Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PLASENTA PREVIA

Disusun oleh:

1. DEWI CANDRA (2020011385)


2. LUTFIANTI (2020011388)
3. SLAMET RIYANTO (2020011392)

D3 KEPERAWATAN

AKADEMI KESEHATAN ASIH HUSADA SEMARANG

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.Plasenta previa
merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum yang mana perdarahan
antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan diatas 28
minggu.
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 sebanyak 40-
60% penyebab kematian ibu adalah perdarahan dan 3-4% diantaranya adalah
perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum juga merupakan penyabab
peningkatan angka kejadian kesakitan dan kematian ibu dan janin.Penyebab kematian
ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab obsetri langsung yaitu
perdarahan 28%, preeklamsia/eklampsia 24%, infeksi 11 %, sedangkan penyebab
tidak langsung adalah trauma obsetri 5% dan lain-lain 11%.5
Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat terjadi pada
masa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Salah satu penyebab perdarahan tersebut
adalah plasenta previa. Beberapa rumah sakit umum pemerintah angka kejadian
plasenta previa berkisar 1,7% sampai 2,9%, sedangkan di negara maju kejadiannya
lebih rendah yaitu <1%.5Belum diketahui secara pasti penyebab plasenta previa
namun kerusakan dari endometrium pada persalinan sebelumnya dan gangguan
vaskularisasi desidua dianggap sebagai mekanisme yang menjadi faktor penyebab
plasenta previa.Ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya plasenta
previa yaitu ibu hamil yang umurnya telah mencapai lebih dari 35 tahun dan ibu hamil
yang umurnya kurang dari 20 tahun,
Paritas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan seseorang
wanita yang pernah melahirkan keturunan baik yang mampu hidup atau
tidak.Banyaknya paritas meningkatkan terjadinya faktor risiko plasenta previa,
Riwayat seksio sesarea dapat meningkatkan terjadinya plasenta previa dikarenakan
adanya perlukaan uterus disegmen bawah rahim. dan riwayat kuretase, Kuretase
merupakan salah satu faktor risiko untuk kejadian plasenta previa ibu dengan riwayat
kuretase memiliki peluang 3,4 kali untuk kejadian plasenta previa pada kehamilan
berikutnya disbandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwayat kuretase .Plasenta
previa dapat menimbulkan komplikasi antara lain prolaps plasenta, plasenta melekat
sehingga harus dikeluarkan secara manual dan dibersihkan dengan kerokan,
peningkatan risiko kelahiran premature dan kematian janin mendadak, pada ibu dapat
menyebabkan maternal syok sampai kematian pada ibu akibat perdarahan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan antara faktor risiko dengan kejadian
plasenta previa
2. Tujuan Khusus
a) Menganalisisusia dengan kejadian plasenta previa.
b) Menganalisis paritas dengan kejadian plasenta previa
c) Menganalisis riwayat kuretase dengan kejadian plasenta previa
d) Menganalisis riwayat seksio sesarea dengan kejadian plasenta previa
BAB ll

STUDI KASUS

A. Pengertian
Definisi Plasenta Previa Plasenta previa ialah plasenta yang ada di depan jalan
lahir ( Prae = di depan; vias = jalan). Jadi yang di maksud ialah plasenta yang
implantasinya tidak normal ialah rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian
ostium internum, ( Sastrawinata 2005). Plasenta previa adalah keadaan dimana
plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir ( Ostium uteri internum).
(Cunningham dkk, 2006).
B. Etiologi
Penyebab dari placenta previa belum jelas diketahui menurutMochtar (1998)
ada beberapa faktor penyebab terjadinya plasenta previa yaitu : umur, hipoplasia
endometrium, endometrium cacat pada bekas persalinanberulang-ulang, bekas
operasi, kuretase, korpus luteum bereaksi lambat, tumor seperti mioma uteri,
malnutrisi. Menurut Mochtar (1998) ada beberapa hal yang bisa menyebabkan
terjadinya antepartum hemorargi yaitu : kelainan plasenta (plasenta previa, solusio
plasenta, perdarahan antepartum seperti insersio velamentosa, ruptura sinus
marginalis, plasenta sirkum valata) bukan dari kelainan plasenta Mereka biasanya
kelainan servik dan vagina, trauma. Indikasi dilakukannya SC menurut Cunningham
(1995) adalah : disproporsi sefalo pelvik, plasenta previa, letak lintang, tumor jalan
lahir, perut bekas sectio caesaria yang tidak baik, solusio plasenta.
C. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu. yaitu :
1. Plasenta Previa Totalis
Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir (ostium uteri internum). Pada posisi ini
tidak mungkin bayi dilahirkan pervaginam (spontan) karena berisiko Perdarahan
yang sangat hebat.
2. Plasenta Previa Lateralis.
Bila hanya sebagian plasenta yang menutupi jalan lahir (ostium uteri internum).
3. Plasenta Previa Marginalis
Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir (ostium uteri internum).
4. Plasenta Letak Rendah {Low-lying Placental)
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah uterus sedemikian rupa sehingga
tepi plasenta sebenarnya tidak mencapai ostium uteri internum atau kurang lebih
2cm dari ostium uteri internum (Sarwono, 2006) Penentuan macamnya plasenta
previa bergantung pada besarnya pembukaan, misalnya plasenta previa marginalis
pada pembukaan 2cm dapat menjadi plasenta previa lateralis pada pembukaan 5
cm. Begitu pula plasenta previa totalis pada pembukaan 3cm, dapat menjadi
lateralis pada pembukaan 6 cm. oleh karena itu, penentuan macamnya plasenta
previa hams disertai dengan keterangan mengenai besarnya pembukaan.
(Sastrawirata, 2005).
D. Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan
mungkin juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak
plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk
dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian
dari uteri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka
plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat
pelepasan pada desidua pada tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks
mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang
terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi
maternal yaitu dari ruang intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena
pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun
pasti kan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relative dipermudah
dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu
berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya minimal, dengan
akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna.
Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi
mengenai sinus yang besar dari plasenta dimana perdarahan akan berlangsung lebih
banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan
berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian
perdarahan. Demikian perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain (causeless).
Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri (pain-less).Pada plasenta
yang menutupi seluruh uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan
karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu
ostium uteri internum. Sebaliknya pada plasenta previa parsialis atau letak rendah
perdarahan baru akan terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan
pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya.
Perdarahan yang pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu,
tetapi lebih separuh kejadiannya pada kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung
tempat perdarahan terletak pada dekat dengan ostium uteri internum, maka
perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak membentuk hematom
retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin
ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian sangat jarang terjadi koagulopati pada
plasenta previa.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang
tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat
lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan inkreta bahkan
plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus buli-buli dan ke
rectum bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada
uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang
rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua
kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pasca persalinan pada
plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar melepas dengan
sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak
mampu berkontraksi dengan baik.
http://repository.unimus.ac.id
E. Pathway

Usia ibu <20 &>35 Multiparitas Riw. Section Caesar/kuretase Malnutrisi ibu hamil
keguguran/ op.miomaa

Belum siapnya
endometrium untuk dinidasi Perubahan atropi Laserasi endometrium Vaskularisasi pada
pada desi dua secara sengaja uterus (desi dua)

Hipoplasia endometrium Vaskularisasi di uterus Endometrium yg cacat

Keadaan endometrium
kurang baik

Plasenta yg bertumbuh di segmen


bawah uterus kibat vaskularisasi
dari desi dua

Plasenta letak rendah dapat melebar dan menipis


sehingga menutupi ostium uteri internum

PLASENTA PREVIA
F. Komplikasi pada placenta previa

1. Komplikasi pada ibu :


A. Perdarahan dapat menimbulkan :
1) Variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok.
2) Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita anemis sampai syok.
3) Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma.
B. Gangguan pembekuan darah
1) Masuknya trombloplastin ke dalam sirkulasi darah menyebabkan
pembekuan darah intravaskular dan disertai hemolisis.
2) Terjadi penurunan fibrinogen sehingga fibrinogen dapat mengganggu
pembekuan darah.
C. Perdarahan postpartum :
1) Pada placenta previa karena kurang kuatnya kontraksi segmen bawah
rahim.
2) Kegagalan pembekuan darah menambah beratnya perdarahan (Manuaba,
1998).
2. Komplikasi pada janin.
a. Perdarahan yang tertimbun di belakang placenta mengganggu sirkulasi dan
nutrisi kearah janin sehingga dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat
dan kematian dalam rahim.
b. Prematuritas Pada ibu yang mengalami placenta previa komplikasi yang
dialami oleh janin adalah salah satunya yaitu prematuritas disini dikarenakan
pada pasien plasenta previa ibu mengalami perdarahan yang hebat sehingga
mendorong untuk dilakukannya operasi walaupun umur kehamilannya belum
menyukupi.
c. Gawat janin
Dengan adanya placenta previa totalis atau marginalis yang menutupi sebagian
atau seluruh mulut rahim sehingga pembuluh darah besar yang ada di mulut
rahim akan tertutup oleh implantasi placenta yang tidak sempurna. Dengan
bertambahnya umur kehamilan maka akan terjadi pembentukan segmen bawah
rahim yang mengakibatkan pergeseran placenta, sehingga akan menyebabkan
terjadinya perdarahan, dan dengan terjadinya perdarahan akan menyebabkan
peredarahan darah janin terganggu dan sirkulasi darah ibu juga terganggu
sehingga menyebabkan terjadinya gawat janin (Sujiyatini, 2009).
d. Kematian

G. Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium : hemoglobin : untuk mengetahui kadar Hb b. Doppler, Laennec
untuk mengetahui keadaan denyut jantung janin, apakah janin mengalami fetal
distress atau tidak.
b) USG untuk menilai letak/implantasi placenta, usia kehamilan dan keadaan janin
secara keseluruhan (Achadiat, 2004).

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan wanita dengan plasenta previa dapat dibagi sebagai berikut:
1) Mereka yang janinnya preterm tetapi belum ada indikasi untuk dilahirkan,
2) Mereka yang janinnya sudah cukup matur.
3) Mereka yang sudah inpartu,
4) Mereka yang perdarahannya sedemikian parah sehingga janin harus dilahirkan
walaupun masih imatur. Penanganan plasenta previa dapat dibagi dalam 2
golongan :
a. Penanganan Pasif (Terapi Ekspektatif)
Tujuan ekspetatif ialah agar janin tidak lahir prematur dan mengurangi
angka kematian neonatal. Penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan
dalam melalui kanalis servikalismelainkan meialui usaha non infasif dan
pemantauan secara ketat dan baik agar janin dapat hidup lama di dalam
kandungan. Transfusi darah dan operasi harus dapat diiakukan setiap saat bila
diperlukan. Anemia perlu diatasi atas pertimbangan perdarahan selanjutnya
dengan menilai perdarahan berdasarkan pemeriksaan hemoglobin dan
hemalokrit secara berkala. Pemberian steroid pada kehamilan antara 24
minggu sampai 34 minggu untuk pematangan paru janin. (Sarwono, 2006).
Syaral-syarat penanganan pasif, yaitu kehamilan kurang dari 37 minggu atau
berat janin belum mencapai 2500 gram, Perdarahan aktif, belum inpartu,
keadaan umum ibu baik (Hb>8g%), dan janin masih hidup. (Sastrawinata,
2005).
b. Penanganan aktif
Penanganan aktif diiakukan dengan syarat; perdarahan yang telah
berlangsung atau akan berlangsimg yang membahayakan ibu dan janin,
kehamilan cukup bulan (37 minggu) atau berat janin telah mencapai 2500
gram, inpartu atau bagian janin lerbawah sudah masuk pintu atas panggul.
Penanganan ini berupa terminasi kehamilan segera. Pada umumnya, memilih
cara persalinan terbaik tergantung dari derajat plasenta previa, paritasnya dan
banyak perdarahan.
a. Pervaginam
Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada
plasenta dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang
terbuka, sehingga darah berhenti. Persalinan pervaginam biasanya
diiakukan pada plasenta previa marginalis dengan presentasi kepala.
(Sarwono, 2006).
b. Seksio Sesaria
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesaria adalah menyelamatkan
ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tidak ada harapan hidup,
tindakan ini tetap diiakukan. Dengan seksio sesaria dengan maksud
mengosongkan rahim hinga rahim dapat mengadakan kontraksi dan
menghentikan perdarahan. Seksio sesaria juga mencegah terjadinya
robekan cervix yang agak sering terjadi dengan usaha persalinan
pervaginam pada plasenta previa. Plasenta previa totalis merupakan
indikasi mutlak untuk seksio sesaria, tanpa menghiraukan faktor-faktor
lainya. Plasenta previa primigravida cenderung juga ke seksio sesaria.
Multigravida dengan plasenta letak rendah, plasenta marginalis, atau
lateralis pada pembukaan lebih dari 5 cm dapat di tanggulangi dengan
pemcahan selaput keluban. Apabila perdarahan juga tidak berkurang, maka
seksio sesaria harus diiakukan. (Cunningham dkk, 2006).
Pada pasien setelah diberi penanganan dapat juga diberikan pendidikan
kesehatan, menjelaskan penyebab, lokasi plasenta dan masalah yang
mungkin timbul. Pasien harus segera melapor saat tanda pertama
perdarahan. Pasien plasenta previa parsial atau total harus tetap dirumah
dan membatasi aktivitas. Tidak boleh melakukan hubungan seksual.
( Morgan dan Hamilton, 2009).
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS DIRI
a. Identitas Pasien
Nama pasien : Ny. K
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Semarang
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. L
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Semarang
Hub. Dengan pasien : Suami
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan keluar darah merah segar dari alat kelaminnya
dengan jumlah kadang sedikit kadang banyak. Pengeluaran darah tidak
pasti, kadang ketika tiduran ataupun ketika beraktivitas seperti BAK
maupun duduk.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pada tanggal 22 April 2020 ketika bekerja di
pabrik, keluar flek-flek darah berwarna merah segar dicelana dalamnya.
Pasien hamil 23 minggu, namun pada sore hari tanggal 28 April 2020
pasien mengalami perdarahan lagi dengan warna darah yang sama hingga
akhirnya pada pukul 20.30 WIB dibawa ke RS oleh suaminya.
3. PEMERIKSAAN FISIK
i. Keadaan Umum
Pasien lemas, Kesadaran pasien CM
ii. Tanda Tanda Vital
TD : 110/70 mmhg
N : 80 x/menit
S : 36,5˚C
RR : 24x/menit
iii. Pengamatan Fisik
a. Konjungtiva anemis
b. Tampak pucat
c. Tampak gelisah / gugup
d. Denyut Jantung Janin : 146 kali/menit
e. Keluar darah sedikit dari jalan lahir
f. Hb : 10,8 g/dl
g. Hasil USG, plasenta menutup jalan lahir
h. Pasien badrest
i. Wajahnya tegang
j. Terpasang nasal kanul O2 3 liter per menit
k. Suara bergetar
l. Pasien salah persepsi tentang letak plasenta

4. POLA KOGNITIF DAN PERSEPSI


Pasien hanya tamatan SMA sehingga tidak tahu banyak tentang masalah
kesehatan. Pada saat kehamilan anak pertama pasien tidak pernah mengikuti
diskusi kesehatan apapun. Pasien merasa takut dan gelisah jika terjadi apa-apa
dengan janinnya.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
6. TERAPI
B. ANALISA DATA
Data Subyektif
1. Pasien mengatakan mengeluarkan darah warna merah terang namun tidak
disertai nyeri
2. Pasien mengatakan lemas dan pusing
3. Pasien mengatakan lemah
4. Pasien mengatakan aktifitas dibantu oleh keluarga dan perawat seperti ganti
baju
5. Pasien mengatakan merasa takut dan sangat gelisah jika terjadi apa-apa
dengan janin dan kesehatannya
6. Pasien mengatakan tidak tahu tentang plasenta previa

Data Obyektif
1. Keluar cairan pervaginam (darah merah segar, bau amis, dengan jumlah
sebanyak ±30 cc)
2. Pasien tampak cemas dan takut
3. Aktivitas tampak dibantu keluarga
4. Pasien tampak lemah, dan merasa badannya lemes
5. Pasien tampak banyak bertanya tentang plasenta previa
6. Pasien tidak pernah mengikuti diskusi kesehatan
7. TTV :
TD : 110/70 mmhg
N : 80 x/menit
S : 36,5˚C
RR : 24x/menit
8. Hemoglobin : 9,1 g/dL
9. Hematokrit : 32,8 %
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Potensial terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
antepartum
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perdarahan
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan
4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang Plasenta
Previa
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diambil kesimpulan bahwa:
1. Usia berhubungan dengan kejadian Plasenta Previa.
2. Paritas berhubungan dengan kejadian Plasenta Previa.
3. Riwayat Kuretase berhubungan dengan kejadian Plasenta Previa.
4. Riwayat Seksio Sesarea berhubungan dengan kejadian Plasenta Previa
B. Saran
1) Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan USG pada usia
kehamilan lebih dari 28 minggu pada ibu hamil, memberi upaya preventif
terhadap faktor-faktor risiko terjadinya plasenta previa seperti penyuluhan untuk
tidak memiliki anak lebih dari dua.
2) Bagi Masyarakat
Ibu sebaiknya hamil di usia reproduktif dan melakukan pemeriksaan
kehamilan sejak dini dan rutin untuk berbagai faktor risiko yang dapat
menyebabkan plasenta previa melalui pemeriksaan ANC rutin dan USG.
3) Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu diteliti lebih lanjut faktor-faktor lain yang berhubungan dengan plasenta
previa, seperti keadaan endometriumdan penyakit yang menyertai kehamilan,
misal hipertensi, mioma uteri, tumor, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Achdiat, Chrisdiono M., 2004. Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC

Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta: EGC

Fadlun & Achmad Feryanto. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba
Medika

Friedman, dkk. 1998. Obstetri. Jakarta: Binarupa Aksara

Rachmad, M. 2000. Penatalaksanaan dalam Ilmu Kebidanan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Salemba

Scott, James R., dkk. 2002. Obstetri & ginekologi. Jakarta: Widya Medika

Sastrawinata, R. Sulaiman. 1981. Obstetri Patologis. Bandung: Elstar Offset

Anda mungkin juga menyukai