PREMATUR
Disusun oleh :
JAKARTA
2017
A. KONSEP DASAR BAYI PREMATUR
1. Pengertian
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan
37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L Wong 2004)
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung dari mulai
hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek.
Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara
bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya
peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.
Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan. Berasarkan kesepakatan
WHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :
1. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.
2. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu.
3. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28 minggu.
(Martono, Hari. 2007)
Prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari
dihitung dari terakhir haid / menstruasi ibu. (Hasuki, Irfan. 2007)
Prematuritas murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu. (Hassan, Rusepno. 2005)
2. Etiologi
a. Faktor Maternal
Toksemia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus
kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus tidak mampu
untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan plasenta dan
infark dari plasenta
b. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi autosomal), fetus multi ganda, cidera radiasi
(Sacharin. 1996)
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau
minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang
perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2
kali
Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus,
serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau
memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester
II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada
kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor atau
bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya. (Kapita selekta, 2000 :
274)
Penampilan :
- Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih parah
- Kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak
b. Sistem Pencernaan
~ Ukuran Lambung Kecil
~ Enzim penurunan
~ Garam Empedu Kurang
~ Keterbatasan mengubah glukosa menjadi glikogen
~ Keterbatasan melepas insulin
~ Kurang koordinasi reflek menghisap dan menelan
c. Kestabilan Suhu
~ Lemak subkutaneus sedikit, simpanan glikogen & lipid sedikit
~ Kemampuan menggigil menurunan
~ Aktivitas kurang
d. Sistem Ginjal
~ Ekskresi sodium meningkat
~ Kemampuan mengkonsentrasi & mengeluarkan urin menurun
~ Jumlah tubulus glomerulus tidak seimbang untuk protein, as. Amino & sodium
e. Sistem Syaraf
~ Respon untuk stimulasi lambat
~ Reflek gag, menghisap & menelan kurang
~ Reflek batuk lemah
~ Pusat kontrol pernafasan, suhu & vital lain belum berkabung
f. Infeksi
~ Pembentukan antibodi kurang
~ Tidak ada immunoglobulin M
~ Kemotaksis terbatas
~ Opsonization penurunan
~ Hypo fungsi kel. Adrenal
g. Fungsi Liver
~ Kemampuan mengkonjugasi billirubin
~ Penurunan Hb setelah lahir
6. Penatalaksanaan Medis
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di
lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bai
yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya
jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk
mencegah hipotermia perlu diusahakan lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi
dan dalam keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh
bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu untuk bayi
dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan untuk bayi dengan berat
badan 2 – 2,5 kg adalah 34 ˚C agar ia dapta mempertahankan suhu tubuh sekitar
37 ˚C. Kelembapan incubator berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang lebih
tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu
incubator dapat diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg
dan secara berangsur – angsur ia dapat di letakkan di dalam tempat tidur bayi
dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C. Bila incubator tidak ada, pemanasan dapat
dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol – botol hangat
disekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi.
Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah
dengan memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada bayi dalam
incubator. Alat ini digunakan untuk menghilangkan panas karena radiasi. Akhir –
akhir ini telah mulai digunakan incubator yang dilengkapi dengan alat
temperature sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu
incubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi
dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini
sangat bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin untuk
pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit,
pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal
sedini – dininya dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya.
b. Pemberian ASI pada bayi premature
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh
ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature. Komposisi ASI yang dihasilkan ibu
yang melahirkan premature berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan oleh
ibu yang melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama kurang
lebih 4 minggu. Jadi apabila bayi lahir sangat premature (<30> Sering kali terjadi
kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan premature. Hal ini disebabkan
oleh karena ibu stres, ada perasaan bersalah, kurang percaya diri, tidak tahu
memerah ASI pada bayi prematur refleks hisap dan menelan belum ada atau
kurang, energi untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi
refluks, peristaltik lambat.
Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan ASI perlu
dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras ASI dan menyimpan
ASI perah dan cara memberikan ASI perah kepada bayi prematur dengan sendok,
pipet ataupun pipa lambung.
1) Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi) dapat
langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari pertama kalau ASI
belum mencukupi dapat diberikan ASI donor dengan sendok / cangkir 8 – 10
kali sehari.
2) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34 minggu),
refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah ada, diberikan ASI
perah dengan sendok / cangkir, 10 – 12 kali sehari. Bayi prematur dengan
berat lahir 1250 – 1500 gram (30 – 31 minggu), refleks hisap dan menelan
belum ada, perlu diberikan ASI perah melalui pipa orogastrik 12X sehari.
3) Bayi prematur dengan berat lahir <1250>
c. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang
disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/ hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/
hari), agar berat badan bertambah sebaik – baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari
yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi
berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan cairan
lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan
mencegah muntah. Penghisapan cairan lambung juga dilakukan setiap sebelum
pemberian minum berikutnya. Pada umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram
atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500
gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari –
hari pertama, maka bayi diberi minum melalui sonde lambung (orogastrik
intubation).
Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam dan
jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya cairan
yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap hari dinaikkan sampai
200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
d. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena
daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup membentuk
antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik oleh
karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal
memperbaiki keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi, kebersihan
dan kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal dan post natal), screening
(TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat kelahiran dan
perawatan yang terjamin kebersihannya. Tindakan aseptik antiseptik harus selalu
digalakkan, baik dirawat gabung maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering
terjadi adalah infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain
yang berhubungan dengan bayi.
Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan :
1. Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak
terkena infeksi
2. Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi
3. Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi (paling lama
seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk kemudian dibersihkan
dengan cairan antisptik)
4. Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu
5. Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
6. Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah
disediakan
7. Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi
8. Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya
9. Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca
e. Minum cukup
Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi mengkonsumsi
susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa menghisap denagn benar,
minum susu dilakukan dengan menggunakan pipet.
f. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi
prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut penelitian menunjukkan
kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si bayi jarang disentuh.
g. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan membantu
bayi beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan
dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah boleh dibawa pulang. Namunada
juga sejmlah RS yang menggunakan patokan berat badan. Misalnya bayi baru
boleh pulang kalau beratnya mencapai 2kg kendati sebenarnya berat badan tidak
berbanding lurus dengan kondisi kesehatan bayi secara umum.(Didinkaem, 2007).
2. Perawatan di rumah
a. Minum susu
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun dengan kuasa
Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya akan
memproduksi ASI yang proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang
melahirkan bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan ASI
eksklusif, karena zat gizi yang terkandung didalamnya belum ada yang
menandinginya dan ASI dapat mempercepat pertumbuhan berat anak.
b. Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang belum
stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya lingkungan
sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Bisa
dilakukan dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin.
c. Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua
harus berhati – hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus
meminimalisir kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan
sebelum memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar.
d. BAB dan BAK
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu
dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa diberi
susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain
kecuali segera membawanya ke dokter.
e. Berikan stimulus yang sesuai
Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat, mengajak bermain,
menimang, menggendong, menunjukkan perbedaan warna gelap dan terang, gambar –
gambar dan mainan berwarna cerah.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia
Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl
2. Pemantauan gas darah arteri
Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg dan kadar PaCO2 35 –
45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94 %.
3. Kimia darah sesuai kebutuhan
v Hb (Hemoglobin)
Hb darah lengkap bayi 1 – 3 hari adalah 14,5 – 22,5 gr/dl
v Ht (Hematokrit)
Ht normal berkisar 45% - 53%
v LED darah lengkap untuk anak – anak
Menurut :
Westerfreen : 0 – 10 mm/jam
Wintrobe : 0 – 13 mm/jam
v Leukosit (SDP)
Normalnya 10.000/ mm³. pada bayi preterm jumlah SDP bervariasi dari 6.000 –
225.000/ mm³.
v Trombosit
Rentang normalnya antara 60.000 – 100.000/ mm³.
v Kadar serum / plasma pada bayi premature (1 minggu)
Adalah 14 – 27 mEq/ L
v Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (1 – 3 hari)
Adalah 4,0 – 6,6 juta/mm³.
v MCHC darah lengkap : 30% - 36% Hb/ sel atau gr Hb/ dl SDM
MCH darah lengkap : 31 – 37 pg/ sel
MCV darah lengkap : 95 – 121 µm³
v Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35 – 7,5
4. Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan
5. Penyimpangan darah tali pusat
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas bayi: Nama, jenis kelamin, BB, TB, LK, LD.
b. Identitas orang tua: Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat.
c. Keluhan utama: BB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi.
d. Riwayat penyakit sekarang.
e. Riwayat penyakit keluarga.
f. Riwayat penyakit dahulu.
2. Pemeriksaan fisik biologis
Ibu
- Riwayat kehamilan dan umur kehamilan.
- Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang dahulu dan sekarang.
- Riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian.
- Riwayat penyakit ibu.
- Psikososial dan spiritual ibu.
- Riwayat perkawinan.
Bayi
- Keadaan bayi saat lahir; BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LK 33 cm, LD < 30 cm.
- Inspeksi
1. Kepala lebih besar daripada badan, ubun-ubun dan sutura lebar.
2. Lanugo banyak terdapat pada dahi, pelipis, telinga dan tangan.
3. Kulit tipis, transparan dan mengkilap.
4. Rambut halus, tipis dan alis tidak ada.
5. Garis telapak kaki sedikit.
6. Retraksi sternum dengan iga
7. Kulit menggantung dalam lipatan (tidak ada lemak sub kutan).
- Palpasi
1. Hati mudah dipalpasi.
2. Tulang teraba lunak.
3. Limpa mudah teraba ujungnya.
4. Ginjal dapat dipalpasi.
5. Daya isap lemah.
6. Retraksi tonus – leher lemah, refleks Moro (+).
- Perkusi
- Auskultasi
1. Nadi lemah.
2. Denyut jantung 140 – 150 x/menit, respirasi 60 x/menit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi,
sianosis, apnea.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan
perkembangan otot, penurunan energi / kelelahan.
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan produksi surfaktan.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar Hb dalam darah.
e. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
koordinasi reflek mengisap dan menelan.
f. Resiko tinggi hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP imatur, ketidak
mampuan merasakan dingin berkeringat.
g. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif
h. Kurang Pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
keadaannya anaknya
i. Ketakutan orang tua berhubungan dengan takut akan kehilangan anaknya
j. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit anaknya
3. Intervensi Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
Rencana Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Observasi pernafasan 1. Mengetahui frekuensi,
keperawatan selama 1x24 jam seperti cuping hidung, pola,suara napas pasien
diharapkan pertukaran gas dispnea, dan ronkhi 2. Mengkompensasi
pasien kembali normal dengan 2. Observasi status penurunan
kriteria hasil: jantung kontraktilitas
1. Tidak terdapat (frekuensi,pola,suara ventrikuler
dispnea jantung) 3. Meningkatkan volume
2. Nilai AGD dalam 3. Observasi pemberian sekuncup,
rentang normal oksigen dan catat memperbaiki
3. Pasien tidak sesak setiap jam ubah sisi kontraktilitas dan
lagi alat setiap 3-4 jam penurunan kongesti
4. Tidak terjadi 4. Pantau warna kulit dan 4. Mencegah pasien
sianosis mukosa bibir menjadi sianosis dan
tetap mempertahankan
suhu tubuh pasien
dalam keadaan hangat
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan produksi surfaktan.
Rencana Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Observasi pernapasan 1. Mengetahui status
keperawatan selama 3 x 24 klien: suara napas, pernapasan klien
jam diharapkan saluran napas frekuensi napas 2. Membantu pengeluaran
2. Lakukan fisioterapi dada
klien bersih, dengan kriteria sekret
dengan menepuk-nepuk
hasil: 3. Membantu mengeluarkan
dada atau punggung
1. Tidak terdengar suara sekret dan melancarkan
pasien dengan 2 jari
napas tambahan ronchi jalan napas pasien
2. Tidak terdapat sekret perawat
3. Pasien dapat bernapas 3. Kolaborasi suction untuk
dengan lega mengeluarkan sekret pada
pasien
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan imaturitas produksi enzim.
Rencana Tujuan Intervensi Rasional
setelah diberikan askep selama 1. Pantau dan 1. Mengidentifikasi
5x24 jam diharapkan nutrisi dokumentasikan haluaran indikasi/perkembangan
klien terpenuhi dengan kriteria tiap jam secara adekuat dari hasil yang
hasil : diharapkan
1. Pasien menghabiskan 2. Timbang BB klien 2. Membantu menentukan
50-100cc asi atau susu 3. Berikan susu sedikit tapi berat badan yang ideal
formula sering 3. Mengurangi anoreksia,
2. Tidak mengalami 4. Catat status nutrisi mual dan muntah
anoreksia, mual, paasien: turgor kulit, 4. Berguna dalam
muntah timbang berat badan, mendefinisikan derajat
3. Menunjukkan integritas mukosa mulut, masalah dan intervensi
peningkatan berat kemampuan menelan, yang tepat dalam
badan adanya bising usus, pengawasan kefektifan
riwayat mual/rnuntah obat, kemajuan
atau diare. penyembuhan
5. Monitor intake dan 5. Mengukur keefektifan
output secara periodik. nutrisi dan cairan
6. Catat adanya anoreksia, 6. Menentukan jenis diet
mual, muntah, dan dan mengidentifikasi
tetapkan jika ada pemecahan masalah untuk
hubungannya dengan meningkatkan nutrisi.
medikasi.
f. Resiko terjadi penurunan hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP imatur,
ketidak mampian merasakan dingin dan berkeringat
Rencana Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. gunakan lampu 1. mempertahankan
keperawatan selama 3x24jam pemanas selama prosedur panas tubuh
diharapkan hipotermia tidak 2. kurangi pemajanan 2. mengurangi
terjadi dengan kriteria hasil: pada aliran udara penguapan melalui
1. suhu tubuh dalam 3. ganti bila pakaian konveksi
batas normal (36,8- basah 3. pakaian basah bisa
37,40C) 4. observasi system menyebabkan hipotermi
2. akral tersaba hangat pengaturan suhu incubator 4. mengetahui adanya
setiap 15 menit (33,4oC) peningkatan dan penurunan
suhu inkubator yg dapat
mempengaruhi suhu tubuh
g. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif
Rencana tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Pertahankan cuci 1. Sebagai universal
keperawatan selama 3x24jam tangan yang benar precaution
diharapkan infeksi tidak 2. Pertahankan kesterilan 2. Mencegah terjadinya infeksi
terjadi dengan kriteria hasil : alat 3. Peningkatan suhu terjadi
1. Tidak terjadi tanda- 3. Observasi tanda – karena berbagai faktor, salah
tanda infeksi tanda vital, terutama suhu satunya adalah proses penyakit
2. TTV normal tubuh atau infeksi
4. Terjadinya stomatitis
meningkatkan resiko
4. Tekankan pentingnya terhadap
oral hygiene yang baik infeksi/pertumbuhan
sekunder
5. Hindari atau batasi 5. Menurunkan risiko
prosedur invasif. Taati kontaminasi, membatasi
tehnik aseptik masuknya agen infeksi
6. Berikan antibiotik 6. Digunakan untuk
sesuai indikasi mengidentifikasi infeksi atau
diberikan secara profilaktik
pada klien imunosupresi
5. Evaluasi :
a) Pertukaran gas kembali normal
b) Pola napas kembali normal
c) Jalan napas pasien bersih
d) Perfusi jaringan pasien kembali normal
e) Bayi dapat menunjukan penambahan berat badan (2x 20-30 gr/hr)
f) Suhu aksila bayi tetap dalam rentang normal untuk usia pasca konsepsi
g) Bayi tidak mengalami infeksi
h) Pengetahuan orang tua bertambah tentang kondisi anaknya
i) Orang tua tidak cemas saat merawat anaknya
j) Orang tua tidak mengalami ketakutan saat mengetahui kondisi anaknya
DAFTAR PUSTAKA