PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Tumor ovarium merupakan tumor dengan histogenesis yang beraneka ragam, dapat
berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat
histiologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).Kanker ovarium
sebagian besarberbentuk kista berisi cairan maupun padat. Kanker ovarium disebut
sebagaisilent killer.Karena ovarium terletak di bagian dalam sehingga tidak mudah terdeteksi,
70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium lanjut dan telah menyebar (metastasis)
kemana-mana.
Kanker ini menyerang pada wanita terlebih pada usia diatas 50 tahun. Selain itu,
wanita dinegara industri lebih beresiko. Dan di Indonesia sendiri beberapa tahun ini temuan
kasus keganasan salah satunya kanker ovarium sering ditemukan dan menjadi penyebab
kematian bagi seseorang. Sehingga wanita Indonesia perlu waspada akan penyakit ini
terutama yang tinggal diarea perindustrian karena di Indonesia juga banyak perusahaan-
perusahaan industri.Sehingga penting dirasa untuk mempelajari lebih luas lagi mengenai
kanker ovarium khususnya bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi tenaga
kesehatan. Oleh karena itu pada penyusunan makalah ini akan dibahas mengenai proses
terjadinya kanker ovarium sebagai salahsatu penyakit keganasan.
B.Rumusan masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar teori ca ovarium?
2. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan ca ovarium?
3. Bagaimanakah contohasuhan keperawatanpada pasien dengan ca ovarium?
C.Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar teori ca ovarium
2 .Untuk mengetahuikonsep asuhan keperawatan pada pasien dengan ca ovarium
3. Untuk mengetahui contohasuhan keperawatanpada pasien dengan ca ovariu
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian
KankeIndung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium
(indungtelur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 –70 tahun. Kanker
ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan
melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan
penyebab kematian kelima akibat kanker pada perempuan. (Price, 2005;1297)Kanker
ovarium memiliki 5 stadium yaitu :(Smeltzer, 2001;1570).
Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium
Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan perluasan pelvis
Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis diluar
pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif
Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan metastasis jauh
2.Etiologi
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial. Risiko
berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin dan faktor genetik
(Price, 2005;1297).
Faktor lingkungan
Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, dan
penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap mungkin menyebabkan
kanker.
Faktor endokrin
Faktor risiko endokrin untuk kankerovarium adalah perempuan yang nulipara,
menarke dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang lambat, dan tidak pernah
menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungki dapat
mencegah. Terapi pengganti astrogen (ERT) pasca menopause untuk 10 tahun atau lebih
berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium
Faktor genetik
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah
ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila terdapat dua atau
lebih hubungan tingkat pertama yang menderita kanker ovarium, seorang perempuan
memiliki 50% kesempatan untuk menderita kanker ovarium
3.Patofisologi
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan
denganabdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan
pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga implantasi dan
pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan intraperitoneal.
Limfatik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas.
Semua kelenjar pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran
awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala atau
spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat
pada pelvis, sering berkemih dan disuria, dan perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa
penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan
dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium bila
tumor menghasilkan estrogen; beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan
virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat
perdarahan dalam tumor,ruptur, atau torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering
terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.
Pathway (pohon masalah terlampir)
4 Klasifikasi
Lebih dari 30 neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium dikelompokkan
dalam 3 kategori besar ( Price, 2005;1297) yaitu :(Price, 2005;1297)
Tumor-tumor epitel
Tumor-tumor epitel menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium dan diklasifikasikan
sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas dan ganas
Tumor stroma gonad
Tumor-tumor sel germinal
Terdapat tiga ketegori utama tumor sel germinal yaiyu : tumor jinak (kista dermoid), tumor
ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel germinal primitive ganas (sel embrionikdan
ekstraembrionik)Dua pertiga persen kanker ovarium adalah tumor sel germinal primitive
ganas. Penting untuk mendiagnosis jenis tumor dengan tepat
5.Gejala klinis
Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker ovariumadalah
sebagai berikut :
Haid tidak teratur
Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada payudara
Menopause dini
Dispepsia
Tekanan pada pelvis
Sering berkemih dan disuria
Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat
kenyang dan konstipasi.
Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina skunder akibat
hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen(Smeltzer, 2001;1570)
6.Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah
massa pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu
membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa
tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan.
Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi
dan sering bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih
mencerminkantumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-
de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.
7.Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan
diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran
dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites . Walaupun ada
pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT scan, MRI (magnetic resonance imaging), dan
positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada
penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari
ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering
digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai
keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis sel
germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH), human
placental lactogen (HPL), plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic
gonadotrophin(hCG).
8.Diagnosis/kriteria diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik ginekologi, serta
pemeriksaan penunjang
Riwayat
Keluhan yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran
tumor pada permukaan serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh
diperut, serta cepat merasa kenyang sering berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain
yang sering timbul adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek
akibat efusi pleura dan asites yang masif. Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor
adneksa perlu diperhatikan umur penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Pada
bayi yang baru lahir dapat ditemukan adanya kista fungsional yang kecil (kurang dari 1-2
cm) akibat pengaruh dari hormon ibu. Kista ini mestinya menghilang setelah bayi berumur
beberapa bulan. Apabila menetap akan terjadi peningkatan insiden tumor sel germinal
ovarium dengan jenis yang tersering adalah kista dermoid dan disgerminoma. Dengan
meningkatnya usia kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara umum akan terjadi
peningkatan risiko keganasan mencapai 13% pada premenopause dan 45% setelah
menopause. Keganasan yang terjadi bisabersifat primer dan bisa berupa metastasis dari
uterus, payudara, dan traktusgastrointestinal.
Pemeriksaan fisik ginekologi
Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam memperkirakan
ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Pada pemeriksaan rekto vaginal
untuk mengevaluasi permukaan bagian posterior, ligamentum sakrouterina, parametriukavum
Dauglas dan rektum. Adanya nodul di payudara perlu mendapat perhatian, mengingat
tidak jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari karsinoma payudara.Hasil yangsering
didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti
pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas,
namun secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin,
unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran massa
yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga
abdomen dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya
asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.
Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan
diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran
dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites .Walaupun ada
pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT scan, MRI (magnetic resonance imaging), dan
positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada
penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baikdari
ultrasonografi. Serum CA125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling seringdigunakan
dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun seringdisertai keterbatasan. Perhatian
telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis sel germinal, antara lain alpha
fetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen
(hPL),plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic gonadotrophin(hCG).
9.Kemungkinan komplikasi
Torsi
Rupture kista
Perdarahan
Keganasan
10.Penatalaksanaan
Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium antara lain :
(Smeltzer, 2001;1570)
Pentahapan/pengklasifikasian tumor merupakan aktivitas penting yang digunakan untuk
mengarahkan pengobatan.
Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal total dengan
pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum (salpingo-oofarektomi bilateral dan
omentektomi) adalah prosedur standar unruk penyakit tahap dini
Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 (32P) interperitoneal, isotop radioaktif, dapat
dilakukan setelah pembedahan
Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya termasuk cisplantin,
sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan
Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara pasifik, bekerja
dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel-sel untuk berkumpul dan
mencegahpemecahan struktur yang mirip benang ini. Secara umum, sel-sel tidak dapat
berfungsi ketika mereka terlilit dengan mikrotubulus dan mereka tidak dapat membelah diri.
Karena medikasi ini sering menyebabkan leucopenia, pasien juga harus minum G-CSF
(factor granulosit koloni stimulating)
Pengambilan cairan asites
dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita dengan asites yang disertai massa pelvis,
karena dapat menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites ternyata
kista yang memenuhi rongga perut. 9 Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila
penderita mengeluh sesak akibat desakan pada diafragma.
Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien
Ny. M berusia 45 tahun, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan wiraswasta, agama islam,
alamat pisang, padang lua, No. 38 Bukittinggi
2. Keluhan utama
Pasien masuk pada tanggal 16 Mei 2017 pukul 06.00 WIB dengan keluhan sesak nafas
karena perut yang membesar yang mendesak ke dada, kaki membengkak sejak 2 hari yang
lalu dan kurang nafsu makan.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 16 Mei 2017 pukul 14.00 WIB dengan hari rawatan
pertama, Ny. M mengeluhkan sesak nafas, perut membesar, nafsu makan menurun, mual
muntah, dan bengkak pada kaki.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga Ny. M mengatakan belum pernah menderita kanker kolon, payudara, dan
endometrium. Ny. M pernah di rawat sebelumnya dengan penyakit kanker ovarium pada
bulan Februari 2015 dilakukan operasi di Rumah Sakit Ahmad Mochtar Bukittinggi. Pasien
pernah melakukan Kemoterapi
di rumah sakit Cipto Mangunkusumo.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi dan Jantung.
8. Pemeriksaan fisik
Saat dilakukan pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak lemah, skala nyeri 5
dikatakan sedang, berat badan 45 kg, tinggi badan 158 cm, hasil pengukuran : tekanan darah
110/70 mmHg, suhu lem, nadi 88 kali permenit , pernafasan 26 kali permenit.
Kepala tidak terdapat ada benjolan, bentuk simetris, kulit kepala tidak mengalami
peradangan, tumor, maupun bekas luka. Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis
kiri dan
kanan,sklera tidak ikterik kiri dan kanan, reflek cahaya positif kiri dan kanan, reflek pupil
sama kiri
dan kanan, tampak lingkar mata pada kiri dan kanan, dan mata tampak cekung, pernafasan
cuping
hidung tidak ada serta tidak ada kelainan pada hidung, terpasang oksigen binasal kanul 3L,
dan hari
keempat rawatan terpasang NGT alir. Mukosa bibir tampak kering , dan tidak ada kelainan.
Telinga
simetris kiri dan kanan, tidak teraba kelenjar getah bening.
Pemeriksaaan toraks, simetris kiri kanan, normochest, retraksi dinding dada tidak ada, dan
pernapasan dyspnea. Pemeriksaan jantung ditemukan iktus cordis tidak terlihat, teraba di RIC
5
tampak tonjolan dan tidak terdapat luka bekas operasi pada abdomen dengan vertikal kira-
kira
panjangnya 12 Cm, asites sampai ke prosesus xipoideus, lingkar perut 85 Cm bising usus
normal,
hepar tidak teraba, saat perkusi terdengar hipertympani. Bising usus hiperaktif. Pemeriksaan
ekstremitas atas pada tangan sebelah kanan terpasang IVFD RL, turgor kulit lembap, warna
merah
muda, CRT kembali dalam dua detik. Pada ekstremitas bawah turgor kulit lembab, tampak
udema,
CRT kembali dalam dua detik. Genitalia bersih dan tidak ada mengalami kelainan
9. Pemeriksaan penunjang
- Hematokrit 30 % (N : 37-43 %)
16 mei 2017
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Ranitidin 2 x 1 amp
Diagnosis keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan diafragma dengan data
subjektif
pasien mengatakan terasa sesak nafas karena perut yang membesar. Data objektif pasien
tampak
xipoideus.
2. Konstipasi berhubungan dengan tumor dengan data subjektif pasien mengatakan BAB
tidak ada
sejak 2 hari yang lalu. Data objektif tampak pasien asites, pasien anoreksia, pasien mual dan
muntah, pasien nyeri pada perut, bising usus pasien hiperaktif.1. Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan penekanan diafragma dengan data subjektif
pasien mengatakan terasa sesak nafas karena perut yang membesar. Data objektif pasien
tampak
dinding dada tidak ada, terpasang oksigen binasal kanul 3L, dan asites sampai ke prosesus
xipoideus.
2. Konstipasi berhubungan dengan tumor dengan data subjektif pasien mengatakan BAB
tidak ada
sejak 2 hari yang lalu. Data objektif tampak pasien asites, pasien anoreksia, pasien mual dan
Rencana Keperawatan
Diagnosis keperawatan 1
Rencana keperawatan dengan diagnosis ketidakefektifan pola nafas berhubungan
Diagnosis keperawatan 1
Rencana Keperawatan
Diagnosis keperawatan 2
Implementasi Keperawatan
Diagnosis keperawatan 1
Implementasi yang dilakukan pada pasien selama pengelolaan kasus adalah sebagai berikut.
Diagnosis pertama ketidakefektifan pola nafas tindakan yang dilakukan memposisikan pasien
dyspnea dan memonitor TTV. Setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan hasil
posisi
pasien semifowler 45o , tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 88 kali/menit, frekuensi
pernapasan
26 kali/menit, suhu 36,8oC, terpasang O2 binasal 3L, pasien bisa melakukan teknik nafas
dalam.
Diagnosis keperawatan 2
Tindakan keperawatan untuk diagnosis kedua konstipasi adalah mencatat tanggal buang air
besar terakhir, memonitor BAB termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna,
memonitor bising usus, mencatat masalah BAB yang sudah ada sebelumnya, mengajarkan
pasien
tindakan keperawatan didapatkan hasil pasien belum juga ada eliminasi, bising usus 16
kali/detik,
Diagnosis keperawatan 1
Implementasi yang dilakukan pada pasien selama pengelolaan kasus adalah sebagai berikut.
Diagnosis pertama ketidakefektifan pola nafas tindakan yang dilakukan memposisikan pasien
dyspnea dan memonitor TTV. Setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan hasil
posisi
pasien semifowler 45o , tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 88 kali/menit, frekuensi
pernapasan
26 kali/menit, suhu 36,8oC, terpasang O2 binasal 3L, pasien bisa melakukan teknik nafas
dalam.
Diagnosis keperawatan 2
Tindakan keperawatan untuk diagnosis kedua konstipasi adalah mencatat tanggal buang air
besar terakhir, memonitor BAB termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna,
memonitor bising usus, mencatat masalah BAB yang sudah ada sebelumnya, mengajarkan
pasien
tindakan keperawatan didapatkan hasil pasien belum juga ada eliminasi, bising usus 16
kali/detik,
Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama lima hari, maka didapatkan hasil progress
kesehatan
pasien sebagai berikut ; Pada diagnosis ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
penekanan
diafragma dengan data subjektif keluarga pasien mengatakan pasien semakin sesak nafas,
data objektif
darah : 90/70 mmHg, RR : 26 kali/menit, HR : 116 kali/menit, suhu : 8 oC, pasien terpasang
O2 Non
Rebraiting Mask 8L, saturasi oksigen 98 %, masalah belum teratasi, sehingga semua
intervensi
dilanjutkan semuanya.
Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama lima hari, maka didapatkan hasil progress
kesehatan
pasien sebagai berikut : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan
faktor biologis (gangguan fungsi gastrointestinal) didapatkan hasil data subjektif pasien
mengatakan
pasien masih tidak nafsu makan hanya separoh nasi habis, data objektif pasien mendapatkan
diet
makanan cair yaitu susu 250 mg, Bb pasien 45 Kg, Pasien mengalami penurunan kesaradan,
terapi inj.
Ranitidin 2 x 1 amp, inj. Prosogan 2,5 amp, Sukralfat sirup 3 x sehari, dan Tranfusi Albumin
10 tts/ 8Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama lima hari, maka didapatkan hasil progress
kesehatan
pasien sebagai berikut : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan
faktor biologis (gangguan fungsi gastrointestinal) didapatkan hasil data subjektif pasien
mengatakan
pasien masih tidak nafsu makan hanya separoh nasi habis, data objektif pasien mendapatkan
diet
makanan cair yaitu susu 250 mg, Bb pasien 45 Kg, Pasien mengalami penurunan kesaradan,
terapi inj.
Ranitidin 2 x 1 amp, inj. Prosogan 2,5 amp, Sukralfat sirup 3 x sehari, dan Tranfusi Albumin
10 tts/ 8
Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama lima hari, diagnosis keperawatan kesiapan
didapatkan hasil data subjektif keluarga pasien sudah yakin perawatan yang sudah diberikan
kepada
pasien, data objektif keluarga pasien sudah menerima penyakit yang diderita pasien, keluarga
pasien
cukup tabah menghadapi penyakit yang diderita pasien, keluarga pasien sering mengucapkan
istigfar
BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat
berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat
histiologis maupun biologis yang beraneka ragam. Penyebab pasti dari penyakit ini tidak
diketahui.Kanker ovarium cepat menyebar per intraperitoneum melalui pertambahan ukuran
setempat atau penyebaran benih permukaan, dan terkadang melalui aliran limfe dan aliran
darah. Metastasis ke ovarium dapat terjadidari kanker payudara, kolon, lambung, dan
pankreas.
B.Saran
Telatnya diagnosa kanker ovarium karena tanda dan gejala yang samar-samar
membuat kanker ini disebutsilent killer. Namun kita dapat mencegah terjadinya kanker
ovarium dengan pola hidup yang bersih dan sehat. Selain itu, dengan mengatur pola makan
kita akan mengurangi resiko terjadinya kanker.
DAFTAR PUSTAKA
Garcia,Agustin.2010.KankerOvarium,(online)Dalam:
(http://emedecine.medscape.com./arti433779-overview), Diakses pada tanggal 4 November
2018
Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma. 2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction
Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Medika
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta selatan : DPPPP NI
Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi6. Jakarta :
EGC
Smeltzer. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 3.
Jakarta : EGC