MASALAH IBADAH IBU NIFAS, AIR SUSU IBU (ASI), DAN ANEKA
MAKANAN DAN MINUMAN
A. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan tuntunan agama dalam masalah ibadah bagi ibu nifas.
2. Menjelaskan tuntunan agama tentang pemberian ASI (Air Susu Ibu) kepada bayi.
3. Menjelaskan tuntunan agama tentang aneka makanan dan minuman yang halal dan
yang haram dikonsumsi.
Dalam materi ini, akan dibahas tentang:
1. Bagaimana hukum ibadah disaat sedang nifas, apakah dibolehkan atau dilarang?
2. Bagaimana pandangan Islam terhadap ASI (Air Susu Ibu)? Kapan sebaiknya ASI
diberikan kepada bayi dan sampai usia berapa?
3. Bagaimana pandangan Islam tentang aneka makanan & minuman? Apa saja yang
halal dikonsumsi, dan apa saja yang haram dimakan? Apakah ada makanan yang
halal tetapi tidak boleh dikonsumsi?
B. URAIAN MATERI
1. Hukum Ibadah Bagi Ibu Nifas
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya (materi ke-8), Ibu Nifas ialah ibu yang
mengeluarkan darah dari vagina akibat melahirkan yang disertai dengan rasa sakit, baik
darah itu keluar sebelum, pada saat, dan setelah melahirkan. Masa keluarnya darah ini pada
umumnya selama 40 hari, tetapi ada yang kurang dan ada pula yang lebih. Para ulama
menegaskan bahwa masa nifas yang paling lama adalah 60 hari sehingga darah nifas akan
terhenti setelah 60 hari. Apabila setelah 60 hari ibu nifas tetap mengeluarkan darah, maka
darah tersebut dihukumi darah istihādhah (penyakit).
Pada saat kondisi nifas, seorang ibu dipandang sedang mengeluarkan darah atau
benda najis. Selama durasi 40 hari atau paling lama 60 hari, darah yang keluar bisa banyak,
sedikit, atau bahkan hanya berupa flek atau noda “darah”. Islam menilai bahwa nifas
adalah kondisi fitrah yang alamiah bagi ibu melahirkan. Dalam tinjauan medis, darah nifas
sebenarnya memiliki fungsi untuk meregenerasi (memulihkan kerusakan) alat reproduksi
ibu nifas. Oleh karena itu, kondisi keluarnnya daran nifas adalah sunnatullah atau sudah
merupakan kehendak Allah SWT. Karena kondisi ibu sedang mengalami kesakitan akibat
nifas, serta darah nifas termasuk najis, maka ibu nifas tidak boleh atau dilarang melakukan
ibadah yang bersifat mendekatkan diri kepada Allah Taala yang Mahasuci. Larangan
ibadah bagi ibu nifas mencakup semua ibadah shalat fardhu dan sunnah. Mereka tidak
perlu menggantinya apabila suci (Ibnu Hazm di dalam kitabnya al-Muhalla). Hal demikian
karena ibadah shalat dipersyaratkan suci dari hadas kecil dan hadas besar. Karena nifas
merupakan hadas besar, maka ibu nifas tidak diwajibkan untuk shalat. Adapun cara
menghilangkan hadas besar nifas adalah dengan mandi wajib.
Pada kasus bayi yang gugur dalam kandungan sehingga dilakukan kuret
(pengangkatan janin), biasanya terjadi pula nifas ketika kandungan melewati 4 bulan.
Menurut Ibnu Taimiyyah, apabila bayi yang gugur berbentuk manusia, maka darah yang
keluar dihukumi nifas sehingga ibu yang mengalami keguguran tidak boleh shalat dan
puasa. Namun, apabila belum berbentuk manusia, maka darah yang keluar dihukumi
kotoran atau najis dan ibu yang mengalami keguguran tetap diwajibkan untuk shalat dan
berpuasa atau meng-qadha shalat dan puasanya.
Tentang hal tersebut, Ibnu Taimiyah berkata, “Manakala seorang wanita mendapati
darah yang disertai rasa sakit sebelum masa minimal itu (80 atau 90 hari), maka darah
tersebut tidak dianggap sebagai nifas. Namun, jika sesudah masa minimal, maka dihukumi
darah nifas dan ia tidak shalat dan puasa. Kemudian apabila sesudah kelahiran ternyata
tidak sesuai dengan kenyataan (bayi belum berbentuk manusia), maka ia segera kembali
mengerjakan kewajiban. Namun, apabila bayi berbentuk manusia, maka tetap berlaku
hukum menurut kenyataan sehingga tidak perlu kembali mengerjakan kewajiban.” (Kitab
Syarhul Iqna‟)
Selain itu, darah yang keluar dari rahim baru disebut dengan nifas jika wanita
tersebut melahirkan bayi yang sudah berbentuk manusia. Jika seorang wanita mengalami
keguguran dan ketika dikeluarkan janinnya belum berwujud manusia, maka darah yang
keluar itu bukan darah nifas. Darah tersebut dihukumi sebagai darah penyakit (istihadhah)
yang tidak menghalangi dari shalat, puasa dan ibadah lainnya. Menurut Syekh Ibnu
Taimiyah, “Darah yang keluar dengan rasa sakit adalah darah nifas. Maksudnya, rasa sakit
karena melahirkan. Jika tidak disertai rasa sakit, maka darah itu bukan darah nifas”.
Menurut Syekh Yusuf al-Qaradhawi dalam kitab Fatwa Kontemporer, Allah Swt.
membebaskan ibu nifas dari kewajiban shalat dan puasa yang merupakan rukun Islam
karena rasa sakit yang ditanggungnya selama nifas. Namun, puasa Ramadhan tetap wajib
ditunaikan (di-qadha) setelah yang bersangkutan selesai menjalani masa nifas. Sedangkan
shalat yang ditinggalkan tidak wajib di-qadha. Syekh Yusuf al-Qaradhawi juga
menegaskan bahwa hukum nifas seperti halnya haid. Seorang wanita yang sedang nifas
ibarat sedang menderita suatu penyakit, sehingga mendapatkan keringanan dari Allah Swt.
Selama masa nifas itu, mereka seharusnya tidak dibebani dengan hal-hal yang
memberatkannya. Di beberapa negara Islam, kata Syekh al-Qaradhawi, wanita yang
sedang nifas biasanya dihormati dan dilayani sampai kesehatannya pulih seperti keadaan
semula.
2. Menjelaskan tuntunan agama tentang pemberian ASI (Air Susu Ibu) kepada bayi.
3. Menjelaskan tuntunan agama tentang aneka makanan dan minuman yang halal dan
yang haram dikonsumsi.
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Bagaimanakah pandangan Islam tentang hukum ibadah bagi ibu nifas, khususnya
shalat dan puasa? Jelaskan!
2. Bagaimanakah hukum Islam tentang memberikan ASI oleh ibu kepada bayinya?
Jelaskan dengan mengutip dalil dari ayat Al-Quran, hadis, atau pendapat Ulama!
3. Sebutkan beberapa alasan seorang ibu tidak mau menyusui anaknya! Jelaskan
pandangan Anda tentang masalah ini!
4. Sebutkan beberapa manfaat ASI bagi ibu yang menyusui dan bayinya! Sejak kapan
ASI diberikan dan kapan disapih/dihentikan? Jelaskan secara komprehensif dari
perspektif agama Islam, medis/kedokteran, dan psikologi!
5. Jelaskan pandangan Anda tentang mitos-mitos yang berkembang di masyarakat
tentang pantangan makanan dan minuman bagi ibu nifas!
Untuk Non-Muslim
1. Bagaimanakah pandangan agama Anda tentang hukum ibadah bagi ibu nifas?
Jelaskan!
2. Bagaimanakah pandangan agama Anda tentang memberikan ASI oleh ibu kepada
bayinya? Jelaskan dengan mengutip dalil dari kitab suci agama Anda, atau pendapat
ahli agama!
3. Sebutkan beberapa alasan seorang ibu tidak mau menyusui anaknya! Jelaskan
pandangan Anda tentang masalah ini!
4. Sebutkan beberapa manfaat ASI bagi ibu yang menyusui dan bayinya! Sejak kapan
ASI diberikan dan kapan disapih/dihentikan? Jelaskan secara komprehensif dari
perspektif agama Anda, medis/kedokteran, dan psikologi!
5. Jelaskan pandangan Anda tentang mitos-mitos yang berkembang di masyarakat
tentang pantangan makanan dan minuman bagi ibu nifas!