Anda di halaman 1dari 8

A.

Definisi
Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh di sel ovarium, kanker
ovarium terdiri dari sel yang terus tumbuh dan sel ini dapat
menghancurkan jaringan disekitarya, sel kanker dapat menyebar
(bermetastasis) ke bagian tubuh yang lain, kanker ovarium juga merupakan
penyakit heterogen yang dapat dibedakan menjadi tiga jenis utama, yaitu
sex cord stromal tumors, germ cell tumor, dan epithelial ovarium cancer.
Kanker ovarium merupakan penyakit heterogen yang dapat
dibedakan menjadi tiga tipe utama, yaitu sex cord stromal tumors, germ
cell tumor, dan epithelial ovarian cancer (EOC). Mayoritas kanker
ovarium yang sering ditemukan adalah tipe EOC dan memiliki beberapa
subtipe, antara lain: mucinous, clear cell, endometroid, low-grade serous,
dan high-grade serous carcinoma (HGSC). Subtipe HGSC merupakan
jenis kanker epitel yang paling banyak dan juga paling agresif. Hal ini
karena banyak wanita didiagnosis telah memasuki stadium lanjut (stadium
III atau IV) dengan nilai 5 tahun ketahanan hidup (5 years survival rate)
antara 20-40%.

B. Klasifikasi
Stadium kanker ovarium ditentukan berdasarkan pada penemuan
yang dilakukan saat melakukan eksplorasi. Stadium kanker ovarium
menurut International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO)
tahun 2014, berdasarkan pada hasil evaluasi pembedahan terhadap tumor
ovarium primer dan penemuan penyebarannya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
I pertumbuhan tumor terbatas pada ovarium
Ia
Ib
C. Etiologi
Hipotesis incessant ovulation yang diperkenalkan oleh Fathalla
yang
menjelaskan hubungan antara ovulasi terus menerus terhadap terjadinya
peradangan dan karsinogenesis ovarium epitel. Hal ini disebabkan karena
folikel yang matang tidak pecah menyebabkan oocyte tidak dilepaskan
yang dapat mengakibatkan terjadinya lonjakan luteinizing hormon (LH)
yang menginduksi prostaglandin sintase 2 (PGS-2), kemudian akan
mengkodekan enzim yang aktivitanya sangat penting untuk ruptur folikel.
Hal ini dapat mempengaruhi kerusakan DNA melalui tekanan oksidatif
pada cortical inclusion cysts (CIC) di ovarium, adanya kerusakan berulang
pada lapisan permukaan ovarium saat ovulasi menyebabkan perubahan
pada gen yang mengatur pembelahan sel ovarium sehingga terjadi
pembelahan sel yang berlebihan dan menimbulkan sel kanker.

D. Manifestasi klinis
Sebagian besar pasien kanker ovarium tidak merasakan keluhan
(95%) dan keluhan-keluhan pada penderita kanker ovarium spesifik seperti
perut membesar, atau pasien yang mangalami kanker ovarium dapat
merasakan seperti ada tekanan, dispareunia, berat badan pada penderita
kanker ovarium dapat meningkat ini dikarenakan adanya asites atau massa.
Gejala kanker ovarium umumnya sangat bervariasi dan tidak
spesifik pada stadium awal, gejala kanker ovarium pada stadium awal
dapat berupa konstipasi dan sering berkemih ini dikarenakan apabila
kanker ovarium telah menekan rektum atau kandung kemih, selain itu
gejala kanker ovarium pada stadium awal dapat berupa nyeri pada saat
bersenggama, sedangkan pada stadium lanjut kanker ovarium dapat
menimbulkan gejala berupa asites, penyebaran kanker ke omentum,
kembung, mual gangguan nafsu makan, gangguan buang air besar dan
kecil, dan dapat juga terjadi gejala sesak nafas ini disebabkan karena
penumpukan cairan dirongga dada.
E. Patofisiologi
Penyebab pasti kanker ovarium tidak ketahui namun multifaktoral.
Resiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan faktor
lingkungan, reproduksi dan genetik. Faktor-faktor lingkungan yang
berkaitan dengan kanker ovarium epiteliel terus menjadi subjek perdebatan
dan penelitian. Insidentertinggi terjadi di industry barat. Kebiasaan makan,
kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, tidak hamil dan
penggunaan bedak talek pada daerah vagina,semua itu dianggap mungkin
menyebabkan kanker.
Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan
mungkin dapat mencegah. Terapi penggantian estrogen pascamenopause
untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat
kanker ovarium. Gen-gen supresor tumor seperti BRCA-1 dan BRCA-2
telah memperlihatkan peranan penting pada beberapa keluarga. Kanker
ovarium herediter yang dominan autosomal dengan ovarium. Bila yang
menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50 % kesempatan
untuk menderita kanker ovarium.
Lebih dari 30 jenis neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Kanker
ovarium dikelompokkan dalam tiga kategori besar; (1) tumor-tumor
epiteliel (2) tumor stroma gonad ;dan (3) tumor-tumor sel germinal.
Keganasan epiteliel yang paling sering adalah adenomakarsinoma serosa.
Kebanyakan neoplasma epiteliel mulai berkembang dari permukaan
epitelium,atau serosa ovarium.
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur
yang berdekatan dengan abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti
sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan.
Keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan
intraperitoneal. Limfasik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan
jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjer pada pelvis dan
kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal kanker
ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala atau
tanda spesifik.
Gejala tidak pasti akan muncul seiring dengan waktu adalah
perasaan berat pada pelvis, sering berkemih, dan disuria, dan perubahan
gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat
kenyang, dan konstipasi.pada beberapa perempuan dapat terjadi
perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium bila
tumor menghasilkan estrogen, beberapa tumor menghasilkan testosteron
dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen
dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor, ruptur, atau
torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering terdeteksi selama
pemeriksaan pelvis rutin.
Pada perempuan pramenopause, kebanyakan massa adneksa yang
teraba bukanlah keganasan tetapi merupakan kista korpus luteum atau
folikular. Kista fungsional ini akan hilang dalam satu sampai tiga siklus
menstruasi. Namun pada perempuan menarkhe atau pasca menopause,
dengan massa berukuran berapapun, disarankan untuk evaluasi lanjut
secepatnya dan mungkin juga eksplorasi bedah.
Walaupun laparatomi adalaha prosedur primer yang digunakan
untuk menentukan diagnosis, cara-cara kurang invasif, )misal CT-Scan,
sonografi abdomen dan pelvis) sering dapat membantu menentukan
stadium dan luasnya penyebaran. Lima persen dari seluruh neoplasma
ovarium adalah tumor stroma gonad ; 2 % dari jumlah ini menjadi
keganasan ovarium. WHO (World Health Organization),
mengklarifikasikan neoplasma ovarium ke dalam lima jenis dengan
subbagian yang multipel. Dari semua neoplasma ovarium, 25 % hingga 33
% tardiri dari kista dermoid; 1% kanker ovarium berkembang dari bagian
kista dermoid. Eksisi bedah adalah pengobatan primer untuk semua tumor
ovarium, dengan tindak lanjut yang sesuai, tumor apa pun dapat ditentukan
bila ganas.
F. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis stadium dini pada kanker ovarium mash kurang spesifik
dan sensitifmuncul pada stadium dini. Selain dilakukannya anamnesis dan
pemeriksaan fisik, perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang,
yaitu:
1. USG : Pemeriksaan ini dapat membedakan tumor kistik dengan tumor
padat. Disamping itu, pemeriksaan ini relatif murah dibandingkan
pemeriksaan lainnya. Pada tumor yang padat, risiko keganasan
semakin meningkat dan menurun pada masa yang kistik. Pada
pemeriksaan dengan USG transvaginal akan memiliki hasil yang
tajam, karena melalui pemeriksaan ini dapat dijabarkan morfoiogi dari
kanker ovarium dengan baik. Tiga kategori morfoiogi yang dijabarkan
adalah volume, struktur dinding, dan struktur septum kanker.
2. Computed Tomography Scanning (CT-Scan) Melalui pemeriksaan ini
dapat diketahui ukuran kanker primer, metastasis ke hepar dan
kelenjar getah bening, asites, dan penyebaran ke dinding perut.
Namun, terdapat beberapa kekurangan dari CT-Scan, yaitu
terdapatnya risiko radiasi, reaksi alergi terhadap kontras, kurang tegas
dalam membedakan tumor kistik dan padat, dan biaya yang mahal.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI dan CT-Scan memiliki
fungsi yang hampir sama, namun MRI tidak lebih baik dalam hal
diagnostik, menggambarkan perjalanan penyakit dan dalam
menentukan lokasi tumor di abdomen atau pelvis. Dengan demikian,
dalam melakukan evaluasi kanker ovarium lebih dianjurkan dengan
pemeriksaan CT-Scan.
4. Pemeriksaan Tumor Markers CA 125 merupakan antigen yang terkait
dengan keganasan dari epitel ovarium. Permukaan epitel ovarium
tidak menghasilkan CA 125, kecuali pada keadaan kista inklusi,
terjadinya metaplasia pada epitel ovarium, dan yang mengalami
pertumbuhan papiler.
5. Pemeriksaan sitology Pemeriksaan ini terutama dilakukan pada
sitologi dari asites. Pada pemeriksaan ini paling sering ditemukan
adanya sel adenokarsinoma.
6. LaparaskopiPemeriksaan ini membantu deteksi dini kanker ovarium.
Fungsinya adalah sebagai diagnostik kanker yang masih belum
ditegakkan. Ketika pemeriksaan USG dan CA 125 yang mash
mencurigakan keganasan dan hasil pemeriksaan sitologi yang mash
belum dalam menentukan penyebabnya,dapat dilakukan laparoskopi
untuk lebih memastikannya.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kaker ovarium meliputi tindakan pembedahan
yang bertujuan untuk pengobatan dan penentuan stadium surgical. Terapi
pembedahan termasuk histerektomi, salpingo-ooforektomi, omentektomi,
pemeriksaan asites, bilasan peritoneum, dan mengupayakan debulking
optimal ini dilakukan jika tumor residu kurang dari 1 cm, limfadenektomi
(pengambilan sampel untuk pemeriksaan histopatologi) pada stadium awal,
stadium I A dan I B derajat 1 dan 2, atau semua stadium pada jenis tumor
potensial rendah pada ovarium. Kemudian dilakukan observasi dan
pengamatan lanjut dengan pemeriksaan CA-125.
Pasien dengan stadium I A derajat 1 dan 2 jenis epitel mempunyai
kesintasan hidup 5 tahun 95% dengan atau pemberian emoterapi. Setelah
selesai pengobatan dengan kemoterapi, ada 3 pilihan yang diterapkan pada
pasien kanker ovarium yaitu: Observasi, kemudian teruskan pengobatan,
apabila tumor regresi tapi belum hilang seluruhnya maka dilakukan terapi
dengan emoterapi lain. Biasanya diberikan hexamethimalamin agar tidak
menimbulkan tumor yang residif penataksanaan kanker ovarium sangat
ditentukan oleh stadium kanker dan keadaan umum penderita. Adapun
penatalaksanaan kanker ovarium adalah sebagai berikut:
1. Terapioperasi Teradapat beberapa teknik operasi : Laparatomi Untuk
memastikan stadium kanker ovarium. Operasi ini termasuk
pengangkatan uterus dan sepasang adneksanya, omentum mayus,
pembersihan kelenjar limfe pelvis, dan para-aorta abdominal, serta
pemeriksaan sitologi kavum abdomen (asites).
2. Operasi sitored uk si Operasi ini bertujuan untuk mengangkat sebagian
besar ataupun seluruh kanker. Keberhasilan dinyatakan alas dasar
tertinggalnya lesi dengan diameter kurang dari 2 cm. Keberhasilan ini
berhubungan dengan pemulihan kekuatan anti kanker tubuh, kondisi
kondusif bagi radioterapi, kemoterapi dan lain-lain. Operasi
eksploratif kedua Tujuan dilakukan operasi ini adalah memberikan
dasar bagi penghenlian emoterapi atau mengubah kemoterapi dan
metode terapi, serta mengangkat lesi ganas yang telah ditemukan.
3. Kemoterapi : Kemoterapi pada tindakan penyembuhan kanker
ovarium sangatlah penting. Tindakan ini akan lebih efektif pada
pasien yang telah berhasil menjalani operasi sitoreduksi. Karena
kanker ovarium pada umumnya menyebar pada rongga abdomen dan
pelvis, maka setelah operasi dilakukan kemoterapi gabungan intra-
abdomen dan inravena. Agar dalam pemberiannya obat dapal merata
pada kavum abdomen, cairan infus intra-abdomen diberikan sebanyak
2000 ml. Selain itu dapat dilakukan pemberian obat secara intra-arleri.
Fungsinya untuk meninggikan konsentrasi obat pada arteri. Untuk
melakukan terapi metastasis parenkim hati dapat dengan kemoterapi
menggunakan kateterisasi per kutan arteri gastroepiploika dekstra
hingga mencapai arteri hepatika komunis atau kateterisasi per kutan
arteri femoralis ke arterti hepatika. Terapi umumnya diberikan dalam
jumlah 6-8 kuur.
4. Radioterapi Tidak semua kanker dapat disembuhkan dengan terapi
radiasi, sehingga metode ini bukanlah metode yang utama. Namun
pada kanker disgerminoma dapat disembuhkan dengan cara
radioterapi, karena kanker ini sangat peka terhadap radiasi.

H. Komplikasi
Menurut smart patient (2018), komplikasi umum dari ca. ovarium
adalah sebagai berikut:
1. Pecahnya tumor menyebabkan gejala sakit perut, mual, dan muntah
yang parah.
2. Torsi tumor (twist) : drainase vena terhalang oleh tumor yang
menyebabkan penyumbatan. Penderita diserang rasa sakit yang parah
di perut bagian bawah disertai dengan rasa mual, muntah, dan syok
bila kondisinya menjadi lebih parah.
3. Infeksi: demam, sakit perut, distensi perut, peningkatan jumlah sel
darah putih, dan peningkatan suhu tubuh yang akan menyebabkan
perbedaan perioritas (radang pada lapisan dalam perut yang melapisi
organ tubuh).
4. Perubahan tumor jinak menjadi ganas: tumor tumbuh dengan cepat
dalam waktu singkat. Pasien merasa kembung dibagian perut atau
lambung, kehilagan nafsu makan.
5. Gejala anemia : pasien stadium lanjut mengalami gejala pendarahan,
kehilangan nafsu makan, obstruksi usus, penurunan berat badan,
kehilangan energy, rasa tidak nyaman pada perut.

Anda mungkin juga menyukai