Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan

memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasi-komplikasi ini bila

dapat dideteksi lebih awal maka akan dapat ditangani dengan baik. Blighted ovum

atau kehamilan kosong merupakan salah satu komplikasi atau kelainan dalam

kehamilan yang dapat menyebabkan perdarahan dalam kehamilan trimester dini.

Sebuah Blighted Ovum (kehamilan kosong) merupakan salah satu jenis keguguran

yang terjadi pada awal kehamilan. Disebut juga anembryonic pregnancy, blighted

ovum terjadi ketika telur yang dibuahi berhasil melekat pada dinding rahim, tetapi

tidak berisi embrio, hanya terbentuk plasenta dan kulit ketuban. Sebagian besar kasus

Blighted Ovum akan dikeluarkan secara alamiah, tetapi kadang-kadang jaringan dalam

rahim memerlukan tindakan medis.

Blighted Ovum umum terjadi pada kehamilan. Bahkan, terjadi sedikitnya 60%

dari semua keguguran dari setiap trimester kehamilan. Namun, karena BO terjadi

sangat awal, banyak wanita tidak menyadari bahwa mereka sedang hamil ketika

mereka menderita Blighted Ovum. Akibatnya banyak wanita tidak sadar akan

kondisinya. Pada ibu hamil dengan Blighted Ovum, kantung uterus akan berhenti
perbesarannya. Pada waktu itu embrio tiada lagi berkembang lalu mati. Kemudian,

gugurlah bahan-bahan atau produk kehamilan.

Proses keguguran itu bisa berlangsung berminggu-minggu, dimulai dengan

hadirnya bercak-bercak kecoklatan hingga perdarahan dalam jumlah banyak. Tak

jarang keguguran berlangsung secara spontan. Berdasakan penelitian, hamil yang

keguguran spontan sekitar 50% merupakan kehamilan blighted ovum. Jadi janin

memang tidak berkembang dan mekanisme tubuh secara alami mengeluarkannya.

Oleh sebab itu penulis tertarik mengambil kasus ini, dengan harapan dapat

memberikan asuhan dan perawatan sebagai salah satu usaha untuk menghindari resiko

pada ibu.

1.2  Tujuan

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan diagnosa kehamilan blighted

ovum, maka diharapkan siswa mempunyai bekal kemampuan :

1. Mengidentifikasi data klien dengan kehamilan blighted ovum.

2. Merumuskan diagnosa kebidanan atau identifikasi masalah pada klien dengan blighted

ovum.

3. Merumuskan rencana tindakan kebidanan pada ibu hamil dengan blighted ovum

4. Melaksanakan rencana tindakan pada pasien blighted ovum.

5. Mampu mengevaluasi hasil tindakan kebidanan.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Blighted Ovum

2.1.1 Definisi

Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi

tidak ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga

merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah

pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran

perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium

hasilnya pun positif.

Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat

berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang

sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian

plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG

(human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada

indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil

konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala

kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi

positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya

mengukur kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin).


2.1.2.   Etiologi

 Hampir 60% kehamilan kosong disebabkan adanya kelainan kromosom dalam proses

pembuahan sel telur dan sel sperma.

 Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan

imunologi, dan sakit kencing manis/diabetes melitus yang tidak terkontrol. Pada ibu

hamil dapat menjadi menyebabkan terjadinya kehamilan kosong.

 Kian tua usia istri dan suami serta semakin banyak jumlah anak yang dimiliki juga

dapat memperbesar peluang terjadinya kehamilan kosong.

 Kadang-kadang Blighted Ovum disebabkan rendahnya kadar hormon dalam tubuh,

akan tetapi penyebab utama kondisi ini nampaknya karena faktor kromosom. Blighted

Ovum terjadi ketika kromosom – kromosom yang membentuk janin rusak atau

terganggu, mengakibatkan kerusakan genetik yang parah. Kemudian tubuh anda

mengenali abnormalitas kromosom ini dan secara alami berusaha untuk mengakhiri

kehamilan.

2.1.3  Tanda Gejala

Sebagian besar wanita yang menderita Blighted Ovum sering tidak menyadari

bahwa mereka hamil pada saat itu. Gejala dapat ringan atau bahkan tidak ada.

Seringkali wanita terlambat haid dan hasil tes urin positif, kehamilan berjalan normal

sampai kemudian secara tidak sengaja diketahui bahwa kehamilan kosong saat

pemeriksaan USG oleh spesialis kandungan saat usia kehamilan lebih dari 8 minggu.

Wanita yang mendapatkan tes kehamilan positif kemungkinan akan mengalami gejala
umum kehamilan biasa, kemudian dapat timbul gejala tidak khas yaitu perdarahan

spotting coklat kemerah-merahan, kram perut, dan bertambahnya ukuran rahim yang

lambat.

2.1.4.  Diagnosis

Satu-satunya cara untuk memastikan diagnosa Blighted Ovum adalah melalui

pemeriksaan USG. USG abdominal atau transvaginal akan mengungkapkan ada

tidaknya janin yang berkembang dalam rahim Anda.

2.1.5.  Pencegahan

 Melakukan imunisasi pada si ibu untuk menghindari masuknya virus rubella ke dalam

tubuh. Selain imunisasi, ibu hamil pun harus selalu menjaga kebersihan diri dan

lingkungan tempat tinggalnya.

 Sembuhkan dahulu penyakit yang diderita oleh calon ibu. Setelah itu pastikan bahwa

calon ibu benar-benar sehat saat akan merencanakan kehamilan.

 Melakukan pemeriksaan kromosom

 Tak hanya pada calon ibu, calon ayah pun disarankan untuk menghentikan kebiasaan

merokok dan memulai hidup sehat saat prakonsepsi.

 Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehamilan kosong jarang

terdekteksi saat usia kandungan masih di bawah delapan  bulan.


