Anda di halaman 1dari 21

MANAGEMEN ASUHAN KEPERAWATAN Ny.

W DENGAN MASALAH
PERDARAHAN ANTENATAL DI RUANG PONEK
RSUD dr. MOEWARDI SURAKARTA

Pembimbing Rumah Sakit: Asih Maula Datik


Pembimbing Akademik: Sulastri, S.Kp., M.Kes.

Disusun oleh:
Dyah Ayu Nurjanah
J210150019

PROFRAM PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
A. Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 minggu. Perdarahan antepartum adalah perdarahan
pervagina pad kehamilan diatas 28 minggu atau lebih dengan sering
disebut atau digolongkan perdarahn trimester ketiga. Perdarahan
antepartum adalah perdarahan dari trektus genitalis setelah kehamilan 28
minggu, yang mungkin disebabkan karena vaginitis, polip serviks,
servisitis, varises vagina dan seviks dan lesi ganas pada vagina atau
serviks. Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada akhir
kehamilan dan merupakan ancaman serius terhadap kesehatan dan jiwa
baik ibu maupun anak.
Perdarahan kehamilan lanjut atau yang sering dikenal sebagai
Hemoragia Antepartum (HAP) adalah perdarahan dari saluran genitalia
yang terjadi setelah kehamiln 24 minggu dan sebelum persalinan. Namun
masih terdapat teori yang berbeda mengenai batas minggu kehamilan
lanjut jika dilihat dari berat janin dan kemungkinan hidupnya janin
dimluar uterus. Perdarahan yang berbahaya umumnya disebabkan oleh
kelainan plasenta (plasenta previa, solusio plasenta), sedangkan
perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta (pada umumnya
kelainan serviks) cenderung tidak berbahaya. oleh karena itu, pada
perdarahan antepartum perlu dipikirkan terlebih dahulu apakah
kemungkinan perdarahan bersumber dari kelainan plasenta (Royal Colege
of Obstetricians and Gynaecologists, 2011)
Perdarahan Antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah
kehamilan usia 20 minggu dengan insiden 2-5%. (Alamsyah, 2012)
Perdarahan obstetric yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan
yang terjadi setelah anak plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan
yang berat, dan jika tidak segera mendapatkan penanganan yang cepat bisa
mendatangkan syok yang fatal. Salah satu penyebabnya adalah plasenta
previa. (Wiknjosastro, 2008)
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir
kehamilan, yaitu usia kehamilan 20 minggu atau lebih. pada triwulan
terakhir kehamilan sebab-sebab utama perdarahan adalah plasenta previa,
solusio plasenta dan ruptura uteri. selain oleh sebab-sebab tersebut juga
dapat ditimbulkan oleh luka-luka pada jalan lahir karena trauma, koitus
atau varises yang pecah dan oleh kelainan serviks seperti karsinoma, erosi
atau polip.

B. Penyebab
Perdarahan saat hamil ketika usia kehamilan memasuki trimester kedua
dan ketiga.
1. Hubungan seksual
Perdarahan saat hamil bisa juga disebabkan oleh hubungan seksual antara
ibu hamil dan pasangan. Berhubungan seksual menyebabkan adanya
perubahan pada tekstur serviks atau rahim.
2. Solusio plasenta
Penyebab lain untuk perdarahan saat hamil di trimester lanjut adalah
solusio plasenta. Solusio plasenta sendiri merupakan kondisi serius di
mana plasenta mulai terlepas dari dinding rahim, baik sebelum ataupun
selama proses persalinan. Kondisi ini bisa terjadi meskipun tanpa
menimbulkan perdarahan. Selain perdarahan, gejala lainnya adalah nyeri
punggung, nyeri perut, rahim yang terasa sakit, hingga janin kekurangan
oksigen.
3. Plasenta previa
Kondisi lain yang bisa menyebabkan perdarahan saat hamil adalah
plasenta previa. Kondisi ini dapat terjadi ketika plasenta melekat pada
bagian bawah rahim, di dekat mulut rahim, atau menutupi leher rahim
sehingga jalan lahir menjadi terhalang. Pilihan penanganan yang
direkomendasikan untuk Ibu hamil dengan kondisi ini adalah melahirkan
dengan operasi caesar setelah usia janin cukup bulan.
4. Bukaan lahir
Perdarahan saat hamil bisa juga diakibatkan oleh pembukaan saat wanita
hendak melahirkan. Hal ini mungkin akan terjadi selama beberapa hari
sebelum kontraksi mulai atau selama proses persalinan. Dalam beberapa
kasus, perdarahan saat hamil ini juga bisa menjadi tanda persalinan
prematur.
Hal-hal lain yang mungkin menyebabkan perdarahan saat hamil ketika usia
kehamilan sudah lebih tua adalah infeksi vagina, melakukan pemeriksaan
serviks atau pemeriksaan panggul (Pap smear), dan polip serviks.

C. Patofisiologi
Solusio plasenta dimulai oleh pendarahan kedalam desidua basalis.
Desidua kemudian memisah meninggalkan lapisan tipis yang melekat ke
miometrium. Karena itu, peroses dalam tahap paling awal terdiri atas
pembentukan hematoma desidua yang menyebabkan pemisahan, kompresi
dan akhirnya plasenta yang terletak didekatnya (Nath dkk., 2007).
Menemukan bukti histologis peradangan lebih banyak terlihat pada kasus
solusio plasenta dibandingkana pada kontrol normal. Seperti dibahas
sebelumnya, mereka mengajukan gagasan bahwa peradangan infeksi
mungkin merupakan kontributor penyebab.
Dalam tahap dini, mungkin tidak ditemukan gejala klinis, dan
pemisahan hanya diitemukan saat pemeriksaan plasenta yang baru
dilahirkan. Ada kasus-kasus seperti ini, terdapat cekungan berbatas tegas
pada permukaan maternal plasenta. Cekungan ini biasanya berdiameter
beberapa centimeter dan ditutupi oleh darah yang membeku dan berwarna
gelap. Karena diperlukan beberapa menit untuk memunculkan perubahan
anatomis ini, plasenta yang sangat baru mengalami pemisahan dapat
tampak sepenuhnya normal saat dilahirkan. Menurut Benirschke dan
kaufmann (2000) usia bekuan retro plasenta tidak dapat ditentukan secara
pasti.
Pada kondisi tertentu, arteria speralis desidua pecah dan
menimbulkan hematoma retoplasenta, yang saat bertambah besar, merusak
lebih banyak lagi pembuluh darah sehingga banyak plasenta yang terpisah.
Daerah terpisahnya plasenta dengan cepat meluas dan mencapai tepi
plasenta. Karena uterus masih membesar akibat produk konsepsi, uterus
tidak mampu berkontraksi secara adekuat untuk menekan pembuluh darah
yang robek yang mendarahi lokasi plasenta. Darah yang keluar
menyebabkan diseksi membran dari dinding uterus dan akhirnya tampak
dari luar atau tertahan sepenuhnya dalam uterus (Cunningham, dkk. 2013).
Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previa
umumnya terjadi pada triwulan ketiga kehamilan . Karena pada saat itu
segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan berkaitan
dengan makin tuanya kehamilan.
Kemungkinan perdarahan anterpatum akibat plasenta previa dapat
sejak kehamilan berusia 20 minggu. Pada usia kehamilan ini segmen
bawah uterus telah terbentuk dan mulai menipis. Makin tua usia kehamilan
segmen bawah uterus makin melebar dan serviks membuka. Dengan
demikian plasenta yang berimplitasi di segmen bawah uterus tersebut akan
mengalami pergeseran dari tempat implantasi dan akan menimbulkan
perdarahan. Darahnya berwarna merah segar, bersumber pada sinus uterus
yang atau robekan sinis marginali dari plasenta.
D. Pathway
E. Komplikasi Penyakit
1. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta
hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan
segera. Bila persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari
perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk
menghentikan perdarahan pada kala III . Pada solusio plasenta
berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang
terlihat
2. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita
solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia
karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal
yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan
yang baik.
3. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia
4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim
dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.
Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna
uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa
disebut Uterus couvelaire.
5. Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia
karena perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca persalinan.
6. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti
Asfiksi berat. ( Mansjoer, 2002)
7. Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:
Fetal distress, Gangguan pertumbuhan/perkembangan, Hipoksia, anemia,
Kematian
F. Penatalaksanaan
Prinsip dasar yang harus segera dilakukan pada semua kasus
perdarahan antepartum adalah menilai kondisi ibu dan janin, melakukan
resusitasi secara tepat apabila diperlukan, apabila terdapat fetal distress
dan bayi sudah cukup matur untuk dilahirkan maka perlu dipertimbangkan
untuk terminasi kehamilan dan memberikan Imunoglobulin anti D pada
semua ibu dengan rhesus negatif. Penanganan ibu dengan plasenta previa
simtomatik meliputi: setelah terdiagnosis maka ibu disarankan untuk rawat
inap di rumah sakit, tersedia darah transfusi apabila dibutuhkan segera,
fasilitas yang mendukung untuk tindakan bedah sesar darurat, rencana
persalianan pada minggu ke 38 kehamilan namun apabila terdapat indikasi
sebelum waktu yang telah ditentukan maka dapat dilakukan bedah sesar
saat itu juga. Cara pesalinan ditentukan oleh jarak antara tepi plasenta dan
ostium uteri internum dengan pemeriksaan USG transvaginal pada minggu
ke 35 kehamilan. Apabila jaraknya >20 mm persalinan pervaginam
kemungkinan besar berhasil. Apabila jarak antara tepi plasenta dengan
ostium uteri internum 0-20 mm maka besar kemungkinan dilakukan bedah
sesar, namun persalinan pervaginam masih dapat dilakukan tergantung
keadaan klinis pasien.
Menurut Nugroho (2010), penatalaksanaan plasenta previa adalah:
1. Bila usia kehamilan kurang 37 minggu atau berat badan janin kurang 2500
gram
a. Perdarahan sedikit, Keadaan ibu dan janin baik maka biasanya
penanganan konservatif sampai usia kehamilan aterm
b. Tirah baring
c. Bila selama 3 hari tidak adaperdarahan pasien mobilissasi secara
bertahap
d. Bila setelah pasien berjalan tetap tidak adaperdarahan pasien boleh
pulang
e. Pasien dianjurkan agar tidak coitus, tidak bekerja keras dan segera
kerumah sakit jika terjadi perdarahan
2. Bila usia kehamilan 37 minggu atau lebih dan berat badan janin 2500 gram
a. Pada kondisi ini maka dilakukan penanganan secara aktif yaitu segera
mengakhiri kehamilan, baik secara pervaginam atau perabdominal
b. Persalinan dengan sectiocaesariadiindikasikan untuk plasenta previa
totalis baik janin mati atau hidup, plasenta previa lateralis dimana
perbukaan.

G. Data Fokus (Teori)


1. Identitas Umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya
2. Keluhan Utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28
minggu
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
1) Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan
uterus seperti seksio sasaria curettage yang berulang-ulang.
2) Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia
serta mengalami penyakit menular seperti hepatitis.
3) Kemungkinan pernah mengalami abortus
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
2) Perdarahan tanpa rasa nyeri
3) Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak
kehamilan 20 minggu
c. Riwakat kesehatan keluarga
1) Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan
lainnya.
2) Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini.
3) Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
4) Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM,
Hemofilia dan penyakit menular
d. Riwayat Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
Minarche : 12 th
Siklus : 28 hari
Lamanya : ± 7 hari
Baunya : amis
Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid
e. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Multigravida
2) Kemungkinan abortus
3) Kemungkinan pernah melakukan curettage
f. Riwayat nifas
1) Lochea Rubra
2) Bagaimana baunya, amis
3) Banyaknya 2 kali ganti duk besar
4) Tentang laktasi
5) Colostrum ada
4. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
a. Suhu tubuh : suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
b. Tekanan darah : akan menurun jika ditemui adanya tanda syok
c. Pernapasan : nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
d. Nadi : nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
b. Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
c. Mata biasanya konjugtiva anemis
d. Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan
thoracoabdominal
e. Abdomen
1) Inspeksi : terdapat strie gravidarum
2) Palpasi :
Leopold I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih
rendah.
Leopold II : Sering dijumpai kesalahan letak
Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak
kepala biasanya kepala masih goyang atau terapung(floating) atau
mengolak diatas pintu atas panggul.
Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
3) Perkusi : Reflek lutut +/+
4) Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120-
160
f. Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
g. Ekstremitas, Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral
dingin.
6. Pemeriksaan Penunjang
Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-
14gr%) leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit
menurun (normal 250 ribu – 500 ribu).
7. Data Sosial Ekonomi
Plasenta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada
umumnya terjadi pada golongan menengah kebawah , hal ini juga
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya.

H. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
2. Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
3. Mata biasanya konjugtiva anemis
4. Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan
thoracoabdominal
5. Abdomen
a. Inspeksi : terdapat strie gravidarum
b. Palpasi :
Leopold I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih
rendah.
Leopold II : Sering dijumpai kesalahan letak
Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak
kepala biasanya kepala masih goyang atau terapung(floating) atau
mengolak diatas pintu atas panggul.
Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
c. Perkusi : Reflek lutut +/+
d. Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120-160
6. Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
7. Ekstremitas, Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.
8. Perlu dilakukan beberapa langkah pemeriksaan
a. Pemeriksaan luar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin
b. Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sumber
terjadinya perdarahan
c. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui secara pasti letak plasenta
atau ari-ari. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan radiografi,
radioisotopi dan ultrasonografi
d. Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosa yang tepat
tentang adanya dan jenis plasenta previa dan pemeriksaan secara
langsung meraba plasenta melalui kanalis servikalis (Winkjosaastro,
2005)

I. Analisis yang bisa dilakukan

Data (Menurut Teori) Etiologi Masalah


Keperawatan
Data Subjektif: Kurang Ketidakefektifan
- kemungkinan pasien mengatakan pengetahuan perfusi jaringan
sudah lama mengalami tentang proses
perdarahan (lebih dari 3) penyakit
- kemungkinan pasien mengatakan
hari perkiraan lahir masih
beberapa minggu lagi
- kemungkinan pasien megatakan
tidak merasakan nyeri di bagian
perut atau sekitarnya
- kemungkinan pasien mengatakan
memiliki riwayat 3 kali SC
- kemungkinan pasien mengatakan
lebih dari 30 cc perhari keluar
darah segar dari jalan lahir
Data Objektif:
- pasien memiliki riwayat SC lebih
dari 2 kali
- suhu tubuh pasien meningkat
- tekanan darah menurun, jika
ditemui tanda syok
- nadi melemah, jika ditemui tanda-
tanda syok
- biasanya muka terlihat pucat
- mata biasanya konjungtiva anemis
- genitalia biasanya genitalia keluar
dasar berwarna merah muda
- kemungkinan edema atau varises
dan akral dingin
- Hemoglobin rendah, leukosit
meningkat, trombosit menurun
Data Subjektif: Ketidakseimbangan Gangguan
- kemungkinan pasien mengatakan ventilasi-perifer pertukaran gas
keluar darah dari jalan lahir lebih
dari 3 hari
- kemungkinan pasien mengatakan
lemas
Data Objektif:
- mata biasanya konjungtiva anemis
- thorak, biasanya jenis pernapasan
thoracoabdominal
- akral biasanya dingin
- hemoglobin rendah
Data subjektif: Kurang sumber Defisit
- kemungkinan pasien mengatakan pengetahuan pengetahuan
tidak mengetahui tentang
penyakitnya
Data Objektif:
- Biasanya pasien merupakan
golongan menengah kebawah
- pasien biasanya memiliki tingkat
pendidikan yang tidak terlalu
tinggi

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Data
2. Analisis Data
Data Fokus Etiologi Masalah
Keperawatan
Data Subjektif: Kurang Ketidakefektifan
- Pasien mengatakan mendapati bercak pengetahuan perfusi jaringan
darah saat akan kencing tentang proses perifer
- setelah ituterus mengalami keluar darah penyakit
segar dari jalan lahir selama 4 hari
- pasien mengatakan perharinya
mengganti pembalutnya 2 kali dengan
keadaan penuh
- pasien mengatakan memiliki riwayat
SC 3 kali
Data Objektif:
- pasien nampak lemas
- Usia kandungan 37 minggu jika di
hitung dari HTPT
- pengukuran tanda-tanda vital
didaptkan:
Nadi: 101 x/menit
TD: 95/55 mmHg
RR: 20 x/menit
- Hasil laboratorium didapatkan
ketidaknormalan:
Hb: 10,5 g/dL
Leukosit: 11,1 ribu/uL
Eritrosit: 3.56 juta/uL
Natrium darah: 134 mmol/L

3. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1 Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan 1. lakukan
jaringan perifer tindakan perawatan 1x8 pemantauan
berhubungan dengan kurang jam klien didapatkan tekanan darah dan
pengetahuan tentang proses kriteria hasil sebagai SpO2 dengan
penyakit berikut: memasang bedside
1. tekanan darah dalam monitor
batas normal 120- 2. lakukan ekg, untuk
140/60-80 memantau adanya
2. hasil laboratorium kelaian pada
dalam batas normal jantung ibu
Hb: 12,0-15,6 g/dL 3. lakukan
Leukosit: 4,5-11,0 pemeriksaan
ribu/uL denyut jantung
Eritrosit: 4,10-5,10 janin
juta/uL 4. lakukan terapi
3. lakukan terapi cairan Ringer
kolaboratif sesegera laktat untuk
mungkin menambah
elektrolit dalam
tubuh ibu
5. edukasi ibu untuk
tetap tenang,
istirahat dan
jangan stres
6. kolaborasikan
dengan dokter,
untuk dilakukan
pembedahan/sesar
(pemberhentian
kehamilan)

