Anda di halaman 1dari 41

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

APLIKASI KOPLEMENTER PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

OLEH :

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang widhi Wasa karena kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “APLIKASI KOMPLEMENTER PADA
PASANGAN USIA SUBUR (PUS)” tepat pada waktunya.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan
makalah berikutnya.
Sekian penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa melancarkan segala usaha kita.

Denpasar,November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 6
2.1 Terapi komplementer .................................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian komplementer ...................................................................................... 6
2.2 Jenis-jenis terapi komplementer ................................................................................... 6
2.2.1 Berikut adalah jenis-jenis dari terapi komplementer : ........................................... 6
2.3 PUS (pasangan usia subur) ......................................................................................... 24
2.3.1 Pengertian PUS .................................................................................................... 24
2.3.2 Masalah kesehatan yang ada pada PUS ............................................................... 24
2.4 Terapi Komplementer pada Pasangan Usia Subur (PUS) .......................................... 31
2.4.1 Terapi Komplementer pada Pasien Infertilisasi................................................... 31
2.4.2 Terapi Komplementer pada Pasien Keputihan .................................................... 36
2.4.3 Terapi Komplementer pada Pasien Anemia ........................................................ 38
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 40
3.1 KESIMPULAN .......................................................................................................... 40
3.2 SARAN....................................................................................................................... 40

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang sah terikat oleh suatu
pernikahan dimana usia istri antara 15 – 49 dan pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah
cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik.
Pasangan usia subur (PUS) merupakan salah satu komposisi penduduk yang secara fisik dan
seksual sudah matang untuk melangsungkan kehamilan (Manuaba, 2010).
Beberapa permasalahan yang sering dialami oleh pasangan usia subur (PUS) yaitu
infertilitas, penggunaan kontrasepsi, anemia gizi besi, pernikahan dini, kanker serviks, dan
penyakit menular seksual (PMS). Di Indonesia prevelensi pasangan usia subur (PUS) yang
menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%) PUS dari 10205 PUS (Samsiyah, 2010). Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa persentase anemia di
Indonesia pada wanita usia subur tidak hamil (≥ 15 tahun) di perkotaan sebesar 19,7%.
Selanjutnya hasil riskesdas 2013 menunjukkan persentase anemia pada WUS umur 15-44
tahun sebesar 35,3 %. Menurut Depkes RI (2008), insidens kanker serviks adalah 100 per
100.000 perempuan pertahun. Pada Kasus PMS (penyakit menular seksual) pada tahun 2012
tercatat 48.789.954 orang, sedangkan jumlah kasus baru sejak tahun 2013 terus meningkat
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (Depkes RI, 2013).
Berdasarkan studi kasus diatas, solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan yang sering dialami oleh pasangan usia subur (PUS) yaitu dengan
menggunakan terapi komplementer. Perkembangan terapi komplementer akhir- akhir ini
menjadi sorotan banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian
penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder &
Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif
dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data
lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari
33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis,
2002).

4
Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu
alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam
diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien
ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan
kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya
reaksi efek samping dari pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih
terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di
berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi
komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat.
Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al.,
2004). Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan
pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal
ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi komplementer.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan terapi komplementer ?
2. Apakah yang dimaksud dengan Pasangan Usia Subur (PUS) ?
3. Bagaimanakah aplikasi terapi komplementer pada Pasangan Usia Subur (PUS) ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mahasiswa memahami terapi komplementer
2. Mahasiswa memahami Pasangan Usia Subur (PUS)
3. Mahasiswa memahami aplikasi terapi komplementer pada Pasangan Usia Subur
(PUS)

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Terapi komplementer


2.1.1 Pengertian komplementer
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain
diluar pengobatan medis yang konvensional. Terapi Komplementer adalah semua terapi yang
digunakan sebagai tambahan untuk terapi konvesional yang direkomendasikan oleh
penyelenggara pelayanan kesehatan individu. Pengobatan Komplementer adalah pengobatan
non konvensional yang bukan berasal dari Negara yang bersangkutan (WHO).
2.2 Jenis-jenis terapi komplementer
2.2.1 Berikut adalah jenis-jenis dari terapi komplementer :
a. Akupuntur
Di Cina, praktek akupunktur telah dimulai dari zaman batu dengan
menggunakan batu tajam atau Bian Shi. Jarum batu Akupunktur yang
diperkirakan sudah ada sejak 3000 SM ditemukan oleh ahli arkeolog di
pedalaman Mongolia.Pengobatannya sangat individudan dilakukan
berdasarkan intuisi, subjektif dan pengalaman pribadi, bukan atas dasar
penelitian medis. Akupuntur melibatkan penusukan jarum dalam berbagai
ukuran ke dalam “titik meridian” dalam tubuh manusia dengan tujuan untuk
mengalihkan Chi (energi vital tubuh) untuk meningkatkan keseimbangan
tubuh atau mengembalikan kesehatan tubuh (Hadibroto dkk, 2006).
Titik Meridian adalah jalur yang sangat penting dalam tubuh manusia
sebagai tempat mengalir Chi. Chi mengalir dalam tubuh manusia
memberikan energi vital untuk organtubuh agar organ-organ tubuh dapat
berfungsi dengan baik.Maka sangat penting untuk memastikan bahwa Chi
dapat mengalir dengan bebas untuk memastikan bahwa struktur dan fungsi
organ tubuh bagian dalam bekerja dengan efektif (Hadibroto dkk, 2006).
Jarum ditusukkan ke titik meridian untuk mempengaruhi Chi yang mengalir

6
ke organ tubuh bagian dalam, untuk meningkatkan struktur dan fungsi
mereka. Jarum juga dapat digunakan untuk daerah tertentu yang terasa sakit
yang mungkin berhubungan dengan masalah dalam tubuh, seperti cedera
akibat olahraga. Sebagai contoh, sebuah jarum ditusukkan ke daerah tendon
yang tertarik atau otot yang kelelahan akan meningkatkan aliran Chi ke area
tersebut. Yang akan menghilangkan rasa sakit dan mempercepat proses
penyembuhan (Hadibroto dkk, 2006).
Akupuntur dapat menyebabkan beberapa reaksi fisik, baik di sekitar
daerah dimana akupuntur dilakukan atau di daerah lain karena sel syaraf
yang menghubungkan organ keotak. Ini dapat mengaktifkan berbagai sistem
dalam otak dan tubuh. Rasa sakit di salurkan melalui hormon urat syaraf,
terutama yang berhubungan dengan penerima rasa sakit. Pereda rasa sakit
yang diberikan oleh morfin bekerja pada penerima yang sama dengan
hormon urat syaraf ini. Endorphin yang diproduksi oleh otak adalah
pengganti alami dari morfin dan bekerja dengan cara yang sama. Beberapa
penelitian menyatakan bahwa aksi pereda rasa sakit dari akupuntur
dilakukan dengan menstimulasi pembentukan endorphin dalam otak, yang
dirangsang dengan menstimulasi syaraf yang terhubung di kulit. Kondisi –
kondisi yang sering dirawat dengan akupuntur, antara lain rehabilitasi stroke,
kesehatan wanita dan penurunan berat badan, cedera olahraga, sakit
pinggang, radang sendi, tekanan darah tinggi, dan kanker (Hadibroto dkk,
2006).
b. Ayuverda
AYURVEDA atau AYURVEDIC adalah suatu pengobatan kuno yang
berasal dari India yang meliputi seluruh aspek gaya hidup. Kata Ayurveda
berasal dari bahasaSansekerta yang berarti ayur – hidup , dan veda -
pengetahuan , atau secara harafiah berarti pengetahuan tentang kehidupan.
Merupakan salah satu metode pengobatan tertuayang pernah dicatat dan
masih digunakan hingga saat ini. AYURVEDA atau pengobatan
penyembuhan kuno India merupakan systempengobatan holistic tertua di

7
dunia. Pengobatan Ayurveda pertama kali dipeloporiDhanvantari sekitar
1.500 Sebelum Masehi. Namun, baru sekitar tahun 200 SebelumMasehi,
pengobatan Ayurveda ditampilkan dalam bentuk tertulis dan menyeluruh
(Hadibroto dkk, 2006).
Ayurveda mengajarkan teknik operasi, tanaman obat, terapi aroma,
warna dan gayahidup sehat. Para pakar memperkirakan Ayurveda memiliki
sejarah lebih panjang yaknidirintis sekitar tahun 3.000 Sebelum Masehi yang
mencakup ajaran spiritual dan perilaku.Kitab Atreya Samhita salah satu
bagian Ayurveda merupakan buku medis tertua di dunia!Pada zaman itu,
luka pendarahan pada hidung lazim terjadi pada satu millennium
SebelumMasehi yang umum dilakukan dengan memotong hidung tawan an
perang dan padapertempuran. Sekitar tahun 500 Sebelum Masehi, Sushruta
dari India berhasil mengadakanrhinoplasty atau operasi mengembalikan
bentuk hidung. Sushruta menjelaskan potongankulit dari kepala dapat
tumbuh di bekas luka hidung yang terpotong (Hadibroto dkk, 2006).
Menurut Ayurveda, setiap orang memiliki energi kehidupan (Doshas),
yang terdiridari Vata atau udara, Pitta atau panas, dan Kapha atau air.
Penyakit terjadi jika ke-3 elemenini tidak seimbang. Lingkungan, polusi
udara, makanan, minuman, dan faktor genetik dapatmenyebabkan ketidak-
seimbangan doshas. Menjaga keseimbangan doshas ini adalah kuncidari
pengobatan Ayurveda.Ayurveda bekerja secara menyeluruh, tidak hanya
menghilangkan gejala yangtimbul, tetapi juga bekerja mencegah penyakit
dan menghilangkan akar penyakit. Ayurvedamenggunakan seluruh sumber
kekayaan alam untuk membantu meningkatkan kualitaskesehatan manusia
(Hadibroto dkk, 2006).
c. Hipnoterapi
Hipnosis didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran dimana
fungsi analitis logis pikiran direduksi sehingga memungkinkan individu
masuk ke dalam kondisi bawah sadar (sub-conscious/unconcious), di mana
tersimpan beragam potensi internal yang dapat dimanfaatkan untuk lebih

8
meningkatkan kualitas hidup. Individu yang berada pada kondisi
“hypnotic trance” lebih terbuka terhadap sugesti dan dapat dinetralkan dari
berbagai rasa takut berlebih (phobia), trauma ataupun rasa sakit. Individu
yang mengalami hipnosis masih dapat menyadari apa yang terjadi di
sekitarnya berikut dengan berbagai stimulus yang diberikan oleh terapis (Az-
Zahrani, 2005).
Terapi hypnosis (hypnotherapy) kini merupakan fenomena ilmiah,
namun hingga kini masih belum terdapat definisi yang jelas, bagaimana
sebenarnya mekanisme kerja hypnotherapy. Beberapa ilmuwan berspekulasi
bahwa hipnotherapi menstimulir otak untuk melepaskan neurotransmiter,
zat kimia yang terdapat di otak,encephalin dan endhorphin yang berfungsi
untuk meningkatkan mood sehingga dapat mengubah penerimaan individu
terhadap sakit atau gejala fisik lainnya (Az- Zahrani, 2005).
Hypnosis secara perlahan telah menunjukkan keberadaannya seiring
dengan semakin meningkatnya penerimaan pada dunia medis. Hypnosis
banyak digunakan dibidang seperti pengobatan dan olahraga untuk
mengubah mekanisme otak manusia dalam menginterprestasikan
pengalaman dan menghasilkan perubahan pada persepsi dan tingkah laku.
Aplikasi hypnosis untuk tujuan perbaikan (therapeutic) dikenal sebagai
hypnotherapy (Az- Zahrani, 2005).
Hipnotherapi telah terbukti memiliki beragam kegunaan untuk
mengatasi berbagai permasalahan yang berkenaan dengan emosi dan
perilaku. Bahkan beberapa kasus medis serius seperti kanker dan serangan
jantung, hipnotherapi mempercepat pemulihan kondisi seorang penderita.
Hal ini sangat dimungkinkan karena hipnotherapi diarahkan untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memprogram ulang penyikapan
individu terhadap penyakit yang dideritanya (Az- Zahrani, 2005).
Hypnosis sangat berguna dalam mengatasi beragam kasus berkenaan
dengan kecemasan, ketegangan, depresi, phobia dan dapat membantu untuk
menghilangkan kebiasaan buruk seperti ketergantungan pada rokok, alkohol

9
dan obat-obatan. Dengan memberi sugesti, seseorang terapis dapat
membangun berbagai kondisi emosional positif berkenaan dengan menjadi
seorang bukan perokok dan penolakan terhadap rasa ataupun aroma rokok
(Az- Zahrani, 2005).
Khusus untuk phobia, hypnotherapy digunakan untuk mereduksi
kecemasan yang mengambil alih kontrol individu atas dirinya. Hal ini dapat
diwujudkan dengan menciptakan suatu gambaran nyata tentang kondisi yang
menyebabkan phobia namun individu tetap dalam kondisi relax, sehingga
membantu mereka untuk menyesuaikan ulang reaksi mereka pada kondisi
yang menyebabkan phobia menjadi normal dan respon yang lebih tenang
(Az- Zahrani, 2005).
Hypnotherapy dapat digunakan untuk membawa orang mundur ke
masa lampau atau Regresi kehidupan masa lalu untuk mengobati trauma
dengan memberikan kesempatan untuk mengubah “fokus” perhatian.
Hypnotherapy juga dapat digunakan untuk meningkatkan optimalitas
pembelajaran. Berkaitan dengan pembelajaran, hypnotherapy dapat
aplikasikan untuk meningkatkan daya ingat, kreativitas, fokus, merubuhkan
tembok batasan mental (self limiting mental block) dan lainnya (Az- Zahrani,
2005).
d. Herbalisme Medis
Herbalisme medis- penggunaan obat dari tumbuhan untuk pencegahan
dan pengobatan penyakit- memiliki sejarah sepanjang sejarah umat manusia.
Di inggris, metode ini memiliki dasar sejarah yang sebagian dalam model
Galenis “cairan tubuh” ( darah, empedu hitam, empedu kuning
lender),”temperamen”-nya (misalnya panas, dingin, lembab), dan
kepercayaan bahwa penyakit disebabkan oleh ketidakseimbangan cairan-
cairan ini. Herba digunakan untuk memperbaiki ketidakseimbangan ini dan
serig digambarkan sebagai, misalnya,”pemanas”, atau”pendingin”, seperti
peppermint, akan digunakan untuk mengobati kondisi-kondisi “panas”
seperti demam. Di inggris, herbalisme jugadi ambil dari tradisi-tradisi lain,

10
misalnya penggunaan herba di Amerika utara oleh Samuel Thomson,
meskipun Thomson sendiri pada awalnya di pengaruhi oleh herbalisme di
Eropa (Heinrich et al., 2009).
Kini, herbalisme modern, yang dipraktikkan oleh herbalis
medis,diambil dari pengetahuan tradisional, tetapi metode ini semakin
banyak di tapsirkan dan diterapkan dalam konteks modern. Sebagai contoh,
herbalis menggunakan pengetahuan terkini mengenai penyebab dan akibat
penyakit serta beberapa alat diagnosisi, seperti pengukuran tekanan darah,
yang di gunakan dalam pengobatan dalam pengobatan konvensional.
Beberapa aspek herbalisme zaman modern lainnya adalah sebagai berikut
(Heinrich et al., 2009) :
1. Herbalisme menggunakan suatu pendekatan holistik dengan
mempertimbangkan perasaan sehat pasien secara pisikologis dan
emosional, juga kesehatan fisik.
2. Herbalis memilih herbal berdasarkan pada basis individual untuk setiap
pasien (sesuai dengan pendekatan holistic) sehingga kemungkinan besar
pasien-pasien dengan gejele fisik yang sama akan menerima kombinasi
herba yang berbeda.
3. Herbalis juga bertujuan untuk menggidentifikasi penyebab dasar (
misalnya stres) penyakit pasien dan mempertimbangkan hal ini
dalamrencana pengobatan.
4. Herba di gunakan untuk merangsang kemempuan penyembuhan tubuh,
untuk “memperkuat” system tubuh, dan untuk “memperbaiki” fungsi
tubuh yang terganggu, bukan untuk mengobati gejala-gejala yang
muncul secara langgsung.
5. Herba mungkin di gunakan, misalnya, dengan tujuan untuk
“mengeliminasi toksin” atau “merangsang” peredaran darah. Tujuannya
adalah untuk penyembuhan jangka panjang dari kondisi-kondisi tertentu
Salah satu prinsip dasar herbalisme adalah bahwa kandungan herba
yang berbeda bekerja bersama dalam beberapa cara (yang tidak dapat di

11
jelaskan) sehingga menghasilkan efek-efek bermanfaat. Herbalis medis
mengobati berbagai macam kondisi akut (misalnya infeksi), dan yang lebih
lazim, kondisi kronis. Beberapa contoh gangguan yang biasanya
dikonsultasikan orang kepada herbalis yaitu (Heinrich et al., 2009) :
1) Sindrom iritasi usus
2) Sindrom pramenstruasi
3) Gejala- gejala menopause
4) Eksim
5) Jenis-jenis arthritis
6) Depresi
7) Jerawat dan kondisi lainnya
8) Sistitis
9) Migrain
10) Sindrom lelah kronis

Herbalis biasanya merespon obat-obat herbal, seperti tingtur, meskipun


terkadang menggunakan formulasi yang lebih pekat (ekstrak cair). Jika suatu
resep memerlukan beberpa herba, tingtur dan ekstrak cair di campur menjadi
suatu campuran. Beberapa herbalis akan menyiapkan bahan-bahan
persediaannya sendri, sementara bahan yang lain dibeli dari pemasok khusus
dan sebagian besar memberikan resep herbalnya sendiri. Formulasi oral
lainnya (tablet, kapsul) dan sediaan herba topikal juga dapat di resepkan
(Heinrich et al., 2009).
Terdapat sekumpulan bukti klinis yang signifikan tentang manfaat dan
resiko potensial yang berkaitan dengan penggunaan obat herbal tertentu.
Ikhtisar mengenai beberapa herba paling penting yang umum di gunakan
dapat dilihat pada bagiab B buku ini. Sebagian besar informasi ini berkaitan
dengan penggunaan obat herbal tertentu yang diformulasikan sebagai
sediaan fitofarmasi dan di gunakan dengan cara yang sama dengan sediaan
farmasi konfensional, biasanya dibawah pengawasan seorang docter, untuk

12
mengobati gejala-gejala penyakit. Penelitien tentang efikasi dan keamanan
obat herbal dan kombinasi obat herbal yang telah di gunakan oleh praktisi
obat herbal sangat sedikit. Selain itu, efikasi dan keamanan herbalisme
sebagai salah satu pendekatan pengobatan belum di evaluasi secara ilmiah
(Heinrich et al., 2009).
e. Hemeopati
Hemeopati ditemukan sekitar 200 tahun lalu oleh Samuel Hahnemann,
seorang docter dan apoteker jerman. Prinsip-prinsip pendekatan pengobatan
controversial yang dikembangkan nya ini harus di pertimbangkan
berdasarkan latar belakang praktik medis pada saat itu; lintah, pengeluaran
darah, pencahar dan emetik kuat, dan sediaan yang mengandung logam berat
beracun, seperti arsenik dan merkuri, banyak di gunakan. Ada laporan bahwa
Hahnemann tidak puas dengan strategis pengobatan yang kasar ini dan hal
ini menyebabkan ia menghentikan penggunaan obat. Selama masa ini, ia
terorong untuk melakukan percobaan dengan menggunakan kulit kayu kina
(yang digunakan untuk mengobati malaria) dan menemukan bahwa, ketika
menggunakan obat ini dalam dosis tinggi, ia mengalami gejala-gejala yang
mirip malaria. Kemudian Hahnemann menggunakan metode ini ( yang ia
sebut suatu `pembuktian`) pada sukarelawan sehat yang di beri banyak zat
lain untuk membentuk suatu `gambaran gejala` (Heinrich et al., 2009).
Untuk tiap zat. Berdasarkan hasil penemuan nya pada percobaan-
percobaan ini, Hahnemann menekan kan tiga prinsip dasar homeopati,yang
membentuk dasar homeopati klasik (Heinrich et al., 2009) :
1. Suatu zat yang, di gunakan dalam dosis tinggi, menyebabkan suatu
gejala atau gejala-gejala pada orang sehat dapat di gunakan untuk
mengobati gejala-gejala tersebut pada orang sakit. Misalnya, coffea,
obat yang di buat dari biji kopi ( salah satu kandungannya, kafein, adalah
stimulan system saraf pusat) dapat digunakan untuk mengobati
insomnia. Inilah yang di sebut konsep `like cures like` (dalam bahasa
latin, similia similibus curentur).

13
2. Dosis minimal zat tersebut harus di gunakan untuk mencegah toksisitas.
Pada mulanya, Hahnemann menggunakan zat tersebut dalam dosis
tinggi, tetapi hal ini sering menimbulkan efek toksik. Selanjutnnya, zat-
zat tersebut di encerkan secara bertahap sambil dikocok kuat
(`pembentukan sukus`) pada tiap tahap. Proses ini disebut potensial.
Cara ini di klaim bahwa semakin encer obat, semakin poten obat
tersebut. Hal ini sepenuhnya berlawanan dengan pengetahuan ilmiah
mutakhir. Hanya obar atau zat tunggal yang harus di gunakan seorang
pasien pada suatu priode.
Prinsip-prinsip hemeopati yang di usulkan oleh Hahnemann tetap
membentuk dasar praktik hemeopati modern, kecuali aturan obat tunggal,
yang banyak di abaikan oleh banyak ahli hemeopati yang menggantikan nya
dengan resep banyak obat. Kini sekitar 1200 obat hemeopati lazim di
gunakan. Untuk berbagai obat tersebut , ahli hemeopati mengandalkan
pembuktian Hahnemann sehingga pedoman tentang obat-obat dapat di
gunakan untuk mengobati gejala-gejala tersebut. Pembuktian di zaman
modern yang melibatkan sukarelawan sehat terkadang di lakukan, dan
beberapa melibatkan rancangan penelitian yang cermat (acak, tersamar
ganda, terkendali placebo). Namun, Hahnemann tidak menggunakan
rancangan penelitian yang cermat, walaupun ia memenag menetapkan
criteria tertentu; misalnya, subjek tidak boleh minum kopi selama rangkaian
pembuktian. Selain prinsip-prinsip penting homeopati yang dinyatakan di
atas, ahli homeopati juga meyakinkan (Heinrich et al., 2009) :
1) Bahwa penyakit disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk
mengatasi factor-faktor yang menantang seperti gizi buruk dan keadaan
lingkungan yang merugikan.
2) Bahwa tanda-tanda dan gejala-gejala penyakit menunjukan usaha tubuh
untuk memperbaiki system.

14
3) Bahwa obat-obat homeopati bekerja dengan cara merangsang aktifitas
penyembuhan tubuh nya sendiri (`daya hidup`) dan bukan bekerja
secara langgsung pada proses penyakit.
4) Bahwa `daya hidup` diekspresikan secara berbeda pada setiap orang
sehingga pengobatan harus di pilih secara individual (holistik).
Dalam pemilihan obat untuk pasien tertentu, seseorang ahli homeopati
akan mempertimbangkan gejala-gejala fisik,mental,dan emosi pasien serta
karakteristik personal, apa yang di sukai atau tidak di sukai. Obat hemeopati
dan obat herbal sering tertukar dan / atau di anggap sama. Perbedaan
mendasar antara kedua jenis sediaan tersebut adalah (Heinrich et al., 2009) :
1) Obat-obat homeopati (umumnya) sangat encer, sedangkan obat-obat
yang di gunakan pada kekuatan materi.
2) Banyak obat homeopati (sekitar 65%) berasal dari tumbuhan, sedangkan
menurut definisi semua obat herbal berasal dari tumbuhan.
Pengobatan homeopati telah di selidiki pada lebih dari 100 uji klinis,
dan hasil berbagai penelitian tersebut telah menjadi subjek tinjauan sistematik
dan meta-analisis. Meta-analisis data dari 89 uji klinis homeopati berkendali
plasebo menunjukan bahwa efek homeopati tidak sepenuh nya di sebabkan
oleh plasebo. Pembatasan analisis pada uji bermutu tinggi saja hany
mengurangi, tetapi tidak menghilangkan, efek yang di temukan. Namun, tidak
cukup bukti untuk menujukan bahwa homeopati benar-benar berkhasiat
dalam setiap keadaan klinis. Obat-obat homeopati yang sangat encer mustahil
dapat menyebabkan reaksi-reaksi obat yang merugikan. Meskipun demikian,
potensi toksisitas obat-obat homeopati pada pengenceran yang sangat rendah
harus di perhatikan karena sediaan-sediaan masih mengandung bahan awal
dalam jumlah yang cukup banyak (Heinrich et al., 2009).
f. Pengobatan antroposofis
Pengobatan antroposofis adalah suatu visi filosofis mengenai kesehatan
dan penyakit berdasarkan penelitian Rudolf Steiner (1861-1925). Penelitian
steiner menyelidiki bagai mana manusia dan dunia alam dapat dijeleaskan,

15
tidak hanya dalam teminologi fisik, tetapi juga dalam hal jiwa dan ruh
(Heinrich et al., 2009).
Steiner meyakini bahwa kesadaran tidak dapat dijelaskan dalam
terminology fisik, seperti hanya obat-obatan konvensional, dan menyelidiki
bagai mana sifat jiwa dan ruh manusia berhubungan dengan kesehatan dan
fungsi tubuh. Meskipun demikian, ia mengarahkan obat-obatan antroposofi
menjadi seluas, dan bukan alternatif, obat-obat konvensional. Steiner
memandang setiap orang memiliki empat `tubuh` atau `daya` (Heinrich et
al., 2009) :
1. Tubuh fisik
2. Tubuh eterik, atau daya hidup
3. Tubuh astral, atau sadar dan waspada
4. Tubuh spiritual , atau sadar-atau diri atau ego
Dan memandang manusia terbentuk atas tiga sistem fungsi (Heinrich et al.,
2009) :
1) Sistem `saraf-indera` (kepala dan tulang belakang), berfokus pada
proses-proses `pendinginan` ( misalnya perkembangan artritis).
2) Sistem `reproduktif-metabolisme`, meliputi bagian-bagian tubuh yang
bergerak konstan (misalnya anggota-anggota gerak dan sistem
pencernaan) dan yang berfokus pada proses-proses menghangatkan dan
melembutkan (misalnya demam).
3) Sistem ‘ritmik’ (jantung, paru dan peredaran darah), yang
menyeimbangkan kedua sistem lainnya.
Praktisi antroposofis bertujuan untuk memahami penyakit dalam
terminology bagaimana keempat ‘tubuh’ dalam sistem fungsional
berinteraksi satu sama lain. Pendekatan antroposofis terhadap pelanyanan
kesehatan adalah salah satu pendekatan holistic, yang bertujuan untuk
mengobati orang secara menyeluruh, bukan penyakit atau gejalanya saja.
Diagnosis melibatkan beberapa cara kovensional, seperti penelusuran
riwayat, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium, tetapi juga kisah

16
hidup dan latar belakang social pasien, dan bahkan bentuk tubuh, gerakan,
perilaku social dan acara ekspresi artistik. Praktisi antroposofis dapat
menggunakan berbagai terapi, termasuk diet, gerakan terapeutik (euritmi)
terapi artistik, dan pijat, serta obat-obat antroposofis dalam suatu program
terapi yang terpadu (Heinrich et al., 2009).
Obat-obat antroposofis digunakan sebagai salah satu pendekatan
terapeutik, di bawah pengawasan medis, untuk beberapa kondisi serius,
termasuk pengobatan penunjang kanker. Ada juga berbagai obat bebas (baik
obat yang umum dijual maupun yang hanya dijual di apotek) yang digunakan
untuk meredakan gejala pada kondisi yang dapat di obati dengan obat-obat
bebas, seperti gangguan pencernaan, konstipasi, batuk, pilek, radang
tenggorokkan, radang selaput lendir, sulit tidur, nyeri otot, dan kondisi kulit
tertentu (Heinrich et al., 2009).
Obat-obat antroposofis terutama berasal dari tumbuhan dan mineral,
seperti kalsium, besi, dan lembaga. Banyak produk merupakan kombinasi
bahan-bahan herbal, dan beberapa produk mengandung bahan herbal
maupun mineral. Bahan-bahan herbal dan mineral biasanya ditulis dengan
nama binomial latin bersama dengan bagian tumbuhan untuk herba.
Misalnya (Heinrich et al., 2009) :
1) Aconitum napellus, planta tota (= aconite, seluruh tumbuhan)
2) Natrium carbonicum (= natrium karbonat)

Golongan, produk lain yang berasal dari pendekatan antroposofis adalah


sediaan mistletoe seperti iskador. Sediaan mistletoe antroposofis (Viscum
album) berair yang difermentasi dan diproses secara khusus, yang diperoleh
dari serangkaian pohon inang (mistletoe merupakan semi-parasit, yang
mengekstraksi air dan garam mineral dari inangnya) (Heinrich et al., 2009)
:

17
1) Iskador M mengndung ekstrak mistletoe dari V. mali ( mistletoe dari
pohon apel)
2) Iskador P mengandung ekstrak mistletoe dari V. pini (mistletoe dari
pohon pinus).
3) Iskador Qu mengandung ekstrak mistletoe dari V. Quercus (mistletoe
dari pohon ek).
Ekstrak mistletoe yang dibakukan dengan lektin, yang berbeda dengan
sediaan mistletoe antroposofis, juga tersedia, khususnya di Jerman.Produk-
produk mistletoe yang dibuat daripohon inang yang berbeda diresepkan
untuk pasien berbagai jenis kanker. Pengobatan biasanya diberikan melalui
injeksi subkutan, meskipun rute injeksi intravena terkadang digunakan, dan
sediaan oral juga tersedia (Heinrich et al., 2009).
Pada pembuatan obat-obat antroposofis, perhatian khusus diberikan
pada sumber dan metode penanaman yang digunakan dalam menumbuhkan
bahan baku tumbuhan. Bahan tumbuhan dapat tumbuh sesuai dengan
prinsip-prinsip pertanian biodinamik, yang mirip dengan pertanian organic.
Pabrik obat yang ada ditunjukkan untuk memproduksi obat-obat
antroposofis (Heinrich et al., 2009).
g. Aromaterapi
Tumbuhan aromatis dan ekstraknya telah digunakan pada kosmetik dan
parfum serta untuk keperluan religious selama ribuan tahun, meskipun hanya
sedikit kaitannya dengan penggunaan terapeutik minyak-minyak atsiri.
Dasar-dasar aromaterapi berkaitan dengan Rene-Maurice Gattefosse,
seorang ahli kimia pembuat parfum dari Prancis, yang pertama kali
menggunakan istilah aromaterapi pada tahun 1928 (Heinrich et al., 2009).
Aromaterapi adalah penggunaan terapeutik zat-zat aromatic yang
diekstraksi dari tumbuhan. Kelompok paling penting pada zat-zat ini adalah
minyak atsiri. Minyak ini biasanya diperoleh dari bahan tumbuhan (misalnya
akar, daun, bunga, biji) dengan cara destilasi, meskipun tindakan fisik
(menggunakan pengempaan dan tekanaan) adalah metode yang digunakan

18
untuk memperoleh beberapa minyak atsiri, terutama yang diperoleh dari
kulit buah sitrus. Beberapa aspek penting untuk penggunaan minyak atsiri
dalam aromaterapi dijelaskan berikut ini (Heinrich et al., 2009) :
1. Aromaterapis menyakini bahwa minyak atsiri dapat digunakan tidak
hanya untuk pengobatan dan pencegahan penyakit, tetapi juga efeknya
terhadap mood, emosi dan rasa sehat.
2. Aromaterapi diklaim sebagai suatu terapi holistik; dalam hal ini,
aromaterapis memilih suatu minyak atsiri, atau kombinasi minyak atsiri,
disesuaikan dengan gejala, kepribadian, dan keadaan emosi masing-
masing klien. Pengobatan dapat berubah pada kunjungan pasien
berikutnya.
3. Minyak atsiri dijelaskan tidak hanya dengan rujukan terhadap reputasi
sifat-sifat farmakologisnya (misalnya antibakteri, antiradang), tetapi
juga melalui hal-hal yang tidak dikenali pada obat-obat kovensional
(misalnya keseimbangan, member energi).
4. Aromaterapis menyakini bahwa kandungan minyak atsiri, atau
kombinasi minyak, bekerja secara sinergistis untuk meningkatkan
efikasi atau mengurangi terjadinya efek-efek merugikan yang terkait
dengan kandungan kimia tertentu.

Aromaterapi digunakan secara luas sebagai suatu pendekatan untuk


meredakan stres, dan banyak minyak atsiri diklaim sebagai ‘perelaksasi’.
Banyak aromaterapis juga mengklaim bahwa minyak atsiri dapat digunakan
dalam pengobatan berbagai kondisi. Banyak pengguna menggunakan sendiri
minyak atsiri untuk perawatan kecantikkan, membantu relaksasi, atau
mengobati penyakit ringan tertentu, banyak diantaranya tidak cocok untuk
pengobatan sendiri. Aromaterapi juga digunakan dalam berbagai pelayanan
kesehatan kovensional, seperti dalam perawatan paliatif, unit perawatan
intesif, unit kesehatan jiwa dan pada unit-unit khusus yang merawat pasien