2.1.6.   Kehamilan Selanjutnya

Sebagian besar wanita yang menderita Blighted Ovum mendapatkan

kehamilan sehat di masa depan. Meskipun ada kemungkinan untuk menderita abortus /

keguguran berulang, ini sangat dimungkinkan ada beberapa penyebab / masalah

reproduksi. Untuk memberikan waktu tubuh Anda untuk normal kembali, disarankan

menunggu satu sampai tiga siklus haid sebelum mencoba untuk hamil kembali.

Gunakan kontrasepsi selama waktu tersebut untuk mencegah kehamilan terlebih

dahulu.

Jika Anda telah mengalami lebih dari dua kali keguguran berurutan, sebaiknya Anda

berkonsultasi dengan spesialis kandungan/ahli reproduksi. Anda atau pasangan Anda

mungkin menderita suatu masalah yang mengganggu kehamilan, sehingga diperlukan

pemantauan dan terapi khusus yang dapat membantu Anda untuk mencegah

keguguran selanjutnya dan membawa kehamilan sampai genap bulan.

2.2 Konsep Dasar Kuretase

2.2.1 Pengertian Kuretase

            Kuratase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuratase

(sendok kerokan). Sebelum melakukan kuratase, penolong harus melakukan

pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya

uterus gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi

(Harnawatiaj, 2008).

Sebuah kuret adalah alat bedah yang dirancang untuk mengorek jaringan biologis

atau puing di sebuah biopsi, eksisi, atau prosedur pembersihan. (Michelson, 1988).
2.2.2 Tujuan Kuretase

Menurut ginekolog dari Morula Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan kuret ada dua

yaitu:

a. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter untuk

membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak

diharapkan.

b. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada rahim,

apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya berbeda, tindakan yang

dilakukan pada dasarnya sama saja. Begitu juga persiapan yang harus dilakukan

pasien sebelum menjalani kuret.

2.2.3 Persiapan Sebelum Kuretase

A. Prosedur Kuretase

Persiapan Pasien Sebelum Kuretase

          1.  Puasa

                                           Saat akan menjalani kuretase, biasanya ibu harus mempersiapkan dirinya.

Misal, berpuasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong

sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.

          2.  Persiapan Psikologis

                                         Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada yang

bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk mengalaminya lagi. Tetapi

ada pula yang biasa-biasa saja. Sebenarnya, seperti halnya persalinan normal, sakit
tidaknya kuret sangat individual. Sebab, segi psikis sangat berperan dalam

menentukan hal ini. Bila ibu sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret,

maka munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan menambah

kuat rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat bius yang diberikan

bisa tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya sudah bekerja lebih dahulu.

                                           Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa mengatasi

rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik. Meskipun obat bius yang

diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik. Untuk itu sebaiknya sebelum

menjalani kuret ibu harus mempersiapkan psikisnya dahulu supaya kuret dapat

berjalan dengan baik. Persiapan psikis bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk

mengatasi rasa takut, pahami bahwa kuret adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi

masalah yang ada. Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang terdekat

seperti suami, orangtua, sahabat, dan lainnya.

         3.  Minta Penjelasan Dokter

                                                     Hal lain yang perlu dilakukan adalah meminta penjelasan kepada dokter

secara lengkap, mulai apa itu kuret, alasan kenapa harus dikuret, persiapan yang

harus dilakukan, hingga masalah atau risiko yang mungkin timbul. Jangan takut

memintanya karena dokter wajib menjelaskan segala sesuatu tentang kuret. Dengan

penjelasan lengkap diharapkan dapat membuat ibu lebih memahami dan bisa lebih

tenang dalam pelaksanaan kuret

(Fajar, 2007).
    B. Persiapan Tenaga Kesehatan Sebelum Kuretase

                                              Melakukan USG terlebih dahulu, mengukur tekanan darah pasien, dan

melakukan pemeriksaan Hb, menghitung pernapasan, mengatasi perdarahan, dan

memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit (Damayanti, 2008).

C. Persiapan Alat

                    Alat tenun,

1)   Baju operasi

2)   Laken

3)   Doek kecil,

                    Alat kuretase

1)   Spekulum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan SIM/L (2) ukuran S/M/L)

2)   Sonde penduga uterus

a.    Untuk mengukur kedalaman rahim

b.    Untuk mengetahui lebarnya lubang vagina

3)   Cunam muzeus atau cunam porsio

4)   Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar

5)   Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret 1 set)

6)   Cunam tampon satu buah

7)   Kain steril dan handscoon 2 pasang

8)   Tenakulum 1 buah

9)   kom

10)    Lampu sorot

11)    Larutan antiseptik


12)    Tensimeter, stetoskop, sarung tangan DTT

13)    Set infus, aboket, cairan infus

14)    Kateter karet 1 buah

15)    Spuit 3 cc dan 5 cc

16)    Oksigen dan regulator (Yara, 2011).

         D. Saat Kuretase

                                             Sebelum dilakukan kuretase, biasanya pasien akan diberikan obat anestesi

(dibius) secara total dengan jangka waktu singkat, sekitar 2-3 jam. Setelah pasien

terbius, barulah proses kuretase dilakukan.Ketika melakukan kuret, ada 2 pilihan alat

bantu bagi dokter. Pertama, sendok kuret dan kanula/selang. Sendok kuret biasanya

dipilih oleh dokter untuk mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8 minggu karena

pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok kanula lebih dipilih untuk

mengeluarkan janin yang berusia di bawah 8 minggu, sisa plasenta, atau kasus

endometrium.

                                             Alat kuretase baik sendok maupun selang dimasukkan ke dalam rahim lewat

vagina. Bila menggunakan sendok, dinding rahim akan dikerok dengan cara melingkar

searah jarum jam sampai bersih. Langkah ini harus dilakukan dengan saksama supaya

tak ada sisa jaringan yang tertinggal. Bila sudah berbunyi “krok-krok” (beradunya

sendok kuret dengan otot rahim) menunjukkan kuret hampir selesai. Sedikit berbeda

dengan selang, bukan dikerok melainkan disedot secara melingkar searah jarum jam.

Umumnya kuret memakan waktu sekitar 10-15 menit (Fajar, 2007).


E Teknik Kuretase

1. Tentukan Letak Rahim

Yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam. Alat – alat yang dipakai umumnya

terbuat dari metal dan biasanya melengkung karena itu memasukkan alat – alat ini

harus disesuaikan dengan letak rahim. Gunanya supaya jangan terjadi salah arah (fase

route) dan perforasi.

2. Penduga Rahim (sondage)

Masukkan penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan panjang

ataudalamnya penduga rahim. Caranya adalah, setelah ujung penduga rahim

membentur fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan atau dipindahkan pada

portio dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim.

3. Dilatasi dan Kuretase

Setelah pasien ditidurkan dalam letak litotomi dan dipersiapkan sebagaimana

mestinya, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk sekali lagi menentukan besar dan

letaknya uterus serta ada atau tidaknya kelainan disamping uterus.

Sesudah premedikasi diberikan,  infus glukosa 5 % intravena dengan 10 satuan

oksitosin dipasang dan diteteskan perlahan-lahan untuk menimbulkan kontraksi

dinding uterus dan mengecilkan bahaya perforasi. Kemudian anastesi umum, misalnya

dengan penthotal sodium, diberikan. Setelah spekulum vagina dipasang, satu atau dua

serviks menjepit dinding depan porsio uteri. Spekulum depan diangkat dan spekulum

belakang dipegang oleh seorang pembantu. Cunam dipegang dengan tangan kiri si

penolong untuk mengadakan fiksasi pada serviks uteri dan untuk dapat mengatur

kekuatan untuk dapat memasukkan busi Hegar melalui ostium uteri internum. Sonde
uterus dimasukkan dengan hati-hati untuk mengetahui letak dan panjangnya kavum

uteri. Sesudah itu dilakukan dilatasi kanalis servikalis dengan busi hegar dari nomer

kecil hingga yang secukupnya, tetapi tidak lebih dari busi nomer 12 pada seorang

multipara. Panjang busi yang dimasukkan tidak boleh melebihi panjang sonde uterus

yang dapat masuk sebelumnya. Dilatasi pada seorang primigravida lebih sulit dan

mengandung lebih besar terjadinya luka pada serviks uteri, sehingga lebih baik

dilakukan pada kehamilan yang lebih muda dan diadakan dilatasi yang sekecil-

kecilnya.

Pada kehamilan sampai 6 atau 7 minggu pengeluaran isi rahim dapat dilakukan

dengan kuret tajam. Harus diusahakan agar seluruh kavum uteri dikerok, agar ovum

kecil tidak terlewat, kerokan dilakukan secara sistematis menurut puteran jarum jam.

Apabila kehamilan melebihi 6-7 minggu, digunakan kuret tumpul sebesar yang

dapat dimasukkan. Setelah hasil konsepsi untuk sebagian besar lepas dari dinding

uterus, maka hasil tersebut dapat dikeluarkan sebanyak mungkin dengan cunam

abortus, kemudian dilakukan kerokan hati-hati dengan kuret tajam yang cukup besar.

Apabila perlu, dimasukkan tampon kedalam kavum uteri dan vagina, yang harus

dikeluarkan esok harinya.

4. Dilatasi dengan dua tahap

            Pada seorang primigravida, atau pada seorang multipara yang memerlukan

pembukaan kanalis servikalis yang lebih besar (misalnya untuk mengeluarkan mola

hidatidosa) dapat dilakukan dilatasi dalam dua tahap. Dimasukkan dahulu ganggang

laminaria dengan diameter 2-5 mm dalam kanalis servikalis dengan ujung atasnya
masuk sedikit kedalam kavum uteri dan ujung bawahnya masih di vagina, kemudian

dimasukkan tampon kasa kedalam vagina.

Ganggang laminaria memiliki kemampuan untuk mengabsorpsi air, sehingga

diameternya bertambah dan mengadakan pembukaan dengan perlahan-lahan pada

kanalis servikalis. Sesudah 12 jam ganggang dikeluarkan dan pembukaan dapat

dibesarkan dengan busi hegar, bahaya pemakaian ganggang laminaria adalah infeki

dan perdarahan mendadak.

1. Kuretase dengan cara penyedotan (suction curettage)

Dalam tahun-tahun terakhir cara ini lebih banyak digunakan oleh karena

perdarahan tidak seberapa banyak dan bahaya perforasi lebih kecil.

Setelah diadakan persiapan seperlunya dan letak serta besarnya uterus

ditentukan dengan pemeriksaan bimanual, bibir depan serviks dipegang dengan cunam

serviks, dan sonde uterus dimasukkan untuk mengetahui panjang dan jalannya kavum

uteri. Anastesi umum dengan penthotal sodium, atau anastesia paracervikal block

dilakukan dan 5 satuan oksitosin disuntikkan pada korpus uteri dibawah kandung

kencing dekat pada perbatasannya pada serviks. Sesudah itu, jika perlu diadakan

dilatasi pada serviks agar dapat memasukkan kuret penyedot yang besarnya

didasarkan pada tuanya kehamilan (diametr antara 6 dan 11 mm). Alat tersebut

dimasukkan sampai setengah panjangnya kavum uteri dan kemudian ujung luar

dipasang pada alat pengisap (aspirator).

Penyedotan dilakukan dengan tekanan negatif antara 40-80 cm dan kuret

digerakkan naik turun sambil memutar porosnya perlahan-lahan. Pada kehamilan

kurang dari 10 minggu abortus dapat diselesaikan dalam 3-4 menit. Pada kehamilan
yang lebih tua, kantong amnion dibuka dahulu dengan kuret dan cairan serta isi

lainnya diisap keluar. Apabila masih ada yang tertinggal, sisa itu dikeluarkan dengan

kuret biasa (Prawirohardjo, 2007). 

   2. Cunam Abortus

                               Pada abortus inisipiens, dimana sudah kelihatan jaringan, pakailah cunam

abortus untuk mengeluarkannya yang biasanya diikuti oleh jaringan lainnya. Dengan

demikian sendok kuret hanya dipakai untuk membersihkan sisa – sisa yang

ketinggalan saja.

Perhatian : Memegang, mamasukkan dan menarik alat – alat haruslah hati –

hati. Lakukanlah dengan lembut sesuai dengan arah dan letak rahim (Harnawatiaj,

2008).                                               

3. Perawatan Setelah Kuretase

Perawatan usai kuretase pada umumnya sama dengan operasi-operasi lain. Harus

menjaga bekas operasinya dengan baik, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat,

tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai keluhannya

benar-benar hilang, dan meminum obat secara teratur. Obat yang diberikan biasanya

adalah antibiotik dan penghilang rasa sakit. Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang

terus berkepanjangan atau muncul perdarahan, segeralah memeriksakan diri ke dokter.

Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua karena bisa saja ada sisa jaringan

yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret berjalan dengan baik dan

pasien tinggal menunggu kesembuhannya.


Hal-hal yang perlu juga dilakukan:

1. Setelah pasien sudah dirapihkan, maka perawat mengobservasi keadaan pasien dan

terus memastikan apakah pasien sudah bernapas spontan atau belum

2. Setelah itu pasien dipindahkan ke recovery room

3. Melakukan observasi keadaan umum pasien hingga kesadaran pulih

4. Pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi keadaan

pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan.

5. Konseling pasca tindakan

6. Melakukan dekontaminasi alat dan bahan bekas operasi

4. Dampak Setelah Kuretase

Terkadang kuret tidak berjalan lancar. Meskipun telah dilakukan oleh dokter

kandungan yang sudah dibekali ilmu kuret namun kekeliruan bisa saja terjadi. Bisa

saja pada saat melakukannya dokter kurang teliti, terburu-buru, atau jaringan sudah

kaku atau membatu seperti pada kasus abortus yang tidak ditangani dengan cepat.

Berikut adalah dampaknya:

a. Perdarahan

Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi

perdarahan. Untuk itu jaringan harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa

sedikit pun. Bila ada sisa kemudian terjadi perdarahan, maka kuret kedua harus segera

dilakukan. Biasanya hal ini terjadi pada kasus jaringan yang sudah membatu. Banyak

dokter kesulitan melakukan pembersihan dalam sekali tindakan sehingga ada jaringan
yang tersisa. Namun biasanya bila dokter tidak yakin sudah bersih, dia akan memberi

tahu kepada si ibu, “Jika terjadi perdarahan maka segera datang lagi ke dokter.”

b. Cerukan di Dinding Rahim

Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai meninggalkan

cerukan di dinding rahim. Jika menyisakan cerukan, dikhawatirkan akan mengganggu

kesehatan rahim.

c. Gangguan Haid

Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot rahim,

dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran siklus haid.

d. Infeksi

Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa

memicu terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang

basah oleh cairan seperti darah.


BAB III

TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Ny.S DENGAN DIAGNOSA G3P2A1 DAN BLIGHTED OVUM DI

RSU IMELDA MEDAN TAHUN 2019

RESUME :

Ny. S mengatakan hamil anak ke-3 abortus 1 kali, operasi melahirkan 1x (hamil 1)

tahun 2011. Riwayat melahirkan normal 1x , keluhan nyeri pinggang (+) keluar flek-

flek (+) hasil USG : janin tidak berkembang . HPHT : 1-5-2019. Ditemukan TTV

Ny.S TD : 120/80 mmHg, nadi : 82 x/menit, RR : 20 x/menit, Temp : 36,5 C. palpasi

abdomen TFU : tfu belum teraba, ufcx o tertutup .

I. PENGUMPULAN DATA

A. IDENTITAS BIODATA

Nama : Ny. S Nama : Tn. S

Umur : 33 thn Umur : 37 thn

Suku : mandailing Suku : aceh

Agama : Islam Agama : Islam

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : wira Swasta

Pendidikan : SLTP Pendidikan : SLTP


No. Telp: No. Telp : 085211754330

Alamat : Jl. Marelan Raya GG Mayor Lk 8

2.3.1 Pengkajian Data

Dilakukan di (tempat) ...... tgl ...... jam ......

a. Data Subyektif

1.      Biodata

Untuk mengetahui nama ibu dan suami, agama, pendidikan, pekerjaan ibu dan suami serta

alamat ibu dan suami sekarang.

2.      Alasan datang

Alasan ibu menemui petugas kesehatan

3.      Keluhan utama

Apa yang menjadi keluhan ibu saat ini.

4.      Riwayat kesehatan sekarang

Apakah ibu sekarang sedang menderita penyakit menular (TBC, Hepatitis), menurun (DM,

Hipertensi, Asma), PMS (Kondiloma,Sifilis HIV/AIDS dll) dan menahun (Jantung).

5.      Riwayat kesehatan yang lalu

Apakah ibu pernah menderita penyakit/ tidak sedang menderita penyakit menular(TBC,

Hepatitis), menurun (DM, Hipertensi, Asma), PMS (Kondiloma,Sifilis, HIV/AIDS dll) dan

menahun (Jantung).

6.      Riwayat kesehatan keluarga


Apakah dalam keluarga ibu ada yang menderita penyakit /tidak sedang menderita penyakit

menular (TBC, Hepatitis), menurun (DM, Hipertensi, Asma), PMS (Kondiloma,Sifilis

HIV/AIDS dll) dan menahun (Jantung).

7.      Riwayat haid

Menanyakan umur pertama menstruasi, berapa lama menstruasi, teratur / tidak, ada keluhan /

tidak selama menstruasi.Untuk mengetahui HPHT / TP, keluhan saat hamil, keputihan atau tidak.

8.      Riwayat pernikahan

Status pernikahan, berapa kali menikah, umur pertama kali menikah dan lama menikah.

9.      Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

 Kehamilan : - kehamilan yang ke berapa

- ANC berapa kali

- saat UK berapa, ibu tahu dirinya hamil

- keluhan saat hamil

 Persalinan : - melahirkan pada UK

- di mana, apakah normal / dengan tindakan

 Nifas : - ada / tidak kelainan saat nifas

- bagaimana pengeluaran lokhea

- bagaimana pengeluaran ASI

10.  Riwayat kehamilan sekarang

mester I : apakah ibu mengalami keluhan yang biasanya terjadi pada hamil

muda seperti mual muntah, periksa ke mana, sebanyak berapa kali dan mendapattablet tambah

darah,vitamin lain
mester II : apakah ibu mengalami keluhan , apakah ibu sudah

merasakanadanya gerakan janin, periksa sebanyak berapa kali, mendapat TT berapa kali apakah

ibu mengikuti senam hamil dan melakukan perawatan payudara.

mester III : apakah ibu mengalami keluhan seperti merasakan sesak, sering

kencing, dll. Periksa kemana,apakah ibu sudah merasakan kenceng-kenceng dan mengeluarkan

cairan darah/lendir dari kemaluannya.

11.  Riwayat KB

Ibu pernah menggunakan kontrasepsi apa, apa rencana KB, alasan memilih KB tersebut dan

ingin berapa lama.

12.  Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola nutrisi

Berhubungan dengan persiapan kuretase, pasien diharuskan untuk puasa sebelum operasi karena

berhubungan dengan proses anastesi terhadapsaluran pencernaan yang dapat berpengaruh

terhadap jalannya kuretase.

b.      Pola eliminasi

Sebelum dilakukan operasi, harus dilakukan lavemen/huknah untuk mengosongkan usus (saluran

pencernaan) tujuannya agar pada waktudilakukan operasi, feses tidak keluar karena pengaruh

anastesi sehingga kesterilan ruangan tetap terjaga.

c. Personal hygiene

Berhubungan dengan kebersihan tubuh, terutama alat reproduksi (dariarah depan ke belakang),

berapa kali ibu mandi, ganti pakaian atau membersihkan genetalianya.

d. Pola istirahat/tidur
Berhubungan dengan kecukupan kebutuhan istirahat, normalnya 9-10 jam.Polaaktivitas

berhubungan dengan kegiatan ibu sehari-hari, apakah mempengaruhi kehamilan dan janinnya.

e.       Pola seksual

Terutama hormon progesteron yang tidak cepat turun walaupun UKcukup, sehingga kepekaan uterus

terhadap oksitoxin kurang. Dan yangpaling menentukan adalah produksi prostaglandin kurang

yang menyebabkan his tidak kuat / tidak ada.

f.      Pola kebiasaan lain

Berhubungan dengan kebiasaan minum alkohol, jamu-jamuan yang dapat mempengaruhi proses

persalinan.

13.  Data psikososial

Bagaimana hubungan ibu dan keluarga, apakah ibu terlibat dalam kegiatan:

a. sosial di sekitar rumah. Bagaimana tanggapan keluarga terhadap kehamilan sekarang.

b. Data Obyektif

1.      Pemeriksaan Umum

Untuk mengetahui keadaan ibu, apakah normal / tidak

KU : baik, cukup, sedang

Kesadaran : CM, apatis, somnolen, koma.

TTV dalam batas normal

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80 – 88 x/mnt

Suhu : 36,5 – 37,5 ºC

RR : 16 – 24 x/mnt
TB : > 145 cm

BB : Kenaikan BB normal 9 – 13,5 kg selama hamil

2.      Pemeriksanaan Khusus

a.      Inspeksi

Kepala : Apakah bersih, rambut rontok

Muka : Apakah pucat, apakah odem, adakah kloasma gravidarum

Mata : Apakah konjungtiva pucat, sklera kuning / tidak, penglihatan

normal / tidak

Hidung : Simetris, ada sekret / tidak

Telinga : Simetris, ada serumen / tidak

Mulut : Bersih / tidak, pucat / tidak, caries gigi / tidak, stomatitis / tidak

Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis

Abdomen : Ada bekas operasi/ tidak, ada striae livida / albican, linea nigra /

tidak

Genetalia : Bersih / tidak, ada varises / tidak, lochea

Anus : Ada hemoroid

Ekstrimitas : Simetris, ada odem, tidak varises, ada nyeri tekan / tidak

b.      Palpasi

Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis

Payudara : Adakah benjolan abnormal/tidak, colostrum –/+

Abdomen : Apakah kembung, terdapat pus, TFU berapa, UC

Ekstrimitas : Adanya odem / tidak, varises ada / tidak

c.       Auskultasi
Dada : Apakah ada wheezing / ronchi.

Perut : Bagaimana bising usus, kembung

3.      Data Penunjang

USG: Hasil : kehamilan kosong hanya terlihat kantong kehamilan dengan cairan didalamnya.

             

2.3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah

Dx : GII P1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan blighted ovum

Ds : - Ibu mengatakan keluar darah sedikit kemarin pagi jam 05.30 WIB

-Ibu mengatakan perutnya sakit dan mules tapi hilang timbul

-Ibu mengatakan kemarin melakukan USG dan janinnya tidak berkembang dan harus dikuret

Do :

Keadaan Umum : ..

Kesadaran : ..

Tanda – tanda vital

T : ..mmHg

N : ..x/menit

S : ..oC

RR : ..kali/menit

Inspeksi

Abdomen : tampak linea nigra dan linea alba

Genitalia : Ada bercak darah keluar sedikit, tidak berbau


Palpasi

Abdomen : TFU belum teraba, ballottement (+)

2.3.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

§ Pada ibu

 Perdarahan pervaginam

 Infeksi setelah kuretase

2.3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera

- Kolaborasi dokter dalam pemberian terapi.

- KIE motivasi dan dukungan moral ibu

2.3.5 Intervensi

Dx : GII P1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan blighted ovum

Tujuan : Kuretase berjalan normal tanpa komplikasi.

Kriteria hasil : - Tanda-tanda vital dalam batas normal.

 Keadaan umum ibu baik

Intervensi

1.      Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga.

R/ Membina hubungan yang harmonis sehingga proses asuhan dapat berjalan lancar dan ibu

kooperatif.

2.      Observasi tanda-tanda vital.


R/ Sebagai indikator untuk mengetahui adanya penyimpangan

a ibu atas kehamilannya yang merupakan kehamilan kosong

R/ untuk memberikan pandangan bahwa janinnya tidak berkembang dan harus diterminasi

4.      Beri konseling pada ibu tentang tindakan kuretase yang harus dilakukan demi keselamatan ibu

karena kehamilan tersebut tidak normal.

R/ sebagai dasar bahwa yang dilakukan untuk keselamatan ibu

5.      Siapkan ibu, untuk persiapan tindakan kuretase

R/ segala bentuk persiapan dilakukan sebelum kuretase dilakukan

6.      Melakukan tindakan kuretase oleh dokter spesialis

R/ untuk mengakhiri kehamilan

2.3.6 Implementasi

Sesuai dengan intervensi

2.3.7 Evaluasi

Mengacu pada kriteria hasil

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN

PADA IBU HAMIL NY “S” DENGAN G3 P2 AB0 DAN BLIGHTED OVUM

DI RSU IMELDA MEDAN TAHUN 2019

3.1 Pengkajian

Tanggal : 27 AGUSTUS 2019 Tgl MRS :08 Maret 2014

Jam : 10.15 WIB Jam MRS :15.35 WIB

Tempat : RSU IMELDA MEDAN


A.     Data Subyektif

1.      Biodata

Nama klien : Ny “S” Nama suami : Tn “S”

Umur : 32 tahun Umur : 37tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : WIRA SWASTA

Alamat : Jl. Marelan Raya GG Mayor Lk. 8 Alamat :Jl.Pelabuhan

Selilir, Wagir

2.      Keluhan utama

Ibu mengatakan keluar flek-flek dan nyeri pinggang

3.      Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular (TBC,), menurun (DM, Hipertensi,

Asma), dan menahun (Jantung).

4.      Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular(TBC), menurun seperti

(DM,Hipertensi,Asma),dan menahun (Jantung),ibu hanya pernah sakit batuk filek dan tidak

pernah masuk RS.


5.      Riwayat penyakit keluarg

Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular(TBC,),menurun

(DM, Hipertensi, Asma),dan menahun (jantung), serta tidak ada riwayat kembar.

6.     Riwayat haid

Menarche : 13 tahun

Siklus : 30 hari

Lama : 7 hari

Banyaknya : ganti pembalut ± 2-3/ hari

Keluhan waktu haid : Tidak ada keluhan

HPHT : 18-12-13

TP : 25-09-14

7.            Riwayat perkawinan

Status perkawinan : Kawin

Kawin ke : 1 tahun

Lama : 9 tahun

Umur saat menikah : 21 tahun

8.     Riwayat KB

Jenis : Suntik 3 bulan danPil KB

Lama : 1 tahun

Keluhan : terkadang sering ganti-ganti KB suntik 3 bulan dan pil KB

9.      Rencana KB yang akan datang :


Jenis : belum ingin KB karena ingin punya anak

10. Riwayat kehamilan, pesalinan, dan nifas yang lalu

N Hamil Persalinan Anak MASALA

o Nifas H

H.k Jenis Pnlg Cara Pnyk se BB/PB H/M Umur HR ASI

e t x

1 I tungga Bida nor - P 2.800g/ H 7 th 40 hr lanc -

l n mal 49 cm ar

2 Ha

mil -

ini

10 Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang

  Riwayat Kehamilan

    Trimester I : Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya ke bidan sebanyak 1 kali mengeluh

kadang mual muntah

HE : Jangan makan-makanan yang memicu mual, banyak istirahat, makan

sedikit-sedikit tapi sering.

Terapi : Hasil Plano Test (+) , Fe,Kalk, dan Vitamin BC.


11.        Pola Kebiasaan Sehari-hari

Kebiasaan Sebelum Hamil Saat Hamil

Nutrisi Makan 3×/hari (pagi, siang, Makan 2-3x/hari.Makan

sore) dengan komposisi : sedikit karena kurang

nasi, lauk dan sayur. Minum nafsu makan dikarenakan

air putih 1000 l (± 8 mual-mual. Minum air 6-

gelas/hari), teh 500 cc (± 2 7 gelas/hari, kadang

gelas/hari), ditambah susu minum the dan susu, Di

RS ibu dipuasakan.

Pola Eliminasi BAB 1-2 ×/hari rutin, BAB 1-2 ×/hari rutin,

konsistensi lunak, warna konsistensi lunak, warna

kuning, bau khas feses. kuning, bau khas feses.

BAK ± 52-3×/hari, warna BAK ± 5-6×/hari, warna

kuning jernih, bau khas. kuning jernih, bau khas.

Di RS, ibu BAK 1x

sebelum dikuretase.

Kebersihan Ibu mandi 2×/hari, keramas Ibu mandi 2×/hari,

2 hari sekali, ganti baju dan keramas 2 hari sekali,

celana dalam sehabis mandi. ganti baju dan celana

dalam sehabis mandi.


Aktivitas Ibu mengatakan kebiasaan Di RS Ibu hanya

di rumah mengerjakan berbaring di atas tempat

pekerjaan rumah tangga, tidur,karena akan

seperti memasak, mencuci dilakukan kuretase

dan membersihkan rumah

Rekreasi Ibu mengatakan waktu ibu menggunakan waktu

luangnya digunakan untuk luangnya untuk

menonton TV dan mengobrol dengan

berbincang-bincang dengan keluarga.

keluarga dan tetangga.

12.        Keadaan Psikososial, Spiritual dan Budaya

1.      Psikologis

Ibu mengatakan cemas dengan tindakan kuretase yang akan dialaminya

2.      Sosial

Hubungan ibu dengan suami, keluarga, dan tetangganya baik.

3.      Spiritual

Ibu mengatakan beragama islam, Ibu selalu menjalankan Ibadah (sholat 5 waktu), saat ini Ibu

hanya bisa berdoa sambil berbaring

4.      Budaya

Ibu tidak pernah mengkonsumsi jamu dan jika sakit berobat ke petugas kesehatan.
B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

      Keadaan umum : baik Kesadaran : CM

      Tanda-tanda vital

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 82 x/mnt TB : 150 cm

Suhu : 36,5oC BB : 50 kg

RR : 20 x/mnt lila :25 cm

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Bulat, tidak ada luka, kulit kepala bersih.

ambut : Hitam, lurus tidak rontok, bersih.

Muka : tidak Pucat, tidak ada oedem, ekspresi wajah grimace /

meringis,cloasma gravidarum tidak ada.

Mata : Simetris, sklera tidak icterus, konjungtiva merah muda, tidak ada

gangguan penglihatan.

elinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.

Hidung : Bersih, tidak ada secret,tidak ada polip.

Mulut : Bibir kering, tidak pecah-pecah.

eher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena

jugularis.

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dada.


ayudara : Simetris, tidak ada hiperpigementasi areola dan papila mammae

tidak menonjol, bersih,

erut : Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada strie gravidarum,

Genetalia : Vulva vagina terlihat bercak darah warna kecoklatan ,tidak ada

kelainan pada vulva,

Anus : Tidak ada hemoroid.

kstremitas : Tidak ada oedem dan varises.

alpasi

her : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan bendungan vena

jugularis.

yudara : Tidak terdapat benjolan abnormal, ASI belum keluar, tidak ada

nyeri tekan.

ut : Kembung (-), TFU belum teraba, ballottement +, ada nyeri tekan

Pemeriksaan Penunjang

            - plano tes (+)

- USG Hasil : kehamilan kosong hanya terlihat kantong kehamilan dengan cairan

didalamnya.

             

3.2 Identifikasi Diagnosa danMasalah

Dx : Ny “A” GII P1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan blighted ovum

Ds : Ibu mengatakan keluar bercak darah sedikit sejak kemarin pagi dan merasa sakit perut (mules)

hilang timbul.
Do : K/U : baik

Kesadaran :composmentis

Tanda-tanda vital :

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 87 x/mnt TB : 150cm

Suhu : 36,5o C BB : 50 kg

RR : 20 x/mnt lila :24 cm

Inspeksi

domen : tidak ada linea alba dan linea ngra, ada luka bekas operasi

nitalia :tampak keluar bercak darah, tidak ada tanda-tanda PMS.

Palpasi

domen : TFU belum teraba, ballottement +

stremitas : Tidak oedema

Auskultasi

Dada : Tidak ada wheezing / ronchi.

Perut : Bising usus(-)

Perkusi

Perut : kembung (-)

3.3        Identifikasi Diagnosadan Masalah Potensial

§ Pada ibu
o   Perdarahan pervaginam

o   Infeksi setelah kuretase

3.4    Identifikasi Kebutuhan Segera

- Kolaborasi dokter dalam penanganan blighted ovum dengan dilakukakn Curetase

- Kolaborasi dalam pemberian terapi analgesic dan antibiotik.

3.5 Intervensi

Tanggal :08 maret 2014 Jam : 16.00 WIB

Tempat : RS MANU HUSADA

Dx : Ny “A”GII P1001Ab000UK 10-12 minggu dengan blighted ovum

Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan kebidanan dalam 24 jam diharapkan

 Tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil :

Keadaan umum :baik Kesadaran : CM

TTV :

TD : 90/60 – 130/90 mmHg

N : 70 – 90x/mnt

S : 36,5 – 37,5ºC

RR : 16 – 24x/mnt

-       Kebutuhan pasien terpenuhi ( nutrisi, kebersihan, elliminasi, istirahat dan psikologis )

-       Tidak terdapat tanda infeksi seperti demam, .

  
Intervensi

1.      Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga.

R/ Membina hubungan yang harmonis sehingga proses asuhan dapat berjalan lancar dan ibu

kooperatif.

2.      Observasi tanda-tanda vital.

R/ Sebagai indikator untuk mengetahui adanya penyimpangan

3.      Jelaskan pada ibu atas kehamilannya yang merupakan kehamilan kosong

R/ untuk memberikan pandangan bahwa janinnya tidak berkembang dan harus diterminasi

4.      Beri konseling pada ibu tentang tindakan kuretase yang harus dilakukan demi keselamatan ibu

karena kehamilan tersebut tidak normal.

R/ sebagai dasar bahwa yang dilakukan untuk keselamatan ibu

5.      Siapkan ibu, untuk persiapan tindakan kuretase

R/ segala bentuk persiapan dilakukan sebelum kuretase dilakukan

6.      Lakukan pemasangan oksigen sebelum kuretase

R/ memenuhi kebutuhan oksigen selama kuretase dilakukan

7.      Lakukan tindakan kuretase oleh dokter spesialis

R/ untuk mengakhiri kehamilan

8.      Observasi Tensi, SpO2, dan nadi pasien selama kuretase dilakukan

R/ mengidentifikasi adanya penyimpangan

9.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

10.  Melakuan pemantauan keadaan ibu pasca kuretase.


3.6 Implementasi

Tanggal :08 maret 2014 Jam : 16.55 WIB

1 Melakukan pendekatan pada keluarga guna untuk membina

hubungan yang harmonis sehingga proses asuhan dapat berjalan

lancar dan ibu kooperatif.

2 Mengobservasi tanda-tanda vital

Nadi : 87 x/menit

Suhu : 36.5 °C

RR : 20x/menit

TD : 100/70 mmHg

3 Menjelaskan pada ibu atas kehamilannya yang merupakan

kehamilan kosong

Ibu mengerti bahwa kehamilannya saat ini merupakan kehamilan

kosong, ibu mencemaskan kehamilannya

4 Memberi konseling pada ibu tentang tindakan curretage yang harus

dilakukan demi keselamatan ibu karena kehamilan tersebut tidak

normal. Ibu mengerti, ibu dan suami bersedia dilakukan tindakan

curretage,

5 Menyiapkan ibu, untuk persiapan tindakan kuretase

Pasien siap ditempat tidur

6 Melakukan pemasangan oksigen sebelum kuretase

Oksigen terpasang dengan tekanan 1 liter/mnt

7 Melakukan tindakan curretage oleh dokter spesialis


kuretase telah dilakukan tgl 08 Maret 2014 jam 17.00-17.16,

kuretase berjalan lancar.

Perdarahan : ±80 cc, didapatkan selaput ketuban, cairan amnion,

dan jaringan

Mengobservasi Tensi, SpO2 pasien selama curretage dilakukan

8 TD: 70/60 mmHg

SpO2 : 100

9 Kolaborasi dengan dokter pemberian obat selama curretage:

- Injeksi Prrimperan 1 ampul (IV)

- injeksi Gentamicin 1 ampul (IV)

- injeksi metergin 0,2 mg, 1 ml (IV)

10 Melakuan pemantauan keadaan ibu pasca curretage.

Keadaan ibu dipantau dengan lembar observasi

Hasil: TD:100/70 perdarahan : ± 20 cc

N : 72 x/mnt

3.7 Evaluasi

Tanggal : 08 Maret 2014

Jam : 18.10 WIB

Dx : Pada Ny “ A” GIIP1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan post curretage


S : ibu mengatakan kepalanya masih pusing dan serasa mengantuk setelah dikuretase,

O :- Keadaan umum : lemah

- Kesadaran : samnollen

- Ekspresi wajah : grimace / meringis

- TTV dalam batas normal :

TD : 100/70 mmHg Perdarahan : ± 20 cc

N : 72 x/menit

S : 36.5℃

RR : 20 x/menit

- ibu belum BAK/BAB

- ibu belum makan/minum

A : Pada Ny “ A” GIIP1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan post curretage

Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi (10)

Catatan Perkembangan

Tanggal : 08 maret 2014 jam: 19.00 WIB

Dx : Pada Ny “ A” GIIP1001 Ab000 UK 10-12 minggu dengan post curretage

Ds : - ibu sudah tidak pusing lagi

-  Ibu sudah bisa duduk ditempat tidur

Do : Keadaan umum : baik

- Kesadaran : composmentis
- TTV dalam batas normal :

TD : 100/70 mmHg Perdarahan : ± 20 cc

N : 78 x/menit

S : 36.5℃

RR : 18 x/menit

-   Ibu sudah BAK, BAB (-)

-   Ibu sudah makan dan minum

A : masalah teratasi

P : 1. Anjurkan ibu untuk mobilisasi duduk dan berjalan.

2. KIE tentang nutrisi (gizi seimbang)

3. Observasi perdarahan ibu

4. jelaskan bahwa perdarahan ibu akan berhenti beberapa hari setelah kuretase

5. berikan konseling tentang rencana kehamilan selanjutnya

6. berikan ibu obat oral :

- Amoxan3x1 Dosis 500 mg

- Pospargin 3 x1/hari

BAB IV

PEMBAHASAN

Kuretase dapat dilakukan atas indikasi blighted ovum Setelah dilakukan pengkajian data

pada NY”A” didapatkan bahwa NY”A” GII P1001 Ab000 dengan Blighted Ovum.

Dari hasil pengkajian didapatkan diagnosa NY”A” GII P1001 Ab000 dengan Blighted

Ovum . Untuk mencegah terjadinya komplikasipasca kuretase maka dilakukan identifikasi


kebutuhan segera yaitu : Observasi TTV, Observasi perdarahan, Observasi cairan infus,

Observasi kesadaran, melakukan KIE dan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian

terapi.

Dari diagnosa diatas direncanakan tindakan perawatan yaitu : Melakukan observasi TTV sebagai

indikator untuk mengetahui penyimpangan, , melakukan observasi cairan infus, memotivasi ibu

untuk mobilisasi bertahap guna untuk mempercepat pemulihan kondisi ibu, memotivasi ibu

untuk makan makanan bergizi, melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian

terapi, adapun terapi yang diberikan untuk NY”A” adalah injeksi : Primperan,Gentamicin. obat

oral: Amoxan3x1 Dosis 500 mg, Pospargin 3 x1/hari,.Rencana tindakan diatas semuanya

dilakukan pada NY”A”,berjalan lancar sesuai rencana tanpa ada masalah. Setelah diberikan

penanganan dan dievaluasi NY”A” membaik dan diijinkan pulang . Nasihat yang diberikan pada

NY”A” sebelum pulang antara lain : Personal hygenis, aktivitas yang berat dihindari, menjaga

kebersihan dirii, dan pola nutrisi. Hasil yang didapatkan NY”A” paham tentang cara perawatan

dirinya, dan NY”A” kooperatif dalam tindakan yang dilakukan.

BAB V

PENUTUP

5.1  Kesimpulan

Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada bayi di

dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala kehamilan

seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness),

payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik
test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif. Pada kasus didapatkan ny”A” GII P1001

Ab000 dengan blighted ovum dilakukan terminasi kehamilan dengan dilakukan kuretase.

5.2  Saran

• Tenaga Kesehatan

Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan serta harus mampu mengenali tanda- tanda bahaya

yang terjadi pada ibu post partum sehingga dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat

sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai