Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II
Disusun oleh:
2021/2022
1. Definisi Antepartum Bleeding
2. Manifestasi klinik
a. Plasenta Previa
Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya perdarahan secara tiba-tiba
dan tanpa diikuti rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga
tidak berbahaya tapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari pada
sebelumnya apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam.
Walaupun perdarahannya dikatakan sering terjadi pada triwulan ketiga akan tetapi
tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak saat itu bagian
bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
Pada plasenta previa darah yang dikeluarkan akibat pendarahan yang terjadi
berwarna merah segar, sumber perdarahannya ialah sinus rahim yang terobek
karena terlepasnya ari-ari dari dinding rahim. Nasib janin tergantung dari
bahayanya perdarahan dan hanya kehamilan pada waktu persalinan (Winkjosastro,
2005)
b. Solusio Plasenta
Solusio Plasenta yang ringan pada umunya tidak menunjukkan gejala yang jelas,
perdarahan yang dikeluarkan hanya sedikit. Tapi biasanya terdapat perasaan sakit
yang tiba-tiba diperut, kepala terasa pusing, pergerakan janin awalnya kuat
kemudian lambat dan akhirnya berhenti. Fundus uteri naik, rahim teraba tegang.
b. Solusio Plasenta
Penyebab Solusio Plasenta adalah
a. Trauma langsung terhadap Ibu hamil
1. Terjatuh trauma tertelungkup
2. Tendangan anak yang sedang digendong
3. Atau trauma langsung lainnya
b. Trauma Kebidanan, artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan kebidanan yang
dilakukan :
1. Setelah versi luar
2. Setelah memecahkan air ketuban
3. Persalinan anak kedua hamil kembar
c. Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek faktor predisposisi
terjadinya solusio plasenta adalah:
1. Hamil tua
2. Mempunyai tekanan darah tinggi atau eklampsia
3. Bersamaan dengan pre-eklampsia atau eklampsia
4. Tekanan vena kava inferior yang tinggi
5. Kekurangan asam folik (Manuaba, 2010).
4. Patofisiologi
a. Plasenta Previa
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi
pada triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20
minggu karena sejak itu segmen bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar
serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim akan
lebih melebar lagi, dan leher rahim mulai membuka. Apabila plasenta atau ari-ari
tumbuh pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen bawah rahim dan
pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa
terlepasnya sebagian plasenta dari dinding rahim. Pada saat itulah mulai terjadi
perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dan dinding rahim atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah rahim untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan
plasenta yang letaknya normal, makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi (Winkjosastro, 2005).
b. Solusio Plasenta
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya
terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan
mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara rahim dan plasenta belum
terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui
setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada
permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitam-
hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang
telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi
menghentikan perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan
bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari
dinding rahim.
Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina
atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau
mengadakan ekstravasasi diantara serabut otot rahim.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding rahim.
Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan
kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh
sama sekali, atau mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan hebatnya
gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin lama sejak
terjadinya solusio plasenta, makin hebat terjadinya komplikasi (Manuaba, 2010).
Pathway
Pengkajian
A. Identitas Umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.
B. Keluhan Utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28 minggu.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti seksio sasari
a curettage yang berulang-ulang.
Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami penyakit
menular seperti hepatitis
Kemungkinan pernah mengalami abortus
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
Perdarahan tanpa rasa nyeri
Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu.
3. Riwakat kesehatan keluarga
Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.
Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini.
Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit menular
4. Riwayat Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
Minarche : 12 th
Siklus : 28 hari
Lamanya : ± 7 hari
Baunya : amis
Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid
5. Riwayat kehamilan dan persalinan
Multigravida
Kemungkinan abortus
Kemungkinan pernah melakukan curettage
6. Riwayat nipas
Lochea Rubra
Bagaimana baunya, amis
Banyaknya 2 kali ganti duk besar
Tentang laktasi
Colostrum ada
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Suhu tubuh : suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
Tekanan darah : akan menurun jika ditemui adanya tanda syok
Pernapasan : nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
Nadi : nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok
Pemeriksaan fisik
Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
Mata biasanya konjugtiva anemis
Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal
Abdomen
Inspeksi : terdapat strie gravidarum
Palpasi : -
Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah. -
Leopoid II : Sering dijumpai kesalahan letak -
Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih
goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul. -
Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
Perkusi : Reflek lutut +/+
Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160
Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
Ekstremitas, Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.
Pemeriksaan Penunjang
Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%) leokosit mening
kat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal 250 ribu
–
500 ribu).
Data Sosial Ekonomi
Plasenta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya terjadi pad
a golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimili
kinya.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan adanya perdarahan.
2. Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya perdarahan.
3. Ganguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene sehubungan dengan aktivitas
yang terbatas.
4. Gangguan psikologis cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
kehamilan yang bermasalah.
Intervensi:
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Resiko Setelah dilakukan1. Kaji tentang
1. Mengetahui banyaknya
kekurangan tindakan keperawatan banyaknya pendarahan pada klien
cairan selam 3x24 jam pengeluaran caiaran
2. Tekanan darah, nadi, suhu
sehubungan maslah resiko (perdarahan). tubuh yang tidak normal
dengan kekurangna cairan
2. Observasi tanda-tanda mengindikasi terjadinya syok
adanya berkurang dengan vital. 3. Memonitor pendarahan
perdarahan kriteria hasil: 3. Observasi tanda-tanda setiap satu jam sekali, untuk
kekurangan cairan dan mencegah terjadinya syok
1. Tidak ada tanda tanda-
monitor perdarahan. 4. Elektrolit digunakan sebagai
tanda dehidrasi
4. Pantau kadar elektrolit mengatur kadar air dalam
2. Tekanan darah, suhu,
darah. tubuh
nadi dalam batas
5. Periksa golongan darah
5. Mengetahui golongan darah
normal
untuk antisipasi jika diperlukan terapi
3. Elastisitas turgor
transfusi. transfusi darah
kulitbaik, membrane
6. Jelaskan pada klien 6. Memperbanyak minum dapat
mukosa lembab, tidak
untuk megurangi terjadinya
ada rasa haus yang
mempertahankan dehidrasi dan
berlebihan
cairan yang masuk menyeimbangkan cairan
dengan banyak pada tubuh
minum. 7. Mengetahui letak plasenta
7. Kolaborasi dengan untuk dilakukan tindakan
dokter sehubungan selanjutnya
dengan letak placenta.
3 Potensial Setelah dilakukan1. Observasi tanda-tanda1. Pemeriksaan dilakukan agar
terjadi shock tindakan keperawatan terjadinya shock bisa dilakukan intervensi
hipovolemik selam 3x24 jam hipolemik. selanjutnya
sehubungan masalah potensial
2. Kaji tentang
2. Mengetahu besarnya cc
dengan terjadi syok banyaknya terjadinya pendarahan
adanya hipovolemik tidak pengeluaran cairan
3. Pemeriksaan tanda-tanda
perdarahan. terjadi dengan kriteria (perdarahan). vital untuk mengetahui
hasil: 3. Observasi tanda-tanda terjadinya syok
vital. 4. Memonitor tanda-tanda vital
1. Nadi dalam batas yang
4. Observasi tanda-tanda dan pendarahan untuk
diharapkan
kekurangan cairan dan mencekah terjadinya
2. Irama jantung dalam
monitor perdarahan. komplikasi pendarahan
batas yang diharapkan
5. Pantau kadar elektrolit
5. Memantau kadar elektrolit
3. Irama pernapasan
darah. untuk mengetahui kadar
dalam batas yang
6. Periksa golongan darah cairan dalam tubuh
diharapkan
untuk antisipasi
6. Pemeriksaan golongan darah
transfusi. dilakukan untuk
7. Jelaskan pada klien mengantisipasi jika
untuk dilakukan terapi transfusi
mempertahankan pada lkien
cairan yang masuk
7. Memperbanyak minum dapat
dengan banyak megurangi terjadinya
minum. dehidrasi dan
menyeimbangkan cairan
pada tubuh
4 Ganguan Setelah dilakukan
1. Berikan penjelasan
1. Memberi penjelasan tentang
pemenuhan tindakan keperawatan tentang pentingnya pentingnya pemenuhan
kebutuhan selama 3x24 jam personal hygiene personal hygiene untuk
personal maslah gangguan
2. Berikan motivasi untuk mencegah terjadinya infeksi
hygiene pemenuhan kebutuhan tetap menjaga personal dan gangguan pada kulit,
sehubungan personal hygiene dapat hygiene tanpa serta agar klien termotivasi
dengan teratasi dengan kriteria melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas hasil: yang berlebihan personal hygiene
yang 3. Beri sarana penunjang 2. Agar klien mau dan mampu
1. Mampu untuk
terbatas. atau mandikan klien memenuhi kebutuhan
mempertahankan
bila klien masih harus personal hygiene untuk
kebersihan dan
bedrest mencegah komplikasi lebih
penampilan yang rapi
lanjut
secara mandiri dengan
3. Membantu klien dalam
atau tanpa alat bantu.
memenuhi kebutuhan
2. Mengungkapkan
personal hygiene yang
secara verbal kepuasan
adekuat
tentang kebersihan
tubuh dan hygiene
oral
5 Gangguan Setelah dilakukan
1. Beri dukungan dan 1. Agar klien merasa lebih
psikologis tindakan 2x24 jam pendidikan untuk rileks dan merasa nyaman,
cemas maslah cemas dapat menurunkan dan cemas dapat dikontrol
sehubungan teratasi dengan kriteria kecemasan dan
2. Mempertahankan hubungan
dengan hasil: meningkatkan saling percaya dengan klien
kurangnya pemahaman dan kerja untuk mempertahankan rasa
1. Klien mampu
pengetahuan sama dengan tetap percaya klien agar mampu
mengidentifikasi dan
tentang memberikan informasi mengungkapkan maslah
mengungkapkan
kehamilan tentang status janin, yang memicu terjadinya
gejala cemas
yang mendengar dengan kecemasan
2. Vital sign dalam batas
bermasalah. penuh perhatian,
3. Beri pemahaman tentang
normal
mempertahankan penyakit agar klien
3. Postur tubuh, ekspresi
kontak mata dan mengetahu tentang penyakit
wajah, bahasa tubuh,
berkomunikasi dengan dan prosesnya serta
dan tingkat aktivitas
tenang, hangat dan peningkatan pemahaman
menunjukkan
empati yang tepat. klien tentang penyakitnya
berkurangnya
2. Pertahankan hubungan secara adekuat
kecemasan
saling percaya dengan
komunikasi terbuka.
Hubungan rasa saling
percaya terjalin antara
perawat dan klien akan
membuat klien mudah
mengungkapkan
perasaannya dan mau
bekerja sama.
3. Jelaskan tentang proses
perawatan dan
prognosa penyakit
secara bertahap.
Dengan mengerti
tentang proses
perawatan dan
prognosa penyakit
akan memberikan rasa
tenang.