Disusun Oleh :
SULASMI
1810104236
Pasien Ny.A usia 25 tahun G1P0A0 UK: 39 minggu, HPM: 04-08-2018, HPL 11-05-
mengatakan ketuban pecah sejak 10 jam terakhir. Setelah Setelah dilakukan pemeriksaan
VT pasien pembukaan 2, TD: 120/80 mmHg, RR: 18x/i , N: 88x/i, DJJ: 148x/i,TFU:31
cm, pasien juga di berikan terapi infus RL induksi. Pukul 23:00 pembukaan lengkap.
Setelah pembukaan lengkap bidan membimbing proses persalinan, namun bayi tidak
juga lahir dan asisten bidan melakukan maneuver kristeller untuk membantu
EMOSI KASUS
Positif : secara pribadi senang karena bisa melihat tindakan maneuver kristeller secara
Negatif : Degdegan, takut dan merasa nyeri. Karena tindakan ini dilakukan untuk
mempercepat keluarnya bayi (mempersingkat kala II). Namun tindakan ini menyimpan
potensi bahaya yang besar, yaitu bisa terjadinya robekan Rahim/ rupture uteri dan cedera
pada bayi yang bisa membahayakan keduanya.karena sulit sekali mengukur dengan
akurat tingkat cedera ibu-janin dengan penggunaan tekanan pada puncak rahim untuk
Baik : - Dapat melihat secara langsung cara melakukan teknik maneuver kristeller
- Dapat melihat posisi atau daerah mana yang harus kita tekan pada saat
Buruk : Harusnya tindakan maneuver kristeller bisa dihindari, karena selain dapat
besar terhadap bayi dan juga ibunya. yaitu bisa terjadinya robekan Rahim/
ANALISIS
kesehatan. Persalinan yang di klinik atau rumah sakit akan mengurangi risiko pada ibu
maupun bayi selama persalinan, tetapi hal ini akan meningkatkan intervensi yang
signifikan (McIntosh, 2013). Intervensi yang tepat akan diambil melalui analisis kritis
tenaga kesehatan. Menurut Cheyne, H., Dowding, D., & Hundley, V (2006) dan Roberts,
L., Gulliver, B., Fisher, J., & Cloyes, K (2010) pengambilan keputusan yang tepat pada
fase laten akan membantu menentukan intervensi yang tepat dan sesuai dengan
menekan perut ibu saat persalinan, baik secara manual dengan tangan ataupun
menggunakan alat, semacam sabuk elektrik. Hasil dari tinjauan data tersebut tidak
menunjukkan bukti kuat bahwa menekan perut ibu selama persalinan merupakan cara
yang efektif untuk mempercepat proses kelahiran. Teknik ini juga bukan satu-satunya
cara yang bisa menghindari operasi cesar. Selain itu metode menekan perut ibu selama
persalinan belum terbukti aman. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui
seperti hanya memakai APD lengkap, peralatan partus dalam tempat yang steril,
sarungtangan steril, lampu sorot, namun tidak dibersihkan terlebih dahulu daerah
genetalia ekterna ibu (vulva hygiene) sebelum proses persalinan serta pada waktu proses
persalinan berlangsung dilakukan tindakan maneuver kristeller, dimana salah satu bidan
mendorong perut ibu dengan menggunakan satu tangan dengan posisi bidan berdiri di
KESIMPULAN
TINDAK LANJUT
Kemenkes RI. 2015. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara, 21 April 2015. Jakarta: Direktoral
Janderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Wahidin, Mugi. 2015. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara di
Indonesia 2007-2014. Buletin Jendela Data & Sawitri, Pengaruh Penyuluhan
Kanker Serviks terhadap Motivasi Keikutsertaan Wanita … 69 Informasi
Kesehatan: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Wahyuningsih, IR, Suparmi. 2018. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Melalui
Pemeriksaan IVA Tes di Puskesmas Plupuh I Sragen. GEMASSIKA, Vol. 2 (1):
42-51.
WHO. 2005. The World Bank Annual Report 2005, Year in review.
https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/7537
enekan perut ibu saat persalinan normal dilakukan pada tahap kedua saat
mendorong dan mengejan serta telah terjadi pembukaan sempurna. Hal ini
dimaksudkan agar bayi bisa segera lahir.
Pada tahap kedua persalinan, komplikasi bisa terjadi jika bayi stres di dalam,
tidak bisa bergerak maju, ibu yang kelelahan mendorong, atau kondisi medis
tertentu yang membuat proses mengejan menjadi berbahaya.
Menekan perut ibu saat persalinan berlangsung biasa dilakukan untuk
mempercepat proses kelahiran. Dan mengurangi risiko penggunaan alat bantu
seperti vakum dan forceps, atau bahkan mencegah dilakukannya tindakan
darurat seperti operasi cesar.
Amankah metode menekan perut ibu saat persalinan?
Dalam sebuah review yang dilakukan Cochrane, dilakukan uji data terhadap
percobaan menggunakan metode menekan perut ibu saat persalinan, baik
secara manual dengan tangan ataupun menggunakan alat, semacam sabuk
elektrik.
Hasil dari tinjauan data tersebut tidak menunjukkan bukti kuat bahwa menekan
perut ibu selama persalinan merupakan cara yang efektif untuk mempercepat
proses kelahiran. Teknik ini juga bukan satu-satunya cara yang bisa
menghindari operasi cesar.
Selain itu metode menekan perut ibu selama persalinan belum terbukti aman.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah metode ini aman
dilakukan.
Apakah Bunda pernah menjalani proses persalinan yang seperti ini?
Peranan pendorongan puncak rahim (fundal pressure) atau dikenal dengan
perasat Kristeller saat kala II persalinan masih kontroversi. Tindakan ini
dilakukan untuk mempercepat keluarnya bayi (mempersingkat kala II).
Namun tindakan ini menyimpan potensi bahaya yang besar, yaitu bisa
terjadinya robekan rahim dan cedera pada bayi yang bisa membahayakan
keduanya.