Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

KANKER OVARIUM

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi/Pengertian
Kanker ovarium adalah kanker yang dimulai di ovarium (American Cancer Society,
2013), keganasan ini dapat langsung berawal dari lesi primer pada struktur normal ovarium
atau merupakan lesi dari metastase kanker yang berawal di organ tubuh lain (Green, 2013).
Kanker ovarium adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel tidak lazim (kanker) pada satu
atau dua bagian indung telur. Indung telur sendiri merupakan salah satu organ reproduksi
yang sangat penting bagi perempuan. Dari organ reproduksi ini dihasilkan telur atau ovum,
yang kelak bila bertemu sperma akan terjadi pembuahan (kehamilan). Indung telur juga
merupakan sumber utama penghasil hormone reproduksi perempuan, seperti hormon
estrogen dan progesteron.
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beranekaragam, dapat
berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat
histiologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).

2. Epidemiologi
Penyakit ini mempunyai angka kejadian sekitar 13,8 wanita per 100.000. Sayang sekali,
sekitar 75% dari kasus dideteksi pada tahap lanjut. Amatlah sulit untuk mendiagnosa dan
unik sehingga kemungkinan kondisi ini merupakan awal dari banyak kanker primer dan
mungkin menjadi tempat metastasis dari kanker lainnya. Kondisi ini membawa angka
kematian 14.500 setiap tahunnya dan merupakan penyebab prevalen keenam dari kematian
akibat kanker pada wanita. Sebagian kasus mengenai wanita antara usia 50 tahun sampai 59
tahun. Insidens tertingginya adalah Negara-negara industry, kecuali jepang, yang insidennya
rendah. (Brunner&Suddarth, 2002)
Sebanyak 24.000 kasus baru kanker ovarium yang tercatat hanya merupakan 25% dari
seluruh kanker ginekologis yang didiagnosis di AS pada tahun 1994. Akan tetapi, penyakit
ini merupakan penyebab kematian utama (13.600 kematian pada tahun 1994) pada wanita
dengan kanker ginekologis. Insidensi tertinggi kanker ovarium dilaporkan terjadi pada
negara-negara dengan tingkat industrialisasi yang tinggi. ACS memperkirakan bahwa 1 dari
setiap 70 wanita akan menderita kanker ovarium semasa hidupnya.

3. Etiologi
Tidak ada faktor penyebab defenitif yang telah ditetapkan, tetapi kontraseptif oral
tampak memberikan efek protektif. Hereditas dapat berperan dalam menimbulkan penyakit
ini, dan banyak dokter menyarankan pemeriksaan pelvis bimanual bagi wanita yang
mempunyai satu atau dua orang saudara dengan kanker ovarium. (Brunner&Suddarth, 2002)
Menurut Hidayat (2009) ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul
kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan, membuat diagnosis
tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, sering kali sudah bukan stadium dini.
Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di
luar ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan
hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
a. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel
epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan
sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel
tumor.
b. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker
ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung
reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi
pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.

4. Faktor - Faktor Risiko :


Adapun faktor risiko terjadinya kanker ovarium berdasarkan Brunner dan Suddarth,
(2002) :
 Diet tinggi lemak
 Merokok
 Alcohol
 Penggunaan bedak talk perineal
 Riwayat kanker payudara
 Kolon atau endometrium
 Riwayat keluarga dengan kanker payudara dan ovarium
 Nulipara
 Infertilitas dan tak ovulasi adalah faktor-faktor resiko

5. Patofisiologi (Pathway Terlampir)


Terdapat 3 jalur tumorigenik yang bertanggung jawab atas heterogenisitas kanker epitel
ovarium. Pertama beberapa kasus berasal dari akumulasi perubahahan generik yang
menyebabkan perubahan kista ovarium jinak menjadi low malignant potential tumor yang
pada akhirnya berkembang menjadi kanker ovarium invasif. Umumnya tumor invasif ini
bersifat low grade dan indolen secara klinis. Ras famili onkogen termasuk K-ras,dan N-ras.
Produksi protein mereka ikut mempengaruhi regulasi siklus sel dan pengaturan proliferasi
sel. Sehingga terjadinya mutasi dari ras ini ikut mempengaruhi proses pertumbuhan kanker
melalui cara kerja penghambatan terhadap apoptosis sel dan peningkatan proliferasi sel.
Sebaliknya kanker invasif yang timbul dari tumor LMP memiliki mutasi pada gen supresor
tumor p53.
Jalur kedua, sekitar 5 sampai 10 persen kanker epitel ovarium merupakan faktor
keturunan. Wanita yang lahir dengan mutasi BRCA hanya memerlukan pemicu pada copy
alelle yang normal untuk menyingkirkan produk BRCA supressor gen. Sehingga kanker
yang berkaitan dengan BRCA berkembang selama 15 tahun sebelum timbulnya kasus.
Setelah itu, BRCA-terkait ovarium dan kanker peritoneal tampaknya memiliki patogenesis
molekul yang unik, membutuhkan inaktivasi p53 untuk mengalami perkembangan. P53
merupakan produk protein yang mencegah sel untuk memasuki tahap pembelahan dan
menghambat menghambat pertumbuhan sel yang tidak terkontrol. Terjadinya mutasi pada
P53 dikaitkan dengan sejumlah kanker.
Ketiga, sebagian besar kanker tampaknya berasal dari sel-sel de novo permukaan
ovarium epitel yang diasingkan dalam kista inklusi dalam stroma ovarium. Sejumlah
peristiwa memicu dan jalur berikutnya telah diusulkan. Sebagai contoh, perbaikan siklik dari
permukaan ovarium selama periode panjang ovulasi berulang membutuhkan proliferasi sel
melimpah. Pada wanita ini , mutasi p53 spontan yang timbul selama sintesis DNA yang
menyertai proliferasi ini tampaknya memainkan peran utama dalam karsinogenesis. Tentu
saja, beberapa jalur perkembangan yang mungkin, berasal dari inaktivasi gen awal tak
terhitung.
Gen BRCA 1 dan BRCA 2 yang merupakan protein gen supresor tumor yang
berinterkasi dengam rekombinan DNA perbaikan protein, untuk menjaga keutuhan struktur
kromosom. Mutasi pada BRCA1 dan BRCA 2 menyebabkan ketidakstabilan genetik
sehingga sel berisiko untuk mengalami perkembangan malignan. Gen BRCA 1 ini berada
pada kromosom 17q21. Pasien yang terbukti menderita mutasi pada gen ini memilki risiko
tinggi menderita kanker payudara sebesar 45 sampai 85% dan ovarium 20 sampai 45%.
BRCA 2 berada pada kromosom 13q12 dan secara umum menurut Chen dan Risch pada
tahun 2006 mengarah pada kanker payudara sebesar 30 sampai 50% dan kanker ovarium
sebesar 10 sampai 20% (Antonio, 2007).

6. Klasifikasi
Klasifikasi kanker ovarium berdasarkan World Health Organization (WHO)
• Adenocarcinoma serous
Setengah dari seluruh kanker ovarium epitel memiliki histologi serosa. Mikroskopik,
sel-sel mungkin menyerupai epitel tuba fallopi pada tumor diferensiasi baik atau sel
anaplastik dengan nukleus atipik pada tumor diferensiasi buruk. Pada tumor
diferensiasi baik, struktur papiler nampak pada daerah kistik, dan sering diidentifikasi
psammoma bodies. Selama evaluasi frozen section, psammoma bodies pada dasarnya
pathognomonis dari suatu kanker ovarium tipe serosa. Seringkali tumor ini
mengandung berbagai jenis sel lain sebagai komponen minor (<10 persen) yang dapat
menyebabkan masalah diagnostik tapi tidak mempengaruhi hasil. (Rasjidi, 2007:86)
• Tumor mucin (Adenocarcinoma mucinous)
Sekitar 5-10% kanker epitel ovarium adalah adenokarsinoma mucinous. Frekuensi ini
biasanya berlebihan karena ada tumor primer dari apendiks dan kolon yang tidak
terdeteksi. Tumor ovarium mucinous berdiferensiasi baik mirip adenokarsinoma yang
mensekresi musin yang berasal dari usus atau endoservikal. Secara histologi,
perbedaan mungkin sulit tanpa korelasi klinis. Pseudomyxoma peritonei adalah istilah
klinis yang digunakan untuk menggambarkan temuan bahan mukoid atau gelatin di
rongga pelvis dan abdomen yang dikelilingi oleh kapsul berserat tipis. Kanker ovarium
mucinous dengan asites jarang menyebabkan kondisi ini, dan ada bukti yang
meyakinkan bahwa tumor ovarium mucinous terkait dengan pseudomyxoma peritonei
hampir semua metastasis dan bukan tumor primer. Akibatnya, appendiks dan daerah
usus lainnya lainnya asal harus dieksklusi. Tumor appendiks primer mungkin relatif
kecil dibanding tumor ovarium dan mungkin tidak diperhatikan secara makroskopik.
Dengan demikian pengangkatan dan pemeriksaan histologis menyeluruh apendiks
ditunjukkan dalam semua kasus pseudomyxoma peritonei.Jika sel epitel peritoneal
menunjukkan jinak atau borderline, kondisi ini disebut sebagai disseminated peritoneal
adenomucinosis. Pasien dengan diagnosis ini memiliki perjalanan klinis jinak atau
lamban. Ketika sel epitel peritoneal muncul ganas, perjalanan klinis selalu fatal.
(Rasjidi, 2007:86)
• Small cell carcinoma
Jenis ini jarang terjadi, sangat ganas, dan terdiri dari dua sub kelompok. Kebanyakan
pasien memiliki tipe hiperkalemia, yang biasanya berkembang pada wanita muda pada
usia 20 tahunan. Hampir semua tumor ini adalah unilateral, dan dua pertiga
berhubungan dengan kadar kalsium serum yang meningkat pasca operasi. Tipe
pulmoner menyerupai kanker oat cell paru-paru dan berkembang pada wanita yang
lebih tua, dan setengah dari kasus memiliki penyakit ovarium bilateral. Secara umum,
pasien dengan small cell kanker sel kecil meninggal dalam waktu 2 tahun dari
perkembangan penyakit. (Rasjidi, 2007:86)
• Adenokarsinoma endometrioid
Sekitar 15 sampai 20 persen dari kanker ovarium epitel adalah adenokarsinoma
endometrioid, jenis histologis kedua yang paling umum. Namun, hasil frekuensinya
lebih rendah karena tumor endometrioid diferensiasi buruk dan tumor serosa tidak
dapat dibedakan dengan mudah, dan kasus tersebut biasanya diklasifikasikan sebagai
tumor serosa.. Akibatnya, tumor endometrioid diferensiasi baik yang lebih umum
ditemukan, yang juga menjelaskan prognosis tumor ini relatif baik. Variasi tipe sel
endometrioid berdiferensiasi baik menyerupai adenocarcinoma dari endometrium,
sering menunjukkan gambaran yang sama (diferensiasi skuamosa). Psammoma bodies
kadang-kadang dapat muncul. Adenokarsinoma endometrioid berdiferensiasi buruk
memiliki bentuk utama padat. Area dengan gambaran residu mikroglanduler
membedakan tumor ini dari serosa atau tipe histologi undifferentiated. (Rasjidi,
2007:86)
• Malignant mixed müllerian tumor
Tumor ini jarang terjadi, mewakili kurang dari 1 persen dari kanker ovarium dan
secara histologis mirip dengan tumor primer uterus. Menurut definisi, tumor
mengandung unsur ganas epitel dan mesenkim. (Rasjidi, 2007:86)
• Clear cell adenocarcinoma
Terdiri dari 5 sampai 10 persen dari kanker epitel ovarium, clear cell adenocarcinoma
adalah yang paling sering dikaitkan dengan endometriosis pelvis. Munculnya tumor ini
sama dengan clear cell carcinoma yang berkembang secara sporadis dalam uterus,
vagina, dan serviks. Secara mikroskopis, baik clear cell dan "hobnail" merupakan
karakteristik. Pada clear cell, hasil sitoplasma terlihat jelas dari pelarutan glikogen
sebagai spesimen jaringan secara histologis. Hobnail cell memiliki inti sel bulat yang
menonjol jauh ke dalam lumen kistik di luar batas sitoplasma dari sel. Foto mikto
spesimen histologi dari clear cell adenocarcinoma. (Rasjidi, 2007:86)
• Tumor sel transisional atau Tumor Brenner
Sejumlah kurang dari 5 persen kanker ovarium, ditandai secara histologi oleh adanya
komponen Brenner. Pasien dengan kanker sel transisional memiliki prognosis lebih
buruk dibandingkan dengan tumor ganas Brenner tapi lebih baik dibandingkan dengan
jenis histologis lain kanker ovarium epitel . Mikroskopis, menyerupai kanker kandung
kemih utama namun memiliki pola immunoreactive konsisten dengan asal dari
ovarium. (Rasjidi, 2007:86)
• Malignant Brenner tumor
Malignant Brenner tumor merupakan kanker ovarium yang jarang, dicirikan dengan
koeksistensi kanker sel transisional diferensiasi buruk dan fokus yang diselingi tumor
jinak atau tumor Brenner borderline. Mikroskopik, komponen sel transisional
menyerupai kanker yang timbul dari saluran kemih, sering berupa diferensiasi
skuamosa. Tumor Brenner ditandai dengan bagian padat yang mendominasi, stroma
fibrosa dengan sarang sel epitel transisional. (Rasjidi, 2007:86)
• Kanker sel skuamosa
Jarang sekali tumor dapat diklasifikasikan sebagai kanker sel skuamosa primer. Pada
kenyataannya, ini adalah kategori terbaru yang diakui. Lebih umum, kanker sel
skuamosa berasal dari teratoma kistik mature (kista dermoid) dan diklasifikasikan
sebagai tumor ganas sel benih ovarium. Dalam kasus lain, varian endometrioid
ovarium mungkin memiliki diferensiasi skuamosa yang luas, atau sebagai alternatif,
metastasis primer dari serviks. (Rasjidi, 2007:86)
• Mixed carcinoma
Jenis sel tumor campuran merupakan kombinasi umum yang meliputi campuran clear
cell-endometrioid atau serous-endometrioid adenocarcinoma. (Rasjidi, 2007:86)
• Undifferentiated carcinoma
Jarang sekali tumor ovarium epitel berdiferensiasi buruk diklasifikasikan sebelumnya
ke dalam salah satu jenis mullerian. Mikroskopik, sel-sel tersebut diatur dalam
kelompok padat atau lembaran dengan banyak aktivitas mitosis dan ditandai dengan
sitologi yang atipik. Biasanya, fokus kanker mullerian di dalam tumor berupa serosa.
Secara keseluruhan, undifferentiated carcinoma ovarium memiliki prognosis yang
sangat buruk dibandingkan dengan jenis histologis lain. (Rasjidi, 2007:86)
• Small Cell Carcinoma
Jenis ini jarang terjadi, sangat ganas, dan terdiri dari dua sub kelompok. Kebanyakan
pasien memiliki tipe hiperkalemia, yang biasanya berkembang pada wanita muda pada
usia 20 tahunan. Hampir semua tumor ini adalah unilateral, dan dua pertiga
berhubungan dengan kadar kalsium serum yang meningkat pasca operasi. Tipe
pulmoner menyerupai kanker oat cell paru-paru dan berkembang pada wanita yang
lebih tua, dan setengah dari kasus memiliki penyakit ovarium bilateral. Secara umum,
pasien dengan small cell kanker sel kecil meninggal dalam waktu 2 tahun dari
perkembangan penyakit. (Rasjidi, 2007:86)
• Karsinoma Primer Peritoneal
Sampai dengan 15 persen dari kanker ovarium epitel adalah karsinoma primer
peritoneal yang timbul de novo dari lapisan pelvis dan abdomen. Dalam beberapa
kasus, terutama di kalangan carrier mutasi BRCA1, transformasi maligna independen
terjadi pada daerah peritoneal secara bersamaan. Secara klinis dan histologi, tumor ini
hampir tidak bisa dibedakan dari kanker ovarium epitel. Namun, kanker peritoneal
primer dapat berkembang pada wanita beberapa tahun setelah menjalani Bilateral
Salphingoforektomi . Jika ovarium masih ada, beberapa kriteria yang diperlukan untuk
membuat diagnosis. Sejauh ini, varian yang paling umum adalah papiler serous, tapi
beberapa jenis histologis lain yang masih memungkinkan. Secara umum
pengklasifikasian, pengobatan, dan prognosis dari kanker peritoneal primer adalah
sama seperti untuk kanker ovarium epitel. Diagnosis diferensial meliputi
mesothelioma ganas. (Rasjidi, 2007:86)
• Karsinoma Tuba Falopii
Kasus ini jauh lebih jarang daripada tumor ovarium epitel, kanker tuba fallopi
memiliki kesamaan klinis yang mirip. Untuk sebagian besar, faktor risiko, jenis
histologis, pengklasifikasian bedah, pola penyebaran, pengobatan, dan prognosis
sebanding. Dianggap sebagai kanker utama dari tuba fallopi, tumor harus berada
secara makroskopik dalam tuba atau akhir dari fimbriae. Selain itu, uterus dan ovarium
tidak boleh mengandung kanker, atau jika ada, maka jelas berbeda dari lesi tuba falopi.
(Rasjidi, 2007:86)
• Tumor Sekunder
Tumor ganas yang bermetastasis ke ovarium hampir selalu bilateral. Tumor
Krukenberg merujuk pada suatu metastasis adenocarcinoma mucinous-signet ring cell
dari ovarium yang biasanya tumor primer berasal dari dari saluran intestinal.
Metastasis ovarium sering merupakan tahap akhir penyebaran penyakit di mana
metastase secara hematogen juga ditemukan. (Rasjidi, 2007:86)

7. Gejala Klinis
Adapun gejala klinis pada kanker ovarium menurut Brunner daan Suddarth, (2002) :
 Haid tidak teratur
 Ketegangan menstrual yang terus meningkat
 Darah menstrual yang banyak (monaragia) dengan nyeri tekan pada payudara
 Menopause dini
 Rasa tidak nyaman pada abdomen
 Dyspepsia
 Tekanan pada pelvis, dan sering berkemih.
Gejala-gejala ini biasanya samar, tetapi setiap wanita dengan gejala-gejala
gastrointestinal dan tanpa diagnosis yang diketahui harus dievaluasi dengan menduga
kanker ovarium. Flatulenes, rasa begah setelah makan makan makanan kecil, dan
lingkar abdomen yang terus meningkat merupakan gejala-gejala signifikan.Kombinasi
dari dua isyarat utama-riwayat disfungsi ovarium jangka panjang dan gejala-gejala
gastrointestinal samar, takterdiagnosa, menetap-harus menyadarkan perawat terhadap
kemungkinan malignansi ovarium dini. Setiap ovarium yang teraba pada wanita yang
telah melewati menopause biasanya diperiksa karena ovarium menyusut setelah
menopause.

8. Pemeriksaan Fisik
Adapun pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada pasien Kanker Ovarium :
 Sistem integumen
Pada pasien dengan Kanker Ovarium tidak ada peruahan pada sistem integumennya.
 Kepala
Pada pasien dengan Kanker Ovarium tidak terdapat perubahan pada sisi kepalanya
bentuk ataupun luka pada kepala
 Wajah
Pada pasien dengan Kanker Ovarium wajah pasien terlihat meringis arena nyeri yang
dialami
 Mata
Pada pasien dengan Kanker Ovarium tidak terdapat kelainan pada mata
 Leher
Pada pasien dengan Kanker Ovarium bentuk leher simetris, kelenjar limfa tidak
terdapat pembesaran kecuali adanya metastate kanker

 Thorak
Pada pasien dengan Kanker Ovarium biasanya tida terdapat kelainan pada thorak,
namun apabila sudah stadium lanjut mengalami sesak nafas pada dada, nafas dada
progresif.
 Sistem neurologi
Pada pasien dengan Kanker Ovarium tida terdapat kelainan pada neurologinya
 Abdomen
Pada pasien dengan Kanker Ovarium sering merasa adomen tegang atau nyeri
(sedang/berat) dan terasa tertekan pada perut. Biasanya terdapat massa
abdominopelvic
 Pelvis
Dengan menggunaan spekulum dilakukan inspeksi servik yaitu warna,bentuk, dilatasi
servik, erosi, perdarahan, cairan pervagina, luka atau lesi. Setelah spekulum dilepas
dapat dilakukan pemeriksaan bimanual yaitu, memasukka dua jari kedalam vagina
untuk pemeriksaan dinding posterior vagina (adanya massa,ukuran bentuk,
konsistensi, mobilitas uterus, mobilitas ovarium, adneksa)
 Genetalia eksterna
Inspeksi dan palpasi dengan posisi litotomi bertujuan untuk mengkaji kesesuaian umur
dengan perembangan sistem reproduksi kondisi rambut pada simpisis pubis dan vulva,
kulit dan mukosa vulva, tanda-tanda peradangan, bengkak dan pengeluaran cairan
vagina
 Vagina
Pada pasien dengan Kanker Ovarium sering mengalami haid yang tida teratur dan
pendarahan pervagina dan sering mengalami keganasan

9. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik pada kanker ovarium yaitu :
 Ultrasonografi (USG)
USG adalah cara pemeriksaan invasif yang lebih murah. Dengan USG dapat secara
tegas dibedakan tumor kistik dengan tumor yang padat. Pada tumor dengan bagian
padat (echogenik) persentase keganasan makin meningkat. Sebaliknya, pada tumor
kistik tanpa ekointernal (anechogenic) kemungkinan keganasan menurun.
Pemakaian USG transvaginal (transvaginal color flow doppler) dapat
meningkatkan ketajaman diagnosis karena mampu menjabarkan morfologi tumor
ovarium dengan baik. Pemakaian USG transvaginal color Doppler dapat
membedakan tumor ovarium jinak dengan tumor ovarium ganas.
 Computed Tomography Scanning (CT-Scan)
Pemakaian CT-Scan untuk diagnosis tumor ovarium juga sangat bermanfaat.
Dengan CT-Scan dapat diketahui ukuran tumor primer, adanya metastasis ke hepar
dan kelenjar getah bening, asites, dan penyebaran ke dinding perut. CT-Scan
kurang disenangi karena (1) risiko radiasi, (2) risiko reaksi alergi terhadap zat
kontras, (3) kurang tegas dalam membedakan tumor kistik dengan tumor padat, dan
(4) biaya mahal.
 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Jika dibandingkan dengan CT-Scan, MRI tidak lebih baik dalam hal diagnostic,
menggambarkan penjalaran penyakit, dan menentukan lokasi tumor di abdomen
atau pelvis.
 Laboratorium
Evaluasi perioperatif untuk kecurigaan kanker ovarium meliputi pemeriksaan darah
lengkap dan hitung jenis, kimia darah, urinalisis, sitologi serviks dan vagina,
pemeriksaan radiologi dada dan perut, pielografi intravena, barium enema dan
mungkin uji fungsi hati, profil koagulasi, pemeriksaan gastrointestinal serial.
 Parasentesis cairan asites
Dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita dengan asites yang disertai
massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian
yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi rongga perut.
 Tumor marker, serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering
digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai
keterbatasan.

10. Diagnosis
Setiap pembesaran ovarium harus diselidiki. Pemeriksaan pelvis tidak akan
mendeteksi dini kanker ovarium dan teknik pencitraan pelvis tidak selalu definitive.
Sekitar 75% dari kanker ovarium telah bermetastasis ketika didiagnosis, sekitar 60% telah
menyebar di luar pelvis.
Dari banyak tipe sel kanker ovarium yang berbeda, tumor epitel menepati 90% dari
semua jenis. Tumor sel germinal dan tumor stromal menempati 10% dari kondisi ini.
(Brunner&Suddarth, 2002)

11. Penatalaksanaan
Pengangkatan melalui tindakan bedah adalah pengobatan pilihan, dengan pemeriksaan
praoperatif termasuk enema barium, proktosigmoidoskopi, pemeriksaan GI atas, rontgen
dada, dan urografi intravena(IVU). Pentahapan tumor merupakan aktivitas yang penting
yang digunakan untuk mengarahkan pengobatan.
Histerektomi abdomen total dengan pengangkatan tuba fallopi dan ovarium serta
omentum (salpingo-oofarektomi bilateral dan omentektomi) adalah prosedur standar untuk
penyakit tahap dini. Kemudian, terapi radiasi dan implantasi fastor 32 (32P)
intraperitoneal, isotop radioaktif, dapat dilakukan setelah pembedahan. Kemoterapi,
dengan preparat tunggal atau multiple, tetapi biasanya termasuk sisplantin, siklofosfamid,
atau karboplatin juga digunakan.
Paktilaksel (Taxon) merupakan kontraindikasi pada pasien dengan hipersinsitivitas
terhadap medikasi yang terdapat dalam minyak kastor polioksietilat dan pada pasien
dengan neutropenia dasar. Efek jantung yang merugikan juga berkaitan dengan taxol.
Hipotensi, dispnea, angioedema, dan urtikaria merupakan reaksi hebat yang biasanya
terjadi segera setelah dosis pertama dan kedua diberikan. Perawat harus menyiapkan diri
dengan tindakan profilaktik.
Laparotomi dilakukan pada bebereapa pusat klinik untuk mengevaluasi hasil
pengobatan dan untuk mendapat sampel jaringan multiple untuk biopsy. Kadang kateter
dipasang jika preparat radioaktif akan digunakan pascaoperatif. Kemoterapi adalah bentuk
pengobatan yang paling umum pada penyakit yang telah lanjut. (Brunner&Suddarth, 2002)
Penatalaksanaan Keperawatan
Setelah data lain dikaji dan dievaluasi, tindakan keperawatan termasuk yang
berhubungan dengan berbagi rencana perawatan pasien, bisa pembedahan, radiasi,
kemoterapi, atau paliasi. Dukungan emosional, tindakan menyamankan, dan informasi,
ditambah perhatian dan kasih sayang merupakan bantuan yang bermakna bagi pasien dan
keluarga.
Pasien yang menjalani bedah pelvis untuk mengangkat tumor diamati dan diobati
seperti pasien lain yang menjalani bedah abdomen. Jika kanker ovarium terjadi pada
wanita muda dan tumor yang dideritanya adalah unilateral, maka tumor tersebut akan
diangkat. Kehamilan, bila diinginkan, dianjurkan dalam waktu dekat. Setelah melahirkan,
bedah re-eksplorasi dapat dilakukan dan ovarium yang tersisa diangkat. Jika kedua
ovarium terkena, maka dilakukan pembedahan dan kemoterapi mengikuti tindakan
pembedahan.
Sisplatin digunakan dengan sering dalam pengobatan kemoterapeutik kanker ovarum,
baik sendiri maupun kombinasi dengan preparat lain, dan dalam penggunaan
intraperitoneal. Pasien mungkin membutuhkan transplantasi sumsum tulang untuk
mengatasi kanker ovarium.
Pasien dengan kanker ovarium lanjut dapat mengalami asites dan efusi pleural.
Asuhan keperawatan dapat mencakup pemberian IV untuk menghilangkan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, memberikan nutrisi parenteral total (NPT) agar
nutrisi adekuat, memberikan perawatan pascaoperatif setelah bedah pintas intestinal untuk
menghilangkan obstruksi, dan menangani selang-selang.
Terapi radiasi merupakan pengobatan pilihan untuk karsinoma sel skuamosa serviks,
tergantung pada tahap kanker tersebut. Bagaimanapun ada kanker uterus dan ovarium,
radiasi biasanya sebagai penanganan tambahan setelah pembedahan.
Terapi radiasi intraoperatif (IORT) menggunakan suatu penyinaran elektron yang
diarahkan pada tempat yang sakit. Iradiasi peradangan langsung ini dapat digunakan ketika
nodus para-aortik terkena atau untuk neoplasma yang tidak dapat direseksi atau sabagian
dapat direseksi. IORT biasanya dikombinasi dengan radiasi penyinaran eksternal baik
praoperatif maupun pascaoperatif. (Brunner&Suddarth, 2002)

12. Komplikasi
Menurut De Jong, W (2003) komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
a. Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke strukturstruktur yang
berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih tumor melalui
cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.
b. Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe menuju
pleura.
Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan dari kanker ovarium adalah :
a. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause.
b. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga muncul
masalah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis.
c. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus, asites fistula
dan edema ekstremitas bawah.

13. Prognosis
Prognosis dari kanker ovarium tergantung dari beberapa hal seperti residu tumor,
stadium penyakit, terapi yang diberikan, residu tumor dan usia. Angka harapan hidup 5
tahun untuk kanker stadium I dan II adalah 95% dan untuk stadium III dan IV adalah 31%.
Secara keseluruhan, angka harapan hidup 5 tahun penderita kanker ovarium adalah 53%
(Landis et al., 1998). Angka harapan hidup ini berbeda jika dilihat menurut umur penderita.
Penderita dengan usia kurang dari 50 tahun adalah sekitar 40% (secara keseluruhan),
sedangkan untuk penderita dengan usia lebih dari 50 tahun adalah 15%. The National
Cancer Institutes, menyebutkan bahwa angka harapan hidup 5 tahun penderita kanker
ovarium juga tergantung dari derajat diferensiasi sel tumor serta jenis histopatologinya
(Sloan, 2003).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengumpulan Data
 Identitas pasien
Pada identitas pasien yang perlu dikaji adalah nama,umur, jenis kelamin, suku bangsa,
agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan , alamat, tgl masuk, no rm , dx medis
dan penanggung jawab yang perlu dikaji adalah nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan serta hubungan dengan pasien.
Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama
Pada keluhan utama data yang bisa muncul pada pasien dengan kanker ovarium
kemungkinan pasien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang ditanyakan keluhan pasien saat ini. Kemungkinan data
yang bisa muncul pada pasien dengan kanker ovarium mengeluh nyeri pada perut
bagian kanan bawah. Pasien juga mengatakan menstruasinya tidak teratur dan sangat
sedikit darah yang keluar saat menstruasi. Pasien juga mengeluh mual dan badan
terasa lemah.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Kemungkinan data yang bisa muncul, pasien mempunyai riwayat penyakit yang sama
dengan penyakit yang dialaminya sekarang. Untuk Riwayat penyakit dahulu dapat
ditanyakan kepada pasien riwayat penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi
seperti kanker payudara, infeksi vagina, endometriosis, dll.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Kemungkinan data yang bisa muncul, riwayat keluarga dengan kanker payudara atau
ovarium.

Pengkajian Pola Fungsional Gordon


 Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit :
- Bagaimana pasien menjaga kesehatan ?
- Apakah pasien mengetahui bagaimana hidup sehat ?
- Apakah pasien sering olah raga ?
Saat sakit:
- Apakah pasien tahu tentang penyakit yang diderita, penyebab, dan gejalanya ?
- Apakah pasien mengetahui cara mengatasi, merawat, mengobati penyakit yang
diderita ?
- Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya ?
- Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit ?
Kemungkinan pada pasien kanker ovarium pada pola persepsi terhadap kesehatan,
sebelum dan selama sakit pasien beranggapan bahwa kesehatan merupakan hal yang
terpenting dalam hidupnya, maka bila pasien sakit, pasien langsung memeriksakan
penyakitnya ke puskesmas atau ke pelayanan kesehatan terdekat, namun kemungkinan
pada pasien saat mendapatkan terapi (tergantung stadium) dan pasien di follow up CA
125 untuk melihat kemoterapi pada pasien kurang paparan informasi sehingga
mengalami defisiensi pengetahuan.
 Nutrisi dan Metabolik
Sebelum sakit:
- Makan dan minum: frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi ?
- Apakah ada mengkonsumsi obat-obatan seperti vitamin ?
Saat sakit:
- Apakah klien merasa mual atau muntah atau sulit menelan ?
- Apakah klien mengalami anoreksia ?
- Makan dan minum: frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi ?
Berdasarkan NANDA 2012-2014, Risiko Infeksi dalam domain pola
metabolik/nutrisi karena berhubungan dengan pasien post pembedahan, dimana pada
pasien kanker ovarium terjadi perlukaan akibat pembedahan sehingga ada risiko
masuknya benda asing dan dapat mengakibatkan terjadinya infeksi . (Hal ini
menyebabkan metabolisme dalam tubuh meningkat yang ditandai dengan adanya
peningkatan leukosit (24.000) sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Disamping itu pada pasien kanker ovarium post kemoterapi mengkonsumsi obat cisplatin
yang mengakibatkan pengiriman impuls aferen ke pusat mual (CTZ dan medula
oblongata) menyebabkan respon mual
 Eliminasi
Sebelum sakit:
- Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, warna,
konsistensi, keluhan nyeri ?
- Apakah mengejan saat buang air besar atau buang air kecil sehingga berpengaruh
pada pernapasan ?
Saat sakit:
- Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, waktu, warna,
konsistensi, keluhan nyeri, bau, sejak kapan ?
Pada ilustrasi kasus pasien tidak mengalami gangguan pada eliminasi.
 Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit
- Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari ?
- Apakah mengalami kelelahan saat aktivitas ?
- Apakah mengalami sesak napas saat beraktivitas ?
Saat sakit:
- Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (pendidikan kesehatan, sebagian,
total) ?
- Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk) ?
Pada pasien kanker ovarium perlu dikaji kemampuan ADL seperti makan
minum,mandi, toileting mobilisasi di tempat tidur, kemampuan berpindah, serta ambulasi
ROM apakah pasien melakukannya secara mandiri atau dengan bantuan orang lain atau
bantuan alat. Adapun skor yang dapat diberikan berkaitan dengan pola aktivitas dan
latihan seperti : 0 : Mandiri, 1 : Alat bantu 2 : Dibantu orang lain., 3 : Dibantu orang lain
dan alat, 4: teragntung total.
 Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit:
- Apakah tidur klien terganggu ?
- Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/atau malam ?
- Kebiasaan sebelum tidur ?
- Apakah mengkonsumsi obat sebelum tidur ?
Saat sakit:
- Apakah tidur klien terganggu, penyebab ?
- Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/ atau malam) ?
- Kebiasaan sebelum tidur ?
Pada pasien dengan kanker ovarium tidak ditemukan adanya gangguan pada pola
tidur dan Istirahat.
 Kognitif dan Persepsi Sensori
Sebelum sakit:
- Bagaimana menghindari rasa sakit ?
- Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera dan daya ingat, apa saja ?
- Apakah menggunakan alat bantu (kacamata, dll) ?
Saat sakit:
- Bagaimana menghindari rasa sakit ?
- Apakah mengalami nyeri (P: penyebab rasa nyeri, Q: kualitas nyeri seperti
ditusuk-tusuk, R: terdapat didaerah mana, S: skala 0-10, T: waktu kejadiannya
kapan) ?
- Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja ?
- Apakah merasa pusing ?
Pada pasien dengan kanker ovarium mengalami gangguan pada persepsi nyeri, dan
dapat di lihat dengan pendekatan P, Q, R, S, T .
P : Pada pasien dengan kanker ovarium pemicu nyeri timbul yaitu adanya massa
tumor yang menekan organ sekitar.
Q : Pada pasien dengan kanker ovarium kualitas nyeri seperti
tertusuk tusuk tergantung respon masing – masing individu.
R : Daerah yang di rasakan nyeri yaitu di perut kanan bagian bawah
S : Pada pasien dengan kanker ovarium skala nyeri pasien yaitu skala 8
T : Pada pasien dengan kanker ovarium waktu yang menunjukkan kapan nyeri
hilang dan timbul tergantung setiap wanita atau setiap pasien karena
mempunyai gejala klinis yang berbeda-beda.
 Persepsi dan Konsep Diri
Sebelum sakit :
- Bagaimana klien menggambarkan dirinya ?
Saat sakit :
- Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya ?
- Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya ?
Pada pasien kanker ovarium post kemoterapi mengkonsumsi obat cisplatin yang
merusak sel-sel bukan kanker yang mengakibatkan kerusakan pada sel rambut dan sel
kulit dan efek yang ditimbulkan yaitu kerontokan pada rambut dan perubahan warna
kulit/hipopigmentasi sehingga pada pasien mengalami gangguan citra tubuh.
 Peran dan Hubungan dengan Sesama
Sebelum sakit:
- Bagaimana hubungan klien dengan sesama?
Saat sakit:
- Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, dan dokter)?
- Apakah peran/pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
Pada pasien kanker ovarium tidak ditemukan adanya gangguan pada peran hubungan
dengan sesama.
 Reproduksi dan Seksualitas
Sebelum sakit:
- Apakah ada gangguan hubungan seksual pasien ?
- Apakah waktu menstruasi tepat waktu atau tidak ?
Saat sakit:
- Apakah ada gangguan hubungan seksual pasien ?
Pada pasien dengan kanker ovarium biasanya tidak adanya gangguan pada pola
reproduksi dan seksualitas.
 Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stres
Sebelum sakit:
- Bagaimana menghadapi masalah ?
- Apakah klien stres dengan penyakitnya ?
- Bagaimana klien mengatasinya ?
- Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi ?
Saat sakit:
- Bagaimana menghadapi masalah ?
- Apakah klien stres dengan penyakitnya ?
- Bagaimana klien mengatasinya ?
- Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi ?
Pada pasien dengan kanker ovarium tidak adanya gangguan pada pola mekanisme
koping dan toleransi terhadap stres
 Nilai dan Kepercayaan
Sebelum sakit:
- Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama ?
Saat sakit:
- Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan ?
- Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran Agama
yang dianut ?
- Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut
pandang nilai dan kepercayaan ?
Pada pasien dengan kanker ovarium tidak ditemukan adanya gangguan pada nilai
dan kepercayaan.

Pengkajian Fisik.
Adapun pengkajian fisik yang dapat dilakukan pada pasien Kanker Ovarium :
 Sistem integumen
Pada pasien dengan Kanker Ovarium tidak ada peruahan pada sistem integumennya.
 Kepala
Pada pasien dengan Kanker Ovarium tidak terdapat perubahan pada sisi kepalanya
bentuk ataupun luka pada kepala
 Wajah
Pada pasien dengan Kanker Ovarium wajah pasien terlihat meringis arena nyeri yang
dialami
 Mata
Pada pasien dengan Kanker Ovarium tidak terdapat kelainan pada mata
 Leher
Pada pasien dengan Kanker Ovarium bentuk leher simetris, kelenjar limfa tidak
terdapat pembesaran kecuali adanya metastate kanker
 Thorak
Pada pasien dengan Kanker Ovarium biasanya tida terdapat kelainan pada thorak,
namun apabila sudah stadium lanjut mengalami sesak nafas pada dada, nafas dada
progresif.
 Sistem neurologi
Pada pasien dengan Kanker Ovarium tida terdapat kelainan pada neurologinya
 Abdomen
Pada pasien dengan Kanker Ovarium sering merasa adomen tegang atau nyeri
(sedang/berat) dan terasa tertekan pada perut. Biasanya terdapat massa
abdominopelvic
 Pelvis
Dengan menggunaan spekulum dilakukan inspeksi servik yaitu warna,bentuk, dilatasi
servik, erosi, perdarahan, cairan pervagina, luka atau lesi. Setelah spekulum dilepas
dapat dilakukan pemeriksaan bimanual yaitu, memasukka dua jari kedalam vagina
untuk pemeriksaan dinding posterior vagina (adanya massa,ukuran bentuk,
konsistensi, mobilitas uterus, mobilitas ovarium, adneksa)
 Genetalia eksterna
Inspeksi dan palpasi dengan posisi litotomi bertujuan untuk mengkaji kesesuaian umur
dengan perembangan sistem reproduksi kondisi rambut pada simpisis pubis dan vulva,
kulit dan mukosa vulva, tanda-tanda peradangan, bengkak dan pengeluaran cairan
vagina
 Vagina
Pada pasien dengan Kanker Ovarium sering mengalami haid yang tida teratur dan
pendarahan pervagina dan sering mengalami keganasan
Pemeriksaan Diagnostik
 Ultrasonografi (USG)
USG adalah cara pemeriksaan invasif yang lebih murah. Dengan USG dapat secara
tegas dibedakan tumor kistik dengan tumor yang padat. Pada tumor dengan bagian
padat (echogenik) persentase keganasan makin meningkat. Sebaliknya, pada tumor
kistik tanpa ekointernal (anechogenic) kemungkinan keganasan menurun. Pemakaian
USG transvaginal (transvaginal color flow doppler) dapat meningkatkan ketajaman
diagnosis karena mampu menjabarkan morfologi tumor ovarium dengan baik.
Pemakaian USG transvaginal color Doppler dapat membedakan tumor ovarium jinak
dengan tumor ovarium ganas.
 Computed Tomography Scanning (CT-Scan)
Pemakaian CT-Scan untuk diagnosis tumor ovarium juga sangat bermanfaat. Dengan
CT-Scan dapat diketahui ukuran tumor primer, adanya metastasis ke hepar dan
kelenjar getah bening, asites, dan penyebaran ke dinding perut. CT-Scan kurang
disenangi karena (1) risiko radiasi, (2) risiko reaksi alergi terhadap zat kontras, (3)
kurang tegas dalam membedakan tumor kistik dengan tumor padat, dan (4) biaya
mahal.
 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Jika dibandingkan dengan CT-Scan, MRI tidak lebih baik dalam hal diagnostic,
menggambarkan penjalaran penyakit, dan menentukan lokasi tumor di abdomen atau
pelvis.
 Laboratorium
Evaluasi perioperatif untuk kecurigaan kanker ovarium meliputi pemeriksaan darah
lengkap dan hitung jenis, kimia darah, urinalisis, sitologi serviks dan vagina,
pemeriksaan radiologi dada dan perut, pielografi intravena, barium enema dan
mungkin uji fungsi hati, profil koagulasi, pemeriksaan gastrointestinal serial.
 Parasentesis cairan asites
Dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita dengan asites yang disertai massa
pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga
asites ternyata kista yang memenuhi rongga perut.
 Tumor marker, serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering
digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai
keterbatasan.

Diagnosis Keperawatan
Pre

1. Nyeri akut yang berhubungan dengan agens cedera biolgis yang ditandai dengan
melaporkan nyeri secara verbal, sikap melindungi area nyeri dan mengekspresikan
perilaku
2. PK : Keganasan
Post kemo

1. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan terapi penyakit kanker ovarium ditandai
dengan respons nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh
2. Mual yang berhubungan dengan toksin (metabolit abnormal akibat kanker) ditandai
dengan melaporkan mual
3. Defisiensi pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pajanan informasi ditandai
dengan pegungkapan masalah
Post op

1. Risiko infeksi dengan faktor risiko prosedur invasif pada kanker ovarium
2. Nyeri akut yang berhubungan dengan agens cedera fisik yang ditandai dengan
melaporkan nyeri secara verbal, sikap melindungi area nyeri dan mengekspresikan
perilaku.

Anda mungkin juga menyukai