Anda di halaman 1dari 26

BAYI DENGAN BERAT BADAN RENDAH

Disusun untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah keperawatan anak I

Di susun oleh

kelompok 3:

AMELIA P EURUMKUY (P2012041) DWI ASTUTI LITILOLY (P2012051)


ANGEL CHELSY HETHARIE (P2012037) ERLANY WAMESE (P2012013)
ANGELICA G YESUALDUS (P2012003) FRANS Y LABOK (P2012056)
AGUSTINA RAHEL (P20120 FREDEK BERTI BAGAI (P2012057)
BRAYEN S MARANTIKA (P2012006) MARSYA C PATTIASINA (P2012022)
BRIAN MANGOL (P2012045) NATHALIA T SOUHUWAT (P2012024)
CHEISYA M MOLLE (P2012007) NOVERINS K SALEKY (P2012026)
DIANTY RUIPASSA (P2012010) SELLY MUSKITA (P2012028)
DOKA SEPTINA YERUSA (P2012049) VENDERY S UNITLY (P2012009)

YAYASAN BANGUN PERSADA SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN PASAPUA AMBON PROGRAM

STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN

AKADEMIK 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan judul ‘BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR
RENDAH’ ini dengan baik dan tepat waktu.

Tujuan suatu pendidikan tak lain adalah untuk mencerdaskan bangsa,


membentuk sumber daya manusia yang handal dan berdaya saing, membentuk watak
dan jiwa sosial, berbudaya, berakhlak dan berbudi luhur, serta berwawasan
pengetahuan yang luas dan menguasai tekhnologi. Maka dari itu Makalah ini kami
buat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Anak I” Mudah-
mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat dalam segala bentuk kegiatan
belajar, sehingga dapat memperlancar dan mempermudah proses pencapaian tujuan-
tujuan yang telah direncanakan.

Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu kami kelompok 3 mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Ibu
dosen dan teman-teman pembaca.

Ambon, Agustus
2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.........................................................................................................i

KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................2


B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN..........................................................................................2
D. MANFAAT.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................4

A. DEFINISI................................................................................................................4
B. ETIOLOGI .............................................................................................................5
C. TANDA_TANDA KLINIS.....................................................................................7
D. KOMPLIKASI pada BBLR ....................................................................................9
E. PENATALAKSANAAN........................................................................................11
F. DIAGNOSIS...........................................................................................................20
G. PENCEGAHAN......................................................................................................20
H. PERAWATAN........................................................................................................21
BAB III PENUTUP............................................................................................................22

A. KESIMPULAN ......................................................................................................22
B. SARAN ..................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor

resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa

perinatal. Selain itu, bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan

fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutuhkan biaya

perawatan yang tinggi.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang

menderita energy kronis dan mempunyai status gizi buruk. BBLR selain berkaitan

dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada

kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan

perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.

Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah

angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih

tergolong tinggi, yaitu tercatat 510 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Ini

memang bukan gambaran yang indah karena masih tergolong tinggi bila di

bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak

karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), sementara itu prevalensi BBLR

pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI

2005)

1
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta

kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3

kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara global

diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah

BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang.

B.     Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan BBLR ?

2. Apa etiologi BBLR ?

3. Bagaimana tanda – tanda klinis BBLR  ?

4. Apa saja komplikasi pada BBLR ?

5. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLR ?

6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada BBLR ?

7. Bagaimana pencegahan pada BBLR?

C.    Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR

2. Untuk mengetahui etiologi BBLR

3. Untuk mengetahui tanda – tanda klinis BBLR

4. Untuk mengetahui komplikasi pada BBLR

5. Untuk megetahui pentalaksanaan pada BBLR

6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR

7. Untuk mengetahui pencegahan pada BBLR

2
D. Manfaat

1. Mahasiswa mengerti apa yang dimaksud dengan BBLR

2. Mahasiswa mengerti etiologi BBLR

3. Mahasiswa mengerti tanda – tanda klinis BBLR

4. Mahasiswa mengerti komplikasi pada BBLR

5. Mahasiswa mengetahui pentalaksanaan pada BBLR

6. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR

7. Mahasiswa mengetahui pencegahan pada BBLR

3
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi

            Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang

dari 2500 gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang

atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman

pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970), telah disusun

definisi sebagai berikut:

1. Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan

kurang dari 37 minggu (259 hari)

2. Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37

minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)

3. Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu

atau lebih (294 hari atau lebih)

            World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa

semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram

disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah/BBLR), karena

morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya

tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. Definisi WHO tersebut

dapat disimpulkan secara ringkas bahwa bayi berat badan lahir rendah adalah bayi

yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram.

4
Klasifikasi BBLR :

a.    Berdasarkan BB lahir

1.BBLR      : BB < 2500gr

2.BBLSR    : BB 1000-1500gr

3.BBLASR : BB <1000 gr

b.  Berdasarkan umur kehamilan

1. Prematur

Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan

mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau

disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan ( NKB- SMK).

2. Dismaturitas.

Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term,

dan post term. Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk

Masa Kehamilan (NKB- KMK),

Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ),

Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NLB- KMK )

B.     Etiologi

            Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor ibu

yang lain adalah umur, parietas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit

5
vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga merupakan penyebab

terjadinya BBLR.

            BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

1.      Faktor Ibu

a.       Penyakit:

1)      Toksemia gravidarum 4)      Nefritis akut

2)      Perdarahan antepartum 5)      Diabetes mellitus

3)      Trauma fisik dan psikologis

b.      Usia Ibu

1)      Usia <16 tahun

2)      Usia >35 tahun

3)      Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat

c.       Keadaan social

1)      Golongan social ekonomi rendah

2)      Perkawinan yang tidak sah

d.      Sebab lain

1)      Ibu yang perokok

2)      Ibu peminum alcohol

3)      Ibu pecandu narkotik

2.      Faktor janin

a.       Hidramnion c.       Kelainan kromosom

b.      Kehamilan ganda

6
3.      Faktor lingkungan

a.      Tempat tinggal dataran tinggi

b.      Radiasi

c.       Zat-zat racun.

C.    Tanda – tanda klinis

  Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :

1. Berat kurang dari 2500 7. Kulit tipis, transparan,

gram rambut lanugo banyak,

2. Panjang kurang dari 45 cm lemak kurang

3. Lingkar dada kurang dari 30 8. Otot hipotonik lemah

cm 9. Pernapasan tak teratur dapat

4. Lingkar kepala kurang dari terjadi apnea

33 cm 10. Eksremitas : paha abduksi,

5. Umur kehamilan kurang sendi lutut / kaki fleksi-lurus

dari 37 minggu 11. Kepala tidak mampu tegak

6. Kepala lebih besar 12. Pernapasan 40 – 50 kali /

menit

13. Nadi 100 – 140 kali / menit

   Gambaran klinis BBLR secara khusus :

A.    Tanda-tanda Bayi Prematur

7
1.      BB kurang dari 2500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33

cm, lingkar dada kurang 30 cm.

2.      Umur kehamilan kurang dari 37 mg.

3.      Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.

4.      Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar.

5.      Kepala mengarah ke satu sisi.

6.      Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering

tampak peristaltik usus.

7.      Tulang rawan dan daun telinga imatur.

8.      Puting susu belum terbentuk dengan baik.

9.      Pergerakan kurang dan lemah.

10.  Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.

11.  Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.

12.  Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha

abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau lurus.

13.  Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia

mayora (pada wanita), dan testis belum turun (pada laki laki).

B. Tanda-tanda pada Bayi Dismatur

1.      Preterm sama dengan bayi premature

2.      Term dan post term :

a.  Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.

b. Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.

c. Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.

8
d. Pergerakan gesit, aktif dan kuat.

e. Tali pusat kuning kehijauan.

f. Mekonium kering.

g. Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.

D.    Komplikasi pada BBLR

Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah,

terutama berhubungan dengan 4 proses adaptasi pada bayi baru lahir diantaranya:

 Sistem Pernafasan: Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom

distres respirasi, penyakit membran hialin

 Sistem Kardiovaskuler: patent ductus arteriosus

 Termoregulasi: Hipotermia

 Hipoglikemia simtomatik

1.      Pada prematur yaitu :

a.       Sindrom gangguan pernapasan idiopatik disebut juga penyakit membran

hialin karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang

melapisi alveoulus paru.

b.      Pneumonia Aspirasi

Disebabkan karena infeksi menelan dan batuk belum sempurna, sering

ditemukan pada bayi prematur.

c.        Perdarahan intra ventikuler

9
Perdarahan spontan diventikel otot lateral biasanya disebabkan oleh

karena anoksia otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan pembentukan

membran hialin pada paru. Kelainan ini biasanya ditemukan pada atopsi.

d.      Hyperbilirubinemia

Bayi prematur lebih sering mengalami hyperbilirubinemia dibandingkan

dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor kematangan hepar

sehingga konjungtiva bilirubium indirek menjadi bilirubium direk belum

sempurna.

e.       Masalah suhu tubuh

Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan masih belum

sempurna. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapan bertambah.

Otot bayi masih lemah, lemak kulit kurang, sehingga cepat kehilangan

panas badan. Kemampuan metabolisme panas rendah, sehingga bayi

BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas

badan dan dapat dipertahankan sekitar (36,5 – 37,5 0C)

2.       Pada bayi Dismatur

Pada umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa gestasinya

dan sedikit dipengaruhi oleh gangguan-gangguan pertumbuhan di dalam uterus.

Dengan kata lain, alat-alat dalam tubuhnya sudah berkembang lebih baik bila

dibandingkan dengan bayi dismatur dengan berat yang sama. Dengan demikian

bayi yang tidak dismatur lebih mudah hidup di luar kandungan. Walaupun

10
demikian harus waspada akan terjadinya beberapa komplikasi yang harus

ditangani dengan baik.

a.       Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotaritas Ini disebabkan stress

yang sering dialami bayi pada persalinan.

b.      Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi KMK mempunyai hemoglobin

yang tinggi yang mungkin disebabkan oleh hipoksia kronik di dalam uterus.

c.       Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat agaknya

hipoglikemia ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen hati dan

meningginya metabolisme bayi.

d.      Keadaan lain yang mungkin terjadi ; asfiksia, perdarahan paru yang pasif,

hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom down's, turner

dan lain-lain) cacat bawaan oleh karena infeksi intrauterine dan sebagainya.

Adapun komplikasi pada BBLR jika bayi dismatur adalah, sebagai berikut :

1.      Suhu tubuh yang tidak stabil.

2.      Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR.

3.      Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.

4.      Ginjal yang immature baik secara otomatis maupun fungsinya.

5.      Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.

6.      Gangguan immunologic.

E.     PENATALAKSANAAN

1.      Medikamentosa

Pemberian vitamin K1:

11
a.      Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

b.      Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur

3-10 hari, dan umur 406 minggu)

2.      Diatetik

Pemberian nutrisi yang adekuat

a.      Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi

sedikit

b.      Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui sendok

atau pipet

c.       Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus dipasang siang

penduga/ sonde fooding

Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena

refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI

dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa

lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu,

bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan

yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang diberikan dengan pipet

atau selang kecil yang menempel pada putting.

ASI merupakan pilihan utama:

12
a.    Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan

cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi

menghisap paling kurang sehari sekali.

b.  Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari

selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan

keadaan bayi adalah sebagai berikut:

a.       Berat lahir 1750-2500 gram

1)      Bayi sehat

a)      Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih

mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih

sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu

b)     Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai

efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap tambahkan

ASI peras dengan menggunakan salah satu alternative cara pemberian

minum.

2)      Bayi sakit

a)    Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV,

berikan minum seperti pada bayi sehat

b)   Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

 Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

13
 Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 segera setelah bayi stabil.

Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-

tanda siap untuk menyusu

c)   Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;

gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung:

 Berikan cairan IV dan ASI menurut umur

 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi

telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar

berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila

keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk

menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b.      Berat lahir 1500-1749 gram

1)      Bayi sehat

a)      Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang

dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakancangkir/sendok atau ada

resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan

minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian

menggunakan cangkir/sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk

atau tersedak (ini dapat berlangsung setelah 1-2 hari namun ada kalanya

memakan waktu lebih dari 1 minggu)

14
b)      Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (missal setiap 3 jam). Apabila bayi

telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,

beri tambahan ASI setiap kali minum.

c)      Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan

sendok/cangkir, coba untuk menyusui langsung.

2)      Bayi sakit

a)      Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

b)      Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi

jumlah cairan IV secara perlahan.

c)      Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi

telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak

lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.

d)     Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok apabila

kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau

tersedak

e)      Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan

cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung

c.       Berat lahir 1250-1499 gram

1)      Bayi sehat

a)      Beri ASI peras melalui pipa lambung

b)      Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi

telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak

lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum

15
c)      Lanjutkan pemberian minum mengguanakan cangkir/sendok

d)     Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan

cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung

2)      Bayi sakit

a)      Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

b)      Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi

jumlah cairan intravena secara perlahan

c)      Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,

beri tambahan ASI setiap kali minum

d)     Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok

e)     Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan

cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung

d.      Berat lahir (tidak tergantung kondisi)

1)      Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

2)      Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi

pemberian cairan intravena secara perlahan

3)      Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB perhari tetapi masih tampak lapar, beri

tambahan ASI setiap kali minum

4)      Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok

5)      Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok,

coba untuk menyusui langsung

16
3.      Suportif

Hal utama yang dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:

a.       Membersihkan jalan napas

b.      Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat

c.       Membersihkan badan bayi dengan kapas nany oil/minyak

d.      Memberikan obat mata

e.      Membungkus bayi dengan kain hangat

f.       Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah

g.      Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:

h.      Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan

terlebih dahulu

i.       Menidurkan bayi di dalam incubator buatan yaitu dapat dibuat dari keranjang

yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas atau botol yang diisi

air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini disimpan dalam keadaan

berdiri tutupnya ada disebelah atas agar tidak tumpah dan tidak

mengakibatkan luka bakar pada bayi. Buli-buli panas atau botol inipun harus

dalam keadaan terbungkus, dapat menggunakan handuk atau kain yang tebal.

Bila air panasnya sudah dingin ganti airnya dengan air panas kembali.

j.      Suhu lingkungan bayi harus dijaga

1)      Kamar dapat masuk sinar matahari

2)      Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi hilangnya

panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan konveksi

k.      Badan bayi harus dalam keadaan kering

17
l.      Gunakan salah satu cara menghangatkandan mempertahankan suhu tubuh

bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas,

incubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan

setempat sesuai petunjuk

m.    Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

n.    Ukur suhu tubuh dengan berkala

o.      Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:

1)      Jaga dan pantau patensi jalan nafas

2)      Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

p.      Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia,

kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)

q.      Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

r.        Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan

ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui

4.      Pemantauan (Monitoring)

a.       Pemantauan saat dirawat

1)      Terapi

a)      Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

b)      Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

2)      Tumbuh kembang

a)      Pantau berat badan bayi secara periodic

b)      Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%

untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan

18
berat lahir <1500>

c)      Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori

berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:

 Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah

180 ml/kg/hari

 Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan penigkatan berat badan bayi

agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari

 Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah

pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari

 Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap

minggu.

b.      Pemantauan setelah pulang

Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui

perkembangan bayi dan mencegah/mengurangi kemungkinan untuk terjadinya

komplikasi setelah pulang sebagai berikut:

1)      Setelah pulang hari ke-2,10,20,30, dilanjutkan setiap bulan

2)      Hitung umur koreksi

3)      Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala

4)      Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)

5)      Awasi adanya kelainan bawaan

6)      Mengajarkan ibu/orang tua cara:

a)      Membersihkan jalan napas

19
b)      Mempertahankan suhu tubuh

c)      Mencegah terjadinya infeksi

d)     Perawatan bayi sehari-hari:

- Memandikan

- Perawatan tali pusat

- Pemberian ASI

- Dll

7)      Menjelaskan pada ibu (orang tua)

a)      Pemberian ASI

b)      Makanan bergizi bagi ibu

c)      Mengikuti program KB segera mungkin

8)      Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada

perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk ke

rumah sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya harus

dirujuk ke rumah sakit.

F.     DIAGNOSIS

            Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam

jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

G.    PENCEGAHAN

20
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah

langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:

1.   Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama

kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga

berisiko, terutama factor resiko yang yang mengarah melahirkan bayi BBLR

harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan

yang lebih mampu

2.   Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama

kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatnnya dan janin yang dikandung

dengan baik.

3.   Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi

sehat (20-34 tahun)

4.   Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan

pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan

akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

H.    PERAWATAN

Perawatan yang dilakukan pada bayi BBLR meliputi :

1.      Mempertahankan suhu tubuh optimal

2.      Mempertahankan oksigenasi

3.      Memenuhi kebutuhan nutrisi

4.      Mencegah dan mengatasi infeksi

21
5.      Mengatasi hiperbilirubinemia

6.      Memenuhi kebutuhan psikologis

7.      Melibatkan program imunisasi

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa

yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit

spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan

penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama

kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses

persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.

Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor

resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa

perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan

fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya

perawatan yang tinggi.

B.     Saran

1.      Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.

22
2.      Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi

baru lahir dengan BBLR.

3.      Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.  

DAFTAR PUSTAKA

http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/bayi-berat-lahir-rendah-bblr/

Pantiawati, Ika,S.SiT. 2010. Bayi dengan BBLR.Yogyakarta: Nusa Medika.

Proverati Atikah, SKM, MPH dan Cahyo Ismawati Sulistyorini, S.Kep., Ns. 2010.
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nusa Medika.

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti, Am.Keb. MKM.2010. Asuhan Neonates, Bayi


dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info Media.

23

Anda mungkin juga menyukai