4. Implementasi Keperawatan
No No. Jam Implementasi Respon TTD &
Dx Nama
Terang
1 1 14. 00 - melakukan assasment untuk Pasien
mengetahui keluhan utama mengatakan
dan faktor penyebabnya sudah
mengutarakan
yang dirasakan
selama di
rumah
14.15 - melakukan pemasangan Pasien
bedside monitor (mengetahui mengatakan
tekanan darah, nadi, dan merasa
SpO2) diperhatikan
14.20 - melakuakan pemasangan Pasien merasa
intravena cateter untuk sedikit takut
menambah dan melakukan jarum suntik,
pengambilan darah untuk sehingga pasien
pemeriksaan laborat kurang nyaman
saat needle
masuk ke vena
14.30 - memeriksa denyut jantung Pasien
bayi mengatakan
lega mendengar
suara denyut
jantung
anaknya
18.15 - mengedukasi ibu untuk Pasien
tenang dan mengurangi mengatakan
aktivitas paham

5. Evaluasi
Tanggal Jam No. Evaluasi TTD & nama
Dx terang
03-12- 15.00 1 Subjektif:
2019 - pasien mengatakan merasa diperhatikan
dengan banyaknya tenaga kesehatan
yang hadir
- pasien merasa sedikit takut dengan
jarum suntik
- pasien mengatakan lega setelah
mendengar denyut jantung anaknya
Objektif:
- cairan infus yang terpasan ringer laktat
dengan tpm 20
- tekanan darah berada direntang 95-
110/60-70
- nadi berada dalam rentang 90-100
- SpO2 berada dalam rentang 97-99
- denyut jantung janin terpantau 144
x/menit
Assasment:
Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer teratasi sebagian
Planning:
Melakukan edukasi dan kolaborasi
dilakukan jadwal pembedahan
03-12- 18.30 1 Subjektif:
2019 Klien mengatakan paham tentang
pembatasan aktivitas
Objektif:
Klien mengangguk dan nampak paham
dengan penjelasan tentang proses penyakit
Assesment:
Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer teratasi sebagian
Planning:
Lakukan kolaborasi pembedahan SC
terjadwal

K. Pencegahan Diri Yang Harus Dilakukan


1. Menggunakan alat pelindung diri (minimal menggunakan handscoen)
2. Melakukan pemeriksaan darah lengkap pasien, agar dapat
ditindaklanjuti dengan pertolongan sesuai prosedur
3. Mamakai masker dan apron, bila pasien mengalami perdarahan hebat
4. Selalu melakukan cuci tangan dalam 5 momen

L. Alat-Alat Yang Dibutuhkan


1. Alat pemeriksa denyut jantung janin
2. Ultrasonografi
3. Tranfusi set
4. Threeway
5. Needle ukuran 18
6. bedside monitor

DAFTAR PUSTAKA

Benirschke K, Burton GJ, Baergen RN. Pathology of The Human Placenta, 6 ed.
Berlin: Springer,2012
Blackwell SC. Timing of Delivery for Women with Stable Placenta Previa.
Seminars in Perinatology 2011;35:249-251
Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, Spong. Obstetri William, 23 ed:
Penerbit buku kedokteran EGC, 2013.
Manuaba, Manuaba C, Manuaba F. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC,
2007
Butcher, Howard et al. 2018. Nursing Interventions Classification. Singapore:
Elsevier Singapore
Moorhead, Sue et al. 2018. Nursing Outcommes Classification. Singapore:
Elsevier Singapore
Herdman, T. Heather dan Kamitsuru, Shigemi. 2017. NANDA International
Nursing Diagnose: Definitions and Classifications 2018-2020 Eleventh
Edition. Jakarta: EGC Medical Publisher
Nanda NIC-NOC
Royal Colage of Obstetriciants and Gynaecologists. 2011. Antepartum
Haemorrhage. Green-top Guideline No. 6
Wiknjosastro, Hanafi. 2005. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai