oleh :
Devi Paramita Luckyanti Sanjaya
212311101167
UNIVERSITAS JEMBER
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
PLASENTA PREVIA
Oleh : Devi Paramita Luckyanti Sanjaya
1. Kasus
Plasenta Previa
2. Proses terjadinya masalah
A. Definisi Plasenta Previa
Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan di mana plasenta terletak
dibagian bawah rahim, sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal
ini menyebabkan perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah
ke perdarahan. Plasenta previa telah diklasifikasikan oleh tingkat perambahan
pada os. servikal internal. Dalam plasenta previa, perdarahan lebih mungkin
terjadi selama trimester ketiga, sebagai konsekuensi dari perkembangan
segmen bawah rahim dan pelebaran leher rahim yang disebabkan oleh
kontraksi uterus, pemeriksaan vagina juga dapat menyebabkan perdarahan
antepartum. Faktor risiko untuk pengembangan plasenta previa termasuk
pengiriman sebelum seksio sesarea, terminasi kehamilan, operasi intrauterine,
merokok, kehamilan multifetal, peningkatan paritas, usia ibu dan peningkatan
tingkat seksio caesar. Plasenta previa berhubungan dengan konsekuensi yang
merugikan bagi ibu dan anak, seperti Intra-Uterine Growth Restriction
(IUGR), kelahiran prematur, antenatal dan intra-partum perdarahan, transfusi
darah ibu dan histerektomi darurat.
B. Etiologi Plasenta Previa
Faktor-faktor predisposisi meliputi:
a. Multiparitas (80% klien yang menderita adalah multipara)
b. Usia ibu lanjut (lebih dari 35 tahun pada 33% kasus)
c. Kehamilan multipel
d. Riwayat kelahiran sesar sebelumnya
e. Insisi uterus
f. Riwayat plasenta previa sebelumnya (insidennya adalah 12 kali
lebih besar pada wanita dengan riwayat plasenta previa
sebelumnya)
Penyebab dari plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang diduga kuat menimbulkan kelainan ini. Salah satu
penyebab plasenta previa yaitu vaskularisasi desidua yang tidak memadai,
sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Multiparitas dan cacat rahim juga
berhubungan dengan kejadian plasenta previa. Hal ini berkaitan dengan proses
peradangan dan atrofi di endometrium, misalnya bekas bedah caesar, kuretase,
dan miomektomi. Cacat bekas bedah caesar bahkan dapat menaikkan insiden
dua sampai tiga kali lebih besar.
Usia lanjut juga meningkatkan angka kejadian plasenta previa.
Penelitian yang dilakukan di Parkland Hospital, Dallas, Amerika Serikat
terhadap 169.000 kelahiran yang terjadi pada tahun 1988-1999 menyimpulkan
bahwa insiden 1 : 1.500 pada ibu berusia 19 tahun atau lebih muda, dan 1 :
100 untuk ibu berusia 35 tahun atau lebih tua.
Insidensi plasenta previa meningkat hingga dua kali lipat pada wanita
perokok. Hipoksemia akibat zat karbon monoksida hasil pembakaran rokok
menyebabkan hipertrofi plasenta sebagai upaya kompensasi. Penyebab
lainnya antara lain plasenta yang terlalu besar, misalnya pada kehamilan
ganda dan kasus erotroblastosis fetalis. Kelainan tersebut menyebabkan
pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim, sehingga dapat
menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum.
Penatalaksanaan/Terapi Spesifik
1. Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir
prematur, pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui
kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif.
Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.Syarat pemberian
terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal)
d. Janin masih hidup.
Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain :
- Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.
- Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta,
usia kehamilan, profil biofisik, letak, dan presentasi janin.
- Berikan tokolitik bila ada kontriksi :
a) MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
b) Nifedipin 3 x 20 mg/hari
c) Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru
janin
- Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari
test amniosentesis.
- Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih
berada di sekitar ostinum uteri internum, maka dugaan plasenta
previa menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
- Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu
masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali
apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai RS
lebih dari 2 jam) dengan pesan segera kembali ke RS apabila terjadi
perdarahan ulang.
2. Terapi aktif (tindakan segera)
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin.Untuk diagnosis placenta previa dan
menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan
dipenuhi, lakukan PDOM jika :
- Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
- Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partu
- Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor
(misal : anensefali)
- Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati
PAP (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar)
Chalik, TMA. 2009. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan dalam
Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo Edisi Keempat. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Scearce J and Uzelac PS. 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH
DeCherney et al. (eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and
Gynecology.10th ed. New York: McGraw-Hill