19
HIV/AIDS, cacat fisik, dan ketidakmampuan belajar yang parah (Heinrich
et al., 2009).
Metode paling lazim yang digunakan oleh aromaterapis untuk
penggunaan minyak atsiri adalah dengan pemijatan, yaitu tetesan dua
sampai tiga minyak atsiri diencerkan dalam pembawa berupa minyak sayur,
seperti minyak biji anggur, minyak jojoba dll. Metode lain untuk
penggunaan minyak atsiri yang dilakukan oleh aromaterapis atau dalam
perawatan sendiri antara lain (Heinrich et al., 2009) :
1) Penambahan minyak atsiri ke dalam air mandi dan air untuk mencuci
kaki (air harus diaduk dengan kuat untuk membantu disperse).
2) Dihirup
3) Kompres
4) Digunakan dalam peralatan aromaterapi (misalnya alat pembakar dan
penguap).
Beberapa praktisi menganjurkn penggunaan minyak atsiri secara oral,
yang disebut ‘aromatologi’. Namun minyak atsiri tidak boleh digunakan
untuk pemakaian internal tanpa pengawasan medis. Beberapa aromatis juga
menyatakan bahwa minyak atsiri dapat diberikan malalui vagina (misalnya,
melalui tampon atau douche) atau secara rektal, tetapi pemberian melalui rute-
rute ini dapat menyebabkan iritasi membran dan tidak dianjurkan (Heinrich et
al., 2009).
Biasanya, minyak atsiri mengandung sekitar 100 atau lebih kandungan
kimia, kebanyakan terdapat pada konsentrasi dibawah 1%, meskipun
beberapa kandungan terdapat pada konsentrasi yang jauh lebih rendah.
Beberapa minyak atsiri mengandung satu atau dua kandungan utama, serta
sifat-sifat terapeutik dan toksikologis minyak tersebut sebagian besar dimiliki
oleh kandungan kimia tersebut. Namun, kandungan-kandungan lain yang
terdapat pada konsentrasi rendah mingkin penting. Komposisi suatu minyak
atsiri akan bervariasi tergantung pada lingkungan dan kondisi pertumbuhan

20
tumbuhan tersebut, bagian tumbuhan yang digunakan, serta pada metode
panen, ekstraksi, dan penyimpanan (Heinrich et al., 2009).
Minyak-minyak atsiri harus merujuk pada nama binomial latin spesies
tumbuhan yang menghasilkan minyak tersebut. Bagian tumbuhan yang
digunakan harus dinyatakan secara khusus, dan terkadang spesifikasi lebih
lanjut diperlukan untuk menjelaskan jenis senyawa kimia dalam suatu
tumbuhan tertentu; misalnya, Thymus vulgaris CT timol menjelaskan jenis
senyawa kimia suatu spesies timi yang memiliki timol sebagai kandungan
kimia utamanya (Heinrich et al., 2009).
Minyak atsiri diyakini bekerja dengan cara memberikan efek-efek
farmakologis setelah Absorpsi ke dalam peredaran darah dan melalui efek
aromanya terhadap sistem olfaktori. Terdapat bukti bahwa minyak atsiri
diabsorpsi ke dalam peredaran darah setelah penggunaan secara topical (yaitu
pemijatan) dan setelah dihirup, meskipun jumlah yang memasuki peredaran
darah kemungkinan sangat kecil. Terdapat bukti bahwa minyak tea tree yang
digunakan secara topical efektif dalam pengobatan infeksi-infeksi kulit
tertentu, tetapi penelitian-penelitian ini belum menguji aromaterapi yang
dipraktikkan oleh aromaterapis (Heinrich et al., 2009).
Sedikit efek merugikan yang berkaitan dengan pengobatan aromaterapi
telah dilaporkan;sebagian besar laporan berkaitan dengan kasus-
kasusdermatitis kontak pada pasien atau aromaterapis. Efek merugikan
sementara yang bersifat ringan,seperti mengantuk, sakit kepala dan mual,
dapat terjadi setelah pengobatan aromaterapi. Secara umum disarankan
untukmenghindari penggunaan minyak atsiri selam kehamilan, terutama
selama trimester pertama.Penggunaan minyak atsiri tertentu juga harus
dihindari oleh pasien epilepsy (Heinrich et al., 2009).
h. Terapi Pengobatan Bunga
Pengobatan bunga Bach dikembangkan oleh Dr Edward Bach (1886-
1936), seorang dokter dan ahli homeopati. Teorinya adalah bahwa dengan
mengobati respons emosional dan mental pasien terhadap penyakitnya,

21
gejala-gejala fisik akan dapat diredahkan. Ia mengidentifikasi 38 keadaan
psikologis negative (misalnya iri, putus asa, rasa bersalah, tidak dapat
memutuskan) dan mencari obta-obat alam yang dapat digunakan untuk
memperbaiki berbagai keadaan pikiran yang negatif ini (Heinrich et al.,
2009).
Berbagai jenis obat bunga banyak tersedia untuk dipilih sendiri dan
terapi mandiri.Selain itu beberapa orang menjalani pelatihan untuk menjadi
praktisi pengobatan dengan bunga; hal ini meliputu beberapa professional
pelayanan kesehatan, seperti beberapa dokter umum, yang menggunakan
obat-obatan bunga beserta praktik medis konvensional yang mereka lakukan
setiap hari (Heinrich et al., 2009).
Bach mengembangkan 38 obat bunga, di antaranya terdiri atas bunga-
bunga liar tunggal dan pohon-pohon berbunga, dan 1 yang diperoleh dari
mata air alami. Ia bertujuan bahwa masing-masing obat digunakan untuk
keadaan emosional atau mental tertentu. Misalnya (Heinrich et al., 2009) :
 Gentian (Gentiana amarella) untuk perasaan murung.
 Holly (Ilex aquifolium) untuk perasaan iri.
 Impatiens (Impatiens glandulifera) untuk ketidaksabaran.
 Pinus (Pinus sylvestris) untuk rasa bersalah.
 Rock rose (Helianthemum nummularium) untuk perasaan takut.

Bach juga mengembangkan suatu sediaan yang dinamakan obat


penyelamat (Recue Remedy), yang merupakan kombinasi lima obat lainnya:
Impatiens (Impatiens glandulifera), bintang Betlehem (Ornithogalum
umbellatum), prem ceri (Prunus cerasifera), Rock rose (Helianthemum
nummularium), dan Clematis (Clematis vitalba). Bach menganjurkan
sediaan ini untuk digunakan dalam situasi yang sulit mendesak, seperti syok,
sangat ketakutan dan kehilangan (Heinrich et al., 2009).

22
Obat-obat bunga Bach disiapkan dari tingtur induk yang dibuat dari
bahan-bahan tumbuhan dan mata air alami dengan menggunakan suatu
metode infus (penjemuran) atau metode ‘pendidihan’.Obat-obat bunga
biasanya digunakan secara oral (2-4 tetes ditambahkan pada air dingin dan
diminum sedikit-sedikit), meskipun pada beberapa kasus, tetesan dapat
diteteskan langsung dibawah lidah dan bahkan pada pergelangan tangan atau
pelipis. Obat penyelamat juda tersedia dalam bentuk krim untuk penggunaan
luar (Heinrich et al., 2009).
Meskipun terdapat banyak laporan yang bersifat anekdot mengenai
keuntungan obat-obat bunga, tidak ada penelitian eksperimenta maupun
klinis tentang efek-efeknya yang terkenal. Obat-obat bunga diklaim secra
luas sama sekali tidak menimbulkan efek merugikan. Efek-efek merugikan
tidak mungkin terjadi, mengingat bahwa sediaan tersebut hanya
mengandung bahan-bahan yang sangat encer. Namun, karena obat-obat
bunga mengandung alkohol, obat-obat ini mungkin tidak sesuai untuk
beberapa orang. Penggunaan suatu obat bunga secara berlebihan dapat
mengkwatirkan jika seseorang mengandalkan terapi mandiri dengan
menggunakan obat-obat bunga untuk kondisi-kondisi seperti ansietas atau
depresi, yang mungkin membutuhkan penanganan medis dan bantuan
professional lainnya (Heinrich et al., 2009).
2.1.2 Efek samping terapi komplementer
Pada terapi akupuntur dapat terjadi komplikasi seperti infeksi karena
sterilesasi jarum yang tidak adekuat atau jarum yang ditinggalkan dalam tempat
untuk waktu yang lama, jarum yang patah, perasaan mengantuk pasca
pengobatan. Kontraindikasi pengobatan pada individu yang memiliki kelainan
perdarahan trombositopeni, infeksi kulit atau yang memiliki ketakutan terhadap
jarum.
Kontaminasi dengan herbal atau bahan kimia lain termasuk pestisida dan
logam berat juga terjadi, tidak semua perusahaan menjalankan pengawasan
kualitas yang ketat dan garis pedoman pabrik yang menentukan standar untuk

23
kadar pestisida yang dapat diterima, bahan pelarut sisa tingkat bacterial dan
logam berat untuk alasan ini pembelian obat herbal hanya dari pabrik yang
mempunyai reputasi. Label pada produk herbal harus mengandung nama ilmiah
tanaman nama dan alat pabrik yang sebenarnya, tanggal kemasan dan tanggal
kadaluarsa.
2.3 PUS (pasangan usia subur)
2.3.1 Pengertian PUS
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan
(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ
reproduksinya.
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan
(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ
reproduksinya sudah berfungsi dengan baik.
Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan
kesehatan reproduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga
berencana, sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk
meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang.
Pasangan Usia Subur (PUS) yang isterinya di bawah usia 20 tahun adalah
suatu keadaan pasangan suami istri yang isterinya masih di bawah usia 20 tahun yang
dapat menyebabkan resiko tinggi bagi seorang ibu yang melahirkan dan anak yang
dilahirkan.
2.3.2 Masalah kesehatan yang ada pada PUS
a. Anemia
Anemia adalah keadaan tubuh yang kekurangan hemoglobin. Kadar Hb
normal adalah 12-16% dari sel darah merah, jumlah sel darah merah normal
adalah 5juta/mm3 (Soebroto,2009). Seseorang dikatakan menderita anemia
apabila kadar hemoglobin dalam darah kurang dari 12g/ 100ml. (Hudono,2007).
Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal (Soebroto, 2010).

24
Anemia Defisiensi Zat Besi adalah Anemia akibat kekurangan zat besi. Zat
besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin. Kurangnya zat besi dalam
tubuh bisa disebabkan karena banyak hal. Kurangnya zat besi pada orang dewasa
hampir selalu disebabkan karena perdarahan menahun, berulang-ulang yang bisa
berasal dari semua bagian tubuh (Soebroto, 2010).
Etiologi
Anemi defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi,
gangguan absorsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.
1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari :
a) Saluran cerna : akibat dari tukak peptic, pemakaian salisilat atau
NSAID, kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid dan
infeksi cacing tambang.
b) Saluran genitalia perempuan : menorrhagia atau metrorhagia.
c) Saluran kemih : hematuria
d) Saluran nafas : hemoptoe.
2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau
kualitas besi (bioavailabilitasa) besi yang tidak baik (makanan banyak serat,
rendah vit C, dan rendah daging).
3. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, ana dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan.
4. Gangguan absorbs basi : gastrektomi, tropical Sprue atau colitis kronik.
b. Infertilitas
“Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri
belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual
sebanyak 2—3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun” (Djuwantono,2008). Sedangkan
Baradero, dkk (2006) menjelaskan bahwa “Infertilitas adalah ketidakmampuan
untuk hamil dalam waktu satu tahun.” Maka dapat disimpulkan bahwa Infertilitas
berarti tidak terjadinya fertilisasi (Pembuahan ) pada organ reproduksi wanita,

25
yaitu tidak terjadinya proses peleburan antara satu sel sperma dan satu sel ovum
yang sudah matang.
Faktor risiko
1. Pada Wanita
a. Gangguan organ reproduksi
Gangguan ovulasi Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena
ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi
hormone FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap
ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor cranial,
stress, dan pengguna obat-obatan yang menyebabkan terjadinya
disfungsi hiotalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi
kedua hormone ini, Maka folikel mengalami hambatan untuk matang
dan berakhir pada gangguan ovulasi.
b. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami
kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah
terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak
berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan
terjadilah abortus.
c. Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya
berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak
dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan
tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga
adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau
bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis
adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid
dan berhubungan intim, serta tentu saja infertilitas.

26
d. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka
tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing.
Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
e. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat
kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian
tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi
kesuburan.
2. Pada Pria
Dari sisi pria, penyebab infertilitas yang paling umum terjadi adalah:
a. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna Sperma harus
berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan akurat menuju ke
telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk dan struktur
(morfologi) sperma tidak normal atau gerakannya (motilitas) tidak
sempurna sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel telur.
b. Konsentrasi sperma rendah Konsentrasi sperma yang normal adalah
20 juta sperma/ml semen atau lebih. Bila 10 juta/ml atau kurang maka
menujukkan konsentrasi yang rendah (kurang subur). Hitungan 40
juta sperma/ml atau lebih berarti sangat subur. Jarang sekali ada pria
yang sama sekali tidak memproduksi sperma. Kurangnya konsentrasi
sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang kepanasan (misalnya
karena selalu memakai celana ketat), terlalu sering berejakulasi
(hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.
c. Tidak ada semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju
vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada
ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan
yang memengaruhi tulang belakang.
d. Varikosel (varicocele)

27
Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang
berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah
tempat produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang disebabkan
kerusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut membuat
pembuluh darah melebar dan mengumpulkan darah. Akibatnya,
fungsi testis memproduksi dan menyalurkan sperma terganggu.
e. Testis tidak turun
Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat
salah satu atau kedua buah pelir tetap berada di perut dan tidak turun
ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi dibandingkan
suhu pada skrotum, produksi sperma mungkin terganggu.
f. Kekurangan hormon testosteron
Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis dalam
memproduksi sperma.
g. Kelainan genetic
Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang
pria memiliki dua.
h. Infeksi Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara.
Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore sering
menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang memblokir
jalannya sperma.
i. Masalah seksual
Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya disfungsi
ereksi, ejakulasi prematur, sakit saat berhubungan (disparunia).
Demikian juga dengan penggunaan minyak atau pelumas tertentu
yang bersifat toksik terhadap sperma.
j. Ejakulasi balik
Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik masuk
ke kantung kemih, bukannya keluar melalui penis saat terjadi
ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkannya, di

28
antaranya adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat atau uretra,
dan pengaruh obatobatan tertentu.
k. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi
Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi
sperma (epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak
memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke lubang
penis.
l. Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia)
Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian
bawah penis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan
mencapai serviks.
m. Antibodi pembunuh sperma
Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya terjadi
setelah pria menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini
menyulitkannya mendapatkan anak kembali saat vasektomi dicabut.
n. Pencemaran lingkungan
Paparan polusi lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma
dengan efek langsung pada fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa
bahan kimia yang mempengaruhi produksi sperma antara lain: radikal
bebas, pestisida (DDT, aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan, dll),
bahan kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena, benzena, toluena, dan
xilena), dan logam berat seperti timbal, kadmium atau arsenik. o.
Kanker Testis Kanker testis berpengaruh langsung terhadap
kemampuan testis memproduksi dan menyimpan sperma. Penyakit ini
paling sering terjadi pada pria usia 18 – 32 tahun.
Penangganan infertil dari segi Medis dan Komplementer. Medis melalui
obat-obatan sampai dengan operasi. Komplementer bisa dengan doa, Yoga,
meditasi dan Relaksasi (hipnoterapi).

29
c. Keputihan
Menurut Kusmiran (2011), keputihan (flur albus) adalah keluarnya
cairan selain darah dari liang vagina baik berbau ataupun tidak dan disertai
rasa gatal di daerah kewanitaan.
Penyebab keputihan
Menurut Manan (2011) penyebab keputihan patologis yaitu sering
menggunakan kloset di toilet umum yang kotor, terutama kloset duduk,
membilas vagina dari arah yang salah atau dari anus kearah depan, sering
bertukar celana dalam/ handuk dengan orang lain, kurang menjaga kebersihan
vagina, tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi, lingkungan sanitasi
yang kotor, sering mandi berendam dengan air hangat dan panas (jamur yang
menyebabkan leukorea lebih mungkin tumbuh di kondisi hangat) dan terdapat
tiga infeksi umum yang berhubungan dengan keputihan yaitu vaginosis
bakteri (BV), trikomoniasis dan kandidiasis (Sherrard, Donders &White,
2011).
Dampak keputihan
Keputihan akan menimbulkan kuman yang dapat menimbulkan
infeksi pada daerah yang dilalui mulai dari muara kandung kemih, bibir
kemaluan sampai uterus dan saluran indung telur sehingga menimbulkan
penyakit radang panggul dan dapat menyebabkan infertilitas (Bahari,
2012). Akibat yang sering ditimbulkan karena keputihan adalah infeksi.
Menurut Aulia (2012), macam-macam infeksi alat genital, antara lain :
1) Vulvitis sebagian besar dengan gejala keputihan dan tanda infeksi
lokal. Penyebab secara umum jamur vaginitis.
2) Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh
berbagai bakteri parasite atau jamur. Infeksi ini sebagian besar terjadi
karena hubungan seksual. Tipe vaginitis yang sering dijumpai adalah
vaginitis karena jamur.
3) Serviksitis merupakan infeksi dari servik uteri. Infeksi servik sering
terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan

30
infeksi karena hubungan seksual. Keluhan yang dirasakan terdapat
keputihan, mungkin terjadi kontak berdarah (saat berhubungan seksual
terjadi perdarahan).
4) Penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory Discase) merupakan
infeksi alat genetal bagian atas wanita, terjadi akibat hubungan
seksual. Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun atau
akhirnya menimbulkan berbagai penyulit yang berakhir dengan
terjadinya perlekatan sehingga dapat menyebabkan kemandulan.
5) Tanda-tandanya yaitu nyeri menusuk - nusuk, mengeluarkan
keputihan bercampur darah, suhu tubuh meningkat dan nadi
meningkat, pernafasan bertambah,dan tekanan darah dalam batas
normal

2.4 Terapi Komplementer pada Pasangan Usia Subur (PUS)


2.4.1 Terapi Komplementer pada Pasien Infertilisasi
Terapi akupunktur telah banyak digunakan pada berbagai kasus kelainan
system reproduksi. Terapi akupunktur telah terbukti bermanfaat dalam tata laksana
kelainan system reproduksi, termasuk infertilitas. Regulasi sekresi gonadotropin
releasing hormone (GnRH) sehingga mempengaruhi siklus menstruasi, ovulasi, dan
fertilitas merupakan mekanisme kerja utama akupunktur.Selain itu terapi akupunktur
pada infertilitas cukup efektif dengan efek samping minimal, yaitu hematum dan
perdarahan di tempat penusukan
Menurut Eric M..et al (2008) terdapat tiga mekanisme potensial akupunktur
untuk efek terhadap fertilitas diantaranya yaitu :
a. Akupunktur dapat memicu pelepasan neurotransmiter yang dapat merangsang
sekresi GnRH sehingga mempengaruhi siklus menstruasi, ovulasi dan fertilitas.
Penelitian Wang et al.14 (2008) menyatakan bahwa elektroakupunktur di
titik CV 4 Guanyuan dapat meningkatkan ekspresi GnRH di nukleus arkuatus
hipotalamus. Yang et al.(1994) menyatakan bahwa elektroakupunktur dengan
gelombang continuous frekuensi 4 Hz di titik CV 3 Zhongji, CV 4 Guanyuan,

31
SP 6 Sanyinjiao, dan EX-CA 1 Zigong pada kelinci betina dapat meningkatkan
penglepasan GnRH di hipotalamus secara signifikan.
Hal ini juga didukung oleh penelitian lain yang
dilakukan oleh Zhao et al.(2003) yang menunjukkan
penambahan jumlah sel penghasil GnRH di hipotalamus setelah
elektroakupunktur dengan gelombang continuous berfrekuensi
3 Hz dan intensitas 2 mA. Penelitian tersebut dilakukan pada
tikus dan menggunakan titik SP 6 Sanyinjiao, CV 3 Zhongji,
CV 4 Guanyuan, dan EXCA 1 Zigong.
Berikut penjelasan mengenai titik akupuntur untuk pasien dengan
infertilisasi :
1) CV 4 Guanyuan
Letak : tiga cun (4 jari tanpa jempol) di bawah pusar
Istimewa : titik Mu usus kecil (titik depan usus kecil)
Khasiat : impotensi, mengompol, badan lemah, sakit
perut bawah, sakit
pada saat menstruasi, keputihan, hernia, perempuan yang
mengalami frigit.
2) CV 3 Zhongji
Letak : 4 cun (5 jari termasuk jempol) di bawah pusar.
Istimewa : titik kandung kemih (titik depan kandung kemih).
Sifat : menyembuhkan penyakit kelamin.
Khasiat : haid tidak teratur, sakit perut bagian bawah, keputihan.

32
3) SP 6 Sanyinjiao
Letak : 3 cun di atas mata kaki sebelah dalam, rapat dengan tulang
kering atau sisi dalam tulang kering (3cun diatas titik SP 5).
Sifat : menggiatkan aktivitas limpa, melancarkan sumbatan-
sumbatan, mengatur hormone wanita.
Khasiat : nyeri haid, haid tidak teratur, kesulitan melahirkan,
keputihan, perdarahan, pembengkakan, rahim, gangguan
BAK.
Catatan : titik ini penting karena merupakan
pertemuan tiga Meridian
Yin Kaki yaitu Meridian Hati, Meridian
Ginjal dan Meridian
Limpa sehingga jika ditekan atau
ditusuk berarti ada tiga
organ yang akan dipengaruhi (bermanfaat untuk tiga organ
sekaligus) yaitu hati, limpa dan ginjal.
4) EX-CA 1 Zigong (CV 19)
Letak : 1 ½ cun di atas RN 18, setinggi sela iga ke-2
Khasiat : sesak nafas
(Alamsyah, 2010)

b. Akupunktur dapat mempengaruhi aliran darah ke uterus


dengan menghambat aktivitas saraf simpatis uterus (Eric
M..et al, 2008).
Sae Uchida dan Harumi Hotta meneliti
mekanisme perbaikan arus darah pada uterus setelah
terapi akupunktur. Mereka membuktikan bahwa sensoris
kutaneus dapat meregulasi arus darah ke uterus melalui
mekanisme refleks spinal tingkat segmental. Refleks ini akan merangsang

33
vasodilator kolinergik parasimpatis di daerah pelvis. Rangsang perineal yang
dilakukan melalui penjaruman diperkirakan menyebabkan terjadinya eksitasi
somatik grup II, III dan IV saraf aferen yang sesuai dengan lokasi uterus
(Uchida, et.al, 2008).) Akupunktur dapat meningkatkan aliran darah ovarium
terkait dengan efek simpato-inhibitorik. Setelah akupunktur, aktivitas saraf
simpatis, yang diukur dari kadar norepinefrin, temperatur kulit, tekanan darah,
dan ambang toleransi nyeri, menurun.
Pada studi eksperimental dengan tikus, elektroakupunktur (EA)
frekuensi rendah meningkatkan aliran darah ovarium. Respon ini dimediasi
melalui saraf simpatis ovarium sebagai respon refleks dan dikontrol oleh jalur
supraspinal. EA memodulasi aktivitas saraf simpatik pada ovarium dengan
menurunkan konsentrasi endotelin ovarium, corticotrophin-releasing factor
dan nerve growth factor. Akupunktur dan EA frekuensi rendah dapat
memperbaiki ovulasi melalui modulasi sistem regulasi endogen termasuk
sistem saraf pusat dan perifer, system neuroendokrin dan endokrin, aliran
darah ovarium, dan metabolisme (Huang, et.al,2011).
c. Akupunktur dapat merangsang produksi opioid endogen yang mungkin dapat
menghambat keluaran sistem saraf pusat dan respon terhadap stres biologis
(Eric M..et al, 2008).
Pemilihan titik akupunktur telinga dilakukan berdasarkan prinsip
pemilihan titik refleksional (sesuai kelainan organ) dan titik fungsional. Titik
MA-TF Uterus dipilih sesuai dengan gangguan organ reproduksi pada
infertilitas primer. Titik MA-IC 3 Endokrin merupakan titik fungsional yang
memiliki efek homeostasis terhadap kadar hormon, termasuk hormon
reproduksi. Titik MA-TF 1 Shenmen adalah titik fungsional yang bermanfaat
untuk mengatasi stres dan ketegangan (Landgren, 2008). Titik MA-AT 1
Subkorteks merupakan titik yang membantu meregulasi korteks serebri,
mengurangi gangguan tidur, secara evidence based dapat berperan pada
proses implantasi embrio (Loonasulanta,2009).

34
Menurut Alamsyah (2010) menambahkan terdapat acupoint yang
diindikasikan untuk pasien yang mengalami kemandulan, diantaranya yaitu :
a. BL 32 Ciliao
Letak : 1 jari di sisi kelangkang ke-1
Khasiat : impoten, pria mandung, menstruasi
yang tidak teratur, nyeri haid, susah kencing.

b. BL 33 Zhongliao
Letak : 0,8 cun sisi kelangkang ke-3
Khasiat : impoten, lumbag (sakit pinggang), pria
mandul.

c. BL 62 Shenmai
Letak : lekukan bawah mata kaki luar
Khasiat : pria mandul, sakit pinggang, rematik

d. Kl 4 Dazhong
Letak : 1 cun di belakang urat, dibawah taixi (Kl
3)
Khasiat : impotensi, menstruasi tidak teratur, sakit
pinggang, hiperseks, sakit kencing.

35
e. DU/GV 6 Jizhong
Letak : dibawah tulang pinggang ke-11
Khasiat : kemandulan, perut kembung.

2.4.2 Terapi Komplementer pada Pasien Keputihan


a. Terapi herbal air rebusan daun sirih merah
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Firmanila dkk (2016) mengenai “Pengaruh Penggunaan Air Rebusan Daun Sirih
Merah Terhadap Keputihan pada WUS di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Tenayan Raya” menyatakan bahwa air rebusan daun sirih merah berpengaruh dalam
menurunkan keputihan pada wanita. Sirih merah (Piper crocatum) merupakan
tanaman yang multifungsi. Sirih merah ini berbeda dengan sirih hijau terutama dalam
warnanya, sirih merah berwarna merah keperak-perakan dan apabila daunnya disobek
maka akan berlendir serta aromanya lebih wangi (Hidayat & Sri, 2009).
Air rebusan daun sirih merah juga memiliki beberapa keunggulan yaitu
memiliki kandungan alkaloid yang tidak dimiliki sirih hijau sebagai antimikroba dan
daun sirih merah mempunyai daya antiseptik dua kali lebih tinggi dari daun sirih hijau
(Manoi, 2007). Sirih merah juga mengandung karvakrol yang bersifat desinfektan
dan anti jamur, terkandung juga flavonoid yang bersifat antioksidan, antifungi,
antiseptik, dan antiinflamasi. Selain itu, sirih merah juga terdapat kandungan minyak
atsiri berperan sebagai anti bakteri dan tanin yang juga mempunyai daya anti bakteri.
Hal inilah yang membuat air rebusan sirih merah bisa digunakan sebagai obat
antiseptik untuk menjaga kesehatan rongga mulut, menyembuhkan penyakit
keputihan, mengurangi gatal – gatal dan bau tak sedap di area kewanitaan (Werdhany,
Anthoni, & Setyorini, 2008), (Sudewo, 2005).

36
b. Terapi akupuntur
Selain menggunakan pengobatan nonfarmakologis berupa pemberian terapi
herbal, menurut Alamsyah (2010) keputihan juga dapat diobati dengan menggunakan
terapi akupuntur pada beberapa acupoint diantaranya :
1. ST 25 Tianshu
Letak : dari pusar samping geser ke luar kiri
/ kanan 2 cun (ingat: di ukur dari tengah pusar bukan
dari pinggirnya)
Istimewa : dikenal sebagai titik usus besar
Khasiat : sakit di sekitar pusar, keputihan,
kembung, alergi, disentri, susah BAB

2. SP 6 Sanyinjiao
Letak : 3 cun diatas mata kaki sebelah dalam,
rapat dengan tulang kering (3 cun diatas SP 5).
Khasiat : nyeri haid, haid tidak teratur,
keputihan, perdarahan.

3. BL 23 Shenshu
Letak : 2 jari (1/2 cun) dari tulang pinggang,
terletak diantara tulang pinggang ke-2 dan 3
Istimewa : titik ginjal
Khasiat : keputihan, impoten, kencing darah,
sering kencing, hiperseks.

4. GB 26 Daimai
Letak : setinggi pusar pada lipat paha atas di
sebelah atasnya

37
Khasiat : keputihan, nyeri haid, menstruasi tidak teratur, ammenorea

5. RN/CV 3 Zhongji
Letak : 4 cun (5jari termasuk jempol) di bawah
pusar
Istimewa :titik kandung kemih (titik depan kandung
kemih)
Khasiat :keputihan, nyeri pada alat l=kelamin, haid
tidak teratur, nyeri peru bagian bawah

6. RN/CV 4 Guanyuan
Letak : 3 cun (4jari tanpa jempol) dibawah pusar
Istimewa :titik depat usus kecil (titik Mu usus kecil)
Khasiat : keputihan, impotensi, kelelahan

7. RN/CV 6 Qihai
Letak : 1,5 cun (2 jari telunjuk dan tengah) di bawah pusar
Khasiat : gangguan haid, nyeri haid, keputihan,
hernia, susah BAB

2.4.3 Terapi Komplementer pada Pasien Anemia


Adapun beberapa terapi komplementer yang bisa
digunakan untuk mengobati anemia defisiensi zat besi :
a. Ramuan bayam merah dan telur ayam kampung
Dalam bayam merah terdapat berbagai kandungan vitamin; A, B1, B2, C dan
niasin, juga mengandung mineral seperti zat besi, kalsium, mangan, dan fosfor.
Terdapat banyak serat dan didalam daunnya terdapat karotein, klorofil dan
saponin. Bayam merah mengandung zat besi yang cukup tinggi sehingga bisa jadi
alternative sayuran yang bisa digunakan sebagai obat anemia defisiensi zat besi.

38
Telur aya kamoung memiliki kalori, proein, lemark, karbo, kalsium, zat besi, vit.
A dan B1. Kandungan vit. A dalam telur dapat meredakan radang sehingga baik
dikonsumsi bagi penderita anemia defisiensi zat besi dengan peradangan.
1. Sediakan 60 gra daun bayam merah dan 1 kuning telur yam kampong.
2. Rebus bayam dengan air secukupnya
3. Tambahkan kuning telur, kemudian dimakan secara teratur, dua kali sehari.
b. Ramuan hati ayam dan telur angsa
Hati ayam mengandung protein, mineral tinggi, kaya akan zat besi, folat, vit. B12,
zinc yang say=ngat baik untuk mencegah anemia, memulihkan kekurangan darah
setelah operasi, mempertahankan kekebalan tubuh.
Telur angsa rebus memiliki 20 gr protein, zat besi, kalium, vit. A. kandungan vit
A dan zat besi yang cukup tinggi memberikan manfaat bagi penderita anemia
defisiensi zat besi
a. Siapkan hati ayam secukupnya dan 1 butir telur angsa.
b. Rebus hati ayam bersama ttelur angsa, bahan-bahan tersebut juga dapat
dijadikan bubur tim
c. Setelah masak makanlah secara teratur 2x sehari.
c. Ramuan jahe merah
Jahe merah menggandung 1-4% minyak atsiri dan oleoresin. Minyak atsiri dalam
rimpang jahe merah juga memiliki komponen senyawa lainnya yang terdiri dari
zingerbenin, kamfena, lemonin, zingiberen, zingiberal, gingeral dan shogaol serta
kandungan lainnya seperti minyak dammar, pati, asam organic, asam folat, dan
gingerin. Jahe merah kering mampu menghasilkan zat besi sehingga mampu
memproduksi sel darah merah.
1. Sediakan 5 gram jahe merah kering
2. Cuci jahe merah, lalu iris, kemudian rebus dengan 5 gelas air matanng hingga
yang tersisa 3 gelas saja
3. Minum 3x sehari, masing-masing 3 gelas.

39
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain
diluar pengobatan medis yang konvensional. Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara
usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam
segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik.
Masalah kesehatan yang sering dialami oleh pasangan usia subur adalah anemia,
infertilitas dan keputihan.
Terapi yang bisa diberikn pada PUS yang mengalami infertilitas adalah dengan terapi
komplementer akupuntur, pada PUS dengan masalah keputihan terapi komplementer
yang bisa diberikan terapi herbal air rebusan daun sirih merah sedangkan pada PUS yang
mengalami masalah anemia bisa diberikan bawang merah dan telor ayam kampung
3.2 SARAN
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi pembaca maupun
penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan, karena penulis sadar bahwa
penyusunan makalah ini jauh dari kata empurna dan kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang lebih baik.

40
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Isa. 2010. Cara Lebih Mudah Menemukan Titik Terapi Acupoint, Petunjuk
Praktiss Akupuntur. Jakarta : AsmaNadia Publishing House.

Aulia.(2012). Serangan Penyakit-penyakit Khas Wanita Paling Sering Terjadi. Yogyakarta:


Buku Biru.
Az-Zahrani, M. 2005. Konseling Terapi. Jakarta : Penerbit Gema Insani.
Bahari, H.(2012). Cara Mudah Atasi Keputihan. Yogyakarta: Buku Biru.
Firmanila, F, et.al. 2016. “Pengaruh Penggunaan Air Rebusan Daun Sirih Merah Terhadap
Keputihan pada WUS di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Tenayan “ dalam Jurnal Ners
Indonesia, Vol.6 No.1, September 2016
Hadibroto, Iwan, dan Syamsir Alam. 2006. “Seluk Beluk Pengobatan Alternatif dan
Komplementer”. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.
Hanifah, Winkjosastro. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo.
Heinrich et al. 2009. “Farmakognosi dan Fitoterapi”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Hidayat, S., & Sri, W. (2009). Tumbuhan obat berpotensi hias. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Kusmiran, Eny. 2011. Reproduksi Remaja dan Wanita.Jakarta:Salemba Medika..
Reeder, dkk. (2012). Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
M, Manan, EL. (2011). Miss V. Yogyakarta: Buku Biru
Manoi, F. (2007). Sirih merah sebagai tanaman multi fungsi. Warta Puslitbangbun.
Sudewo, B. (2005). Basmi penyakit dengan sirih merah. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Werdhany, W., I., Anthoni, W., SS., & Setyorini., W. (2008). Sirih merah. Yogyakarta: Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian.

41

Anda mungkin juga menyukai