagina. Perdarahan pada plasenta previa sering terjadi setelah akhir
trimester kedua. Pendarahan dapat terjadi secara spontan tanpa penyebab yang pasti,
atau mungkin disebabkan oleh hubungan seksual, pemeriksaan vagina, atau persalinan.
Plasenta previa harus segera diobati. Jika tidak diobati, beberapa komplikasi ibu dan
janin dapat terjadi, mulai dari anemia hingga syok, malposisi janin, perlengketan atau
pembesaran plasenta, perdarahan postpartum, prematuritas, dan berat badan lahir
rendah, gawat janin, bahkan kematian ibu akibat perdarahan.
Plasenta previa harus dicegah dengan pengobatan yang paling tepat sesegera
mungkin, sebelum perdarahan mencapai tahap yang membahayakan ibu dan janin.
Untuk perawatan pasien yang tepat, diagnosis dan pengobatan harus berbasis bukti. Ibu
hamil yang diduga menderita plasenta previa harus segera dirujuk ke rumah sakit
terdekat untuk pengobatan perdarahan berulang dan komplikasinya yang dapat terjadi
kapan saja.
REFERENSI
Herdman, T.H & Kamitsuru, S 2018, NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020, Edisi 11, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Mitayani, 2009, Asuhan Keperawatan Maternitas, Salemba Medika, Jakarta
Vera, M. (2022, September 15). 4 Placenta Previa Nursing Care Plans. Retrieved September
28, 2022, from Nurseslabs website: https://nurseslabs.com/placenta-previa-nursing-
care-plans/5/