Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumor ganas ovarium merupakan 20% dari total keganasan reproduksi wanita.
Insiden rata-rata diperkirakan 15 kasus baru per 100.000 populasi wanita setahunnya.Di
Indonesia, karsinoma ovarium menduduki urutan keenam terbanyak dari tumor ganas
pada wanita setelah karsinoma serviks uteri, payudara, kolorektal, kulit dan limfoma.Dari
data WHO menyatakan lebih dari 50 % penderita terdapat di negara berkembang dan
dari penderita ini datang dengan stadium lanjut.
Menurut Indonesian Society of Gynecologic Oncology 2012, kanker ovarium
menduduki urutan kedua terbanyak setelah kanker serviks. Pada tahun 2012, kejadian
kanker ovarium di Indonesia sekitar 354 kasus. Angka kejadian kanker ovarium di
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M. Djamil Padang mengalami kenaikan dari tahun
2011 sebanyak 103 kasus meningkat menjadi 156 kasus pada tahun 2012. Terjadi
peningkatan kasus sebanyak 50% dari tahun 2011 ke tahun 2012. Pada tahun 2011 terjadi
kematian akibat kanker ovarium sebanyak 7 kasus (14%) dan pada tahun 2012 sebanyak
11 kasus (14%).
Kejadian karsinoma ovarium didapatkan pada 1). Wanita dengan riwayat
keluarga kanker ovarium, 2). Wanita yang hidup di negara industri modern, 3). Wanita
nulipara, 4). Wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi oral, 5). Wanita yang sulit
hamil, dan 6). Wanita yang menggunakan obat-obat pemicu ovulasi. Etiologi dari
karsinoma ovarium belum diketahui dengan pasti tetapi ada faktor predisposisi utama
yang diduga sebagai penyebabnya. Faktor-faktor tersebut adalah : faktor genetik, usia,
paritas, bahan kimia eksogen, faktor ovulasi, diet.
Karsinoma ovarium stadium awal biasanya tidak ada gejala atau sering tidak khas
berupa haid yang tidak teratur pada premenopause, sering buang air kecil, konstipasi,
perdarahan abnormal pervaginam, rasa tidak nyaman di abdomen dan distensi abdomen.
Pada saat didiagnosis > 70 % penderita sudah berada pada stadium III dan IV. Karena itu
karsinoma ovarium sering dianggap sebagai pembunuh diam-diam (Silent killer) pada
wanita.Pada stadium lanjut, penderita sering memberikan keluhan yang berhubungan
dengan adanya asites, metastase omentum atau usus yaitu distensi abdomen, rasa penuh,
konstipasi, mual, tidak ada nafsu makan, cepat rasa kenyang.

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan pada pasien kanker ovarium dan anemia ringan Ny
“R” usia 67 tahun di ruang Ginekologi Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny “R” Usia 67 tahun dengan kanker
ovarium residif dan anemia ringan
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu
 Melaksanakan pengkajian terhadap pada Ny “R” Usia 67 tahun
dengan kanker ovarium residif dan anemia ringan
 Melakukan interprtasi data yang meluputi diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada Ny “R” Usia 67 tahun dengan kanker
ovarium residif dan anemia ringan
 Melaksankan antiipasi atau kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera pada Ny “R” Usia 67 tahun dengan kanker ovarium residif dan
anemia ringan
 Merencanakan asuhan kebidanan menyeluruh pada Ny “R” Usia 67
tahun dengan kanker ovarium residif dan anemia ringan
 Melaksanakan asuhan kebidanan yang sudah direncanakan secara
efisien pada Ny “R” Usia 67 tahun dengan kanker ovarium residif dan
anemia ringan
 Melakukan evaluasi yang menyeluruh terhadap asuhan kebidanan
yang diberikan
b. Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus
terkait asuhan kebidanan pada Ny “R” Usia 67 tahun dengan kanker
ovarium residif dan anemia ringan
c. Mahasiswa mampu memberikan alternatif pemecahan pada kesenjangan
teori dan kasus nyata pada penatalaksanaan Ny “R” Usia 67 tahun dengan
kanker ovarium residif dan anemia ringan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Ovarium


2.1.1 Pengertian
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat
berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat
histiologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan
10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas
jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low –
maligna potensial) dan jelas ganas (true malignant) (Priyanto, 2007).
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat. Kanker
ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak di bagian dalam sehingga tidak
mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium lanjut dan telah
menyebar (metastasis) kemana-mana (Wiknjosastro, 2005).

2.1.2 Klasifikasi
Ada 3 jenis kanker ovarium, yaitu:
1. Tumor epitel primer (tumor serosum, tumor mesinosum, kanker endometriod, kanker
sel jernih, tumor brenner, karsinoma diferensiasi). Jenis tumor dengan insiden terbanyak
sekitar 85% lebih banyak pada umur 50 tahun atau lebih
2. Gell cell tumor (dysgerminoma, tumor sinus endodermal, karsinoma embrional,
koriokarsinoma, teratoma). Lebih bnyak terjadi pada wanita muda atau anak-anak
3. Sex-cord stromal tumor (tumor sel granulosa, androblastoma, ginandroblastoma,
fibroma)

2.1.3 Etiologi
Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul kanker, biasanya tanpa gejala
pada awalnya sehingga sulit ditemukan, membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang
dan timbul gejala, sering kali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien kanker
ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar ovarium. Penyebab kanker
ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting

3
dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker
ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel
epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan
sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel
tumor.
2. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker
ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung
reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi
pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.

2.1.4 Faktor Risiko


Menurut Bughman dan Hackley (2000) dan Otto (2005) faktor risiko yang dapat
menjadi penyebab kanker ovarium antara lain sebagai berikut:
1. Diit tinggi lemak
2. Perokok
3. Alkohol
4. Penggunaan bedak tabur pada daerah perineal
5. Riwayat kanker payudara, kolon atau endometrium
6. Nuliparitas
7. Infertilitas
8. Anovulasi
9. Kelompok usia 50-59 tahun
10. Genetik
11. Penggunaan KB hormon estrogen dalam jangka waktu lama tanpa kombinasi
progesteron
12. Riwayat kanker ovarium
13. Endometriosis
14. Menstruasi lebih awal
15. Menopause terlambat
16. Kehamilan pada usia tua

4
2.1.5 Patofisiologi
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor ovarium. Dapat
ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun ke atas, pada
masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor
predisposisi ialah tumor ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan
sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan
implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang
menghasilkan asites (Brunner dan Suddarth, 2002).
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor ovarium
kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas hormonal dan komplikasi
tumor-tumor tersebut.
1. Akibat Pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran perut,
tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam
perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan konstipasi, edema,
tumor yang besar dapat mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa sakit.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon.
3. Akibat Komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak sekonyong-
konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan menimbulkan nyeri perut.
b. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui ligamentum
infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan menimbulkan rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor
Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman patogen
seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akut
d. Robekan dinding kista
Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan
dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus.
e. Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor diangkat perlu
dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan
perubahan keganasan (Wiknjosastro,2005).
5
Tumor ganas merupakan kumpulan tumor dan histiogenesis yang beraneka ragam,
dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat
histiologis maupun biologis yang beraneka ragam, kira-kira 60% terdapat pada usia peri
menopause 30% dalam masa reproduksi dan 10% usia jauh lebih muda.
Tumor ovarium yang ganas, menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta,
medistinal dan supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar ke alat-alat yang jauh terutama
paru-paru, hati dan otak, obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai
penderita tumor ganas ovarium (Harahap, 2003).
2.1.6 Stadium
Stadium Penjelasan

Ia Terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites, tidak ada tumor di
permukaan luar, kapsul utuh
Ib Tumbuh terbatas pada dua ovarium, tidak ada asites, tidak ada
tumor di permukaan luar, kapsul utuh
Ic Sama dengan Ia atau Ib, tetapi dengan tumor pada permukaan luar
atau kapsul pecah atau dengan asites
II Tumbuh pada satu atau dua ovarium dengan penyebaran ke pelvis

IIa Penyebaran atau metastase ke uterus dan atau tuba

IIb Penyebaran ke jaringan pelvis yang lain

IIc Sama dengan IIa atau IIb, tetapi dengan asites

IIIa Tumor terbatas pada pelvis minor tetapi secara mikroskopis terdapat
penyebaran pada permukaan peritonium abdominal, kelenjar getah
bening negative
IIIb Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan inplan pada
permukaan peritonium abdominal tidak lebih dari 2 cm, kelenjar
getah bening negative
IIIc Inplan pada organ intra abdomen dengan diameter lebih dari 2 cm,
dan atau kelenjar getah bening retro peritonial atau inguinal positif
IV Pertumbuhan mengenai satu atau dua ovarium dengan metastase
jauh

2.1.7 Manifestasi Klinis


Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala
umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.

6
1. Stadium Awal
a. Gangguan haid (siklus tidak teratur, peningkatan ketegangan premenstuasi,
menoragi)
b. Nyeri tekan payudara
c. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
d. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
e. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
f. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
g. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada lapisan
rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut)

2. Stadium Lanjut
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)
c. Perut membuncit
d. Kembung dan mual (rasa begah saat makan dalam jumlah sedikit)
e. Gangguan nafsu makan
f. Gangguan BAB dan BAK
g. Sesak nafas
h. Dyspepsia
2.1.8 Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis untuk menentukan diagnosis kanker ovarium adalah sebagai berikut:
1. Tes Darah CA 125
CA 125 merupakan protein yang terdapat pada permukaan sel kanker ovarium dan
beberapa jaringan sehat. Kandungan CA-125 meningkat sekitar 80% pada pasien yang
terkena kanker ovarium epithelial. Akan tetapi metode ini tidak terlalu akurat untuk
mendiagnosa kanker ovarium karena protein CA-125 juga dapat meningkat dalam
kondisi non-kanker, seperti saat terjadi endometriosis dan radang usus buntu.
2. Scan Ultrasound
Ada kemungkinan perlu dilakukan pemeriksaan dengan transvaginal ultrasound, dengan
memasukkan alat ultrasound ke dalam vagina. Pemeriksaan juga dapat dilakukan
melalui pemeriksaan ultrasound eksternal di mana alat ultrasound diletakkan di atas
perut. Gambar yang dihasilkan kemudian akan menunjukkan ukuran serta tekstur dari
ovarium, sekaligus kista yang mungkin ada.
7
3. Pemeriksaan Pelvik
Dokter memeriksa permukaan vulva, uterus serta ovarium untuk mencari perubahan
abnormal.
4. Scan CT atau Scan MRI
Pemindaian visual pada bagian perut, dada dan pelvik ini dapat membantu untuk
mendeteksi tanda-tanda terjadinya kanker pada bagian tubuh yang lain.
5. X-Ray dada
Diagnosa ini membantu untuk mendeteksi apakah bagian tubuh yang lain seperti paru-
paru, juga telah terkena kanker.
6. Bedah atau Biopsi
Pada dasarnya metode ini adalah metode pembedahan atau biopsi yang diperlukan
untuk membuktikan bahwa sel yang didiagnosa adalah kanker dan berasal dari ovarium.
2.1.9 Penanganan
Adapun penanganan kanker ovarium adalah sebagai berikut:
Stadium Penanganan

Operasi Radiasi Kemoterapi

IIa, IIb, IIc + + +

IIIa, IIIb, IIIc +/- - +

IV +/- - +

1. Pembedahan
Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan ditentukan oleh insiden
dan seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan kecenderungan
untuk menginvasi korpus uteri.
2. Biopsi
Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah lambung, untuk
mendukung pembedahan.
3. Second look Laparotomi
Untuk memastikan secara radioterapi atau kemoterapi lazim dilakukan laparotomi
kedua bahkan sampai ketiga.

8
4. Kemoterapi
Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk penanganan tumor ganas
ovarium. Sejumlah obat sitestatika telah digunakan termasuk agens alkylating
seperti itu (cyclophasphamide, chlorambucil) anti metabolic seperti : Mtx /
metrotrex xate dan 5 fluorouracit / antibiotikal (admisin).

2.2 KONSEP ANEMIA


2.2.1 Pengertian
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah(eritrosit) dalam
sirkulasi darah atau massa hemoglobinsehingga tidak mampu memenuhi fungsi-
fungsinya sebagaipembawa oksigen ke seluruh jaringan (Tarwoto danWasnindar, 2007).
Menurut WHO (World HealthOrganization)
anemia merupakan suatu keadaan dimana kadarhemoglobin < 11 gr% pada trimester I
dan III, serta < 10,5 gr%pada trimester II. Jika anemia pada ibu hamil tidak segera
ditangani, maka anemia tersebut akan menjadi anemia yang lebih parah yaitu menjadi
anemia sedang yang dapat berlanjutmenjadi anemia berat. (Gde Manuaba, 2010).
Derajat anemia berdasarkan kadar hemoglobin menurut WHO
 Ringan sekali : Hemoglobin 10 gr/dl sampai normal
 Ringan : Hemoglobin 8 gr/dl sampai 9,9 gr/dl
 Sedang : Hemoglobin 6 gr/dl sampai 7,9 gr/dl
 Berat : Hemoglobin < 6 gr/dl
2.2.2 Etiologi
a. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
b. Perdarahan
c. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
d. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
e. Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam
folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia
tidak memiliki cukup persediaan zat besi. Kehamilan; Wanita yang hamil rawan
terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.

9
Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran pencernaan seperti
gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia. Obat-obatan tertentu.
Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, anti infl
amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi
dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).Operasi pengambilan sebagian atau
seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang
menyerap zat besi dan vitamin B12.Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis
rematik, penyakit ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan
penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses
pembentukan sel darah merah.Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi
cacing tambang, malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang
parah.
2.2.3 Tanda dan Gejala
Menurut Proverawati, 2011 gejala awal anemia pada ibu hamilbiasanya tidak
spesifik, misalnya :
a) Marasa lelah atau lemah, hal ini terjadi karena oksigendalam jaringan otot kurang
sehingga metabolisme ataumekanisme otot menjadi terganggu.
b) Pucat
c) Konsentrasi terganggu, hal ini terjadi karena pasukanoksigen ke otak kurang.
d) Jika anemia berat maka denyut jantung akan cepat. Hal initerjadi karena jantung
akan memompa darah lebih cepatsehingga denyut jantung menjadi lebih cepat.
e) Sesak nafas terjadi karena jumlah oksigen hanya sedikit.

10
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny “R” DENGAN CA OVARIUM RESIDIF DAN
ANEMIA RINGAN DI RUANG KEMUNING 1 (KEBIDANAN GINEKOLOGI)
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
Tanggal pengkalian : 03 Oktober 2018 No. RM : 01.00.xx.xx
Jam pengkajian : 11.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama : Ny “R” Nama : Tn “N” (Alm)
Umur : 67 Tahun Umur :-
Agama : Islam Agama :-
Suku/bangsa : Minang/Indonesia Suku/bangsa : -
Pendidikan : SD Pendidikan :-
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :-
Alamat : Jorong durian kapel, tiku kabupaten agam
2. Alasan datang
Ibu di rujuk dari RSUD Lubuk Basung dengan Ca Ovarium Residif dan Anemia
ringan.
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya nyeri dan ia mudah lelah, letih dan lesu.
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny “R” 67 tahun masuk dari KB IGD rujukan RSUD Lubuk Basung pada tanggal
03/10/2018 pukul 10.58 WIB dengan ca ovarium residif dan anemia ringan (Hb
9,1gr%)/ pada saat pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa perut ibu
membesar dengan rasa nyeri di bagian atas perut ibu, dan pada pemeriksaan fisik
konjungtiva ibu tampak pucat, dan ibu tampak lemah dan lesu.
5. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ny “R” riwayat operasi ca ovarium 8 bulan yang lalu (Februari), Ibu mengatakan
sejak 3 bulan yang lalu perut ibu mulai membesar dengan konsistensi padat, ibu
periksa ke dokter untuk USG diketahui terdapat massa kistik dengan diameter
terbesar >0,5 cm dan ibu direncanakan melakukan operasi kedua pada 30 oktober
2018 ini. Pada pemeriksaan (03/10/2018) di RSUD Lubuk Basung dilakukan

11
pemeriksaan laboratorium dan di dapat kadar Hb ibu 9,1 gr/dl kemudian ibu di rujuk
ke RSUP DR. M. Djamil.
6. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun

Ibu menopause sejak 15 tahun yang lalu

7. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu

No Tgl Usia Jenis Tempat Peno- Bayi Komplikasi Nifas Menyusui


Persa-
Lahir Keha- Persali- long JK PB/BB Kea Ibu Bayi ASI Disa
nan linan saja
milan daan pih
1 1971 aterm spontan BPM bidan lk - normal - - norm ya -
al

2 1980 aterm spontan BPM bidan lk - normal - - norm ya -


al
3 1983 aterm spontan BPM bidan pr - normal - - norm ya -
al
4 1986 aterm spontan BPM bidan pr - normal - - norm ya -
al

9. Riwayat Pernikahan
- Menikah ke :I
- Usia saat menikah : 19 tahun
- Usia pertama kali hamil : 19 tahun
11. Riwayat KB : ibu tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi karena tidak
mendapatkan informasi tentang penggunaan kontrasepsi.
a. Pola Kehidupan Sehari-hari
 Nutrisi
Sebelum sakit : ibu makan 3x perhari, ibu mengalami penurunan nafsu makan
karena ibu mengatakan perutnya terasa sangat penuh dan sedikit nyeri jika
makan banyak.
Saat dirawat : ibu makan 3x sehari namun makanan yang diberikan sering
tidak habis karena perutnys terasa nyeri dan penuh saat makan banyak. Ibu
minum kurang lebih 1 liter perhari
 Eliminasi
- BAK frekuensi 5-6x perhari, warna kuning bening dan tidak ada keluhan
- BAB frekuensi 2 hari sekali, warna kuning kecoklatan konsistensi padat,
keluhan ibu sulit BAB

12
 Istirahat
Siang : ibu istirahat kurang lebih 1 jam
Malam : Kurang lebih 6 jam perhari, ibu mengatakan tidurnya terganggu di
karenakan rasa nyeri dan sesak pada perutnya.
 Personal Hygiene
Ibu mandi 2x perhari, saat di rumah maupun RS ibu mandi sendiri.
 Seksual
Ibu tidak ada melakukan hubungan seksual sejak kematian suaminya
 Kebiasaan
Ibu tidak merokok dan tidak pernah mengkonsumsi alcohol. Ibu mengatakan
pernah mengonsumsi obat-obatan herbal dari dedaunan.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 MmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,5 0C

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : kepala ibu bersih dan tidak berketombe
Muka : wajah ibu sedikit pucat, tidak ada oedema
Mata : Konjugtiva pucat, sklera tidak ikterik
Telinga : normal, bersih,tidak ada sekrit
Mulut : Tidak ada stomatitis, gigi caries
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan
kelenjar limfe
Payudara : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Abdomen : Pembesaran abdomen abnormal setinggi Px, terdapat bekas luka
operasi berupa sikatrik, nyeri abdomen di daerah abdomen atas.

13
Ekstremitas : ekstremitas atas dan bawah tidak ada oedem dan nyeri tekan. Pada
tangan kanan terpasang infus RL 500ml. Status fungsional ekstremitas
aktif.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium (03/10/2018 di RSUD Lubuk basung)


Haemoglobin : 9,1 gr/dl
Golongan darah : AB
Rheusus :+
Ca 125 : 63,8 /ml

Pemeriksa diagnostik
USG : abdomen lebih besar dari biasanya, kesan : terdapat
massa kistik di dalam uterus dengan diameter massa
terbesar >0,5cm
Test papsmear : tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Ny “R” dengan kanker Ovarium residif dan anemia ringan

III. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI

Tidak ada

V. RENCANA MANAJEMEN

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu


2. Transfusi darah PRC
3. Manajemen nyeri
4. Istirahat yang cukup

14
VI. IMPLEMENTASI / PENALAKSANAAN

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu


2. Memberikan transfusi darah PRC
3. Mengajarkan ibu untuk menangani rasa nyeri
4. Mengajurkan ibu untuk mencukupi kebutuhan istirahat

VII. EVALUASI

1. Penyuluhan telah diberikaan kepada ibu


2. Transfusi darah PRC sudah dilakukan
3. Ibu sudah mengerti cara mengurangi rasa nyeri
4. Ibu sudah mengerti tentang kebutuhan istirahatnya

15
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN NY “R”
DENGAN KANKER OVARIUM RESIDIF DAN ANEMIA RINGAN
DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

Data Subjektif Data objektif Analisis Penatalaksanaan


Tgl 03 Oktober 2018 Pemeriksaan Fisik Diagnosa : 1. Pukul : 11.00 WIB
Pukul 11.00 WIB  KU : Baik Ny “R” dengan kanker
Memberi tahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dan
 Emosional : Stabil tanda – tanda vital, ibu dan keluarga tahu dengan hasil
ovarium residif dan anemia
 Kesadaran : CM ringan
pemeriksaan
 Ibu mengatakan  Hasil TTV : TD : 110/70 mmHg
pusing dan lemas TD : 110/70 mmHg N : 80 x/i
R : 20x/i P : 20 x/i
N : 80x/i S : 36,50C
S : 36,50C Pemeriksaan labor
 Pemeriksaan fisik Hb : 9,1gr/dl
- konjungtiva pucat
- pembesaran 2. Pukul : 11. 10 WIB
abdomen Mengajarkan kepada ibu teknik nafas dalam untuk mengurangi
abnormal rasa nyeri dan mengatur posisi ibu senyaman mungkin agar rasa
- terpasang infus nyeri berkurang, ibu paham dan memilih posisi yang nyaman
ditangan kanan untuk istirahat.
 pem penunjang
- pemeriksaan lab 3. Pukul : 11. 20 WIB
Hb : 9,1 gr/dl Memberikan KIE kepada ibu untuk banyak minum air putih dan
Goldar : AB menganjurkan ibu untk beristirahat, ibu menerima anjuran yg
Rhesus : + diberikan
Ca 125 : 63,8
/ml

16
- pemeriksaan 4. Pukul 15.00
penunjang Mengambil sampel darah vena ibu untuk dilakukan crossmatch
USG : abdomen sebelum melakukan transfusi darah, sampel darah diserahkan ke
lebih besar dari labor
biasanya, kesan :
terdapat massa
kistik di dalam
uterus dengan
diameter massa
terbesar >0,5cm
Tgl 04 oktober 2018 Pemeriksaan Fisik Diagnosa : 1. Pukul : 05.30 WIB
Memberi tahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dan
KU: Baik Ny “R” dengan kanker
tanda – tanda vital, ibu dan keluarga tahu dengan hasil
Emosional : Stabil ovarium residif dan anemia
 Ibu mengatakan pemeriksaan.
Kesadaran :CM ringan
masih pusing dan TD : 110/70 mmHg
 Hasil TTV :
lemas N : 80 x/i
TD : 110/70 mmHg
R : 20x/i P : 18 x/i
N : 80x/i S : 36,50C
S : 36,50C
 Pemeriksaan fisik 2. Pukul 06.00 WIB
- konjungtiva pucat Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
- pembesaran dengan memakan makanan yang sudah disiapkan oleh ahli gizi
abdomen dan menganjurkan ibu untuk banyak meminum air putih, ibu
abnormal memakan makanan hanya ½ porsi.
- terpasang infus di
tangan kanan 3. Pukul 07.30 WIB
Melakukan transfusi darah PRC (Packed red Cells) ke ibu
sebanyak 1 kantong, PRC sudah ditransfusikan.

17
4. Pukul 09.00 WIB
Mengajarkan kepada ibu teknik nafas dalam untuk mengurangi
rasa nyeri dan mengatur posisi ibu senyaman mungkin agar rasa
nyeri berkurang, ibu paham dan memilih posisi yang nyaman
untuk istirahat.
Tgl 05 oktober 2018 Pemeriksaan Fisik Diagnosa : 1. Pukul : 05.30 WIB
Memberi tahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dan
 KU : Baik Ny “R” dengan kanker
tanda – tanda vital, ibu dan keluarga tahu dengan hasil
 Emosional : Stabil ovarium residif dan anemia
 Ibu mengatakan pemeriksaan.
masih sedikit pusing  Kesadaran : CM ringan
TD : 120/70 mmHg
N : 82 x/i
P : 22 x/i
 Hasil TTV :
S : 36,50C
TD : 120/70 mmHg
R : 22x/i
2. Pukul 06.00 WIB
N : 82x/i
Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
S : 36,50C
dengan memakan makanan yang sudah disiapkan oleh ahli gizi
 Pemeriksaan fisik
dan menganjurkan ibu untuk banyak meminum air putih, ibu
- konjungtiva pucat
makan ½ porsi dari yang diberikan.
- pembesaran
abdomen
abnormal 3. Pukul 07.00 WIB
- terpasang infus Melakukan transfusi darah PRC (Packed red Cells) ke ibu
ditangan kanan sebanyak 1 kantong, PRC sudah ditransfusikan.

4. Pukul 10.00
Mengajarkan kepada ibu teknik nafas dalam untuk mengurangi
rasa nyeri dan mengatur posisi ibu senyaman mungkin agar rasa
nyeri berkurang, ibu paham dan memilih posisi yang nyaman
untuk istirahat.

18
5. Pukul 14.30
Mengambil sampel darah vena ibu untuk pemeriksaan
laboratorium setelah transfusi, sampel darah sudah diserahkan
ke labor dengan hasil
- Hb : 10,6 gr/dl
- leukosit : 16.000/mm3
- Trombosit : 397.000/mm3
- hematokrit : 33%

19
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

1. PENGKAJIAN
A. Data subyektif
Dari data subyektif yang perlu dibahas adalah data-data yang terfokus dengan kasus
pada Ny.R Umur 67 tahun dengan kanker ovarium residif dan anemia ringan

1. Identitas pasien

a. Umur

ibu berusia 67 tahun dan sudah mengalami menopause dimana sesuai teori 10%
lebih tinggi mengalami kanker ovarium.

2. Keluhan Utama

Menurut prawirohardjo keluhan-keluahan yang di alami dan dirasakan oleh ibu


merupakan keseluruhan tanda dari kanker ovarium dan ibu tampak letih dikarenakan
anemia. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada kesenjangan anatar teori dan realitas.

3. Riwayat Kesehatan

Berdasarkan hasil anamnesis dan riwayat catatan medis ibu terdahulu diketahui
bahwa ibu mengidap kanker ovarium dan sudah di operasi 8 bulan yang lalu, namun
setelah operasi ibu hanya satu kali melakukan pemeriksaan post operasi tanpa
melanjutkan terapi dengan kemoterapi sesuai anjuran dokter sehingga berdampak
sekarang ibu mengalami kanker ovarium residif dan dijadwalkan akan melakukan
operasi ke-2 pda 30 oktober 2018 ini, namun dari hasil pemeriksaan laboratorium
ibu mengalami anemia ringan sehingga membutuhkan transfusi darah.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum
Keadaan umum ibu normal dan ibu tampak sedikit pucat dikarenakan anemia
ringan yang ia derita

