PLASENTA PREVIA
Definisi
Plasenta previa adalah plasenta terletak atau menutupi atau sangat dekat
dengan os interna. Keadaan lain yang disebut vasa previa adalah keadaan dengan
pembuluh-pembuluh janin berjalan melewati selaput ketuban dan terdapat di os
interna. Kondisi ini merupakan penyebab perdarahan antepartum yang jarang dan
memiliki angka kematian janin yang tinggi. (F. Gary Cunningham, 2005).
Plasenta previa adalah implantasi plasenta di sekitar osteum uteri internum
yang dapat berakibat perdarahan pada kehamilan di atas 22 minggu (Manuaba dkk.,
2007).
Plasenta previa adalah plasenta yang implantasi atau letaknya tidak normal,
tumbuh pada segmen bawah rahim, pada zona dilatasi, sehingga menghubungkan
atau menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. Plasenta yang
normal terletak atau berimplantasi lebih dari 2 cm dari ostium uteri internum.
Plasenta previa pada kehamilan prematur lebih bermasalah karena persalinan
terpaksa, perdarahan hebat, proses persalinan, ataupun oleh karena prematuritas itu
sendiri. Perdarahan akibat plasenta previa akan fatal bagi ibu jika tidak ada persiapan
darah atau komponen darah dengan segera (Wardana GA, Karkata MK. ,2007)
Berdasarkan letaknya, plasenta previa dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
1. Plasenta previa totalis : seluruh pembukaan jalan lahir tertutup
plasenta (plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri intemum.)
2. Plasenta previa lateralis/parsialis : sebagian pembukaan jalan lahir
tertutup (plasenta plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
intemum).
3. Plasenta previa marginalis : pinggir plasenta berada tepat pada
pinggir pembukaan (plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum).
4. Plasenta letak rendah : plasenta yang letaknya abnormal pada
segmen bawah uterus, tapi belum sampai menutupi pembukaan
jalan lahir.
Epidemiologi
Angka kejadian plasenta previa sekitar 1 dari 200 persalinan. Insiden pada
multipara berkisar 1 dari 20 proses kelahiran. Di RS Parkland didapatkan prevalensi
plasenta previa 0,5%. Melaporkan prevalensi plasenta previa 0,3% dengan penelitian
prospektif menemukan 0,33% plasenta previa dari 25.000 wanita yang bersalin, di
Indonesia berkisar 2-7% [1]. Prevalensi plasenta previa di negara maju berkisar
antara 0,26 - 2,00 % dari seluruh jumlah kehamilan. Sedangkan di Indonesia
dilaporkan oleh beberapa peneliti berkisar antara 2,4 - 3,56 % dari seluruh kehamilan.
Angka kejadian plasenta previa relative tetap dalam tiga yaitu rata-rata 0,36-0,37 %,
tetapi pada dekade selanjutnya angka kejadian meningkat menjadi 0,48 %, mungkin
disebabkan karena meningkatnya faktor risiko terjadinya plasenta previa seperti umur
ibu hamil semakin tua, kelahiran secara bedah sesar, paritas yang tinggi serta
meningkatnya jumlah abortus yang terjadi,terutama abortus provokatus.
Di Amerika Serikat plasenta previa ditemukan kira-kira 5 dari 1000 persalinan
dan mempunyai tingkat kematian 0.03%. Data terbaru merekam dari 1989-1997
plasenta previa tercatat didapat pada 2,8 kelahiran dari 1000 kelahiran hidup. Di
Indonesia, RSCM Jakarta mencatat plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 diantara
200 persalinan. Antara tahun 1071-1975 terjadi 37 kasus plasenta previa diantara
4781 persalinan yang terdaftar atau kira-kira 1 dari 125 persalinan. Frekuensi plasenta
previa pada primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 10 kali lebih
sering dibandingkan dengan pramigravida yang berumur kurang dari 25 tahun, pada
grande multipara yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 4 kali lebih sering
dibandingkan dengan grande multipara yang berumur kurang dari 25 tahun
(Wiknjosastro, 2005).
Patofisiologi
Faktor Resiko
Etiologi plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun
adabeberapa
teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya:
perdarahan pada periode trimester ke III. Hal ini biasanya terjadi pada wanita
dengan usia lebih dari 35 tahun (Varney, 2006). Plasenta previa dapat terjadi
pada umur diatas 35 tahun karena endometrium yang kurang subur dapat
meningkatkan kejadian plasenta previa (Manuaba, 2008). Hasil penelitian
Wardana (2007) menyatakan peningkatan umur ibu merupakan faktor risiko
plasenta previa, karena sklerosis pembuluh darah arteli kecil dan arteriole
miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata
sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang lebih
besar, untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat.
10. Operasi Caesar
Melahirkan dengan operasi caesar mengakibatkan parut di dalam rahim.
Kejadian meningkat ada wanita yang sudah melakukan 2 kali atau lebih
operasi sesar.
Manifestasi Klinis
Perdarahan tanpa nyeri
Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun. Baru
waktu ia bangun, ia merasa bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan
karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ketujuh dan perdarahan
sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus
(Martaadisoebrata, 2005).
Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan
dinding rahim. Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding rahim karena
isi rahim lebih cepat tumbuhnya dari rahim sendiri. Akibatnya ismus uteri
tertarik menjadi bagian dinding korpus uteri yang disebut segmen bawah
rahim (Martaadisoebrata, 2005).
Perdarahan berulang. perdarahan bersifat berulang-ulang karena setelah
terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim, regangan dinding rahim
dan tarikan pada serviks berkurang. Namun, dengan ma junya kehamilan
Jadi Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa
nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya. Namun
demikian, banyak peristiwa abortus mungkin terjadi akaibat lokasi abnormal plasenta
yang sedang tumbuh. Penyebab pendarahan perlu ditegaskan kembali. Kalau plasenta
terletak pada ostium internum, pembentukan segmen bawah uterus dan dilatasi
ostium internum tanpa bias dielakkan akan mengakibatkan robekan pada tempat
pelekantan plasenta yang diikuti oleh pendarahan dari pembuluh- pembuluh darah
uterus. Pendarahan tersebut diperberat lagi dengan ketidakmampuan serabut- serabut
otot miometrium segmen bawah uterus untuk mengadakan kontaksi dan retraksi agar
bias menekan bembuluh darah yang rupture sebagaimana terjadi secara normal ketika
terjadi pelepasan plasenta dari dalam uterus yang kosong pada kala tiga persalinan.
Akibat pelekatan yang abnormal seperti terlihat pada plasenta akreta, atau akibat
daerah pelekatan yang sangat luas, maka proses perlekatan plasenta kadangkala
terhalang dan kemudian dapat terjadi pendarahan yang banyak setelah bayi
dilahirkan. Pendarahan dari tempat implantasi plasenta dalam segmen bahwa uterus
dapat berlanjut setelah plasentah dilahirkan, mengingat segmen bahwa uterus lebih
cendrung memiliki kemampuan kontraksi yang jelek dibandingkan korpus uteri.
Sebagai akibatnya, pembuluh darah memintas segmen bahwa kurang mendapat
kompresi. Pendarahan dapat terjadi pula akibat laserasi pada bagian bahwa uterus dan
serviks yang rapuh, khususnya pada usaha untuk mengeluarkan plasenta yang
melekat itu secara manual.
Pemeriksaan Diagnostik
USG (Ultrasonografi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah placenta
melapisi cerviK.
Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian
tubuh janin.
Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di
dalam batas normal.
Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesudah 34
minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup
procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang
dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran
secara cesar.
Isotop Scanning Atau lokasi penempatan placenta.
Amniocentesis
Jika 35 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada
amniocentesis untuk
Perdarahan aktif.
Perkiraan berat bayi > 2000 gram.
Gawat janin.
Anemia dengan Hb < 6 g%, janin hidup, perkiraan berat bayi > 2000 gram.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
A. Data umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.
B. Keluhan utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28 minggu
C. Riwayat kesehatan yang lalu
D. Riwayat kehamilan
Haid terakhir
Keluhan
Imunisasi
E. Riwayat keluarga
Haid pertama
Sirkulasi haid
Lamanya haid
Banyaknya darah haid
Nyeri
Haid terakhir
I. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan
Kawin pertama
Lama kawin
Pemeriksaan Fisik
1. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan ibu hamil.
a. Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea
nigra
Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha
Laju pertumbuhan rambut berkurang.
b. Wajah
Mata : pucat, anemis
Hidung
Gigi dan mulut
c. Leher
d. Buah dada / payudara
Peningkatan pigmentasi areola putting susu
Bertambahnya ukuran dan noduler
e. Jantung dan paru
Volume darah meningkat
pulmonal.
Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
Diafragma meningga.
Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
f. Abdomen
Palpasi abdomen :
Menentukan letak janin
Menentukan tinggi fundus uteri
g. Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan (tanda
Chandwick)
Hipertropi epithelium
h. System musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur
Gaya berjalan yang canggung
Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan
diastasis rectal
2. Khusus
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan radio isotopic
Ultrasonografi
Pemeriksaan dalam
Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan.
2. Perubahan perfusi jaringan utero plasenta b/d Hipovolemia.
3. Ansietas b/d Ancaman kematian pada diri sendiri, janin.
Intervensi
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 masalah dapat teratasi
KH :
Mendemostrasikan kestabilan / perbaikan keseimbangan cairan yang
dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium
tepat dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.
Intervensi :
1. Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah serta jumlah kehilangan darah. Lakukan
perhitungan pembalut Timbang pembalut pengalas.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa,
Setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1
ml darah.
2. Lakukan tirah baring. Instuksikan klien untuk menghindari Valsalva manuver
dan koitus.
Rasional : Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan
tekanan abdomen atau orgasme ( yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat
merangsang perdarahan.
3. Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau
posisi semi fowler. Hindari posisi trendelenburg.
Rasional : Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian
panggul
menghindari
kompresi
vena
kava.
Posisi
semi-
fowler
Pathway:
Trauma
Penghancuran plasenta
Hematoma retroplasenta
Syok hipovolemik
Faktor Resiko
Kausa primer solusio plasenta belum diketahui tetapi terdapat beberapa kondisi
terkait, sebagai berikut:
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang menjadi predisposisi :
1. Faktor kardiorenovaskuler
2. Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan
eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi
pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang
hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi
yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta cenderung
berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu
3. Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain:
Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.
4. Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
5. Faktor paritas ibu Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara.
Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai
bertambah).
9. Sering adanya proteinuri karena disertai preeklampsi.
10. Sedangkan berdasarkan klasifikasinya, gejala klinis solusio plasenta terbagi
menjadi :
Solusio Plasenta Ringan
Rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang
tidak berdarah banyak, sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu dan
janinnya. Apabila terjadi perdarahan per vagina, warnanya akan
kehitaman dengan jumlah yang sedikit. Perut mungkin terasa agak sakit,
atau agak tegang. Walaupun demikian bagian-bagian janin masih mudah
teraba. Uterus yang agak tegang ini harus diawasi terus menerus apakah
akan menjadi lebih tegang lagi karena perdarahan yang terus menerus.
Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan akan kemungkinan
solusio plasenta ringan ialah perdarahan per vagina yang berwarna
kehitaman.
Solusio plasenta sedang
Plasenta terlepas lebih dari seperempatnya, tetapi belum sampai dua
pertiga luas permukaannya. Tanda dan gejalanya dapat timbul perlahanlahan seperti solusio plasenta ringan, atau mendadak dengan gejala sakit
perut terus-menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan
perdarahan per vagina. Walaupun perdarahan per vagina tampak sedikit,
seluruh perdarahannya mungkin telah mencapai 1000ml. ibu jatuh dalam
keadaan syok, demikian juga keadaan janinnya yang gawat. Dinding
uterus teraba tegang dan nyeri tekan sehingga bagian-baian janin sulit
diraba. Apabila janin dalam keadaan hidup bunyi jantung sulit didengar
dengan stetoskop biasa harus dengan stetoskop ultrasonic.
Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari dua pertiga permukaannya. Terjadi
sangat tiba-tiba, biasanya ibu telah jatuh kedalam syok, dan janinnya
telah meninggal. Uterusnya sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnose solusio
plasenta adalah:
1. Pemeriksaan laboratorium darah: Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit, waktu
protrombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin parsial, kadar fibrinogen
dan elektrolit plasma.
2. KTG untuk menilai kesejahteraan janin
3. USG untuk menilai letak plasenta,usia gestasi,dan keadaan janin. Dapat
mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah placenta melapisi
cervik tidak biasa diungkapkan
4. Sinar X
b) Accouchementforce,pelebaran
dan
peregangan
serfiks
di
ikuti
V.
VI.
Tindakan lainnya :
1. Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi .
2. Sebelum dirujuk , anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan
menghadap ke kiri , tidak melakukan senggama , menghindari
eningkatan tekanan rongga perut .
3. Pasang infus cairan Nacl fisiologi . Bila tidak memungkinkan, berikan
cairan peroral .
4. Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi
adanya hipotensi / syok akibat perdarahan . pantau pula BJJ &
pergerakan janin .
5. Bila terdapat renjatan , segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi
darah , bila tidak teratasi , upayakan penyelamatan optimal dan bila
teratsi perhatikan keadaan janin .
6. Setelah renjatan diatasi pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih
hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama
. bila renjatan tidak dapat diatasi, upayakan tindakan penyelamatan
optimal .
7. Setelah syok teratasi dan janin mati , lihat pembukaan . bila lebih dari
6 cm pecahkan ketuban lalu infus oksitosin . bila kurang dari 6 cm
lakukan seksio sesarea .
8. Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu /
taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr . penganganan berdasarkan
berat / ringannya penyakit yaitu :
a)
b)
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Wardana GA, Karkata MK. 2007. Faktor Resiko Plasenta Previa. Jakarta: Cermin
Dunia Kedokteran.
Wiknjosastro,Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga. Yayasan Bina Pustak
Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.
Bagian obsteri dan ginekologi FK UNPAD. Obsteri Patologi
Prawirohardjo Sarwaono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta
REFERAT
PERDAHAN ANTEPARTUM
Disusun Oleh :
Elsya Erlangga
61110037
Pembimbing :
dr. Zufri, Sp.OG