PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan
memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasi-komplikasi ini bila
dapat dideteksi lebih awal maka akan dapat ditangani dengan baik. Blighted ovum
atau kehamilan kosong merupakan salah satu komplikasi atau kelainan dalam
Sebuah Blighted Ovum (kehamilan kosong) merupakan salah satu jenis keguguran
yang terjadi pada awal kehamilan. Disebut juga anembryonic pregnancy, blighted
ovum terjadi ketika telur yang dibuahi berhasil melekat pada dinding rahim, tetapi
tidak berisi embrio, hanya terbentuk plasenta dan kulit ketuban. Sebagian besar kasus
Blighted Ovum akan dikeluarkan secara alamiah, tetapi kadang-kadang jaringan dalam
Blighted Ovum umum terjadi pada kehamilan. Bahkan, terjadi sedikitnya 60%
dari semua keguguran dari setiap trimester kehamilan. Namun, karena BO terjadi
sangat awal, banyak wanita tidak menyadari bahwa mereka sedang hamil ketika
mereka menderita Blighted Ovum. Akibatnya banyak wanita tidak sadar akan
kondisinya. Pada ibu hamil dengan Blighted Ovum, kantung uterus akan berhenti
perbesarannya. Pada waktu itu embrio tiada lagi berkembang lalu mati. Kemudian,
keguguran spontan sekitar 50% merupakan kehamilan blighted ovum. Jadi janin
Oleh sebab itu penulis tertarik mengambil kasus ini, dengan harapan dapat
memberikan asuhan dan perawatan sebagai salah satu usaha untuk menghindari resiko
pada ibu.
1.2 Tujuan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan diagnosa kehamilan blighted
2. Merumuskan diagnosa kebidanan atau identifikasi masalah pada klien dengan blighted
ovum.
3. Merumuskan rencana tindakan kebidanan pada ibu hamil dengan blighted ovum
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Definisi
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi
tidak ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga
pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran
perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat
berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang
sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian
plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG
(human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada
indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil
kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi
positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya
Hampir 60% kehamilan kosong disebabkan adanya kelainan kromosom dalam proses
Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan
imunologi, dan sakit kencing manis/diabetes melitus yang tidak terkontrol. Pada ibu
Kian tua usia istri dan suami serta semakin banyak jumlah anak yang dimiliki juga
akan tetapi penyebab utama kondisi ini nampaknya karena faktor kromosom. Blighted
Ovum terjadi ketika kromosom – kromosom yang membentuk janin rusak atau
mengenali abnormalitas kromosom ini dan secara alami berusaha untuk mengakhiri
kehamilan.
2.1.3 Tanda Gejala
Sebagian besar wanita yang menderita Blighted Ovum sering tidak menyadari
bahwa mereka hamil pada saat itu. Gejala dapat ringan atau bahkan tidak ada.
Seringkali wanita terlambat haid dan hasil tes urin positif, kehamilan berjalan normal
sampai kemudian secara tidak sengaja diketahui bahwa kehamilan kosong saat
pemeriksaan USG oleh spesialis kandungan saat usia kehamilan lebih dari 8 minggu.
Wanita yang mendapatkan tes kehamilan positif kemungkinan akan mengalami gejala
umum kehamilan biasa, kemudian dapat timbul gejala tidak khas yaitu perdarahan
spotting coklat kemerah-merahan, kram perut, dan bertambahnya ukuran rahim yang
lambat.
2.1.4. Diagnosis
2.1.5. Pencegahan
Melakukan imunisasi pada si ibu untuk menghindari masuknya virus rubella ke dalam
tubuh. Selain imunisasi, ibu hamil pun harus selalu menjaga kebersihan diri dan
Sembuhkan dahulu penyakit yang diderita oleh calon ibu. Setelah itu pastikan bahwa
Tak hanya pada calon ibu, calon ayah pun disarankan untuk menghentikan kebiasaan
kehamilan sehat di masa depan. Meskipun ada kemungkinan untuk menderita abortus /
reproduksi. Untuk memberikan waktu tubuh Anda untuk normal kembali, disarankan
menunggu satu sampai tiga siklus haid sebelum mencoba untuk hamil kembali.
dahulu.
Jika Anda telah mengalami lebih dari dua kali keguguran berurutan, sebaiknya Anda
pemantauan dan terapi khusus yang dapat membantu Anda untuk mencegah
Kuratase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuratase
pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya
(Harnawatiaj, 2008).
Sebuah kuret adalah alat bedah yang dirancang untuk mengorek jaringan biologis
atau puing di sebuah biopsi, eksisi, atau prosedur pembersihan. (Michelson, 1988).
2.2.2 Tujuan Kuretase
Menurut ginekolog dari Morula Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan kuret ada dua
yaitu:
a. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter untuk
membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak
diharapkan.
b. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada rahim,
apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya berbeda, tindakan yang
dilakukan pada dasarnya sama saja. Begitu juga persiapan yang harus dilakukan
A. Prosedur Kuretase
Saat akan menjalani kuretase, biasanya ibu harus mempersiapkan dirinya.
Misal, berpuasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong
Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada yang
bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk mengalaminya lagi. Tetapi
ada pula yang biasa-biasa saja. Sebenarnya, seperti halnya persalinan normal, sakit
tidaknya kuret sangat individual. Sebab, segi psikis sangat berperan dalam
menentukan hal ini. Bila ibu sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret,
maka munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan menambah
kuat rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat bius yang diberikan
bisa tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya sudah bekerja lebih dahulu.
Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa mengatasi
rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik. Meskipun obat bius yang
diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik. Untuk itu sebaiknya sebelum
menjalani kuret ibu harus mempersiapkan psikisnya dahulu supaya kuret dapat
berjalan dengan baik. Persiapan psikis bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk
mengatasi rasa takut, pahami bahwa kuret adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi
masalah yang ada. Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang terdekat
Hal lain yang perlu dilakukan adalah meminta penjelasan kepada dokter
secara lengkap, mulai apa itu kuret, alasan kenapa harus dikuret, persiapan yang
harus dilakukan, hingga masalah atau risiko yang mungkin timbul. Jangan takut
memintanya karena dokter wajib menjelaskan segala sesuatu tentang kuret. Dengan
penjelasan lengkap diharapkan dapat membuat ibu lebih memahami dan bisa lebih
(Fajar, 2007).
B. Persiapan Tenaga Kesehatan Sebelum Kuretase
Melakukan USG terlebih dahulu, mengukur tekanan darah pasien, dan
C. Persiapan Alat
2) Laken
1) Spekulum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan SIM/L (2) ukuran S/M/L)
9) kom
D. Saat Kuretase
Sebelum dilakukan kuretase, biasanya pasien akan diberikan obat anestesi
(dibius) secara total dengan jangka waktu singkat, sekitar 2-3 jam. Setelah pasien
terbius, barulah proses kuretase dilakukan.Ketika melakukan kuret, ada 2 pilihan alat
bantu bagi dokter. Pertama, sendok kuret dan kanula/selang. Sendok kuret biasanya
dipilih oleh dokter untuk mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8 minggu karena
pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok kanula lebih dipilih untuk
mengeluarkan janin yang berusia di bawah 8 minggu, sisa plasenta, atau kasus
endometrium.
Alat kuretase baik sendok maupun selang dimasukkan ke dalam rahim lewat
vagina. Bila menggunakan sendok, dinding rahim akan dikerok dengan cara melingkar
searah jarum jam sampai bersih. Langkah ini harus dilakukan dengan saksama supaya
tak ada sisa jaringan yang tertinggal. Bila sudah berbunyi “krok-krok” (beradunya
sendok kuret dengan otot rahim) menunjukkan kuret hampir selesai. Sedikit berbeda
dengan selang, bukan dikerok melainkan disedot secara melingkar searah jarum jam.
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam. Alat – alat yang dipakai umumnya
terbuat dari metal dan biasanya melengkung karena itu memasukkan alat – alat ini
harus disesuaikan dengan letak rahim. Gunanya supaya jangan terjadi salah arah (fase
Masukkan penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan panjang
membentur fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan atau dipindahkan pada
portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim.
mestinya, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk sekali lagi menentukan besar dan
dinding uterus dan mengecilkan bahaya perforasi. Kemudian anastesi umum, misalnya
dengan penthotal sodium, diberikan. Setelah spekulum vagina dipasang, satu atau dua
serviks menjepit dinding depan porsio uteri. Spekulum depan diangkat dan spekulum
belakang dipegang oleh seorang pembantu. Cunam dipegang dengan tangan kiri si
penolong untuk mengadakan fiksasi pada serviks uteri dan untuk dapat mengatur
kekuatan untuk dapat memasukkan busi Hegar melalui ostium uteri internum. Sonde
uterus dimasukkan dengan hati-hati untuk mengetahui letak dan panjangnya kavum
uteri. Sesudah itu dilakukan dilatasi kanalis servikalis dengan busi hegar dari nomer
kecil hingga yang secukupnya, tetapi tidak lebih dari busi nomer 12 pada seorang
multipara. Panjang busi yang dimasukkan tidak boleh melebihi panjang sonde uterus
yang dapat masuk sebelumnya. Dilatasi pada seorang primigravida lebih sulit dan
mengandung lebih besar terjadinya luka pada serviks uteri, sehingga lebih baik
dilakukan pada kehamilan yang lebih muda dan diadakan dilatasi yang sekecil-
kecilnya.
Pada kehamilan sampai 6 atau 7 minggu pengeluaran isi rahim dapat dilakukan
dengan kuret tajam. Harus diusahakan agar seluruh kavum uteri dikerok, agar ovum
kecil tidak terlewat, kerokan dilakukan secara sistematis menurut puteran jarum jam.
Apabila kehamilan melebihi 6-7 minggu, digunakan kuret tumpul sebesar yang
dapat dimasukkan. Setelah hasil konsepsi untuk sebagian besar lepas dari dinding
uterus, maka hasil tersebut dapat dikeluarkan sebanyak mungkin dengan cunam
abortus, kemudian dilakukan kerokan hati-hati dengan kuret tajam yang cukup besar.
Apabila perlu, dimasukkan tampon kedalam kavum uteri dan vagina, yang harus
Pada seorang primigravida, atau pada seorang multipara yang memerlukan
pembukaan kanalis servikalis yang lebih besar (misalnya untuk mengeluarkan mola
hidatidosa) dapat dilakukan dilatasi dalam dua tahap. Dimasukkan dahulu ganggang
laminaria dengan diameter 2-5 mm dalam kanalis servikalis dengan ujung atasnya
masuk sedikit kedalam kavum uteri dan ujung bawahnya masih di vagina, kemudian
dibesarkan dengan busi hegar, bahaya pemakaian ganggang laminaria adalah infeki
Dalam tahun-tahun terakhir cara ini lebih banyak digunakan oleh karena
ditentukan dengan pemeriksaan bimanual, bibir depan serviks dipegang dengan cunam
serviks, dan sonde uterus dimasukkan untuk mengetahui panjang dan jalannya kavum
uteri. Anastesi umum dengan penthotal sodium, atau anastesia paracervikal block
dilakukan dan 5 satuan oksitosin disuntikkan pada korpus uteri dibawah kandung
kencing dekat pada perbatasannya pada serviks. Sesudah itu, jika perlu diadakan
dilatasi pada serviks agar dapat memasukkan kuret penyedot yang besarnya
didasarkan pada tuanya kehamilan (diametr antara 6 dan 11 mm). Alat tersebut
dimasukkan sampai setengah panjangnya kavum uteri dan kemudian ujung luar
kurang dari 10 minggu abortus dapat diselesaikan dalam 3-4 menit. Pada kehamilan
yang lebih tua, kantong amnion dibuka dahulu dengan kuret dan cairan serta isi
lainnya diisap keluar. Apabila masih ada yang tertinggal, sisa itu dikeluarkan dengan
2. Cunam Abortus
Pada abortus inisipiens, dimana sudah kelihatan jaringan, pakailah cunam
abortus untuk mengeluarkannya yang biasanya diikuti oleh jaringan lainnya. Dengan
demikian sendok kuret hanya dipakai untuk membersihkan sisa – sisa yang
ketinggalan saja.
hati. Lakukanlah dengan lembut sesuai dengan arah dan letak rahim (Harnawatiaj,
2008).
Perawatan usai kuretase pada umumnya sama dengan operasi-operasi lain. Harus
menjaga bekas operasinya dengan baik, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat,
tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai keluhannya
benar-benar hilang, dan meminum obat secara teratur. Obat yang diberikan biasanya
adalah antibiotik dan penghilang rasa sakit. Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang
Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua karena bisa saja ada sisa jaringan
yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret berjalan dengan baik dan
1. Setelah pasien sudah dirapihkan, maka perawat mengobservasi keadaan pasien dan
4. Pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi keadaan
Terkadang kuret tidak berjalan lancar. Meskipun telah dilakukan oleh dokter
kandungan yang sudah dibekali ilmu kuret namun kekeliruan bisa saja terjadi. Bisa
saja pada saat melakukannya dokter kurang teliti, terburu-buru, atau jaringan sudah
kaku atau membatu seperti pada kasus abortus yang tidak ditangani dengan cepat.
a. Perdarahan
Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi
perdarahan. Untuk itu jaringan harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa
sedikit pun. Bila ada sisa kemudian terjadi perdarahan, maka kuret kedua harus segera
dilakukan. Biasanya hal ini terjadi pada kasus jaringan yang sudah membatu. Banyak
dokter kesulitan melakukan pembersihan dalam sekali tindakan sehingga ada jaringan
yang tersisa. Namun biasanya bila dokter tidak yakin sudah bersih, dia akan memberi
tahu kepada si ibu, “Jika terjadi perdarahan maka segera datang lagi ke dokter.”
kesehatan rahim.
c. Gangguan Haid
d. Infeksi
Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa
memicu terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang
TINJAUAN KASUS
RESUME :
Ny. S mengatakan hamil anak ke-3 abortus 1 kali, operasi melahirkan 1x (hamil 1)
tahun 2011. Riwayat melahirkan normal 1x , keluhan nyeri pinggang (+) keluar flek-
flek (+) hasil USG : janin tidak berkembang . HPHT : 1-5-2019. Ditemukan TTV
I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS BIODATA
a. Data Subyektif
1. Biodata
Untuk mengetahui nama ibu dan suami, agama, pendidikan, pekerjaan ibu dan suami serta
Apakah ibu sekarang sedang menderita penyakit menular (TBC, Hepatitis), menurun (DM,
Apakah ibu pernah menderita penyakit/ tidak sedang menderita penyakit menular(TBC,
Hepatitis), menurun (DM, Hipertensi, Asma), PMS (Kondiloma,Sifilis, HIV/AIDS dll) dan
menahun (Jantung).
Menanyakan umur pertama menstruasi, berapa lama menstruasi, teratur / tidak, ada keluhan /
tidak selama menstruasi.Untuk mengetahui HPHT / TP, keluhan saat hamil, keputihan atau tidak.
Status pernikahan, berapa kali menikah, umur pertama kali menikah dan lama menikah.
mester I : apakah ibu mengalami keluhan yang biasanya terjadi pada hamil
muda seperti mual muntah, periksa ke mana, sebanyak berapa kali dan mendapattablet tambah
darah,vitamin lain
mester II : apakah ibu mengalami keluhan , apakah ibu sudah
merasakanadanya gerakan janin, periksa sebanyak berapa kali, mendapat TT berapa kali apakah
mester III : apakah ibu mengalami keluhan seperti merasakan sesak, sering
kencing, dll. Periksa kemana,apakah ibu sudah merasakan kenceng-kenceng dan mengeluarkan
11. Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan kontrasepsi apa, apa rencana KB, alasan memilih KB tersebut dan
a. Pola nutrisi
Berhubungan dengan persiapan kuretase, pasien diharuskan untuk puasa sebelum operasi karena
Sebelum dilakukan operasi, harus dilakukan lavemen/huknah untuk mengosongkan usus (saluran
pencernaan) tujuannya agar pada waktudilakukan operasi, feses tidak keluar karena pengaruh
c. Personal hygiene
Berhubungan dengan kebersihan tubuh, terutama alat reproduksi (dariarah depan ke belakang),
d. Pola istirahat/tidur
Berhubungan dengan kecukupan kebutuhan istirahat, normalnya 9-10 jam.Polaaktivitas
berhubungan dengan kegiatan ibu sehari-hari, apakah mempengaruhi kehamilan dan janinnya.
Terutama hormon progesteron yang tidak cepat turun walaupun UKcukup, sehingga kepekaan uterus
terhadap oksitoxin kurang. Dan yangpaling menentukan adalah produksi prostaglandin kurang
Berhubungan dengan kebiasaan minum alkohol, jamu-jamuan yang dapat mempengaruhi proses
persalinan.
Bagaimana hubungan ibu dan keluarga, apakah ibu terlibat dalam kegiatan:
b. Data Obyektif
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 – 88 x/mnt
RR : 16 – 24 x/mnt
TB : > 145 cm
a. Inspeksi
normal / tidak
Mulut : Bersih / tidak, pucat / tidak, caries gigi / tidak, stomatitis / tidak
Abdomen : Ada bekas operasi/ tidak, ada striae livida / albican, linea nigra /
tidak
Ekstrimitas : Simetris, ada odem, tidak varises, ada nyeri tekan / tidak
b. Palpasi
c. Auskultasi
Dada : Apakah ada wheezing / ronchi.
USG: Hasil : kehamilan kosong hanya terlihat kantong kehamilan dengan cairan didalamnya.
Ds : - Ibu mengatakan keluar darah sedikit kemarin pagi jam 05.30 WIB
-Ibu mengatakan kemarin melakukan USG dan janinnya tidak berkembang dan harus dikuret
Do :
Keadaan Umum : ..
Kesadaran : ..
T : ..mmHg
N : ..x/menit
S : ..oC
RR : ..kali/menit
Inspeksi
§ Pada ibu
Perdarahan pervaginam
2.3.5 Intervensi
Intervensi
R/ Membina hubungan yang harmonis sehingga proses asuhan dapat berjalan lancar dan ibu
kooperatif.
R/ untuk memberikan pandangan bahwa janinnya tidak berkembang dan harus diterminasi
4. Beri konseling pada ibu tentang tindakan kuretase yang harus dilakukan demi keselamatan ibu
2.3.6 Implementasi
2.3.7 Evaluasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
3.1 Pengkajian
1. Biodata
Selilir, Wagir
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular (TBC,), menurun (DM, Hipertensi,
(DM,Hipertensi,Asma),dan menahun (Jantung),ibu hanya pernah sakit batuk filek dan tidak
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular(TBC,),menurun
(DM, Hipertensi, Asma),dan menahun (jantung), serta tidak ada riwayat kembar.
Menarche : 13 tahun
Siklus : 30 hari
Lama : 7 hari
HPHT : 18-12-13
TP : 25-09-14
Kawin ke : 1 tahun
Lama : 9 tahun
8. Riwayat KB
Lama : 1 tahun
o Nifas H
e t x
l n mal 49 cm ar
2 Ha
mil -
ini
Riwayat Kehamilan
Trimester I : Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya ke bidan sebanyak 1 kali mengeluh
RS ibu dipuasakan.
Pola Eliminasi BAB 1-2 ×/hari rutin, BAB 1-2 ×/hari rutin,
sebelum dikuretase.
1. Psikologis
2. Sosial
3. Spiritual
Ibu mengatakan beragama islam, Ibu selalu menjalankan Ibadah (sholat 5 waktu), saat ini Ibu
4. Budaya
Ibu tidak pernah mengkonsumsi jamu dan jika sakit berobat ke petugas kesehatan.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,5oC BB : 50 kg
2. Pemeriksaan Fisik
Mata : Simetris, sklera tidak icterus, konjungtiva merah muda, tidak ada
gangguan penglihatan.
eher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena
jugularis.
Genetalia : Vulva vagina terlihat bercak darah warna kecoklatan ,tidak ada
alpasi
her : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan bendungan vena
jugularis.
yudara : Tidak terdapat benjolan abnormal, ASI belum keluar, tidak ada
nyeri tekan.
Pemeriksaan Penunjang
- USG Hasil : kehamilan kosong hanya terlihat kantong kehamilan dengan cairan
didalamnya.
Ds : Ibu mengatakan keluar bercak darah sedikit sejak kemarin pagi dan merasa sakit perut (mules)
hilang timbul.
Do : K/U : baik
Kesadaran :composmentis
Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36,5o C BB : 50 kg
Inspeksi
domen : tidak ada linea alba dan linea ngra, ada luka bekas operasi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
§ Pada ibu
o Perdarahan pervaginam
3.5 Intervensi
Kriteria hasil :
TTV :
N : 70 – 90x/mnt
S : 36,5 – 37,5ºC
RR : 16 – 24x/mnt
- Kebutuhan pasien terpenuhi ( nutrisi, kebersihan, elliminasi, istirahat dan psikologis )
Intervensi
R/ Membina hubungan yang harmonis sehingga proses asuhan dapat berjalan lancar dan ibu
kooperatif.
3. Jelaskan pada ibu atas kehamilannya yang merupakan kehamilan kosong
R/ untuk memberikan pandangan bahwa janinnya tidak berkembang dan harus diterminasi
4. Beri konseling pada ibu tentang tindakan kuretase yang harus dilakukan demi keselamatan ibu
8. Observasi Tensi, SpO2, dan nadi pasien selama kuretase dilakukan
Nadi : 87 x/menit
Suhu : 36.5 °C
RR : 20x/menit
TD : 100/70 mmHg
kehamilan kosong
curretage,
dan jaringan
SpO2 : 100
N : 72 x/mnt
3.7 Evaluasi
- Kesadaran : samnollen
N : 72 x/menit
S : 36.5℃
RR : 20 x/menit
Catatan Perkembangan
- Kesadaran : composmentis
- TTV dalam batas normal :
N : 78 x/menit
S : 36.5℃
RR : 18 x/menit
A : masalah teratasi
4. jelaskan bahwa perdarahan ibu akan berhenti beberapa hari setelah kuretase
- Pospargin 3 x1/hari
BAB IV
PEMBAHASAN
Kuretase dapat dilakukan atas indikasi blighted ovum Setelah dilakukan pengkajian data
pada NY”A” didapatkan bahwa NY”A” GII P1001 Ab000 dengan Blighted Ovum.
Dari hasil pengkajian didapatkan diagnosa NY”A” GII P1001 Ab000 dengan Blighted
Observasi kesadaran, melakukan KIE dan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian
terapi.
Dari diagnosa diatas direncanakan tindakan perawatan yaitu : Melakukan observasi TTV sebagai
indikator untuk mengetahui penyimpangan, , melakukan observasi cairan infus, memotivasi ibu
untuk mobilisasi bertahap guna untuk mempercepat pemulihan kondisi ibu, memotivasi ibu
untuk makan makanan bergizi, melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian
terapi, adapun terapi yang diberikan untuk NY”A” adalah injeksi : Primperan,Gentamicin. obat
oral: Amoxan3x1 Dosis 500 mg, Pospargin 3 x1/hari,.Rencana tindakan diatas semuanya
dilakukan pada NY”A”,berjalan lancar sesuai rencana tanpa ada masalah. Setelah diberikan
penanganan dan dievaluasi NY”A” membaik dan diijinkan pulang . Nasihat yang diberikan pada
NY”A” sebelum pulang antara lain : Personal hygenis, aktivitas yang berat dihindari, menjaga
kebersihan dirii, dan pola nutrisi. Hasil yang didapatkan NY”A” paham tentang cara perawatan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada bayi di
dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala kehamilan
seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness),
payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik
test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif. Pada kasus didapatkan ny”A” GII P1001
Ab000 dengan blighted ovum dilakukan terminasi kehamilan dengan dilakukan kuretase.
5.2 Saran
• Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan serta harus mampu mengenali tanda- tanda bahaya
yang terjadi pada ibu post partum sehingga dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat