Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN PLASENTA PREVIA DI RUANG POLI KANDUNGAN RSUD


DR. SOEBANDI KABUPATEN JEMBER

oleh :
Devi Paramita Luckyanti Sanjaya
212311101167

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI


NERS FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
PLASENTA PREVIA
Oleh : Devi Paramita Luckyanti Sanjaya

1. Kasus
Plasenta Previa
2. Proses terjadinya masalah
A. Definisi Plasenta Previa
Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan di mana plasenta terletak
dibagian bawah rahim, sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal
ini menyebabkan perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah
ke perdarahan. Plasenta previa telah diklasifikasikan oleh tingkat perambahan
pada os. servikal internal. Dalam plasenta previa, perdarahan lebih mungkin
terjadi selama trimester ketiga, sebagai konsekuensi dari perkembangan
segmen bawah rahim dan pelebaran leher rahim yang disebabkan oleh
kontraksi uterus, pemeriksaan vagina juga dapat menyebabkan perdarahan
antepartum. Faktor risiko untuk pengembangan plasenta previa termasuk
pengiriman sebelum seksio sesarea, terminasi kehamilan, operasi intrauterine,
merokok, kehamilan multifetal, peningkatan paritas, usia ibu dan peningkatan
tingkat seksio caesar. Plasenta previa berhubungan dengan konsekuensi yang
merugikan bagi ibu dan anak, seperti Intra-Uterine Growth Restriction
(IUGR), kelahiran prematur, antenatal dan intra-partum perdarahan, transfusi
darah ibu dan histerektomi darurat.
B. Etiologi Plasenta Previa
Faktor-faktor predisposisi meliputi:
a. Multiparitas (80% klien yang menderita adalah multipara)
b. Usia ibu lanjut (lebih dari 35 tahun pada 33% kasus)
c. Kehamilan multipel
d. Riwayat kelahiran sesar sebelumnya
e. Insisi uterus
f. Riwayat plasenta previa sebelumnya (insidennya adalah 12 kali
lebih besar pada wanita dengan riwayat plasenta previa
sebelumnya)
Penyebab dari plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang diduga kuat menimbulkan kelainan ini. Salah satu
penyebab plasenta previa yaitu vaskularisasi desidua yang tidak memadai,
sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Multiparitas dan cacat rahim juga
berhubungan dengan kejadian plasenta previa. Hal ini berkaitan dengan proses
peradangan dan atrofi di endometrium, misalnya bekas bedah caesar, kuretase,
dan miomektomi. Cacat bekas bedah caesar bahkan dapat menaikkan insiden
dua sampai tiga kali lebih besar.
Usia lanjut juga meningkatkan angka kejadian plasenta previa.
Penelitian yang dilakukan di Parkland Hospital, Dallas, Amerika Serikat
terhadap 169.000 kelahiran yang terjadi pada tahun 1988-1999 menyimpulkan
bahwa insiden 1 : 1.500 pada ibu berusia 19 tahun atau lebih muda, dan 1 :
100 untuk ibu berusia 35 tahun atau lebih tua.
Insidensi plasenta previa meningkat hingga dua kali lipat pada wanita
perokok. Hipoksemia akibat zat karbon monoksida hasil pembakaran rokok
menyebabkan hipertrofi plasenta sebagai upaya kompensasi. Penyebab
lainnya antara lain plasenta yang terlalu besar, misalnya pada kehamilan
ganda dan kasus erotroblastosis fetalis. Kelainan tersebut menyebabkan
pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim, sehingga dapat
menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum.

C. Patofisiologi Plasenta Previa


Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding
uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebihbanyak tempat
untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta
terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada
pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk
menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas.
Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300
ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada
kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot
selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium
dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang
dan hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot
menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh
darahnya lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast (Kay, 2003).
Menurut Manuaba (2008) Implantasi plasenta di segmen bawah rahim
dapat disebabkan:
a) Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
b) Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta
untuk mampu memberikan nutrisi janin
c) Villi korealis pada korion leave yang persisten
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih
melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada
segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks
tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya
sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saai itu mulailah terjadi
perdarahan. Darahnya berwarna merah segar berlainan dengan darah yang
disebabkan solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman. Sumber
perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari
dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III
dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin
dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa
totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin
baru berdarah setelah persalinan mulai (Oxorn, 2003).
Terjadinya plasenta previa biasa terjadi pada tahap pertama setengah
dari kehamilan, dan persistensinya terhadap istilah akan tergantung padausia
kehamilan dan definisi yang digunakan untukhubungan yang tepat dari os
serviks interna ke plasenta di TVS. Dalam panduan ini, terminologi berikut
dianjurkan untuk menggambarkan hubungan ini: kapan tepi plasenta tidak
mencapai os internal, jaraknya dilaporkan dalam milimeter dari os internal;
ketika tepi plasenta tumpang tindih os internal dengan jumlah apapun, jarak
digambarkan sebagai milimeter tumpang tindih.
Sebuah tepi plasentayang persis mencapai os internal digambarkan oleh
pengukuran 0 mm.Untuk tepi plasenta mencapai atau tumpang tindih os
internal,Mustafa et al. menemukan dalam sebuah studi longitudinal sebuah
kejadian42% antara 11 dan 14 minggu, 3,9% antara 20 dan 24 minggu, dan
1,9% pada saat. Dengan tumpang tindih antara 23 mm11 dan 14 minggu,
mereka memperkirakan bahwa probabilitas plasenta previa pada saat itu
adalah 8%. Demikian pula Hill et al. Melaporkan kejadian 6,2% untuk
plasenta yang membentang di atasOs internal antara 9 dan 13 minggu. Dalam
seri mereka 1252pasien, 20 (1,6%) memiliki tumpang tindih tepi plasenta16
mm atau lebih, dan hanya 4 yang memiliki plasenta previa bertahan sampai
term (0,3%). Dua studi tambahan yang ada memeriksa berbagai jarak tumpang
tindih antara 9 dan16 minggu23,24 sepakat bahwa persistensi plasenta previa
adalahsangat tidak mungkin jika tingkat tumpang tindih plasenta tidak lebih
dari 10 mm.
Dua penelitian meneliti nilai cut-off di18 sampai 23 minggu
gestasi.25,26 Ini menemukan kejadian serupa dari plasenta mencapai atau
tumpang tindih internalOs hingga 2%, dan keseluruhan kurang dari 20% ini
bertahan sebagai plasenta previa Kemungkinan plasenta persisten previa
efektif nol saat tepi plasenta tercapainamun tidak tumpang tindih os (0 mm)
dan meningkat secara signifikan melebihi 15 mm tumpang tindih sehingga
jarak> 25 mm, tumpang tindih memiliki kemungkinan adanya plasenta previa
saat melahirkan antara 40% dan 100%.

D. Manifestasi Klinis Plasenta Previa


Kay (2003) menyebautkan bahwa gejala plasenta previa mencakup satu
atau kedua hal berikut:
1) Tiba-tiba, tanpa rasa sakit pendarahan vagina yang berkisar dari
ringan sampai berat. Darah sering berwarna merah terang. Pendarahan
dapat terjadi pada awal minggu ke-20 kehamilan tetapi yang paling
umum selama trimester ketiga.
2) Gejala persalinan prematur. Satu dari 5 wanita dengan tanda-tanda
plasenta previa juga memiliki kontraksi rahim.
Perdarahan plasenta previa mungkin taper off dan bahkan berhenti
untuk sementara. Tapi itu hampir selalu dimulai lagi hari atau minggu
kemudian. Beberapa wanita dengan plasenta previa tidak memiliki gejala
apapun. Dalam kasus ini, plasenta previa hanya dapat didiagnosis oleh USG
dilakukan untuk alasan lain (Kay, 2003).
Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan di dapatkan
belum masuk ke dalam pintu-atas panggul yang mungkin karena plasenta
previa sentralis; mengolak ke samping karena plasenta previa posterior; atau
bagian terbawah janin sukar ditentukan karena plasenta previa anterior. Tidak
jarang terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang
(Scearce, 2007).
Gejala klinis yang muncul :
- Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri
Perdarahan ini biasanya terjadi pada trimester ketiga, darah
biasanya berwarna merah segar. Dapat juga dipicu oleh trauma,
coitus (penetrasi penis), maupun pemeriksaan
bimanual/spekulum. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya
tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam
sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit.
Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih
banyak.Perdarahan ini umumnya akan berhenti tanpa penanganan
khusus sebelum kembali terjadi pada beberapa hari atau beberapa
minggu kemudian
- Bagian terdepan janin tinggi (floating). sering dijumpai kelainan
letak janin.
- Janin biasanya masih baik

E. Penatalaksanaan Plasenta Previa


Penatalaksanaan plasenta previa dibagi dua, yaitu ekspektatif
(konservatif) dan aktif.
- Konservatif : Dilakukan bila perdarahan sedikit, keadaan ibu dan janin
baik, berat janin < 2500 gram atau usia gestasi < 36 minggu. Bila terjadi
perdarahan banyak atau gawat janin, dilakukan tindakan aktif. Pemberian
tokolitik hanya pada kasus terpilih.
- Aktif : Dilakukan bila TBJ ³ 2500 gram atau usia gestasi ³ 36
minggu. Bila terjadi perdarahan banyak lakukan resusitasi cairan, atasi
anemia (transfusi), dan PDMO. Plasenta yang terletak dua sentimeter dari
OUI merupakan indikasi kontra persalinan per vaginam (RCOG
Evidence Base Level III). Cara persalinan harus berdasarkan keputusan
klinik disesuaikan dengan fasilitas yang ada. Pada kasus sulit dengan
kemungkinan terjadi plasenta akreta, sebaiknya didampingi spesialis
obstetri dan ginekologi senior.

Penatalaksanaan/Terapi Spesifik
1. Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir
prematur, pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui
kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif.
Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.Syarat pemberian
terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal)
d. Janin masih hidup.
Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain :
- Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.
- Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta,
usia kehamilan, profil biofisik, letak, dan presentasi janin.
- Berikan tokolitik bila ada kontriksi :
a) MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
b) Nifedipin 3 x 20 mg/hari
c) Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru
janin
- Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari
test amniosentesis.
- Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih
berada di sekitar ostinum uteri internum, maka dugaan plasenta
previa menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
- Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu
masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali
apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai RS
lebih dari 2 jam) dengan pesan segera kembali ke RS apabila terjadi
perdarahan ulang.
2. Terapi aktif (tindakan segera)
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin.Untuk diagnosis placenta previa dan
menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan
dipenuhi, lakukan PDOM jika :
- Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
- Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partu
- Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor
(misal : anensefali)
- Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati
PAP (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar)

Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :


1. Seksio Cesaria (SC)
Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan
ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup
tindakan ini tetap dilakukan.Tujuan SC antara lain :
- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan perdarahan
- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada cervik
uteri, jika janin dilahirkan pervaginam
Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi
sehingga cervik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan
mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi placenta sering
menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan
susunan serabut otot dengan korpus uteri. Pada saat melakukan SC
siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu
dan lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan
perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a) Amniotomi dan akselerasi
b) Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis / marginalis
dengan pembukaan > 3cm serta presentasi kepala. Dengan
memecah ketuban, placent akan mengikuti segmen bawah
rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus
belum ada atau masih lemah akselerasi dengan infus oksitosin.
3. Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan
tamponade placenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton
Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
4. Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi
beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang
efektif untuk menekan placentadan seringkali menyebabkan
perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada
janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.
F. Pathway Plasenta Previa
G. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik
a) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil :
1) Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu
dan linea nigra. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah
abdomen dan paha. Laju pertumbuhan rambut berkurang.
2) Wajah
Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut
3) Leher
4) Buah dada / payudara
- Peningkatan pigmentasi areola putting susu
- Bertambahnya ukuran dan noduler
5) Jantung dan paru
Volume darah meningkat, Peningkatan frekuensi nadi,
Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembuluh
darah pulmonal, Terjadi hiperventilasi selama kehamilan,
Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas,
Diafragma meningkat, Perubahan pernapasan abdomen menjadi
pernapasan dada.
6) Abdomen
Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus uteri
7) Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna
kebiruan ( tanda Chandwick), Hipertropi epithelium
8) Sistem musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur, Gaya berjalan
yang canggung, Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis
dinamakan dengan diastasis rectal
b. Khusus
1) Tinggi fundus uteri
2) Posisi dan persentasi janin
3) Panggul dan janin lahir
4) Denyut jantung janin
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
2) Pemeriksaan USG, Hb, dan Hematokrit
Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau
jarak tepi plasenta terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5
cm disebut plasenta letak rendah. Bila tidak dijumpai plasenta
previa, dilakukan pemeriksaan inspekulo untuk melihat sumber
perdarahan lain (Oyelese, 2006).
3) Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari ostium uetri eksternum atau dari kelainan
serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai (Johnson,
2003).
4) Transvaginal sonography (TVS)
TVS digunakan untuk menyelidiki lokasi plasenta kapan
saja saat hamil dan saat lokasi plasenta berada dianggap rendah.
Sonographers didorong untuk melaporkan jarak sebenarnya dari
tepi plasenta ke os serviks internal di TVS.
2) Diagnosa
a) Penurunan cardiac output berhubungan dengan perdarahan dalam
jumlah yang besar.
b) Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya
pengetahuan mengenai efek perdarahan dan menejemennya.
c) Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah
abnormal, kerusakan system imun.
3) Intervensi
No.
Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional
DX
1. Setelah dilakukanya 1. Kaji dan catat TTV, 1. Pengkajian yang akurat
Tindakan keperawatan 2 X 24 TD serta jumlah mengenai status
jam diharapkan penurunan perdarahan. hemodinamik
kardiak output tidak terjadi atau 2. Bantu pemberian merupakan dasar untuk
teratasi dengan kriteria pelayanan kesehatan perencanaan,
hasil: Volume darah atau mulai sarankan intervensi, evaluasi.
intravaskuler dan kardiak terapi cairan IV atau 2. Memperbaiki volume
output dapat diperbaiki terapi transfuse vaskuler membutuhkan
sampai nadi, tekanan darah, darah sesuai terapi IV dan intervensi
nilai hemodinamik, serta kebutuhan. farmakologi.
nilai laboratorium Kehilangan volume
menunjukkan tanda normal. darah harus diperbaiki
untuk mencegah
komplikasi seperti
infeksi, gangguan janin
dan gangguan vital ibu
nnnhamil
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Terapi bersama 1. Kehadiran perawat dan
keperawatan selama 3 x 24 pasangan dan pemahaman secara
diharapkan ansietas dapat menyatakan empati merupakan alat
berkurang dengan kriteria hasil: perasaan. terapi yang potensial
Pasangan dapat mengungkapkan 2. Menentukan tingkat untuk mempersiapkan
harapannya dengan kata-kata pemahaman pasangan untuk
tentang manajemen yang sudah pasangan tentang menanggulangi situasi
direncanakan, sehingga situasi dan yang tidak diharapkan.
dapat mengurangi manajemen yang Hal yang diberikan
kecemasan pasangan. sudah direncanakan. perawat akan
3. Berikan pasangan memperkuat penjelasan
informasi tentang dokter dan untuk
manajemen yang memberitahu dokter
sudah direncanakan. jika ada penjelasan
yang penting.
2. Pendidikan pasien yang
diberikan
merupakancara yang
efektif mencegah dan
menurunkan rasa
cemas.
3. Pengetahuan akan
mengurangi ketakutan
akan hal-hal yang tidak
diketahui.
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji jumlah darah 1. Hemoragi berlebihan
keperawatan selama 3 x 24 2. Catat suhu, hitung dan menetap dapat
diharapkan resiko tinggi cedera SDP, dan bau serta mengancam hidup
(janin) b/d Hipoksia jaringan / warna rabas vagina, klien atau
organ, profil darah abnormal, dapatkan kultur bila mengakibatkan infeksi
kerusakan system imun dapat dibutuhkan pasca partum, anemia
berkurang dengan kriteria hasil: 3. Catat masukan/ pasca partum, KID,
Menunjukkan profil darah keluaran urin. Catat gagal ginjal, atau
dengan hitung SDP, Hb, dan berat jenis urin. nekrosis hipofisis yang
pemeriksaan koagulasi DBN 4. Berikan heparin, disebabkan oleh
normal. bila diindikasikan hipoksia jaringan dan
5. Berikan antibiotic malnutrisi.
secara parenteral 2. Kehilangan darah
berlebihan dengan
penurunan Hb
meningkatkan risiko
klien untuk terkena
infeksi.
3. Penurunan perfusi
ginjal mengakibatkan
penurunan haluaran
urin.
4. Heparin dapat
digunakan pada KID di
kasus kematian janin,
atau kematian satu
janin pada kehamilan
multiple, atau untuk
memblok siklus
pembekuan dengan
melindungi factor-
faktor pembekuan dan
menurunkan hemoragi
sampai terjadi
perbaikan pembedahan
5. Mungkin diindikasikan
untuk mencegah atau
meminimalkan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Chalik, TMA. 2009. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan dalam
Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo Edisi Keempat. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2005. Ilmu Kandungan Dan Penyakit


Kandungan .Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam, 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta: Penerbit EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Scearce J and Uzelac PS. 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH
DeCherney et al. (eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and
Gynecology.10th ed. New York: McGraw-Hill

Varney,Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai