Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komplikasi dalam kasus kebidanan dapat terjadi di luar dugaan, meskipun
segala sesuatu yang telah dijalankan dengan rapih dan sempurna dengan
pengetahuan yang baik, penanganan persalinan yang hati-hati disertai dengan
ketelitian dengan baik pula, diharapkan kematian dan kesakitan ibu bersalin dapat
ditekan sekecil-kecilnya dan setiap tenaga kesehatan diharapkan mampu menangani
persalinan normal maupun patologi dan berupaya agar tidak terjadi komplikasi.1
Tenaga kesehatan khususnya bidan harus mengetahui dan menguasai tindakan-
tindakan yang harus dilakukan apabila memberikan pertolongan pada persalinan.
Pengetahuan tentang tindakan-tindakan operatif kebidanan yaitu Ekstraksi Vakum,
induksi persalinan, Digital Curretase, persalinan sungsang, maupun manual
plasenta harus di miliki.1 Tenaga Kesehatan harus menyadari dan mengerti mana
intervensi yang perlu dilakukan, mana yang tidak dan mana yang bisa di hindari.
Karena pada dasarnya semua intervensi dapat menyebabkan efek samping.2
Intervensi umumnya dilihat sebagai suatu tindakan yang diperlukan untuk
menjaga ibu dan bayi agar tetap aman selama proses kelahiran. Namun, Beberapa
intervensi mungkin memiliki dampak negatif atau efek samping dan mereka
mungkin justru mengganggu proses fisiologi persalinan.2
Hampir setiap intervensi memiliki beberapa potensi untuk menyebabkan
kerusakan. Tenaga Kesehatan harus membuat keputusan yang hati-hati agar hanya
menerima intervensi yang menawarkan lebih banyak manfaatnya daripada
bahayanya. Dalam menimbang keuntungan dan kerugian, penting untuk
mengandalkan bukti terbaik tentang efek potensial, dan mempertimbangkan
bagaimana tentang kemungkinan hasilnya. Hal ini juga penting untuk mengetahui
pilihan lain yang mungkin tersedia.2
1.2 Rumusan Masalah
 Apasaja Intervensi Obstetri dalam Persalinan?
2. Jelaskan Perkembangan Interensi Obstetri dalam Persalinan?
3. Jelaskan upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu?

1.3 Tujuan Penulisan


Mengetahui Intervensi Obstetri apa saja yang ada dalam persalinan
2. Mengetahui Perkembangan Interensi Obstetri dalam Persalinan
3. Mengetahui Keuntungan dan Kerugian Intervensi Obstetri dalam Persalinan
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Intervensi Obstetri dalam Persalinan

1. Induksi Persalinan

Induksi persalinan terjadi antara 10% - 20% dari seluruh persalinan


dengan berbagai indikasi baik ibu maupun janin. Dikenal dua jenis
induksi yaitu secara mekanis dan medisinalis. Pemakaian balon kateter
dan batang laminaria termasuk cara mekanis. Induksi medisinalis dapat
dengan menggunakan infus oksitosin intravena dengan keuntungan
waktu paruh yang pendek hingga mudah diawasi dan dikendalikan
bila terjadi komplikasi, namun sangat bergantung pada skor bishop
sehingga perlu pematangan serviks terlebih dahulu4.

Induksi persalinan adalah intervensi obstetri yang lazim dilakukan,


terutama bila risiko lebih besar untuk ibu dan janin bila kehamilan
dilanjutkan. Induksi persalinan dapat dilakukan atas indikasi medis atau
indikasi obstetrik (seperti hipertensi, gangguan toleransi glukosa, masa
kehamilan memanjang, keterbatasan perkembangan intrauterine), atau untuk
kenyamanan ibu dan ahli obstetri. Literatur awal menyebutkan bahwa sejak
tahun 1500an telah dilakukan induksi persalinan, dengan campuran buah
beri juniper, kayu manis, dan minyak castor yang digunakan untuk
mempercepat kelahiran. Dalam abah ke-18, konsep induksi persalinan
digunakan untuk mempercepat kelahiran pada wanita dengan pelvis yang
sempit, ditemani oleh bidan yang berpengalaman menggunakan ergot
sebagai agen induksi. Ergot adalah agen fungal yang pada prinsipnya
menyerang gandum dan padi-padian, namun bila dikonsumsi akan
menyebabkan gangguan gastrointestinal. Hampir satu abad kemudian,
Henry Dale meneliti sediaan dari jaringan pituitary sapi dapat menginisiasi
kontrasi uterus pada kucing hamil,. Davis dan kawan-kawan mengekstraksi
komponen aktif dari alkaloid ergot, memperlihatkan efek uterotoniknya
(1935), diikuti oleh Du Vigneaud mengidentifikasi oksitosin dan
vasopressin dari ekstrak pituitari, yang mengarahkan pada purifikasi sediaan
sintesis Syntocinon pada tahun 1953. Pengembangan syntocinon
menyediakan pilihan titrasi secara intravena untuk menghasilkan metode
yang lebih efektif dan prediktif pada induksi persalinan. Pengertian induksi
dan augmentasi persalinan sering disalah artikan dikarenakan kesamaan
metodologinya. Induksi menyangkut memajukan waktu persalinan, seperti
pada seksio sesaria elektif. Augmentasi persalinan adalah dimana proses
persalinan, yang telah dimulai secara spontan, diakselerasi dengan
pemberian agen oksitosin atau amniotomi. Hal ini lebih menyerupai
keadaan sesaria emergensi dalam pengertian intervensi obstetrik.3

Inti perbedaan antara induksi dan augmentasi terletak pada tujuan


ahli obstetri dan penentuan waktu mula persalinan. Namun, tetap terdapat
daerah abu-abu dimana penentuan waktu mula persalinan meragukan. Hal
ini utamanya pada fase laten persalinan, persalinan palsu; fase laten
terlambat dan induksi yang gagal. Pendekatan ahli obstetri lebih pada
penentuan kapan seorang wanita (untuk induksi) butuh persalinan dalam
waktu kedepan dan penggunaan ovytocin atau amniotomi dapat
diklasifikasikan sebagai augmentasi. Dari filosofi ini, tindakan amniotomi
dan pemberian oxytocin setelah pematangan serviks oleh prostaglandin
dianggap sebagai proses induksi, kecuali pada keadaan dimana fase aktif
persalinan telah dimulai.3

Induksi memiliki banyak resiko, tergantung metodenya. Resiko


tersebut antara lain: bayi lahir prematur, fetal distress (bayi stress),
meningkatnya intervensi, dan c-section (operasi cesar).2
2. Amniotomi

Amniotomi merupakan tindakan untuk memecahkan ketuban, yaitu


membuka selaput amnion dengan cara membuat robekan kecil yang
kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya
tekanan di dalam amnion. Prosedur ini biasanya berjalan cepat, kantung
amniotik dirobekkan dengan alat yang dimasukkan melalui mulut rahim dan
dicabut dengan cepat.6
Ketuban pecah tidak selalu merupakan tanda-tanda awal persalinan.
Pecah ketuban dapat terjadi kapan saja bahkan saat di akhir proses bersalin.
Terdapat kondisi ketika air ketuban belum keluar sementara kepala bayi
sudah mulai turun. Dalam hal ini, amniotomi diperlukan untuk
mengosongkan kantung ketuban sehingga kepala bayi dapat lebih
memberikan tekanan ke mulut rahim dan membantu bukaan. Tidak ada
jaminan tindakan ini memberikan hasil sesuai yang diharapkan, namun
memecahkan ketuban akan membantu menghindari intervensi selanjutnya.
Bagaimanapun, jika amniotomi disarankan hanya karena ketuban sudah
seharusnya pecah, sebaiknya ibu tunggu dulu.6
Mempercepat proses persalinan mungkin terdengar seperti ide yang
bagus pada saat itu, namun prosedur ini juga memiliki resiko seperti cord
prolapse (ketika tali pusat keluar sebelum bayi lahir), infeksi, dan fetal
distress.6
Bayi mungkin belum berada di posisi yang tepat pada saat itu dan
merobek selaput air ketuban pada saat itu akan meningkatkan resiko
kesalahan posisi bayi yang akan menyebabkan melambatnya proses
persalinan, atau bahkan meningkatkan rasa sakit saat kontraksi.6

3. Seksio Cesarea

Sama halnya dengan induksi, operasi sesar di keadaan darurat bisa


menjadi penyelamat hidup. Namun di dunia, banyak negara berkembang
kejadian operasi sesarnya dua kali lipat dari rekomendasi yang ditetapkan
oleh World Health Organization (WHO).2
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram..3
Angka kejadian persalinan seksio sesarea di banyak negara terus
meningkat begitu juga di Indonesia, baik di rumah sakit pemerintah maupun
rumah sakit swasta.3
Seksio sesarea yang direncanakan dilakukan karena adanya alasan
medis. Apabila persalinan dipaksakan secara alami, akan mengancam
keselamatan ibu dan bayi. Hal ini terjadi pada kesulitan kehamilan yang
sudah terdeteksi sejak dini. Seksio sesarea yang tidak direncanakan
biasanya diputuskan ketika persalinan berlangsung. Waktu pembedahan
dapat ditentukan pada seksio sesarea yang direncanakan, sehingga adanya
persiapan yang baik bagi dokter dan paramedis serta pasien. Seksio sesarea
yang direncanakan yaitu pembedahan yang dilakukan sebelum persalinan
berlangsung dapat menyebabkan segmen bawah rahim belum terbentuk
dengan baik, sehingga lebih mudah terjadinya atonia uteri. 3
Cara teraman untuk melahirkan bagi ibu hamil beresiko rendah adalah
dengan cara normal alami pervaginam. Ibu dengan kehamilan yang sehat
dan tidak beresiko seharusnya didukung untuk menghindari intervensi dan
berbagai prosedur yang meningkatkan resiko dilakukannya operasi sesar.
Karena sebenarnya operasi sesar memiliki banyak resiko, tidak hanya saat
dan setelah operasi, namun juga untuk persalinan dan kehamilan yang akan
datang.2

Pada intervensi medis dengan tindakan operasi dipertimbangkan :3


1. Indikasi tindakan
2. Syarat yang dijumpai
3. Pertimbangkan keadaan ibu dan janin
4. Menetapkan teknik operasi dengan legeartis pada waktu yang tepat
5. Persiapan umum dan khusus
6. Persiapan kemungkinan komplikasi mendadak dan berkelanjutan
7. Pertimbangan janin sebagai human being dan berhak mendapakan
perlindungan.

4. Pemeriksaan Vagina

Pemeriksaan vagina dilakukan untuk menilai seberapa besar cervix


melebar dan mengukur kemajuan proses persalinan. Namun, pemeriksaan
vagina tidak hanya dapat meningkatkan resiko infeksi bahkan bila
dilakukan dengan hati-hati dan dengan sarung tangan steril karena dapat
mendorong bakteri yang normal ditemukan dalam vagina menuju ke atas
leher rahim. Pemeriksaan vagina bisa menyebabkan trauma pada ibu
apabila prosedur yang dilakukan dirasakan menyakitkan mereka juga
biasanya mengarah ke intervensi intervensi yang lain.2
Prosedur ini merupakan prosedur pilihan, harus mendapat persetujuan
klien sebelum melakukan prosedur ini. Ibu hamil melahirkan dengan efektif
tanpa melakukan pengecekan cervix secara terus menerus. Bidan harus
dapat mengetahui kemajuan proses persalinan dengan mengamati klien dan
kontraksi klien.2

5. Forcep dan Vacuum Extractor

Ada kalanya pada tahap mendorong bayi sudah begitu dekat dengan
kelahiran, namun mengalami kendala untuk keluar dari vagina ibu. Hal ini
bisa terjadi karena ibu sudah terlalu lelah untuk mendorong dan lainnya.
Ada waktunya petugas kesehatan akan merekomendasikan untuk
menggunakan instrumen seperti forceps atau vacuum extractor. Kedua
instrumen tersebut jarang digunakan (kurang dari 5 persen kelahiran). 6
Risiko dari penggunaan vacuum extractor yaitu bayi dapat mengalami
memar dan bengkak karena hisapan dari vacuum. Bengkak pada kepala bayi
juga bisa merupakan akibat tekanan dari mulut rahim dan saluran lahir.
Bengkak ini biasanya akan berkurang dalam waktu 2 hari.6

Ada kasus ketika seorang ibu telah melewati waktu 3 jam untuk
mendorong, sehingga diharuskan untuk menggunakan alat bantu. Forceps
yaitu alat yang ditempatkan disekitar kepala bayi dan digunakan untuk
menarik bayi keluar dari vagina ibu. Forceps merupakan pilihan yang tepat
ketika operasi Caesar adalah satu-satunya pilihan lain. Sama seperti
vacuum, forceps merupakan alat yang aman untuk persalinan, namun ibu
perlu membicarakan ini dengan petugas kesehatan untuk mengetahui
risikonya.6

6. Episiotomy (Episiotomi)

Episiotomi merupakan tindakan menggunting perineum ibu untuk


melebarkan vagina supaya memudahkan kelahiran. Beberapa episiotomi
dilakukan untuk menghindari robekan yang lebih sulit untuk diperbaiki.
Namun tindakan ini tidak rutin dilakukan, petugas akan menentukan kapan
waktu yang tepat. Episiotomi juga mungkin dilakukan jika bayi hampir
keluar, namun mengalami fetal distress. Gerakan mendorong ibu
menyebabkan bayi mengalami kelelahan. Ada saatnya ketika bayi tidak
dapat lagi menolerasi dorongan ibu, maka petugas kesehatan akan segera
melakukan episiotomi untuk segera mengeluarkan bayi.6

Tanyakan pada petugas kesehatan seberapa sering dilakukan episiotomi


di rumah sakit tersebut dan alasan potensial dari tindakan tersebut. Jika ibu
memilih perineum robek secara natural, yang dapat memberikan jahitan
lebih sedikit atau bahkan lebih banyak, pastikan hal itu pada petugas
kesehatan. Yakinkan diri ibu bahwa ibu tidak akan mengalami robekan, hal
ini merupakan alasan yang bagus untuk menghindari episiotomi.6

7. Electronic Fetal Monitoring (EFM)

Jika melahirkan di rumah sakit, beberapa rumah sakit akan memasangkan


EFM kira kira setiap jam untuk mengawasi detak jantung bayi, dan untuk
mencari pola pola yang mungkin megindikasikan komplikasi yang mungkin
terjadi. Jika terikat dengan EFM, pergerakan klien akan dibatasi seperti
duduk dan berbaring dan hal ini akan membuat kontraksi cukup
menyakitkan dan mungkin akan membuat janin menerima lebih sedikit
oksigen. .2

8. Epidural

Epidural adalah bentuk penghilang rasa sakit yang biasa diberikan untuk
ibu hamil saat proses persalinan. Epidural meletakkan obat bius langsung ke
kanal tulang belakang yang mana membuat ibu hamil terbangun saat proses
persalinan namun tidak merasakan rasa sakit.. Epidural biasanya membuat
proses persalinan berlangsung kira kira 2,5 jam lebih lama untuk melewati
tahap kedua. Di beberapa kasus, petugas kesehatan mengira persalinan
melambat dan memberi oxytocin buatan untuk mempercepat proses
persalinan dan hal ini meningkatkan resiko intervensi lebih lanjut seperti
vacuum, forceps, bahkan c-section.2
Epidural dapat memberikan pereda nyeri yang sangat efektif selama
persalinan. Namun ini juga meningkatkan risiko ibu untuk mengalami
penurunan tekanan darah secara mendadak, kesulitan bergerak, kesulitan
buang air kecil, kesulitan mendorong bayi keluar, demam, dan efek yang
tidak diinginkan lainnya.2

Dampaknya pun juga dapat dirasakan oleh bayi. Sebagai contoh,


penggunaan epidural meningkatkan kemungkinan ibu terkena demam, jika
seorang ibu demam, maka dokter yang merawat pasti khawatir bahwa
bayinya mungkin terkena infeksi, karena beberapa bayi yang ibunya demam
yang berhubungan epidural pada kenyataannya juga memiliki infeksi,
sebagai tindakan pencegahan ini bayi biasanya harus menjalani tes darah
dan diobati dengan antibiotik segera setelah lahir. Mereka juga harus
diawasi secara khusus di ruang bayi, yang ini juga dapat mengganggu
ikatan dan gangguan kemampuan menyusu.2

2.2 Perkembangan Intervensi Obstetri dalam Persalinan


1. Lotus Birth
Perkembangan dalam praktik kebidanan yang sangat fenomenal
adalah lotus birth yang membuat Robin Lim mendapat penghargaan yang
membanggakan sejawat di seluruh dunia. Lotus Birth, atau tali pusat yang
tidak dipotong, adalah praktek meninggalkan tali pusat yang tidak diklem
dan lahir secara utuh, daripada ikut menghalangi proses fisiologis normal
dalam perubahan Wharton’s jelly yang menghasilkan pengkleman internal
alami dalam 10-20 menit pasca persalinan.6
Tali pusat kemudian Kering dan akhirnya lepas dari umbilicus.

Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah lahir.
 Organisasi

Kesehatan Dunia(WHO) menekankan pentingnya penyatuan atau


penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi, dan menyatakan
dengan jelas (dalam Panduan Praktis Asuhan Persalinan Normal:, Geneva,
Swiss, 1997) “Penundaan Pengkleman (atau tidak sama sekali diklem)
adalah cara fisiologis dalam perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat
secara dini merupakan intervensi yang masih memerlukan pembuktian lebih

lanjut.”
 Lotus Birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi umumnya

dilakukan di klinik dan rumah bersalin, sehingga proses bonding attachment


antara ibu dan bayi dapat dilakukan, hal ini tentunya bermanfaat bagi ibu
dan bayi yang baru lahir .6
Meskipun merupakan suatu fenomena alternatif yang baru,
penundaan pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya

orang Aborigin.
 Oleh karena itu, keputusan untuk dilakukannya Lotus

Birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi karena Lotus Birth
merupakan tanggungjawab dari klien yang telah memilih dan membaut
keputusan tentang tindakan tersebut.6
Praktik Modern dari Lotus Birth menunjukkan bahwa mamalia yang
mempunyai 99% bahan genetik hampir sama dengan manusia, yaitu
simpanse pun membiarkan plasenta utuh, tidak merusak atau memotongnya.
Hal tersebut dikenal dengan fakta primatologists Sampai sekarang belum
ada penelitian lebih lanjut mengenai adanya kehilangan berat badan bayi

dan penyakit kuning karena tindakan Lotus Birth.
 Referensi mengenai

Lotus Birth ini terdapat dalam ajaran Budha, Hindu, serta Kristen dan
Yahudi.6

Manfaat Lotus Birth7

1. Tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan terjadinya


perpanjangan aliran darah ibu ke janin.
2. Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar-
benar dapat mulai bernafas sendiri.
3. Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah
lahir.
4. Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan
terjadinya waktu yang lebih lama untuk bounding attachment.
5. Dr Sarah Buckley mengatakan :"bayi akan menerima tambahan 50-100ml
darah yang dikenal sebagai transfusi placenta. Darah transfuse ini mengandung
zat besi, sel darah merah, keeping darah dan bahan gizi lain, yang akan
bermanfaat bagi bayi sampai tahun pertama."
2. Hypnobirthing7
a. Pengertian Hypnobirthing7

Hypnobirthing berasal dari bahasa Yunani yaitu hypnos yang


berarti tidur atau pikiran tenang dan birthing yang berarti proses
kehamilan sampai melahirkan. Hypnobirthing adalah upaya alami
menanamkan niat kepikiran bawah sadar untuk mengahadapi persalinan
dengan tenang dan sadar. Hypnobirthing merupakan sugesti yang
dilakukan pada ibu hamil dengan cara mengusap bagian bawah
payudaranya hingga perut, terlebih saat bayinya bergerak-gerak sambil
mengucapkan kalimat-kalimat positif yang dapat membangun
kecerdasan otak pada anak. (Chandyy, 2011, hlm.76)

Hypnobirthing sering disebut juga dengan hipnosis persalinan,


yaitu upaya penggunaan hipnosis untuk memperoleh persalinan yang
lancar, aman dan nyaman. Hypnobirthing merupakan metode relaksasi
yang mendasarkan pada keyakinan bahwa ibu hamil bisa mengalami
persalinan melalui insting dan memberikan sugesti bahawa melahirkan
itu nikmat.

b. Manfaat Hypnobirthing7
1. Untuk Ibu Hamil, antara lain mengurangi rasa sakit, mengurangi
kemungkinan adanya komplikasi kehamilan, proses persalinan akan
berjalan aman dan lancar dan relatif lebih cepat, mengurangi
kemungkinan dilakukan episiotomi, ibu akan lebih merasakan ikatan
batin dan emosi terhadap janin, ibu merasakan ketenangan dan
kenyamanan proses melahirkan, ibu akan lebih dapat mengontrol
emosi dan perasaannya, mencegah kelelahan yang berlebih saat
melakukan proses persalinan, bayi yang lahir tidak akan kekurangan
oksigen sehingga menjadi lebih sehat (Chandyy. 2011. hal.81).
2. Untuk Janin. Ada dua keuntungan yang dapat dirasakan oleh janin
ketika ibu hamil mengikuti proses hypnobirthing, yaitu: getaran
tenang dan damai juga akan dirasakan oleh janin yang merupakan
dasar dari perkembangan jiwanya (spiritual quotient), pertumbuhan
janin lebih sehat karena keadaan tenang akan memberikan hormon-
hormon yang seimbang kejanin melalui plasenta.
3. Untuk Suami adalah: menjadi lebih tenang dalam mendampingi
proses persalinan, emosi suami akan menjadi lebih stabil dalam
kehidupan sehari-hari, memperbaiki dan memperkuat hubungan dan
ikatan batin antara istri, suami, serta janin yang dikandung, aura
positif dan tenang yang dimiliki suami/ pendamping persalinan akan
mempengaruhi aura ibu yang bersalin dan orang-orang disekitarnya
(Aprillia. 2010. hal. 37)
4. Untuk Bidan dan Dokter. Hypnobirthing juga mempunyai
keuntungan bagi para tenaga kesehatan terlebih bidan atau dokter,
diantaranya: dapat lebih fokus dan tenang dalam menghadapi ibu
bersalin yang emosinya labil, bidan dan dokter menjadi lebih tenang
dalam membantu pertolongan proses persalinan, emosi bidan/dokter
menjadi lebih stabil dalam kehidupan sehari-hari, aura positif dan
tenang yang dimiliki oleh bidan/dokter sangat mempengaruhi aura
ibu bersalin dan orang-orang disekitarnya, dapat menjadi program
unggulan dari pelayanan BPS/RS/RB, bidan/dokter memiliki
kompetensi, serta bidan/dokter dapat melakukan tindakan medis
ringan/sedang kepada klien tanpa mengurangi rasa nyaman klien
(Aprillia. 2010, hal. 38)
c. Hal-Hal Yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Melakukan Teknik
Hypnobirthing7

Dalam hypnobirthing akan dipelajari teknik-teknik relaksasi


dan visualisasi yang akan membantu ibu selama bersalin dan dengan
cepat memulihkan tingkat energi setelah persalinan. Agar dapat
mengkondisi diri sendiri untuk masuk dengan cepat ke dalam
relaksasi dan visualisasi. Berikut hal-hal yang perlu dipersiapkan
untuk melatih teknik Hypnobirthing

1. Waktu

Memilih waktu untuk relaksasi di mana tidak terdapat


gangguan. Menyisihkan waktu yang sama setiap hari. Bisa pagi,
siang, atau malam hari.

2. Tempat

Memilih tempat latihan yang nyaman, tenang, bersuhu sejuk,


dan dengan pencahayaan lembut temaram dan menjadikan tempat
itu sebagai tempat latihan sehari-hari.

3. Alat
Menggunakan kaset dan CD musik atau lagu kesayangan
yang memiliki nada atau irama berulang-ulang, tenang, serta lembut
untuk menimbulkan respon tubuh terbaik.

4. Yang berlatih
Memastikan kandung kemih kosong sehingga tidak perlu
bolak-balik ke toilet dan menggunakan busana yang longgar dan
mengenakan kain lembut untuk menutupi tubuh sehingga akan
terasa nyaman.
5. Yang melatih/Terapis
Ibu akan dilatih oleh terapis baik bidan ataupun yang lain
yang telah mendalami ilmu hipnoterapi spesifik pada bidang
kehamilan.

6. Posisi Relaksasi
Memilih posisi yang dianggap paling nyaman dengan
mencoba sesantai mungkin. Bisa dalam posisi duduk atau berbaring
sambil memejamkan mata. (Morgan, 2007, Andriana, 2007).

 Posisi berbaring terlentang


 Beberapa hal yang dapat membantu untuk menyamankan posisi
berbaring terlentang.
 Posisi menyamping
 Posisi menyamping (lateral) terutama dipilih oleh ibu hamil saat
menjalani persalinan tahap akhir dan sering kali untuk
mengeluarkan bayi mereka. Ini juga merupakan posisi tidur
bagi ibu yang sedang hamil.
7. Empat langkah sebelum latihan hypnobirthing:
 Memutar kepala dengan posisi miring ke atas bahu sebanyak 8
kali hitungan. Meletakkan jari-jemari kiri dan kanan di atas
bahu, lalu memutar ke belakang sebanyak 8 kali dan ke depan 8
kali.
 Untuk merelaksasi otot, berbaring santai. Meluruskan lengan
kanan dan kiri sejajar tubuh. memposisikan telapak kanan
menghadap ke atas. Menegangkan telapak kaki hingga
merambat ke betis, paha, pinggul, dan dada. Menarik pundak
ditarik ke atas dan kedua telapak tangan dikepal kuat-kuat.
Mengerutkan dahi, tarik lidah ke arah langit-langit.
 Selanjutnya relaksasi pernapasan. Ketika berbaring, napas akan
terdorong ke arah perut. Menarik napas panjang lewat hidung
sambil hitung sampai 10. Menghembuskan perlahan-lahan
lewat mulut. Lakukan 10 kali.
 Merelaksasi pikiran. Memejamkan mata sejenak lalu buka
perlahan-lahan sambil memandang ke satu titik yang tepat di
atas mata, makin lama kelopak mata makin relaks, berkedip,
dan pada hitungan ke-5, mata akan menutup. Ketika kondisi
sudah nyaman, masukkan pikiran positif yang akan terekam
dalam alam bawah sadar. Contoh program positif, “Saya dan
janin di dalam kandungan akan tumbuh sehat. Dan saat
persalinan akan menghadapinya dengan tenang.”

3. Waterbirth 7

Waterbirth adalah salah satu metode alternatif perslinan pervaginam

dimana ibu hamil tanpa komplikasi dengan cara berendam di air hangat agar

mengurangi rasa nyeri ibu dan membuat ibu nyaman.

Waterbirth mulai diperkenalkan secara luas pada tahun 1991 sebagai

bagian dari konsep melahirkan cara baru yang terdiri dari managemen

kelahiran dengan pemantauan yang teliti dan membatasi penggunaan metode

invasif. Ada 2 metode water birth, yaitu:

 Water birth murni: Ibu masuk ke kolam persalinan setelah


mengalami pembukaan 6 sampai proses melahirkan terjadi.
 Water birth emulsion: Ibu hanya berada di dalam kolam hingga
masa kontraksi akhir. Proses melahirkan tetap dilakukan di
tempat tidur.

Manfaat melahirkan di air bagi ibu antara lain Ibu akan merasa lebih

relaks, sehingga nyeri selama persalinan tidak terlalu dirasakan, karena

semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan menjadi elastis dan juga
dapat mengurangi robekan dan rasa sakit pada perineum. Hal ini membuat

kebutuhan terhadap obat-obatan lebih sedikit atau sama sekali tidak

membutuhkan. Energi yang dibutuhkan juga lebih sedikit dan kecemasan

yang terjadi selama persalinan berkurang

Persalinan di air juga menyediakan bagi bayi sebuah lingkungan

mirip dengan dalam kandungan. Manfaat lain bagi bayi adalah

menurunkan risiko cedera kepala bayi. Meskipun belum dilakukan

penelitian mendalam, namun pakar kesehatan meyakini bahwa lahir

dengan metode ini memungkinkan IQ bayi menjadi lebih tinggi

dibandingkan bayi yang lahir dengan metode lain. Peredaran darah bayi

akan lebih baik, sehingga tubuh bayi akan cepat memerah setelah

dilahirkan.

4. Metode Akupresur Untuk Induksi Alami Persalinan8

1. Definisi
Akupresur adalah variasi dari praktek penyembuhan kuno Cina,
akupunktur. Bila akupunktur menggunakan jarum, akupresur adalah
sentuhan terapi yang menggunakan jari untuk memberi tekanan pada titik-
titik tertentu di sekitar tubuh. Kedua metode bergantung pada prinsip bahwa
titik-titik yang ditunjuk pada wajah, tubuh dan kepala dapat menghilangkan
rasa sakit dan mempengaruhi organ. Akupresur bekerja dengan
meningkatkan sirkulasi cairan dan energi seluruh tubuh.
2. Manfaat
Akupresur adalah cara yang efektif dan menyenangkan . Suatu metode
alami yang tidak invasif dan tidak memerlukan obat-obatan, seperti induksi
di rumah sakit. Tidak ada metode induksi alami yang bekerja 100 persen
tepat dan akupresur hanya efektif bila tubuh sudah siap untuk mulai
berkontraksi. Akupresur tidak memiliki efek samping.
3. Tekanan pada Titik Induksi Persalinan
a. Cobalah gosok melingkar daerah antara ibu jari dan
jari telunjuk, titik yang dikenal sebagai L14 (titik
HOku alias titik usus besar 4). Titik-titik ini akan
makin efektif jika dipadukan dengan teknik untuk
meningkatkan kontraksi seperti mengelus pusar pasien. Titik
akupresur ini akan bekerja sangan efektif jia air ketuban sudah pecah
sementara itu kontraksi belum juga mengalami kemajuan. Jangan
menggunakan titik-titik ini jika waktu persalinan sudah lewat waktu.
Karena tujuan akupresur ini lebih ditunjukan untuk merangsang
kontraksi lebih cepat dan mengurangi rasa sakit saat kontraksi
berlangsung Titik ini juga efektif mengatasi sakit kepala, konstipasi,
insomnia, stres, dan kaku pada bahu dan leher.
b. Tekan ke titik SP6 (titik Spleen) pada kaki Anda,
sekitar empat jari di atas tulang pergelangan kaki
bagian dalam. Titik ini merupakan pertemuan 3
meridian yin spleen, liver dan ginjal. Selain untuk
merangsang persalinan titik ini juga dapat mengatasi masalah
reproduksi (siklus mestruasi yang tidak teratur, nyeri premenstruasi,
dan nyeri saat menstruasi). Karena lokasinya di betis, titik ini juga
dapat mengatasi nyeri tungkai bawah dan lutut. Titik spleen ini juga
membantu mengatasi masalah pencernaan dan nyeri perut bawah,
sindrom kelelahan kronis dan insomnia. Tekanan pada titik
SP6 dekat pergelangan kaki meredakan nyeri selama persalinan dan
memperpendek lamanya waktu persalinan, menurut sebuah studi
tahun 2004 di Departemen Keperawatan di Universitas Dankook.
c. Titik Bladder 32
Titik ini terletak di cekungan pantat (bisa
dikenali dari adanya cekungan pada kulit). Untuk
menemukan titik ini, seluncurkan jari Anda menyusuri
tulang belakang hingga mnemukan cekungan ini. Lalu
mulailah memijat untuk merangsang kontraksi
d. Titik Gallbladder 21 (GB21)
Terletak di tengah-tengah punggung bagian atas, GB-
21 digunakan untuk menurunkan energi dan
merelakskan ibu.

e. Tekanan pada Titik L14 di tangan efektif dalam mengurangi rasa nyeri
saat persalinan

f. Tekanan pada BL67, terletak di bagian luar jari kelingking kaki, juga
efektif untuk mengurangi nyeri persalinan.

g. Titik K1
Titik ini terletak pada 1/3 bagian atas telapak
kaki, ketika telapak kaki fleksi (menarik jari kaki ke
depan ke arah telapak kaki). Lakukan penekanan
yang kuat ke dalam dan ke depan ke arah jempol
kaki. Titik ini mempunyai efek relaksasi dan dapat
digunakan kapan saja saat. Titik ini berguna untuk membantu
menenangkan wanita yang merasa ketakutan.
h. KD 1 (kidney 1)
Untuk mengurangi nyeri kontraksi dan bila kala 1
lama.

2.3 Keuntungan dan kerugian Intervensi dalam obstetri 3


Dalam menghadapi intervensi medis (klinik) dalam obstetric terdapat beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan diantaranya :
1. Apakah keuntungan dan kerugian intervensi medis yang dilaksanakan
2. Janin dalam Rahim merupakan human in being dan human being bahkan
mempunyai hak umtuk mendapatkan perlindunagn medis dan hokum
3. Tindakan medis dalam pertolongan persalinan berorientasi pada well born
babies dan well health mothers.

Berdasarkan intervesi klinik pada obstetri dan ginekologi mengetengahkan


poda konsep dasar :3
1. Primum noncere-firs do no harm
2. Pertimbangan mana yang patut dan tidak patut dilakukan dalam intervensi
klinik sehingga tercapai well born babies dan well health mothers.
3. Melakukan informed concent yang merupakand asar hukum dimulainya
dan penyelesaian transaksi teurapeutik
4. Mengakui hak setiap orang untuk dapat menerima atau menolak intervensi
klinik terhadap diri dan janin didalam kandungannya
5. Dalam situasi yang sangat gawat dapat dipertimbangkan untuk
mengorbankan keselamatan janin sehingga keselamatan ibu dapat
dipertahankan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hampir setiap intervensi memiliki beberapa potensi untuk menyebabkan


kerusakan. Tenaga Kesehatan harus membuat keputusan yang hati-hati agar hanya
menerima intervensi yang menawarkan lebih banyak manfaatnya daripada
bahayanya. Dalam menimbang keuntungan dan kerugian, penting untuk
mengandalkan bukti terbaik tentang efek potensial, dan mempertimbangkan
bagaimana tentang kemungkinan hasilnya. Hal ini juga penting untuk mengetahui
pilihan lain yang mungkin tersedia. Sayangnya, tidak mungkin untuk sepenuhnya
dan akurat mengetahui terlebih dahulu proses pengambilan, dan sejauh mana
intervensi lain dan efeknya akan ikut hadir.

B. Saran
Cara terbaik untuk membatasi adanya masalah adalah mencari informasi yang
jelas dan jujur, mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan, menetapkan tujuan
dan rencana, dan menghindari intervensi dengan potensi kerugian, bila
memungkinkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Jones DW. Dasar obstetric dan ginekologi. Jakarta: EGC. 2004

2. Aprilia Y. Intervensi rutin dalam persalinan. 2015. Tersedia di :


http://www.bidankita.com/intervensi-rutin-di-dalam-persalinan/. Diunduh 2
Desember 2017

3. Ben-Zion Taber, M. D. Kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi.


Jakarta: EGC. 2002

4. Esa Lestary, John Rambulangi, Retno B. Farid. Perbandingan Efektifitas


Misoprostol Sublingual 25 Mcg, Pervaginam 25 Mcg Dan Drips Oksitosin 5 Iu
Untuk Induksi Persalinan. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin, Makassar.

5. Homelover. Intervensi medis Pada Proses Persalinan. 2013. Tersedia di :


http://shareformom.blogspot.co.id/2013/10/intervensi-medis-pada-proses-
bersalin.html. Diunduh 2 Desember 2017

6. Djami. MEU. Isu terkini dan evidence based dalam Praktek Kebidanan. 2013.
Tersedia di: https://moudyamo.wordpress.com/2013/06/01/isu-terkini-dan-
evidence-based-dalam-praktik-kebidanan/. Diunduh tanggal 04 Desember 2017

7. Water birth ketahui manfaat dan resikonya. Tersedia di : Conectique_com »


Pregnancy » Water Birth_ Manfaat & Risikonya. diunduh tanggal 04
Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai