Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup

bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan

selaput janin dari tubuh ibu[1] . Persalinan normal adalah proses pengeluaran

janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu), lahir spontan

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin [2] .

Setiap persalian beresiko mengalami komplikasi baik terhadap ibu

maupun janin. Komplikasi yang tidak teratasi dapat menimbulkan kematian

pada ibu dan kematian bayi. Kematian maternal menurut batasan dari The

Tenth Revision of The Intern asional Classification of Diseases (ICD-10)

adalah kematian wanita yang terjadi pada saat kehamilan, atau dalam 42 hari

setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi

kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan,

atau yang diperberat oleh kehamilan tersebut atau penanganannya, tetapi

bukan kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan[3] .

Beberapa indikator yang sering digunakan untuk mengetahui derajat

kesehatan masyarakat adalah angka kematian ibu, angka kematian bayi,

angka kematian balita dan angka harapan hidup[4]. AKI di dunia 216/100.000

kelahiran hidup , AKI di negara berkembang 436/100.000 kelahiran hidup.

1
2

[5]
AKI di Indonesia 126/100.000 kelahiran hidup . Menurut dinas kesehatan

provinsi Jawa Tengah pada tahun 2107 AKI mencapai 88,58 persen per 100

ribu kelahiran hidup atau menurun sekitar 21 persen dibanding tahun 2016.

Secara rinci, AKI di Jawa Tengah pada tahun 2013 sejumlah 118,62 per 100

ribu kelahiran hidup, tahun 2014 sejumlah 118 persen, tahun 2015 sejumlah

111,16 persen, tahun 2016 sejumlah 109,65 persen , tahun 2017 sejumlah

88,58 persen. Penurunan AKI melampaui target Sustainable Development

Goals (SDG’s). Padahal SDG’s menetapkan target 70 per 100 ribu kelahiran

hidup.

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara

berkembang terutama disebabkan oleh pendarahan,eklamsi,sepsis dan

komplikasi keguguran, sebagai besar penyebab utama kesakitan dan kematian

ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui upaya pencegahan yang

efektif[6] .

Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di

Indonesia. Peristiwa dalam bidang kebidanan yang dapat menimbulkan

perdarahan adalah gangguan pelepasan plasenta, atonia uteri postpartum dan

perlukaan jalan lahir. Perlukaan pada jalan lahir merupakan penyebab kedua

perdarahan setelah atonia uteri[7]. Perdarahan yang banyak dapat terjadi

karena ruptur perineum yang dialami selama proses melahirkan baik yang

normal maupun dengan tindakan[9].

Ruptur perineum spontan adalah perlukaan jalan lahir atau robekan

perineum secara tidak sengaja karena persalinan dan terjadi hampir pada
3

semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya[8].

Rupture perineum dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pengeluaran

kepala yang mendadak dan cepat, ukuran bayi baru lahir yang berlebihan, dan

jaringan ibu yang mudah robek / tidak elastis. Dampak dari terjadinya ruptur

perineum yaitu terjadinya perdarahan dan meningkatnya resiko terjadinya

infeksi pada laserasi perineum[10].

Intervensi untuk mengurangi kejadian rupture perineum yaitu.

Pijat perineum merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk

mencegah terjadinya ruptur perineum pada saat persalinan, karena manfaat

dari pijat perineum adalah meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas,

dan relaksasi otot-otot dasar panggul[11] . Tehnik ini, jika dilatih pada tahap

akhir kehamilan (mulai minggu ke -36 ) sebelum persalinan, juga akan

membantu mengenali dan membiasakan diri dengan jaringan yang akan

dibuat rileks dan bagian yang akan dilalui oleh bayi[11].

Super Crowning merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi

laserasi perineum pada kala dua persalinan[12] .

Penjelasan lain menurut Beynon (1957) adalah distensi lambat dapat

mengurangi traumatik, efek memanfaatkan tenaga dari kontraksi uterus untuk

mendorong janin turun melalui segmen bawah uterus dan vagina akan

memastikan bahwa tarikan pada ligamen serviks tranversum berlangsung

sampai penurunan selanjutnya terjadi. Bagian awal dari setiap kontraksi akan

menarik vagina yang telah meregang, mencegahnya terdorong kebawah

kedepan bagian terendah janin dan tidak dianjurkan untuk mengejan sebelum
4

bagian awal kontraksi berakhir, desakan mengejan biasanya tidak bersamaan

dengan awal kontraksi. Dengan teknik supercrowning pada ibu bersalin kala

II, saat kepala bayi crowning ibu dipimpin untuk berhenti mengejan untuk

membiarkan vagina dan perineum meregang perlahan – lahan agar terjadi

pergeseran fisiologis jaringan otot perineum di sekitar kepala bayi yang mulai

muncul yang bertujuan mengurangi robekan oleh kelahiran yang terlalu

cepat[13].

Berdasarkan penelitian Umi Marifah, Siti Aisyah di BPM Sri Wahyuni

Surabaya dengan jumlah sample 40 responden. Didapatkan hasil bahwa pijat

perineum dapat mencegah terjadinya laserasi perineum pada persalinan

normal antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Penelitian yang dilakukan Erna Kusumawati, Agustin Rahmawati, Siti

Istiana tentang pengaruh antenatal perineal massage pada primigravida

terhadap laserasi perineum saat persalinan di kota Semarang tahun 2017

dengan jumlah sample 45 orang. Didapatkan hasil ada perbedaan bermakna

antara derajad laserasi perineum kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

pada akhir pengukuran.

Berdasarkan penelitian Enny Yuliaswati, Kamidah tentang efektifitas

pijat perineum terhadap kejadian robekan perineum pada primipara di Rumah

Bersalin Panjawi Surakarta, dengan jumlah sample 40 responden yaitu 20

responden primipara untuk kelompok kasus dan 20 responden primipara

untuk kelompok control. Pada kelompok kasus, responden dilakukan

intervensi berupa pemijatan pada perineum. Dengan hasil terdapat perbedaan


5

keadaan perineum antara kelompok kasus dan control, pada kelompok kasus

keadaan perineum cenderung utuh, sedangkan pada kelompok kontrol terjadi

robekan perineum.

Menurut data simpus Puskesmas Kragan II jumlah ibu hamil yang

melahirkan pada tahun 2018 terdapat 248 persalinan dengan ruptur perineum

sebesar 236 persalinan. Berdasarkan masalah tersebut pada 10 ibu hamil yang

melahirkan yang mengalami ruptur perineum sudah dilakukan senam hamil

sebelumnya , akan tetapi masih terjadi ruptur perineum. Dalam upaya

menurunkan angka kejadian ruptur perineum maka perlu ditambahkan upaya

selain senam hamil yaitu pijat perineum dan supercrowning.

Berdasarkan fenomena yang ada di UPT Puskesmas Kragan II, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ‘’ Perbedaan

Efektifitas Pijat Perineum dan Supercrowning Terhadap Tingkat Ruptur

Perineum di UPT Puskesmas Kragan II’’

B. Rumusan Masalah

Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup

bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan

selaput janin dari tubuh ibu. Setiap persalian beresiko mengalami komplikasi

baik terhadap ibu maupun janin. Komplikasi yang tidak teratasi dapat

menimbulkan kematian pada ibu dan kematian bayi. Sebagian besar

kehamilan berakhir dengan kelahiran bayi hidup pada ibu sehat, walaupun

demikian pada beberapa kasus kelahiran mengalami komplikasi perdarahan

post partum karena perlukaan jalan lahir. Perlukaan pada jalan lahir
6

merupakan penyebab kedua perdarahan setelah atonia uteri, sehingga

diperlukan upaya-upaya dalam rangka menurunkan kejadian perlukaan jalan

lahir. Oleh karena hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian

dengan judul ‘’ Perbedaan Efektifitas Pijat Perineum dan Supercrowning

Terhadap Tingkat Ruptur Perineum di UPT Puskesmas Kragan II’’

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan

efektifitas pijat perineum dan supercrowning terhadap tingkat ruptur

perineum di UPT Puskesmas Kragan II.

2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Mengidentifikasi tingkat ruptur perineum pada ibu bersalin yang

dilakukan pijat perineum.

b. Mengidentifikasi tingkat ruptur perineum pada ibu bersalin yang

dilakukan supercrowning.

c. Mengidentifikasi perbedaan tingkat ruptur perineum pada ibu

bersalin yang dilakukan pijat perineum dan supercrowning.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Bidan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman

dan wawasan bidan mengenai perbedaan efektifitas pijat perineum dan

supercrowning terhadap tingkat ruptur perineum.


7

2. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan,

gambaran, serta dapat memberikan tambahan ilmu dalam bidang

kebidanan, menambah pengetahuan mahasiswa tentang perbedaan

efektifitas pijat perineum dan supercrowning terhadap tingkat ruptur

perineum

3. Bagi Puskesmas

Hasil Penelitian ini dapat menambah wawasan dan informasi kepada

bidan tentang efektifitas pijat perineum dan supercrowning terhadap

tingkat ruptur perineum. Sehingga bidan mampu mengaplikasikan

ketrampilan di lapangan

4. Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalamn dalam

melaksanakan penelitian tentang perbedaan efektifitas pijat perineum dan

supercrowning terhadap tingkat ruptur perineum di UPT Puskesmas

Kragan II, serta dapat mengaplikasikan teori yang pernah didapatkan di

bangku perkuliahan.

E. Keaslian Penelitian

Tahun
Judul
Penelitian Penelitia Hasil Perbedaan
Penelitian
n
Ummi 2015 Efektifitas pijat  Penelitian
Ma’rifah, Pijat perineum sebelumnya
Siti Aisyah Perineum dapat 1. Variabel pijat
dalam mencegah perineum,lasera
Mencegah terjadinya si perineum,
Terjadinya laserasi episiotomy.
Laserasi perineum
8

Perineum pada 2. Pra experiment


dan persalinan design static-
Episiotomi normal group
pada antara comparison.
Persalinan kelompok 3. Tehnik quota
Normal di intervensi sampling
BPM Sri dan  Penelitian
Wahyuni kelompok sekarang
Surabaya kontrol 1. Variabel pijat
perineum,
supercrowning,
dan ruptur
perineum.
2. Desain quasy
experiment
design the post
tes with control
group design.
3. Tehnik
accidental
sampling

Erna 2017 Pengaruh ada  Penelitian


Kusumawat Antenatal perbedaan sebelumnya
i, Agustin Perineal bermakna 1. Variabel
Rahmawati, Massage antara Antenatal
Siti Istiana pada derajad Perineal
Primigravid laserasi Massage,lasera
a Terhadap perineum si perineum,
Laserasi kelompok primigravida,.
Perineum perlakuan 2. quasy
Saat dan experiment
Persalinan kelompok design pre tes-
Di Kota kontrol post tes control
Semarang pada akhir group design.
Tahun 2017 pengukura 3. Tehnik quota
n sampling
 Penelitian
sekarang
1. Variabel pijat
perineum,
supercrowning,
dan ruptur
perineum.
2. Desain quasy
experiment
9

design the post


tes with control
group design.
3. Tehnik
accidental
sampling

Sri Rahayu, 2015 Perbedaan Derajat  Penelitian


Sri Sumarni, Hasil robekan sebelumnya
Umaroh Masase perineum 1. Variabel
Perineum pada Masase
dan Kegel kelompok perineum,
terhadap masase Kegel, Robekan
Pencegahan perineum Perineum
Robekan sebagian 2. Pre experiment
Perineum besar pada design post tes
pada derajat 1 only design.
Persalinan (77,8%) 3. Tehnik Simple
di Bidan dan pada Random
kegel sampling
exercise  Penelitian
sebesar sekarang
50% 1. Variabel pijat
perineum,
supercrowning,
dan ruptur
perineum.
2. Desain quasy
experiment
design the post
tes with control
group design.
3. Tehnik
accidental
sampling
10

Daftar Pustaka

[1] Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.


[2] Prawirohardjo, S. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
[3] World Health Organization (WHO). (2010). Maternal Mortality. [Diakses
tanggal 5 Mei 2019]
http://www.who.int/healthinfo/statistics/indmaternalmortality/en/
[4] Sadli, S. (2010). Pemikiran Tentang Kajian Perempuan. Jakarta : PT Kompas
Media Nusantara.
[5] Unicef. (2015). Estimates of Maternal Mortality Ratio (MMR; Maternal
Deaths per 100.000 Live Births) 1990-2015. [diakses tanggal 5 Mei 2019]
http://data.unicef.org/topic/maternal-health/maternal-mortality/
[6] JNPK-KR. (2008). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta
[7] Wiknjosastro, H. (2008). Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Cetakan 1. Jakarta : PT
Bina Pustaka.
[8] Wiknjosastro, H. (2003). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
[9] Oxorn, H. (2003). Fisiologi dan Patologi Persalinan. Jakarta : Yayasan
Essentia Medica
[10] Reeder Sharon, Martin Leonide, & Griffin D. (2012). Keperawatan Maternitas
Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga. Volume 1. Jakarta : EGC
[11] Mongan. (2007). Hypnobirthing. Jakarta : PT Buana Ilmu Popular
[12] Indriyani. and Prof. dr. Sulchan Sofoewan, PhD., Sp.OG(K). (2006).
Perbandingan Supercrowning Kala Dua Persalinan Terhadap Laserasi
Perineum di RB Mattiro Baji Kab. Gowa Sulawesi Selatan. S2 Ilmu
Kedokteran Klinik UGM
[13] Jay Goldberg, MD. And Carmen Sultana, MD. Preventing Perineal
Lacerations During Labor. [Diakses tanggal 5 Mei 2019]
http://www.contemporaryobgyn.net/obstretics-gynecology-womens-
health/preventing-perineal-lacerations-during-labor/

Anda mungkin juga menyukai