Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KEPERAWATAN

EKLAMSIA
Kelompok VIII
PENGERTIAN

Eklampsia adalah suatu


serangan kejang pada
wanita hamil yang
merupakan komplikasi dari
preeklampsia.

Ibu hamil dengan pre-eklampsia


atau mengalami hipertensi berat
dalam kehamilan berisiko muncul
eklampsia yang ditandai dengan
kejang dan kemudian diikuti
penurunan kesadaran atau koma.
ETIOLOGI
Hamil pada usia remaja atau diatas usia 40
tahun.
Memiliki riwayat preeklamsia atau eklamsia
pada kehamilan sebelumnya.

Obesitas.
Beberapa
faktor yang
Mengalami hipertensi sebelum menjalani
diduga dapat
meningkatkan
kehamilan.
risiko Menjalani kehamilan yang dilakukan melalui
preeklamsia donor sel telur atau inseminasi buatan.
dan eklamsia
pada ibu hamil Mengalami kehamilan berganda.

Mengalami anemia sel sabit.

Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah


TANDA DAN
GEJALA

Gejala dari eklamsia Beberapa gejala ini dapat dialami sebelum kejang,
meliputi : meliputi:
 Kejang, awalnya  Sakit kepala
kedutan atau kejang  Meningkatnya respon reflek fisiologis yang dapat
pada otot-otot dilihat dari lutut dan lengan
wajah dan kemudian  Edema generalisata atau pembengkakkan seluruh
menyebar keseluruh tubuh
tubuh.  Gangguan penglihatan
 Penurunan  Nyeri ulu hati
kesadaran atau  Sesak nafas
koma muncul setelah  Gelisah
terjadi kejang seluruh  Proteinuria, protein terdeteksi dalam pemeriksaan
tubuh urine
KLASIFIKASI
1. Eklampsia gravidarum
• kejadian 150 % sampai 60 %
• serangan terjadi dalam keadaan hamil

2. Eklampsia parturientum
• Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %
• Saat sedang inpartu
• Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan
terutama saat mulai inpartu.

3. Eklampsia puerperium
• Kejadian jarang
• Terjadinya serangan kejang atau koma setelah
persalinan berakhir.
PATOFISIOLOGI

Eklampsia dimulai dari iskemia uterus plasenta yang di duga berhubungan dengan berbagai faktor. Satu diantaranya
adalah peningkatan resisitensi intra mural pada pembuluh miometrium yang berkaitan dengan peninggian tegangan
miometrium yang ditimbulkan oleh janin yang besar pada primipara, anak kembar atau hidraminion.

Iskemia utero plasenta mengakibatkan timbulnya vasokonstriksor yang bila memasuki sirkulasi menimbulkan ginjal,
keadaan yang belakangan ini mengakibatkan peningkatan produksi rennin, angiostensin dan aldosteron. Rennin angiostensin
menimbulkan vasokontriksi generalisata dan semakin memperburuk iskemia uteroplasenta. Aldosteron mengakibatkan
retensi air dan elektrolit dan udema generalisator termasuk udema intima pada arterior.

Pada eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini
menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari
timbulnya proses eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.
Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Eklamsi yang berat dapat
mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
PATHWAY
Faktor resiko:
1. Primigravida dan multigravida
Faktor imunologik Peningkatan tekanan 2. Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia
darah 3. Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya, abortus
4. Ibu hamil dengan usia <20 tahun atau >35 tahun
5. Wanita dengan gangguan fungsi organ atau riwayat kesehatan diabetes,
Perfusi ke jaringan penyakit ginjal, migraine, dan hipertensi
6. Kehamilan kembar
7. Obesitas

Aliran darah Kerusakan Edema Ketidakseimban


berkurang glomerulus gan suplai O2

Edema paru Edema serebral


COP Kemampuan Peningkatan Kelemahan
filtrasi menurun reabsorbsi Na fisik
Dispnea Spasme arteriolar
MK: Gangguan retina MK:
Retensi urin MK: Hipervolemia
perfusi jaringan Intoleransi
MK: Pola nafas aktivitas
tidak efektif Pandangan kabur
MK: Gangguan
eliminasi urin
MK: Gangguan persepsi
sensori penglihatan
PENGOBATAN

• Ketika preeklamsia yang muncul sudah memasuki tahapan eklamsia, pengobatan paling utama adalah
persalinan, apabila kehamilan sudah cukup bulan.

• Beberapa obat-obatan yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah hingga di bawah 160 mmHg,
di antaranya hydralazine, labetalol, dan nifedipine
• Untuk mengobati kejang-kejang yang terjadi selama eklamsia pada ibu hamil, dokter kemungkinan
akan memberikan obat seperti: Magnesium sulfat, Diazepam, phenytoin, dan natrium amobarbital.

• Setelah kejang-kejang pada ibu hamil dapat diredakan, dokter dapat mempersiapkan persalinan bayi
agar preeklamsia dan eklamsia dapat dihentikan, terutama jika janin sudah berusia cukup untuk
dilakukan persalinan. Persalinan dapat dilakukan melalui operasi caesar ataupun persalinan normal
melalui vagina.

• Jika eklamsia terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan kurang dari 34 minggu, dianjurkan untuk
dilakukan persalinan caesar. Persalinan caesar juga harus segera dilakukan jika sudah ada tanda-tanda
gawat janin pada eklamsia. Untuk membantu perkembangan paru-paru janin, dapat diberikan obat-
obatan jenis steroid seperti kortikosteroid.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan darah.
• Penghitungan sel darah
lengkap (complete blood cell count).
• Analisis hematokrit.

Tes fungsi ginjal


• Tes serum kreatinin
• Tes urine.

Ultrasonografi (USG).
KOMPLIKASI

Kerusakan otak bagian oksipital


Perdarahan intrakranial akibat
akibat kejang yang dapat
kejang berulang
menyebabkan kebutaan

Gagal ginjal akut Sindrom HELLP

Disseminated intravascular
coagulation (DIC), kondisi di
mana terjadi penggumpalan
darah didalam seluruh
pembuluh darah bersamaan
dengan perdarahan.
PENGKAJIAN

1. Identitas meliputi nama pasien, jenis 5. Pengkajian pola fungsional


kelamin, agama, tanggal lahir, menurut Virginia Henderson
alamat dll
2. Riwayat kesehatan ibu sekarang : • Pola bernafas tubuh
terjadi peningkatan tensi, oedema, • Pola makan • Pola Aman
dan minum dan Nyaman
pusing, nyeri epigastrium, mual
• Pola eliminasi • Pola
muntah, penglihatan kabur • Pola mobilisasi berkomunikasi
3. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : • Pola istirahat • Pola bekerja
penyakit ginjal, anemia, vaskuler dan tidur • Pola Rekreasi
esensial, hipertensi kronik, DM • Pola • Pola spiritual
4. Riwayat kehamilan : riwayat berpakaian • Pola belajar
• Pola •
kehamilan ganda, mola hidatidosa,
mempertahan
hidramnion serta riwayat kehamilan kan suhu tubuh
dengan eklamsia sebelumnya • Pola
kebersihan
PENGKAJIAN

6. Pemeriksaan fisik berfokus pada


Perut
7. Pemeriksaan penunjang
• Inspeksi : edema yang tidak hilang
Laboratorium : protein uri
dalam kurun waktu 24 jam
dengan kateter atau
• Auskultasi : mendengarkan
midstream (biasanya
DJJ (denyut jantung janin) untuk
meningkat hingga 0,3 gr/lt
mengetahui adanya fetal distress
atau +1 hingga +2 pada skala
• Palpasi : untuk mengetahui
kualitatif), kadar hematokrit
TFU (tinggi fundus uteri), letak janin,
menurun, berat jenis urine
lokasi edema
meningkat, serum kreatini
• Perkusi : untuk mengetahui refleks
meningkat, uric acid
patella sebagai syarat pemberian
biasanya > 7 mg/100 ml.
SM (jika refleks +)
DIAGNOSA
KEPERAWATAN

Intoleransi
aktivitas
Gangguan
persepsi
Gangguan sensori
eliminasi penglihatan
Hipervolemia urin
Gangguan
perfusi
Pola nafas jaringan
tidak efektif
PERENCANAAN
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif Kriteria hasil Manajemen jalan nafas
1. Dyspnea menurun Observasi
2. Pola nafas normal  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman , usaha nafas)
3. Tidak ada ortopnea  Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering
4. Nafas cuping hidung  Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
membaik Terapeutik
5. Kapasitas vital normal  Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-lift dan chin –lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal.
 Posisikan semi-fowler atau fowler
 Berikan menuman hangat
 Lakukan fisioterafi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
 Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
PERENCANAAN
2. Gangguan perfusi jaringan Kriteria hasil Perawatan sirkulasi
1. Nadi perifer teraba Observasi
2. Akral teraba hangat  Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu, anklebrachial index)
3. Warna kulit normal  Identifikasi factor risiko gangguan sirkulasi ( mis. Diabetes , perokok, orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
4. Turgor kulit normal  Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau pada ekstermitas
5. Tidak ada nyeri ekstermitas Terpiutik
6. Tidak ada edema  Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah diarea keterbatasan perfusi
 Hindara pengukuran tekanan darah pada ekstermitas dengan kerterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan perawatan kaki dan kuku
 Lakukan hidrasi
Edukasi
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
 Anjurkan minum obat penurun tekanan darah , antikoagulan, dan penurunan kolesterol jika perlu
 Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur,
 Anjurkan perawatan kulit yang tepat ( mis. Melembabkan kulit kering pada kaki)
 Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi ( mis. Rendah lemak jenuh, missal ikan omega 3)
 Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan ( mis. Rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat , luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)
PERENCANAAN
3. Hipervolemia Kriteria hasil Manajemen Hipervolemia
1. Dyspnea menurun
Obeservasi
2. Tidak ada edemam
 Periksa tanda dan gejala hypervolemia (mis. Dipsnea, edema, suara nafas tambahan).
3. Tidak ada suara nafas
tambahan  Monitor intake dan output cairan
4. Keluarnya cairan meningkat
 Monitor kecepatan infus secara ketat
5. Kadar Hb/Ht normal
Terapiutik

 Batasi asupan cairan dan garam

 Tinggikan kepala tempat tidur 30-40oC

Edukasi

 Ajarkan cara membatasi cairan

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian diuretik


PERENCANAAN
5. Gangguan eliminasi urin Kriteria hasil Manajemen eliminasi urine
1. Desakan berkemih menurun
Observasi
2. BAK lancer
3. Berkemih tuntas  Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
4. Tidak ada distensi kandung kemih
5. Frekuensi BAK berkurang  Identifikasi factor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urine

 Monitor eliminasi urine ( mis. Frekuensi , konsistensi, aroma, volume dan warna)

Terapeutik

 Catat waktu –waktu dan haluaran berkemih

 Batasi asupan cairan jika perlu

 Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur

Edukasi

 Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih

 Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine

 Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih

 Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/berkemihan

 Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi

 Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu


PERENCANAAN
5. Gangguan persepsi sensori penglihatan Kriteria hasil Manajemen halusinasi
1. Tidak melihat bayangan
 Monitor perilaku yang mengindikasikan halusinasi.
2. Bersikap seolah melihan sesuatu berkurang
3. Melihat kesatu arah berkurang  Monitor dan sesuikan tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan

 Monitor isi halusinasi ( mis. Kekerasan atau mebahayakan diri)

Terapeutik

 Pertahankan lingkungan yang aman

 Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat mengontrol perilaku (mis. Limit slting pembatasan wilayah ,
pengekangan fisik, seklusi)

 Diskusikan perasaan dan respons terhadap halusinasi

 Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi

Edukasi

 Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi.

 Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberikan dukungan dan umpan balik korektif terhadap
halusinasi

 Anjurkan melakukan distraksi (mis. Mendengarkan music, melakukan aktifitas, dan teknik relaksasi)

 Ajarkan pasien dan keluarga mengontrol halusinasi

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas, jika perlu


PERENCANAAN
6. Intoleransi aktivitas Kriteria hasil Manajemen energy
1. Mengeluh lelah berkurang
Observasi
2. Frekuensi jantung normal
3. Dyspnea saat/ setelah aktivitas berkurang  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
4. Tekanan darah normal
5. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas berkurang  Monitor kelelahan fisik dan emosional

6. Tidak ada sianosis


 Monitor pola dan jam tidur

 Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama melakukan aktivitas

Terapiutik

 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulasi ( mis. Cahaya, suara, kunjungan )

 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktif

 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

 Fasilitasi duduk disisi tempat tidur jika tidak daapt berpindah atau berjalan

Edukasi

 Anjurkan tirah baring

 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang

 Ajarkan strategi kuping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan


IMPLEMENTASI EVALUASI

Implementasi merupakan
pelaksanaan rencana keperawatan
oleh perawat terhadap pasien. ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan Evaluasi adalah tindakan
dalam pelaksanaan rencana intelektual untuk melengkapi
keperawatan diantaranya : proses keperawatan yang
• intervensi dilaksanakan sesuai menandakan seberapa jauh
dengan rencana setelah dilakukan
diagnose keperawatan, rencana
validas
• keterampilan interpersonal, teknikal tindakan dan pelaksanaannya
dan intelektual dilakukan dengan sudah berhasil dicapai
cermat dan efisien pada situasi kemungkinan terjadi pada tahap
yang tepat evaluasi proses dan evaluasi
• keamanan fisik dan psikologis klien hasil.
dilindungi
• serta dokumentasi intervensi dan
respon pasien.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai