Anda di halaman 1dari 15

RESPONSI DOKTER MUDA

RETENSIO PLASENTA

Oleh :

Steven Sandjaja Gunalie 011623143027


Farah Adiba Binti M. Jahari 011623143038
Kevin Kristanto Wiguna 011623143115
Berli Arfani Rantam 011713143004
Kartika Puspita Sari 011713143007

BAG./SMF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN


RUMAH SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kematian maternal atau kematian ibu adalah kematian wanita saat hamil atau
dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan, dari setiap penyebab yang berhubungan
dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau manajemen, tetapi bukan dari kecelakaan
atau incidental. Menurut WHO, diperkirakan sekitar 10,7 juta wanita meninggal dalam
kurun waktu 25 tahun terakhir (antara tahun 1990-2015) akibat komplikasi maternal.
Selama kurun waktu tersebut, negara-negara di dunia telah membuat kemajuan yang
mantap dalam mengurangi angka kematian ini. Maternal Mortality Rate (MMR) global
telah menurun hingga 44 % pada tahun 2015. Pada tahun 1990 MMR secar global
mencapai 385 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015, MMR di wilayah Asia
Tenggara mencapai angka rata-rata 110 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut
termasuk dalam angka kematian ibu dengan tingkat sedang menurut WHO.
Berdasarkan SDKI 2012, AKI yang berkaita dengan kehamilan, persalinan, dan
nifas sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi jika
dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Kawasan ASEAN. Pada tahun 2007,
ketika AKI di Indonesia mencapai 228, AKI di Singapura hanya 6 per 100.000
kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 112 per 100.000
kelahiran hidup, serta Malaysia dan Vietnam sama-sama mencapai 160 per 100.000
kelahiran hidup.
Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan (HDK), infeksi, partus lama, dan abortus. Kematian Ibu di Indonesia masih
didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dan
kehamilan (HDK), dan infeksi. Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan post-
partum. Resiko kematian ibu akibat perdarahan adalah 1 dalam 1000 persalinan di
negara-negara berkembang (100 per 100.000 kelahiran hidup). Sebagian besar
kematian (99%) dari postpartum haemmorage terjadi pada negara berpenghasilan
rendah dan negara-negara berpenghasilan menengah. Pada tahun 2010-2013, kematian
ibu akibat perdarahan maternal di Indonesia mencapai 31,9%.
Salah satu penyebab utama perdarahan pasca persalinan adalah retensio
plasenta yang memengaruhi 0.5% sampai 3% wanita setelah melahirkan, dan
merupakan penyebab utama kematian ibu akibat perdarahan postpartum. Sekitar 15 %
sampai 20% kematian ibu akibat akibat perdarahan post partum disebabkan oleh
retensio plasenta. WHO mendefinisikan terjadi retensio plasenta jika plasenta tidak
lahir lebih dari 30 menit setelah kelahiran bayi. WHO merekomendasikan menunggu
selama 30 menit sebelum melakukan manual plasenta kecuali terjadi perdarahan aktif.
Oleh karena masalah yang cukup besar di atas, perlu diketahui tatalaksana yang
tepat serta cepat yang perlu diketahui oleh calon dokter maupun calon cokter sehingga
bisa menurunkan angka kejadian kematian ibu oleh karena retensio plasenta.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan responsi ini adalah :


- Mengetahui definisi dan epidemiologi retensio plasenta
- Mengetahui etiologi dan klasifikasi retensio plasenta
- Mengetahui manifestasi klinik dan pemeriksaan retensio plasenta
- Mengetahui tatalaksana retensio plasenta
- Mengetahui komplikasi dan penanganan dari retensio plasenta

1.2 Manfaat Penulisan


1.2.1 Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dan meningkatkan pengetahuan, khususnya tentang masalah
retensio plasenta.
1.2.2 Bagi Institusi
Menunjang proses pelayanan, pendidikan, dan penelitian RS UNAIR
1.2.3 Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Retensio Plasenta
1.1. Definisi Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit setelah
bayi lahir (HK, Joseph, dan Nugroho, 2010). Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir
setengah jam setelah janin lahir (Prawirodiharjo S, 2007).

1.2. Etiologi Retensio Plasenta


Penyebab retensio plasenta menurut (Sastra W, 2005; h.236) plasenta belum lepas disebabkan:
1. Fungsional:
a. His kurang adekuat
b. Plasenta sulit terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba), bentuknya (plasenta
membranasea, plasenta anularis).
2. Ukurannya (Plasenta yang sangat kecil).
Sedangkan menurut Sarwono, Plasenta belum lepas disebabkan:
a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus disebabkan oleh kontraksi uterus kurang kuat
untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesive).
b. Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar disebabkan oleh tidak
adanya usaha untuk melahirkan/karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi
lingkaran kontraksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
(Inkarserasio plasenta).

1.3. Patofisiologi Retensio Plasenta


Jika plasenta keluar sebagian maka terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena kontraksi uterus kurang kuat untuk
melepaskan plasenta. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus
desidua sampai di bawah peritoneum (Plasenta akreta-prekreta). Plasenta yang sudah lepas dari dinding
uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penangan kala III, sehingga terjadi lingkaran kontraksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi
keluarnya plasenta/inkarserasio plasenta (Wiknjosastro, 2005).
Pada pelepasan plasenta selalu terjadi perdarahan karena sinus-sinus maternalis di tempat
insersinya pada dinding uterus terbuka. Apabila sebagian plasenta lepas sebagian lagi belum, terjadi
perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada batas antara kedua
bagian itu. Selanjutnya apabila sebagian besar plasenta sudah lepas, tetapi sebagian kecil masih melekat
pada dinding uterus, dapat timbul perdarahan dalam masa nifas (Wiknjosastro, 2005).

1.4. Faktor Predisposisi

 Grandemultipara
 Kehamilan ganda
 Kasus infertilitas
 Plasenta previa
 Bekas operasi pada uterus

Penilaian retensio plasenta harus dilakukan dengan benar karena untuk menentukan pengembikan
keputusan untuk melakukan manual plasenta, karena retensio disebabkan oleh beberapa hal antara
lain:

1. Plasenta adhesive, yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam. Kontraksi uterus
kurang kuat untuk melepaskan plasenta.
2. Plasenta akrete, implantasi jonjot khorion memasuki sebagian myometrium
3. Plasenta inkreta, implantasi menembus hingga myometrium
4. Plasenta perkreta, menembus sampai serosa atau peritoneum dinding Rahim (Cunningham et
atl, 2005)

1.5. Tanda dan Gejala Retensio Plasenta


Menurut Saifuddin, ada beberapa tanda dan gejala dari retensio plasenta antara lain:
1. Tanda dan gejala yang selalu ada:
a. Plasenta belum lahir setelah 30 enit
b. Perdarahan segera
c. Kontraksi uterus baik
2. Tanda dan gejala yang kadang-kadang ada:
a. Tali pusat putus akibat tarika berlebihan
b. Inversio uterus akibat tarikan
c. Perdarahan lanjutan.
1.6. Pemeriksaan Penunjang Retensio Plasenta
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:

1. Hitung darah lengkap (Hb, HCT)


2. Protrombin time (PT)
3. Activated Partial Tromboplastin Time (aPTT)
4. Bleeding Time (BT)
5. Clotting Time (CT)

1.7. Komplikasi Retensio Plasenta


Komplikasi pada retensio plasenta antara lain:

1. Terjadi perforasi uterus


2. Terjadi infeksi
Terdapat sisa plasenta atau membrane dan bacteria terdorong ke dalam rongga Rahim

3. Terjadi perdarahan karena atonia uteri

1.8. Tatalaksana Preeklampsia


Hal yang penting di perhatikan dalam penatalaksanaan retensio plasenta adalah ada tidaknya
tanda perdarahan. Retensio tanpa tanda perdarahan rujuk segera sedangkan retensio dengan tanda
perdarahan segera lakukan evakuasi plasenta manual.
Pada saat 15 menit setelah bayi lahir, plasenta belum lahir berikan 10 IU oksitosin IM dosis
kedua. Pastikan buli-buli kosong. Ulangi peregangan tali pusat terkendali dengan tekanan dorso
cranial, bila dalam 30 menit plasenta belum lahir lakukan tindakan plasenta manual.
Teknik plasenta manual:
Pasien diposisikan litotomi. Siapkan anestesi, diazepam 10 mg i.m jika diperlukan kalua ada
contriction ring. Penolong berada didepan vulva dengan salah satu tangannya (tangan kiri) meregang
tali pusat, tangan kanan dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.
Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati serviks
dijumpai tahanan dair lingkaran kekejangan (constriction ring), ini dapat diatasi dengan
mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut tadi. Sementara itu,
tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambal menahan mendorong
fundus it uke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan
fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala III, biasanya telah ada bagian pinggir plasenta
yang terlepas.
Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui kalua ada bagian
dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada waktu eksplorasi, sebaiknya
gunakan sarung tangan baru. Setelah plasent keluar, gunakan kedua tangan untuk memeriksanya,
segera berikan uterotonic (Oksitosin) satu ampul intramuscular dan lakukan masase, apabila
didapatkan laserasi pada vagina atau serviks segerja dijahit.
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas
Nama : Ny. HH
Umur : 24 Tahun
Alamat : Pacar kembang langar
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Tanggal MRS : 3 Agustus 2019
No. RM : 126436

3.2 Anamnesis
3.2.1 Keluhan Utama
Plasenta tidak lahir
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan dari PKM Mulyorejo dengan diagnosis P2002 PP Spt B + Retensio
plasenta. Plasenta tidak lahir 45 menit setelah persalinan. Pasien mengeluhkan adanya
perdarahan sebanyak  1000 cc, berwarna merah segar dengan sedikit gumpalan, dan juga
nyeri pada bekas jalan lahir.
3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus, jantung, asma, maupun
alergi. Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien menderita diabetes mellitus
3.2.5 Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali selama 6 tahun
3.2.6 Riwayat Persalinan
Anak 1 : Perempuan/ 39 minggu/ bidan / spontan/ puskesmas/ 2900 gram/ 49 cm/ 3
tahun
Anak 2 : Laki-laki/ 40 minggu/ bidan / spontan/ puskesmas/ 3200 gram/ 50 cm
3.2.7 Riwayat KB
Suntik 1 bulan selama 3 tahun
3.2.8 Riwayat Menarche
Menarche awal : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Nyeri : Sering dirasakan saat awal haid
Jumlah : Pasien mengganti pembalutnya 3 sampai 4 kali dalam satu hari
Warna : Merah kecoklatan
Bau : (-)
Keputihan : Disangkal

3.3 Pemeriksaan Fisik


3.3.1 Status Umum
GCS : 4-5-6
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 130x/m
RR : 20 x/m
Suhu : 36.7oC
K/L : Anemia (-), ikterus (-), sianosis (-), dispnea (-)
Thoraks : Simetris (+), retraksi sela iga (-)
Pulmo : Vesikuler/vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : S1/S2 tunggal/ Murmur (-), gallop (-)
Edema : Lengan -/-, kaki -/-, CRT <2 detik

3.3.2 Status Obstetri


TFU : 2 jari di bawah pusat
Leopold :-
DJJ :-
HIS :-
VT : V/V : Fluor (-), fluxus (+)
Portio : terbuka, plasenta menjulur
CU : sesuai umur
APKa : Nyeri (-), massa (-)
APKi : Nyeri (-), massa (-)

3.4 Pemeriksaan Penunjang


DL

3.5 Diagnosis
P2002 PP Spt B + HPP ec retensio plasenta

3.6 Tatalaksana
Planning Diagnosis :
- DL
- Faal hemostasis
Planning terapi :
- Manual plasenta
- Drip oxytocin 20 IU dalam RL 500 ml
- Inj. Metergin 1 amp im
- Inj. Asam tranexamat 1 g
- Tab. Misoprostol 2x1 po

Planning Monitoring :
- Pendarahan
- Tanda vital
- Fluxus

Edukasi :
- Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit, kemungkinan penyebab penyakit,
rencana pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis, prognosis, komplikasi yang
mungkin terjadi dan rencana terapi serta pengobatan yang akan diberikan.
CATATAN PERKEMBANGAN

3/8/2019 21.00

S : nyeri pada luka jahitan

O : Status umum

KU : cukup

GCS : 456

TD : 114/64 mmHg N : 92x/menit RR : 20x/menit Temp : 36,3C

Status obstetric

TFU : 2 jari di bawah pusat

UC : baik

Fluxus : (+)

A : P2002 PP Spt B H-1 + post manual plasenta a/i retensio plasenta + riwayat HPP + anemia

(Hb 6,1) dalam koreksi

P:
Dx: DL post transfusi
Tx: - Inf. RL + oxytocin 20 IU
- Tab. Asam mefenamat 3x500 mg
- Tab. Metergin 3x1
- Tab. Cefixime 2x1 selama 3 hari
- Tab. Asam tranexamat 3x500 mg
- Pro transfusi PRC s/d Hb 8

Mx : perdarahan, tanda vital, TFU, UC, fluxus

4/8/2019 06.00

S : nyeri luka jahitan

O : Status umum

KU : cukup
GCS : 456

TD : 105/63 mmHg N : 102x/menit RR : 20x/menit Temp : 36,5C

Status obstetric

TFU : 2 jari di bawah pusat

UC : baik

Fluxus : minimal

A : P2002 PP Spt B H-1 + post manual plasenta a/i retensio plasenta + riwayat HPP + anemia

(Hb 6,1) dalam koreksi

P:
Dx: DL post transfusi
Tx: - Inf. RL + oxytocin 20 IU
- Tab. Asam mefenamat 3x500 mg
- Tab. Metergin 3x1

- Tab. SF 2x1
- Tab. Cefixime 2x1 selama 3 hari
- Tab. Asam tranexamat 3x500 mg
- Transfusi PRC 1 kolf

Mx : perdarahan, tanda vital, TFU, UC, fluxus

Hasil Lab :

Hemoglobin 8.2 (L)

Eritrosit 2.88 (L)

Hematokrit 24.1 L)

Leukosit 17.33 (H)

Eosinofil 0.0 (L)

Basofil 0.1

Neutrofil% 90.9 (H)

Limfosit 6.1 (L)

Monosit% 2.9
Trombosit 241

MCV 83.7

MCH 28.5

MCHC 34

RDW-CV 13.5

MPV 10.6 (H)

PPT 14.2

APTT 29.3

4/8/2019 17.00

S : tidak ada keluhan

O : Status umum

KU : cukup

GCS : 456

TD : 113/73 mmHg N : 93x/menit RR : 20x/menit Temp : 36,6C

Status obstetric

TFU : 2 jari di bawah pusat

UC : baik

Fluxus : (-)

A : P2002 PP Spt B H-1 + post manual plasenta a/i retensio plasenta + riwayat HPP + anemia

(Hb 6,1) dalam koreksi

P:
Dx: DL post transfusi
Tx: - Inf. RL + oxytocin 20 IU
- Tab. Asam mefenamat 3x500 mg
- -Tab. Metergin 3x1
- Tab. SF 2x1
- Tab. Cefixime 2x1 selama 3 hari
- Tab. Asam tranexamat 3x500 mg prn
- Transfusi PRC 1 kolf

Mx : perdarahan, tanda vital, TFU, UC, fluxus

5/8/2019 06.00

S : tidak ada keluhan

O : Status umum

KU : cukup

GCS : 456

TD : 117/81 mmHg N : 98x/menit RR : 20x/menit Temp : 36,5C

Status obstetric

TFU : 2 jari di bawah pusat

UC : baik

Fluxus : (-)

A : P2002 PP Spt B H-3 + post manual plasenta a/i retensio plasenta + riwayat HPP + anemia

(Hb 6,1) dalam koreksi

P:
Dx: DL post transfusi
Tx: - Tab. Asam mefenamat 3x500 mg
- Tab. Metergin 3x1
- Tab. SF 2x1
- Tab. Cefixime 2x1 selama 3 hari
- Tab. Asam tranexamat 3x500 mg prn
- Transfusi PRC 1 kolf

Mx : perdarahan, tanda vital, TFU, UC, fluxus

5/8/2019 17.00

S : tidak ada keluhan

O : Status umum
KU : cukup

GCS : 456

TD : 110/60 mmHg N : 90x/menit RR : 20x/menit Temp : 36,5C

Status obstetric

TFU : 2 jari di bawah pusat

UC : baik

Fluxus : (-)

A : P2002 PP Spt B H-3 + post manual plasenta a/i retensio plasenta + riwayat HPP + anemia

(Hb 6,1) dalam koreksi

P:
Dx: DL post transfusi
Tx: - Tab. Asam mefenamat 3x500 mg
- Tab. Metergin 3x1
- Tab. SF 2x1
- Tab. Cefixime 2x1 selama 3 hari
- Tab. Asam tranexamat 3x500 mg prn

Mx : perdarahan, tanda vital, TFU, UC, fluxus

6/8/2019 17.00

S : tidak ada keluhan

O : Status umum

KU : cukup

GCS : 456

TD : 134/89 mmHg N : 72x/menit RR : 18x/menit Temp : 36,3C

Status obstetric

TFU : 2 jari di bawah pusat

UC : baik

Fluxus : (-)

A : P2002 PP Spt B H-3 + post manual plasenta a/i retensio plasenta + riwayat HPP + anemia
(Hb 6,1) dalam koreksi

P:
Dx: DL post transfusi
Tx: - Tab. Asam mefenamat 3x500 mg
- Tab. Metergin 3x1
- Tab. SF 2x1
- Tab. Cefixime 2x1 selama 3 hari
- Tab. Asam tranexamat 3x500 mg prn

Mx : perdarahan, tanda vital, TFU, UC, fluxus

Hasil Lab :

Hemoglobin 7,9 (L)

Eritrosit 2.75 (L)

Hematokrit 23.6 (L)

Leukosit 17.62 (H)

Eosinofil 0.6 (L)

Basofil 0.1

Neutrofil% 76.8 (H)

Limfosit% 12.9 (L)

Monosit% 9.6 (H)

Trombosit 161

MCV 85.8

MCH 28.7

MCHC 38.5

RDW-CV 14

MPV 10.6 (H)

Anda mungkin juga menyukai