20
2. Konjungtiva
Pada pemeriksaan konjungtiva tanpa anemis, artinya tidak ada kesenjangan antara
terori dan realitas.
3. Abdomen
Pemeriksaan abdomen tampak bahwa uterus ibu mengalami pembesaran yang
abdormal dan teraba padat, dan berdasarkan hasil USG di ketahui bahwa terdapat
begitu banyak massa kistik di dalam uterus ibu dengan diameter massa terbesar lebih
dari 2 cm. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kesenjangan teori dan praktek
2. INTERPRETASI DATA
Diagnosa : Pada diagnosa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, karena pada
kasus Ny. R diperoleh diagnosa Ny. R usia 67 tahun dengan kanker ovarium residif dan
anemia ringan
Kebutuhan : kebutuhan yang diberikan sesuai dengan yang dibutuhkan ibu, yaitu
perbaikan KU, manajemen nyeri dan sebagainya.
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada diagnosa potensial pada kasus Ny. N tidak diperoleh diagnosa potensial hal ini
menunjukkan tidak adanya kesenjangan antara teori dan praktek.

4. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU


KOLABORASI DAN KONSULTASI
Pada kasus Ny. R tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, kolaborasi
dilakukan dengan dokter spesialis kandungan, tim labor dan lain sebagainya

5. PERENCANAAN
Pada kasus Ny R perencanaan pada metode varney dan SOAP tidak ada kesenjangan
disini pasien diberikan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) dan penatalaksanaan
menurut teori dan lahan juga sudah sesuai, untuk penanganan dilakukan perbaikan KU
dengan memasang infus NaCl 0,09%, malakukan transfusi darah PRC 2 kantong dan
membantu ibu untuk mengatasi rasa nyeri.

21
6. PELAKSANAAN
Pada kasus Ny. R pelaksanaan pada metode varney dan SOAP tidak ada kesenjangan
disini pasien telah diberikan komunikasi informasi dan edukasi (KIE), dalam
pelaksanaan semua perencanaan yang dibuat telah dilaksanakan.

7. EVALUASI
Dari hasil evaluasi dapat dilihat bahwa penanganan anemia ringan sudah dilakukan
dengan memberikan transfusi darah PRC kepada ibu. Sehingga pada pemeriksaan
laboratorium 05/09/2018) kadar Hb ibu sudah menjadi baik dan perencanaan berhasil
dilakukan dengan hasil yang sesuai harapan.

22
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial,
sel germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasal dari
metastasis organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat
dikatakan sebagai kanker ovarium.

Menurut Sarwono, 2007, teratoma diduga terjadi karena tumor berkembang dari
jaringan embrional yang pluripoten dan mampu membentuk elemen-elemen dari ketiga
lapisan embrional. Artinya sel-sel kanker memang sudah ada sejak dalam kandungan. Ini
biasa disebabkan karena adanya faktor genetik. Teratoma ganas biasanya ditemukan
pada anak-anak dan pada penderita dalam masa pubertas. Tumor ini tumbuh cepat dan
mempunyai prognosis yang buruk.

Ny “R” mengidap kanker ovarium residif dengan rencana pembedahan pada


tanggal 30 oktober 2018, namun berdasarkan hasil pemeriksaan laboratrium yang
dilakukan kadar Hb : 9,1 gr/dl sehingga dibutuhkan perbaikan KU dengan transfusi PRC
sebanyak 2 kantong agar kadar Hb meningkat (> 10gr/dl). Pada pemeriksaan
laboratorium (05/10/2018) kadar Hb meningkat menjad 10,6 gr/dl artinya perbaikan KU
berhasil dilakukan Setelah transfusi 2 kantong PRC.

5.2 SARAN

Diharapkan laporan kasus ini dapat di jadikan sumber pembelajaran bagi


mahasiswa dan memehami isi makalah ini, serta dapat mengaplikasikannya, dan kami
menyarankan kepada petugas kesehatan agar lebih meningkatkan ilmu tentang kanker
ovarium.

23
24
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary, dkk. 2005. Obstetri Williams edisi 21. Jakarta : EGC

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta :
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Norwitz, Errol R. dan John O. Schorge. 2006. At a Glace: Obstetri Ginekologi, Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga

Pazdur, et al. (2003). Cancer management: A multidiciplinary approach. New York:


The Oncology Group.

25
26

Anda mungkin juga menyukai