Anda di halaman 1dari 14

INDUKSI KIMIAWI PERSALINAN

1. Definisi
Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum
inpartu, baik secara operatif maupun medicinal, untuk merangsang
timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan
berbeda dengan akselerasi persalinan, di mana pada akselerasi persalinan
tindakan-tindakan tersebut untuk wanita hamil yang sudah inpartu.
Persalinan induksi merupakan tindakan yang banyak dilakukan untuk
mempercepat proses persalinan. Persalinan induksi dengan menambah
kekuatan dari luar tidak boleh merugikan ibu dan janinnya dalam usaha
menuju well born baby dan well health mother, sehingga diperlukan indikasi
yang tepat, waktu yang baik, dan disertai evaluasi yang cermat. Disamping
itu, untuk menanggapi atau menghadapi komplikasi dan tindakan lebih
lanjut, induksi persalinan harus dilakukan di rumah sakit yang memiliki
fasilitas tindakan operasi.
Tujuan tindakan tersebut ialah mencapai his 3 kali dalam 10 menit,
lamanya 40 detik.
2. Tujuan Induksi
Tujuan melakukan induksi antara lain :
Mengantisipasi hasil yang berlainan sehubungan dengan kelanjutan
kehamilan
Untuk menimbulkan aktifitas uterus yang cukup untuk perubahan
serviks dan penurunan janin tanpa menyebabkan hiperstimulasi
uterus atau komplikasi janin
Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman
mungkin dan memaksimalkan kepuasan ibu.
3.

Etiologi
Induksi persalinan dilakukan karena :

Kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih


dari sembilan bulan (kehamilan lewat waktu). Dimana kehamilan yang
melebihi waktu 42 minggu, belum juga terjadi persalinan. Permasalahan
kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi
dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai
kematian janin dalam rahim.
Makin menurunnya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan :
1. pertumbuhan janin makin melambat.
2. Terjadi perubahan metabolisme janin.
3. Air ketuban berkurang dan makin kental.
4. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
Resiko kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali dibandingkan
dengan kehamilan aterm.
Komplikasi kehamilan lewat waktu :
Letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan perdarahan
post partum. Pada kehamilan lewat waktu perlu diperhatikan dalam
penanganan sehingga hasil akhir menuju well born baby dan well health
mother dapat tercapai.
Induksi juga dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu
terkena infeksi serius atau menderita diabetes. Wanita diabetes yang hamil
memiliki resiko mengalami resiko komplikasi. Tingkat kompliksai secara
langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita sebelum dan selama
kehamilan dan dipengaruhi oleh kompliksai diabetik sebelumnya, meliputi :

1. Aborsi spontan (berhubungan dengan kontrol glikemi yang buruk


pada saat konsepsi dan pada minggu-minggu awal kehamilan).
2. Hipertensi akibat kehamilan, mengakibatkan terjadinya preklampsi
dan eklampsi.
3. Hidramnion
4. Infeksi :
terutama infeksi vagina, infeksi traktus urinarius, infeksi ini
bersifat serius karena dapat menyebabkan peningkatan resistensi
insulin dan ketoasidosis, sering pada trimester dua dan tiga, yakni
satu efek diabetogenik pada kehamilan yang paling besar karena
resistensi insulin meningkat. Dapat mengancam kehidupan dan
mengakibatkan kematian bayi, mengakibatkan cacat bawaan.
Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam
kandungan

diduga

akan

beresiko/membahayakan

hidup

janin/kematian janin.
Membran ketuban pecah sebelum adanya tanda-tanda awal persalinan
(ketuban pecah dini). Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme dari
vagina dapat masuk ke dalam kantong amnion. Temperatur ibu dan lendir
vagina sering diperiksa (setiap satu sampai dua jam) untuk penemuan dini
infeksi setelah ketuban ruptur. Bawaan ukuran janin terlalu kecil, bila
dibiarkan

terlalu

lama

dalam

kandungan

diduga

akan

beresiko/membahayakan hidup janin/kematian janin.


Mempunyai riwayat hipertensi. Gangguan hipertensi pada awal
kehamilan mengacu berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan
darah maternal disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan
janin. Preeklamsi, eklamsia, dan hipertensi sementara merupakan penyakit
hipertensi dalam kehamilan, sering disebut dengan pregnancy-induced
hypertensio (PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang sudah

ada sebelum hamil. Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik


kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang
memiliki tekanan darah normal. Preeklamsia merupakan suatu penyakit
vasospastik, yang ditandai dengan hemokosentrasi, hipertensi, dan
proteinuria. Tanda dan gejala dari preeklamsi ini timbul saat masa
kehamilan dan hilang dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Kirakira 85% preeklamsia ini terjadi pada kehamilan yang pertama. Komplikasi
meliputi nyeri kepala, kejang, gangguan pembuluh darah otak, gangguan
penglihatan (skotoma), perubahan kesadaran mental dan tingkat kesadaran.
Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai
tanda dan gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat terjadi tanpa
didahului ganguan neurologis.
Hipertensi sementara adalah perkembangan hipertensi selama masa
hamil atau 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklamsia atau hipertensi
kronis lainnya.Hipertensi kronis didefenisikan sebagai hipertensi yang
sudah ada sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum kehamilan
mencapai 20 minggu. Hipertensi yang menetap lebih dari enam minggu
pascapartum juga diklasifikasikan sebagai hipertensi kronis.
4. Indikasi Induksi Persalinan

a.

A. Indikasi Janin :
1. Kehamilan lewat waktu
2. Ketuban pecah dini
3. Janin mati
B. Indikasi Ibu:
1. Kehamila lewat waktu
2. Kehamilan dengan hipertensi
3. Kehamilan dengan diabetes
Kontra Indikasi
1. Disproporsi sefalopelvik
2. Insufisiensi plasenta
3. Malposisi dan malpresentasi
4. Plasenta previa
5. Gemelli

6. Distensi rahim yang berlebihan


7. Grande multipara
8. Cacat rahim
Untuk janin yang masih dalam kandungan, pertimbangannya
adalah kondisi ekstrauterin akan lebih baik dari pada intrauterin, atau
kondisi intrauterin tidak lebih baik atau mungkin membahayakan.
Untuk
ibu,
pertimbangannya

adalah

menghindari/mencegah/mengatasi rasa sakit atau masalah-masalah lain yang


membahayakan nyawa ibu.
Indikasi janin, misalnya: kehamilan lewat waktu (postmaturitas),
inkompatibilitas Rh. Pada saat usia kehamilan postmatur, diatas 10 hari
lebih dari saat perkiraan partus, terjadi penurunan fungsi plasenta yang
bermakna, yang dapat membahayakan kehidupan janin (gangguan sirkulasi
uteroplasenta, gangguan oksigenasi janin). Indikasi ibu, misalnya: kematian
janin intrauterin. Indikasi ibu dan janin, misalnya, preeklamsia berat.
5. Macam Induksi Persalinan
1.

Medicinal
a.

Infus Oksitosin

b.

Prostaglandin

c.

Cairan hipertonik intrauterin

2. Manipulatif / tindakan
a.

Amniotomi

b.

Stripping of the Membrane

c.

Pemakaian rangsangan listrik

d.

Rangsangan pada puting susu

6. Cara Induksi kimiawi persalinan


Induksi partus dapat dilakukan dengan berbagai cara

1. Secara Medis
a. Infus oksitosin
Dewasa ini telah ada oksitosin sintesis (bebas dari faktor
vasopresin ) yaitu sintosinon dan pitosin. Dalam pemberian oksitosin
perlu diingat bahwa enzim oksitosinase yang diproduksi di plasenta dapat
menginaktifkan secara cepat oksitosin yang diberikan itu. Oksitosinase
diperkirakan bekerja sebagai pelindung kehamilan. Kadar oksitosinase
dalam plasma wanita hamil meningkat dengan tuanya kehamilan
oksitosinase dalam plasma wanita hamil meningkat dengan tuanya
kehamilan dengan kadar yang bervariasi hingga menimbulkan keadaan
kehamilan yang bervariasi pula seperti abortus iminens, partus prematur
dsb. Peranannya dalam klinik masih tetap belum ditentukan.
Syarat syarat pemberian infuse oksitosin :
Agar infuse oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan
tidak memberikan

penyulit baik pada ibu maupun janin, maka

diperlukan syarat syarat sebagai berikut:


A. Kehamilan aterm
B. Ukuran panggul normal
C. Tak ada CPD
D. Janin dalam presentasi kepala
E. Servik telah matang (portio lunak, mulai mendatar dan sudah mulai
membuka)

Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai score Bishop, yaitu
bila nilai Bishop lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan
berhasil.

Tabel 1. Skor Pelvik menurut Bishop


Skor

Pembukaan serviks

1-2

3-4

5-6

Pendataran serviks

0-30%

40-50%

60-70%

80%

-3

-2

-1,0

+1 +2

Keras

Sedang

Lunak

Ke

Searah

Ke arah

belakang

sumbu jalan

depan

Penurunan kepala diukur


dari Hodge III (cm)
Konsistensi serviks
Posisi serviks

lahir

Teknik infuse oksitosin berencana


1) Semalam sebelum infuse oksitosin, hendaknya klien sudah tidur
dengan nyenyak.
2) Pagi harinya penderita diberi pencahar (Kandung kemih dan rektum
dikosongkan)
3) Infuse oksitosin hedaknya dikerjakan pada pagi hari dengan
observasi yang baik.
4) Disiapkan cairan dextrose 5% 500 ml yang diisi dengan 5 unit
oksitosin.
5) Cairan yang sudah disiapkan mengandung 5 U oksitosin ini dialirkan
secara intravena melalui saluran infuse dengan jarum no 20 G.
6) Jarum suntik intravena dipasangkan di vena bagian volar lengan
bawah
7) Tetesan permulaan di buat agar kadar oksitosin berjumlah 2m U
permenit.
8) Timbulnya kontraksi rahim dinilai dalam setiap 15 menit. Bila dalam
waktu 15 menit ini HIS tetap lemah, tetesan dapat dinaikan.

Umumnya tetesan maksimal diperbolehkan sampai mencapai kadar


oksitosin 30-40 tetes/menit, maka berapapun kadar oksitosin yang
dinaikan tidak akan menimbulkan tambahan kekuatan kontraksi lagi.
Sebaiknya infuse oksitosin dihentikan.
9) Penderita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat untuk
kemungkinan timbulnya tetania uteri, tanda-tanda rupture uteri
membakat, maupun tanda-tanda gawat janin.
10) Bila kontraksi timbul secara teratur dan adekuat , maka kadar tetesan
oksitosin dipertahankan. Sebaliknya bila tejadi kontraksi rahim yang
sangat kuat, jumlah tetesan dapat dikurangi atau sementara
dihentikan.
11) Infuse oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai
persalinan selasai yaitu sampai satu jam sesudah lahirnya plasenta.
12) Evaluasi kemajuan janin pembukaan serviks dapat dilakukan dengan
periksa dalam bila HIS telah kuat dan adekuat. Pada waktu
pemberian infuse oksitosin bila ternyata kemudian persalinan telah
berlangsung, maka infuse oksitosin dilanjutkan sampai pembukaan
lengkap. Segera setelah kala II dimulai, maka tetesan infuse
oksitosin dipertahankan dan ibu di pimpin mengejan atau dipimpin
dengan persalinan buatan sesuai dengan indikasi yang ada pada
waktu itu. Tetapi bila sepanjang pemberiaan infuse oksitosin timbul
penyulit pada ibu maupun janin. Maka infuse oksitosin harus segera
dihentikan dan kehamilan segera diselesaikan dengan seksio sesarea.
Bahaya pemberian infus oksitosin :

Aktivitas miometrium yang sangat meningkat. Hiperkontraktilitas


yang timbul 5 menit atau lebih dapat menimbulkan tekanan
intrauterin lebih 25 mmHg dan ini dapat mempengaruhi pengaliran

oksigen ke janin.
Ruptur uterus terjadi pada grande multipara atau bekas seksio

saesarea, miomektomi atau bila ada disporporsi fetopelvik.


Intoksikasi air. Pemberian infus oksitosin dengan cairan bebas
elektrolit dalam waktu yang lama membuat penderita mengandung

air lebih banyak oleh karena oksitosin dalam dosis 50 m U/ menit

bekerja sebagai anti diuretik.


Seksio saesarea pada distosia disebabkan kelainan his dilakukan
pada :
- Pembukaan tidak ada kemajuan.
- Serviks yang sudah datar dan tipis menjadi tebal, bengkak
-

dan biru.
Tidak ada kemajuan dengan pemberian oksitosin secara hati

hati.
Air ketuban bercampur mekonium pada letak kepala dan

denyut jantung janin menjadi lambat.


Mulai adanya febris, takikardi, preeklampsia.

Relaksasi uterus
Merelaksasikan uterus adalah usaha yang sulit, misalnya pada
keadaan akan terjadi partus prematurus, abortus. Maka wajar pada
pemberian infus pitosin diadakan pengawasan yang ketat jangan sampai
terjadi

hiperaktivitas

miometrium.

Retodrine

yang

berasal

dari

isoxsuprine dan mempunyai sifat menimbulkan relaksasi uterus diberikan


50 200 g/ menit secar intravena. Jika telah berhasil maka dosis 40 g/
menit dengan infus dapat dikurangi dan diterusakan dengan pemberian
peroral. Pengaruh kardiovaskuler terhadap ibu dalam bentuk sedikit
peningkatan tekanan sistolik dan sedikit sekali penurunan diastolik
menimbulkan tekanan nadi meningkat dan penderita mengalami takikardi
yang masih dapat ditolelir. Juga janin mengalami takikardi tapi tidak
membahayakan. Menenangkan uterus masih merupakan suatu usaha di
bidang obstetri.
b. Prostaglandin
Prostagladin dapat merangsang otok otot polos termsuk juga otototot rahim. Prostagladin yang spesifik untuk merangsang otot rahim ialah
PGE2 dan PGF2 alpha. Untuk induksi persalinan dapat diberikan secara

intravena, oral. Pada kehamilan aterm, induksi persalinan dengan


prostagladin cukup efektif. Pengaruh sampingan dari pemberian
prostaglandin ialah mual, muntah, diare.

Induksi persalinan dengan Misoprostol


Mekanisme kerja molekuler prostaglandin dalam mematangkan
serviks sampai saat ini masih belum jelas.
Beberapa tahun berikutnya :
1. Memodulasi kegiatan fibroblast dan selanjutnya mengendalikan
sifat-sifat biofisik dan biokimia matriks ekstra seluler.
2. Menginduksi produksi asam hyaluronat oleh fibroblast serviks
sehingga

meningkatkan

hidrasi

dan

mengibah

komposisi

glikoaminoglokan/ proteoglikan.
3. Sebagai bahan kemotaktik yang menyebabkan infiltrasi lekosit dan
makrofag kestroma serviks.

Karakteristik misoprostol
Mempunyai struktur kimia Methyester prostaglandin E1(methyl 11,
16-dihygroxy-16

methyl-9

oxoprost-13-2n-i-oate),

berikatan

secara

selektif dengan reseptor prostaniol EP2 dan EP3, dan metabolitr aktifnya
adalah asam misoprostol.
Ada 2 macam kemasan yaitu :
1. 200 mcg (Indonesia)
2. 100 mcg

Di pasarkan untuk pencegahan/pengobatan tukak lambung.


Absobsi cepat dan efektif baik secar oral, vaginal maupun rektal.

Pada penggunaan pervaginam, terjadi peningkatan bertahap maksimum


60-120 menit dan pada menit ke 240 masih 60% kadar puncak, ada
kemungkinan akumulasi pada kadar lebih dari 400 mcg setiap 8-12 jam.
Penelitian lain menyatakan bahwa konsentrasi plasma maksimal dicapai 34

menit setelah pemberian sedangkan pada pervaginam di capai 80 menit,


yang berbeda adalah pada pemberian pervaginam terjadi perpanjangan
konsentrasi dalam serum sehingga peningkatan tonus bertahan lebih lama.
Sangat murah atau bandingkan dengan prostin E2, mudah disimpan
dan dipindahkan tanpa pendingin sehingga cepat saji, merupakan obat
untuk pematangan serviks dan perangsang miometrium yang efektif.
Keamanan
Dibandingkan dengan kontrol, misoprostol menimbulkan
takhisistole dan hiperstimulasi 2 kali lebih banyak, meskipun hal ini juga
tregantung dosis 25 mcg mengurangi hiperstimulasi. Tidak ada perbedaan
jumlah bayi yang di rawat di NICU dan mempunyai skor Apgar yang
rendah, dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Keberhasilan
Meningkatkan sklor pekvik secra bermakna pada pemberian oral

atupun perbaginam. Terdapat peningkatn yang bermakna jumlah pasien


yang melahirkan pervaginam dalam 12 jam dan jumlah pasien yang
melahirkan

dalam

24

jam.

Penggunaan

misoprostol

juga

telah

memperpendek waktu antar pasang pertama sampai melahirkan dalam 5


jam dan interval mulai induksi sampai melahirkan.
Dampak terhadap angka bedah sesar induksi misoprostol dengan
amn dapat menurunkan angka bedah sesar dibanding induksi obat lain.
Angka persalinan dengan bedah sesar secra bermakna lebih rendah pada
pemberian peroral.

Dampak terhadap angka bedah sesar


Induksi Misoprostol dengan aman dapat menurunkan angka sesar

dibanding induksi dengan obat lain. Angka persalinan dengan bedah sesar
secara bermakna lebih rendah pada pemberian peroral.

Oral atau vagina

Pemberian misoprostol secara efektif dapat mematangkan serviks


dan menginduksi persalinan pada ketuban pecah prematur. Bila
dibandingkan dengan pemberian pervaginam, maka jumlah pasien yang
melahirkan dalam waktu 12 dan 24 jam, lama pasang sampai persalinan,
adanya takhistole dan hiperstimulasi, rendahnya skor Apgar dan perawatan
di NICU, tidak berbeda secra bermakna. Pemberian pervaginam lebih
efektif dibanding pemberian oral atau kombinasi oral dan vaginam tetapi
hiperstimulasi dan takhisistole dilaporkan lebih banyak pada pemberian
pervaginam.

Pematangan serviks secara poliklinis


Karena sebagian besar pasien mengalami persalinan dan kebutuhan

adanya pemantauan janin maka pematangan secara poliklinis tidak


direkomendasikan.

Dosis
Meskipun angka penyulit dengan dosis 25 mcg lebih rendah dan

efektivitasnya sama dengan penyulit yang lebih rendah tetapi secara teknis
sulit mendapatkan 25 mcg. Dosis 50 mcg, tiap 8 jam mungkin dapat
digunakan sebgai jalan tengah sambil menunggu masuknya misoprostol
dosis 100 mcg.
Penggunaan untuk bekas bedah sesar
Mengigat datanya masih belum cukup, maka pembrian misoprostol
untuk kasus bekas bedah sesar sampai saat ini tidak dianjurkan.

Prosedur penggunaan misoprostol untuk induksi persalinan :


1. Buat prosedur tetap penggunaan misoprostol, termasuk prosedur
bila ada penyulit

2. Pertindik yang dimengerti dan disetujui, pertindik ini juga berisi


informasi mengenai status off-labelnya
3. Pemeriksaan kardiotopografi, sebelumnya harus normal
4. Harus dengan syarat, indikasi dan kontra indikasi yang jelas dan
bukan

untuk

akselerasi.

Periksa

sendiri

hasil

rekaman

kardiotopografi dan skor pelvis


5. Dosis 25-50 mcg tiap 6 sampai 8 jam pervaginam maksimal 4 x
pemberian. Pemberian oral dianjurkan dengan dosis yang sama.
6. Jangan melakukan manipulasilain misalnya pemberian uteritonika
lain ataupun kristeler

Indikasi pemberian misoprostol :

Semua keadaan yang memerlukan terminasi kehamilan, misalnya:


1. Kehamilan lewat waktu
2. Intra uterin fetal death (IUFD)
3. Preeklampsi/eklampsi
4. KPP
5. Kehamilan dengan penyakit tertentu misalnya diabetes militus, KP,
asma

c. Cairan hipertonik intra uteri


Pemberian

cairan

hipertonik

intramnnion

dipakai

untuk

merangsang kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin mati. Cairan


hipertonik yang dipakai dapat berupa cairan garam hipertonik 20% , urea
dan lain-lain. Kadang-kadang pemakaian urea dicampur dengan

prostagladin untuk memperkuat rangsangan pada otot-otot rahim. Cara


ini dapat menimbulkan penyakit yang cukup berbahaya, misalnya
hipernatremia, infeksi dan gangguan pembekuan darah.
7.

Manifestasi Klinik
Manifestasi yang terjadi pada induksi persalinan adalah kontraksi

akibat induksi mungkin terasa lebih sakit karena mulainya sangat mendadak
sehingga mengakibatkan nyeri. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan, itu
sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan ketat dari dokter yang
menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan,
biasanya dokter akan menghentikan proses induksi kemudian dilakukan
operasi caesar.
8. Komplikasi
Induksi persalinan dengan pemberian oksitosin dalam infuse intravena
jika perlu memecahkan ketuban, cukup aman bagi ibu apabila syarat
syarat di penuhi. Kematian perinatal agak lebih tinggi daripada persalinan
spontan, akan tetapi hal ini mungkin dipengaruhi pula oleh keadaan yang
menjadi indikasi untuk melakukan induksi persalinan. Kemungkinan bahwa
induksi persalinan gagal dan perlu dilakukan seksio sesarea, harus selalu
diperhitungkan.

Anda mungkin juga menyukai