Anda di halaman 1dari 8

REFLEKSI KASUS

MANUVER KRISTELLER KALA II PERSALINAN DI


RUANG BERSALIN RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

SULASMI

1810104236

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
DESKRIPSI KASUS

Tanggal: 06 mei 2019 pukul:15.00 wib

Pasien Ny.A usia 25 tahun G1P0A0 UK: 39 minggu, HPM: 04-08-2018, HPL 11-05-

2019. Datang ke Ruang Bersalin RS PKU Muhammadiya Yogyakarta dengan

mengatakan ketuban pecah sejak 10 jam terakhir. Setelah Setelah dilakukan pemeriksaan

VT pasien pembukaan 2, TD: 120/80 mmHg, RR: 18x/i , N: 88x/i, DJJ: 148x/i,TFU:31

cm, pasien juga di berikan terapi infus RL induksi. Pukul 23:00 pembukaan lengkap.

Setelah pembukaan lengkap bidan membimbing proses persalinan, namun bayi tidak

juga lahir dan asisten bidan melakukan maneuver kristeller untuk membantu

mempercepat proses kelahiran bayi dengan mendorong puncak perut ibu.

EMOSI KASUS

Positif : secara pribadi senang karena bisa melihat tindakan maneuver kristeller secara

langsung untuk mempercepat proses kelahiran bayi.

Negatif : Degdegan, takut dan merasa nyeri. Karena tindakan ini dilakukan untuk

mempercepat keluarnya bayi (mempersingkat kala II). Namun tindakan ini menyimpan

potensi bahaya yang besar, yaitu bisa terjadinya robekan Rahim/ rupture uteri dan cedera

pada bayi yang bisa membahayakan keduanya.karena sulit sekali mengukur dengan

akurat tingkat cedera ibu-janin dengan penggunaan tekanan pada puncak rahim untuk

mempersingkat kala dua persalinan.


PENGALAMAN BAIK DAN BURUK

Baik : - Dapat melihat secara langsung cara melakukan teknik maneuver kristeller

- Dapat melihat posisi atau daerah mana yang harus kita tekan pada saat

melakukan maneuver kristeller

Buruk : Harusnya tindakan maneuver kristeller bisa dihindari, karena selain dapat

menolong mempercepat kelahiran, menuver tersebut juga memiliki resiko yang

besar terhadap bayi dan juga ibunya. yaitu bisa terjadinya robekan Rahim/

rupture uteri dan cedera pada bayi.

ANALISIS

Persalinan merupakan keadaan fisiologis yang memerlukan bantuan tenaga

kesehatan. Persalinan yang aman adalah persalinan yang dilakukan di pelayanan

kesehatan. Persalinan yang di klinik atau rumah sakit akan mengurangi risiko pada ibu

maupun bayi selama persalinan, tetapi hal ini akan meningkatkan intervensi yang

signifikan (McIntosh, 2013). Intervensi yang tepat akan diambil melalui analisis kritis

tenaga kesehatan. Menurut Cheyne, H., Dowding, D., & Hundley, V (2006) dan Roberts,

L., Gulliver, B., Fisher, J., & Cloyes, K (2010) pengambilan keputusan yang tepat pada

fase laten akan membantu menentukan intervensi yang tepat dan sesuai dengan

kebutuhan ibu pada fase ini .

Dalam sebuah review yang dilakukan Cochrane, keamanan menggunakan metode

menekan perut ibu saat persalinan, baik secara manual dengan tangan ataupun

menggunakan alat, semacam sabuk elektrik. Hasil dari tinjauan data tersebut tidak

menunjukkan bukti kuat bahwa menekan perut ibu selama persalinan merupakan cara
yang efektif untuk mempercepat proses kelahiran. Teknik ini juga bukan satu-satunya

cara yang bisa menghindari operasi cesar. Selain itu metode menekan perut ibu selama

persalinan belum terbukti aman. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui

apakah metode ini aman dilakukan.

Berdasarkan kasus disini, untuk beberapa tindakan awal dilakukan, yakni

seperti hanya memakai APD lengkap, peralatan partus dalam tempat yang steril,

sarungtangan steril, lampu sorot, namun tidak dibersihkan terlebih dahulu daerah

genetalia ekterna ibu (vulva hygiene) sebelum proses persalinan serta pada waktu proses

persalinan berlangsung dilakukan tindakan maneuver kristeller, dimana salah satu bidan

mendorong perut ibu dengan menggunakan satu tangan dengan posisi bidan berdiri di

samping atas pasien.

KESIMPULAN

Tindakan maneuver kristeller membahayakan ibu maupun bayinya

TINDAK LANJUT

1. Mengetahui mengenai maneuver kristeller


2. Tahu kapan maneuver kristeller harus kita lakukan
3. Mengetahui dampak dari maneuver kristeller
DAFTAR PUSTAKA

Globocan/ IARC. 2012. Estimated Cancer Incidence, Mortality and Prevalence


Worldwide in 2012. http://globocan.iarc.fr/default.aspx.

Kemenkes RI. 2015. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara, 21 April 2015. Jakarta: Direktoral
Janderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wahidin, Mugi. 2015. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara di
Indonesia 2007-2014. Buletin Jendela Data & Sawitri, Pengaruh Penyuluhan
Kanker Serviks terhadap Motivasi Keikutsertaan Wanita … 69 Informasi
Kesehatan: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Wahyuningsih, IR, Suparmi. 2018. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Melalui
Pemeriksaan IVA Tes di Puskesmas Plupuh I Sragen. GEMASSIKA, Vol. 2 (1):
42-51.

WHO. 2005. The World Bank Annual Report 2005, Year in review.
https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/7537
enekan perut ibu saat persalinan normal dilakukan pada tahap kedua saat
mendorong dan mengejan serta telah terjadi pembukaan sempurna. Hal ini
dimaksudkan agar bayi bisa segera lahir.
Pada tahap kedua persalinan, komplikasi bisa terjadi jika bayi stres di dalam,
tidak bisa bergerak maju, ibu yang kelelahan mendorong, atau kondisi medis
tertentu yang membuat proses mengejan menjadi berbahaya.
Menekan perut ibu saat persalinan berlangsung biasa dilakukan untuk
mempercepat proses kelahiran. Dan mengurangi risiko penggunaan alat bantu
seperti vakum dan forceps, atau bahkan mencegah dilakukannya tindakan
darurat seperti operasi cesar.
Amankah metode menekan perut ibu saat persalinan?
Dalam sebuah review yang dilakukan Cochrane, dilakukan uji data terhadap
percobaan menggunakan metode menekan perut ibu saat persalinan, baik
secara manual dengan tangan ataupun menggunakan alat, semacam sabuk
elektrik.
Hasil dari tinjauan data tersebut tidak menunjukkan bukti kuat bahwa menekan
perut ibu selama persalinan merupakan cara yang efektif untuk mempercepat
proses kelahiran. Teknik ini juga bukan satu-satunya cara yang bisa
menghindari operasi cesar.
Selain itu metode menekan perut ibu selama persalinan belum terbukti aman.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah metode ini aman
dilakukan.
Apakah Bunda pernah menjalani proses persalinan yang seperti ini?
Peranan pendorongan puncak rahim (fundal pressure) atau dikenal dengan
perasat Kristeller saat kala II persalinan masih kontroversi. Tindakan ini
dilakukan untuk mempercepat keluarnya bayi (mempersingkat kala II).
Namun tindakan ini menyimpan potensi bahaya yang besar, yaitu bisa
terjadinya robekan rahim dan cedera pada bayi yang bisa membahayakan
keduanya.

Sulit sekali mengukur dengan akurat tingkat cedera ibu-janin dengan


penggunaan tekanan pada puncak rahim untuk mempersingkat kala dua
persalinan (Perasat Kristeller). Namun, jika terjadi cidera maka ada
implikasi medis-hukum bagi penyedia layanan (bidan, dokter) yang
terlibat.
Ketika kontraksi rahim tidak efektif
meskipun sudah diberi obat perangsang kontraksi (oksitosin), maka
penolong persalinan sering melakukan tindakan mendorong perut ibu
bersalain (bulin) dengan manuver yang disebut "Kristeller", Tindakan
mendorong ini dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan
lengan, tangan, siku, dan bahkan lutut, dengan maksud membantu
kekuatan kontraksi agar bayi bisa lahir.

Sayangnya disamping membantu, tindakan ini juga memiliki risiko karena


dapat menyebabkan robeknya rahim, lepasnya plasenta, robekan jalan
lahir (kerampang) dan gangguan pada janin berupa asfiksia (sesak nafas),
cedera pada bahu janin dan kerusakan otak janin. Komplikasi2 diatas
tentunya dapat menyebabkan kematian ibu dan atau janin.

Manuver Kristeller ini dipergunakan secara luas terutama di negara2 yg


sedang berkembang. Kesimpulan terakhir tidak ditemukan manfaatnya
melakukan tindakan ini (Merhi & Awonuga 2005). Sehingga sekarang
tindakan ini tidak dianjurkan lagi.

Anda mungkin juga menyukai