PENDAHULUAN
Masa remaja sering disebut masa transisi. Sebab, di masa ini seseorang beralih dari
masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini terjadi pada usia belasan. Banyak sekali
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang perubahan fisik.
Remaja terlibat dalam jaringan teman sebaya yang sangat kuat selama menggali jati
diri mereka. Di masa ini, selain mengalami perubahan pada diri seseorang yang
menginjak remaja, juga terjadi perkembangan-perkembangan terutama dari sisi
psikologis. Pada, tahap perkembangan remaja ini terdapat beberapa teori
perkembangan remaja termasuk konsep, tahap dan karakteristik remaja. Secara
keseluruhan, teori-teori ini membantu untuk melihat keseluruhan mengenai remaja.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Mahasiswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam mengenai perkembangan remaja
dan teori-teorinya serta mahasiswa dapat menerapkan teori-teori tersebut dalam
dirinya sendiri maupun orang disekitarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-kanak menuju
masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah lakunya merupakan peralihan
dari anak-anak menjadi orang dewasa (Damaiyanti, 2008).
Menurut Dorland (2011), “remaja atau adolescence adalah periode di antara pubertas
dan selesainya pertumbuhan fisik, secara kasar mulai dari usia 11 sampai 19 tahun”.
Menurut Sigmun Freud (1856-1939), dalam Sunaryo (2004:44) mengatakan bahwa fase
remaja yang berlangsung dari usia 12-13 tahun hingga 20 tahun.
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa kanak-
kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat
berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman sebaya) lebih
erat dibandingkan hubungan dengan orang tua.
Tahap perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja sampai dengan fase remaja
akhir berdasarkan pendapat Sullivan (1892-1949). Pada fase-fase ini terdapat
beragam ciri khas pada masing-masing fase.
1. Fase Praremaja
Periode transisi antara masa kanak-kanak dan adolesens sering sikenal sebagai
praremaja oleh profesional dalam ilmu perilaku (Potter&Perry, 2005). Menurut Hall
seorang sarjana psikologi Amerika Serikat, masa muda (youth or preadolescence)
adalah masa perkembangan manusia yang terjadi pada umur 8-12 tahun.
Fase praremaja ini ditandai dengan kebutuhan menjalin hubungan dengan teman
sejenis, kebutuhan akan sahabat yang dapat dipercaya, bekerja sama dalam
melaksanakan tugas, dan memecahkan masalah kehidupan, dan kebutuhan dalam membangun
hubungan dengan teman sebaya yang memiliki persamaan, kerja sama, tindakan timbal
balik, sehingga tidak kesepian (Sunaryo,2004:56).
Sunaryo (2004:56) berpendapat bahwa, hal terpenting pada fase ini, antara lain:
4) Jika erotik dan keintiman tidak dipisahkan, maka akan terjadi hubungan
homoseksual.
Sunaryo (2004:57) mengatakan bahwa tugas perkembangan fase remaja akhir adalah
economically, intelectually, dan emotionally self sufficient.
Perkembanang Biologis
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu
meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan
fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah
pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai
berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah
pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006: 52).
Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79) menguraikan
bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu; perertumbuhan tulang-
tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh
payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan
ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting,
menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Potter & Perry (2005:535) juga mengatakan bahwa setelah pertumbuhan awal jaringan
payudara, puting dan areola ukurannya meningkat. Proses ini sebagian dikontrol oleh
hereditas, mulai pada paling muda usia 8 tahun dan mungkin tidak komplet dalam usia
10 tahun. Kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Uterus
mulai membesar dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut bisa terjadi
secara spontan atau akibat perangsangan seksual. Vagina memanjang, dan rambut pubis
dan aksila mulai tumbuh.
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi antara lain; pertumbuhan
tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal
perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting,
pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-
rambut halus diwajaah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara,
rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada. Kadar
testosteron yang meningkat sitandai dengan peningkatan ukuran penis, testis,
prostat dan vesikula seminalis.
Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002: 15) pemikiran operasional formal berlangsung
antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak,
idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa
bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya
penyesuaian diri biologis. Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan
dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman
akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru
karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran opersional
formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak
dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar
abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan
karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara
logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk
memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan.
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini
menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif
remaja
Perkembangan Sosial
Potter&Perry (2005:535) mengatakan bahwa perubahan emosi selama pubertas dan masa
remaja sama dramatisnya seperti perubahan fisik. Masa ini adalah periode yang
ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi penghargaan masyarakat.
Santrock (2003: 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami
perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam
kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah
orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif,
kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat
merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja. John Flavell
(dalam Santrock, 2003: 125) juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau
kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya
kematangan dan kompetensi sosial mereka.
Pada saat remaja, seseorang memperoleh kebebasan yang lebih besar dan mulai
membangun identitasnya sendiri. Secara emosional, mereka menjalin hubungan yang
lebih dekat dengan kelompoknya dibandingkan keluarga. Krisis identitas ini membuat
remaja mengalami rasa malu, takut, dan gelisah yang menimbulkan gangguan fungsi di
rumah dan di sekolah (Potter&Perry, 2010). Namun, dalam beberapa hal, remaja
mengalami ketegangan baik akibat tekanan kelompoknya, maupun perubahan psikososial.
Sehingga remaja cenderung melakukan tindakan yang dapat mengurangi ketegangan
tersebut, misalnya merokok dan memakai obat-obatan.
Ada beberapa beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock
(2003: 206) yaitu :
a) Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama, usia,
dan aktivitas favorit.
c) Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama.
Ada beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock
(2000: 307) dampak negatif dari penolakan tersebut adalah :
e) Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki
teman sebaya mereka.
f) Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan
meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang mereka
untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.
g) Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi social terhadap mereka, dan
ini akan menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.
Sementara itu, Hurlock (2000: 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang
diperoleh jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut yaitu:
d) Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian meraka ke luar dan untuk
menaruh minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.
Collins (dalam Santrock, 2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat
remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak
mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi,
orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member lebih banyak
tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua.
Dari uraian tersebut, ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik yang terjadi
dengan orang tua dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang diberikan oleh
Santrock, (2002: 24) yaitu : 1) menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan
konflik. 2) Mencoba mencapai suatu pemahaman timbale balik. 3) Mencoba melakukan
corah pendapat (brainstorming). 4) Mencoba bersepakat tentang satu atau lebih
pemecahan masalah. 5) Menulis kesepakatan. 6) Menetapkan waktu bagi suatu tindak
lanjut untuk melihat kemajuan yang telah dicapai.
Remaja menghadapi banyak keputusan dan memerlukan informasi yang akurat mengenai
topik-topik seperti perubahan tubuh, aktivitas seksual, respons emosi terhadap
hubungan intim seksual, PMS, kontrasepsi, dan kehamilan (Perry&Potter, 2010:31).
Informasi faktual ini dapat datang dari rumah, sekolah, buku atau pun teman sebaya.
Bahkan informasi seperti ini pun,remaja mungkin tidak mengintergrasikan
penhgetahuan ini ke dalam gaya hidupnya. Mereka mempunyai orientasi saat ini dan
rasa tidak rentan. Karakteristik ini dapat menyebabkan mereka percaya bahwa
kehamilan atau penyakit tidak akan terjadi pada mereka, dan karenanya tindak
kewaspadaan tidak diperlukan. Penyuluhan kesehatan harus diberikan dalam konteks
perkembangan ini (Potter&Perry, 2005:535).
4. Mudah stres
Menurut Potter&Perry (2005:476), Selye (1976) berpendapat bahwa stres adalah segala
situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespons
atau melakukan tindakan.
Remaja juga sangat rentan dengan strea. Sebab, di masa ini seseorang akan memiliki
keinginan serta kegiatan yang sangat banyak. Namun, apabila keinginan dan kegiatan
itu tidak berjalan atau tidak terwujudkan sebagaimana mestinya, remaja cenderung
menjadikan hal tersebut sebagai beban pikiran mereka. Sehingga remaja mudah
mengalami stres. Untuk mengobati itu, remaja menghibur diri atau meminimalisisr
stres mereka dengan berkumpul atau bersenang-senang dengan teman sebayanya.
a. Teori Psikoanalisa
Psikoanalisa merupakan suatu teori yang berdasarkan pada penganalisaan psikologi
seseorang. Ahli teori psikoanalitik menegaskan bahwa pengalaman pada masa dini
dengan orang tua akan sangat membentuk perkembangan seseorang khususnya remaja.
Ciri-ciri tersebut dipelajari dalam teori psikoanalisa yang utama, yaitu dari
Sigmund Freud. Asmadi (2004:103) mengatakan bahwa, menurut Freud, struktur
kepribadian manusia terdiri atas aspek Das Es (The Id), Das Ich (The Ego), dan Das
Ueber Ich (the super ego).
Dari teori besar Freud yaitu id, ego, dan superego, Freud percaya bahwa dipenuhi
oleh ketegangan dan konflik. Untuk mengurangi ketegangan ini, remaja menyimpan
informasi dalam pikiran tidak sadar mereka. Ia juga mengatakan bahwa tingkah laku
yang sekecil apapun mempunyai makna khusus bila kekuatan tidak sadar di balik
tingkah laku tersebut ditampilkan.
Cara ego mengatasi konflik antara tuntutannya untuk realitas, keinginan id dan
kekangan dari superego yaitu dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri (defense
mechanisme), artinya istilah psikoanalisa ini untuk metode yang tidak disadari ego
merusak realitas dan karena itu melindungi dirinya dari rasa cemas. Menurut Freud
tahap permulaan dari perkembangan kepribadian, sebagai berikut :
a) Tahap oral (oral stage) adalah perkembangan yang terjadi pada usia 18 bulan
pertama, dimana kesenangan bayi berpusat di sekitar mulut.
b) Tahap anal (anal stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara usia
1,5 dan 3 tahun, di mana kesenangan terbesar anak meliputi anus atau fungsi
pembuangan yang berhubungan dengan anus.
c) Tahap falik (phallic stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara
usia 3 sampai 6 tahun, kata phallus artinya penis atau alat kelamin laki-laki.
Artinya kesenangan berpusat pada alat kelamin karena anak menemukan bahwa
memanipulasi diri sendiri memberikan kesenangan.
d) Tahap latensi (latency stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara
usia 6 tahun dan pubertas, anak menekan semua minat seksual dan mengembangkan
keterampilan intelektual dan sosial.
e) Tahap genital (genital stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi pada
masa pubertas. Pada masa ini adalah masa kebangkitan kembali dorongan seksual,
sumber kesenangan seksual yang adalah dari orang lain yang bukan keluarganya.
Remaja berada pada tahap ini.
b. Teori Psikososial
Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai perkembangan dari teori
psikoanalisis Freud. Erik Erikson mengatakan bahwa tahap perkembangan individu
selama hidupnya dipengaruhi oleh interaksi sosial yang menjadikan individu menjadi
matang secara fisik dan psikologis.
Menurut Erikson semakin berhasil individu mengatasi konflik, maka semakin sehat
perkembangan individu tersebut. Seperti pernyataannya, sebagai berikut :
b) Otonomi versus malu dan ragu-ragu (autonomy versus shame and doubt) adalah
tahap perkembangan yang terjadi pada akhir masa bayi dan “toddler” (usia 1-3
tahun).
h) Integritas versus rasa putus asah (intregity versus despair) adalah tahap
perkembangan yang dialami individu pada masa dewasa akhir.
c. Teori Kognitif
Apabilateori psikoanalisa menekankan pada pentingnya pikiran remaja yang tidak
disadari, maka teori-teori kognitif mementingkan pikiran-pikiran sadar mereka. Dua
teori kognitif yang penting adalah teori perkembangan kognitif dan Piaget dan teori
pemrosesan informasi.
Menurut teori Piaget, remaja secara aktif mengkontruksikan dunia kognitif mereka
sendiri, informasi tidak hanya dicurahkan ke dalam pikiran mereka di lingkungan.
Piaget juga menyatakan bahwa remaja menyesuaikan pikiran mereka dengan memasukkan
gagasan-gagasan baru, karena tambahan informasi akan mengembangkan pemahaman. Empat
tahapan dari Piaget adalah sebagai berikut :
Ahli teori belajar sosial mengatakan bahwa bukalah robot yang tidak punya pikiran,
yang berespon secara mekanis pada orang lain dalam lingkungan kita. Psikolog
Amerika Bandura dan Walter Mischel adalah arsitek utama dari versi teori belajar
social kontemporer yang disebut teori belajar kognitif. Bandura percaya bahwa kita
belajar dengan mengamati apa yang dilakukan orang lain. Melalui belajar observasi
(modeling atau imitasi), kita secara kognitif mempeesentasikan tingkah laku orang
lain dan kemudian mungkin mengambil tingkah laku tersebut. Model belajar dan
perkembangan yang paling mutakhir mencakup tingkah laku, manusia dan kognisi, dan
lingkungan. Pendekatan belajar social menekankan pada pentingnya penelitian empiric
dalam mempelajari perkembangan. Penelitian ini memfokuskan pada proses-proses yang
menjelaskan perekembangan faktor social dan kognitif yang mempengaruhi menjadi
manusia seperti sekarang ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa kanak-
kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat
berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman sebaya) lebih
erat dibandingkan hubungan dengan orang tua. Teori-teori perkembangan remaja antara
lain, teori psikoanalisa, teori psikososial, teori kognitif serta teori tingkah
laku dan belajar sosial. Tahap perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja,
remaja awal, dan remaja akhir. Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja
antara lain, perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa
pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial, remaja
berfikir secara logis dan transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan
individu dengan manusia lain. Sementara itu, ciri khas remaja adalah hubungan
dengan teman sebaya lebih erat, hubungan dengan orang tua penuh konflik,
keingintahuan seks yang tinggi, dan mudah stres.
3.2 Saran
Demikian makalah mengenai perkembangan remaja. Mohon maaf,apabila makalah ini jauh
dari sempurna. Oleh karenaitu,kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA