Anda di halaman 1dari 10

PERTEMUAN KE-9

MASALAH IBADAH IBU NIFAS, AIR SUSU IBU (ASI), DAN ANEKA
MAKANAN DAN MINUMAN

A. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan tuntunan agama dalam masalah ibadah bagi ibu nifas.
2. Menjelaskan tuntunan agama tentang pemberian ASI (Air Susu Ibu) kepada bayi.
3. Menjelaskan tuntunan agama tentang aneka makanan dan minuman yang halal dan
yang haram dikonsumsi.
Dalam materi ini, akan dibahas tentang:
1. Bagaimana hukum ibadah disaat sedang nifas, apakah dibolehkan atau dilarang?
2. Bagaimana pandangan Islam terhadap ASI (Air Susu Ibu)? Kapan sebaiknya ASI
diberikan kepada bayi dan sampai usia berapa?
3. Bagaimana pandangan Islam tentang aneka makanan & minuman? Apa saja yang
halal dikonsumsi, dan apa saja yang haram dimakan? Apakah ada makanan yang
halal tetapi tidak boleh dikonsumsi?

B. URAIAN MATERI
1. Hukum Ibadah Bagi Ibu Nifas
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya (materi ke-8), Ibu Nifas ialah ibu yang
mengeluarkan darah dari vagina akibat melahirkan yang disertai dengan rasa sakit, baik
darah itu keluar sebelum, pada saat, dan setelah melahirkan. Masa keluarnya darah ini pada
umumnya selama 40 hari, tetapi ada yang kurang dan ada pula yang lebih. Para ulama
menegaskan bahwa masa nifas yang paling lama adalah 60 hari sehingga darah nifas akan
terhenti setelah 60 hari. Apabila setelah 60 hari ibu nifas tetap mengeluarkan darah, maka
darah tersebut dihukumi darah istihādhah (penyakit).
Pada saat kondisi nifas, seorang ibu dipandang sedang mengeluarkan darah atau
benda najis. Selama durasi 40 hari atau paling lama 60 hari, darah yang keluar bisa banyak,
sedikit, atau bahkan hanya berupa flek atau noda “darah”. Islam menilai bahwa nifas
adalah kondisi fitrah yang alamiah bagi ibu melahirkan. Dalam tinjauan medis, darah nifas
sebenarnya memiliki fungsi untuk meregenerasi (memulihkan kerusakan) alat reproduksi
ibu nifas. Oleh karena itu, kondisi keluarnnya daran nifas adalah sunnatullah atau sudah
merupakan kehendak Allah SWT. Karena kondisi ibu sedang mengalami kesakitan akibat
nifas, serta darah nifas termasuk najis, maka ibu nifas tidak boleh atau dilarang melakukan
ibadah yang bersifat mendekatkan diri kepada Allah Taala yang Mahasuci. Larangan
ibadah bagi ibu nifas mencakup semua ibadah shalat fardhu dan sunnah. Mereka tidak
perlu menggantinya apabila suci (Ibnu Hazm di dalam kitabnya al-Muhalla). Hal demikian
karena ibadah shalat dipersyaratkan suci dari hadas kecil dan hadas besar. Karena nifas
merupakan hadas besar, maka ibu nifas tidak diwajibkan untuk shalat. Adapun cara
menghilangkan hadas besar nifas adalah dengan mandi wajib.
Pada kasus bayi yang gugur dalam kandungan sehingga dilakukan kuret
(pengangkatan janin), biasanya terjadi pula nifas ketika kandungan melewati 4 bulan.
Menurut Ibnu Taimiyyah, apabila bayi yang gugur berbentuk manusia, maka darah yang
keluar dihukumi nifas sehingga ibu yang mengalami keguguran tidak boleh shalat dan
puasa. Namun, apabila belum berbentuk manusia, maka darah yang keluar dihukumi
kotoran atau najis dan ibu yang mengalami keguguran tetap diwajibkan untuk shalat dan
berpuasa atau meng-qadha shalat dan puasanya.
Tentang hal tersebut, Ibnu Taimiyah berkata, “Manakala seorang wanita mendapati
darah yang disertai rasa sakit sebelum masa minimal itu (80 atau 90 hari), maka darah
tersebut tidak dianggap sebagai nifas. Namun, jika sesudah masa minimal, maka dihukumi
darah nifas dan ia tidak shalat dan puasa. Kemudian apabila sesudah kelahiran ternyata
tidak sesuai dengan kenyataan (bayi belum berbentuk manusia), maka ia segera kembali
mengerjakan kewajiban. Namun, apabila bayi berbentuk manusia, maka tetap berlaku
hukum menurut kenyataan sehingga tidak perlu kembali mengerjakan kewajiban.” (Kitab
Syarhul Iqna‟)
Selain itu, darah yang keluar dari rahim baru disebut dengan nifas jika wanita
tersebut melahirkan bayi yang sudah berbentuk manusia. Jika seorang wanita mengalami
keguguran dan ketika dikeluarkan janinnya belum berwujud manusia, maka darah yang
keluar itu bukan darah nifas. Darah tersebut dihukumi sebagai darah penyakit (istihadhah)
yang tidak menghalangi dari shalat, puasa dan ibadah lainnya. Menurut Syekh Ibnu
Taimiyah, “Darah yang keluar dengan rasa sakit adalah darah nifas. Maksudnya, rasa sakit
karena melahirkan. Jika tidak disertai rasa sakit, maka darah itu bukan darah nifas”.
Menurut Syekh Yusuf al-Qaradhawi dalam kitab Fatwa Kontemporer, Allah Swt.
membebaskan ibu nifas dari kewajiban shalat dan puasa yang merupakan rukun Islam
karena rasa sakit yang ditanggungnya selama nifas. Namun, puasa Ramadhan tetap wajib
ditunaikan (di-qadha) setelah yang bersangkutan selesai menjalani masa nifas. Sedangkan
shalat yang ditinggalkan tidak wajib di-qadha. Syekh Yusuf al-Qaradhawi juga
menegaskan bahwa hukum nifas seperti halnya haid. Seorang wanita yang sedang nifas
ibarat sedang menderita suatu penyakit, sehingga mendapatkan keringanan dari Allah Swt.
Selama masa nifas itu, mereka seharusnya tidak dibebani dengan hal-hal yang
memberatkannya. Di beberapa negara Islam, kata Syekh al-Qaradhawi, wanita yang
sedang nifas biasanya dihormati dan dilayani sampai kesehatannya pulih seperti keadaan
semula.

2. Tuntunan Islam dalam Pemberian ASI (Air Susu Ibu)


Karena berbagai alasan, masih banyak ibu yang ragu untuk menyusui bayinya.
Sebagian karena takut nutrisi ASI tidak bisa mencukupi kebutuhan si kecil, sebagian
lainnya khawatir aktivitasnya akan terganggu karena menyusui. Padahal, WHO (World
Health Organization/Organisasi Kesehatan Dunia) merekomendasikan ASI sebagai satu-
satunya makanan pokok bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya. Pemberian ASI pun
disarankan untuk berlanjut hingga anak berusia 2 tahun disertai dengan pemberian
Makanan Pendamping ASI (MPASI).
Namun bagaimana pandangan Islam tentang menyusui? Apakah itu wajib untuk
seorang muslimah? Islam memberikan tuntunan kepada ibu yang melahirkan untuk
memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayinya sejak dini, ketika ibu sudah mengeluarkan
kolostrum. Kolostrum adalah ASI yang keluar pertama kali yang berwarna kekuningan dan
kental. Cairan ini banyak mengandung antibodi penghambat pertumbuhan virus dan
bakteri, protein, vitamin A dan mineral sehingga sangat penting untuk segera diberikan
pada bayi ketika ia lahir.
Dikutip dari buku Keluarga Sejahtera dan Kesehatan Reproduksi Dalam Pandangan
Islam yang disusun KH. Abdullah Hasyim dkk., bayi sebaiknya segera disusui oleh ibunya,
setidaknya dalam 30 menit pertama setelah dilahirkan. Biarkan bayi mengisap puting susu
meski ASI belum keluar. Al-Quran pun sudah memaparkan dengan jelas perkara menyusui
ini. Di dalam Surat Al-Baqarah ayat 233 dijelaskan bahwa menyusui selama dua tahun
akan menyempurnakan masa penyusuan.
ِ ُ‫الرضاعةَ ۖ وعلَى الْمول‬
‫ود لَوُ ِرْزقُ ُه َّن َوكِ ْس َوتُ ُه َّن‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ َ َ َ َ َ َّ ‫ات يُْرض ْع َن أ َْوََل َد ُى َّن َح ْولَ ْْي َكاملَ ْْي ۖ ل َم ْن أ ََر َاد أَ ْن يُت َّم‬ ُ ‫َوالْ َوال َد‬
‫ث ِمثْ ُل‬ ِ ‫وف ۖ ََل تُ َكلَّف نَ ْفس إََِّل وْعها ۖ ََل تُض َّار والِ َدة بِولَ ِدىا وََل مولُود لَو بِولَ ِد ِه ۖ وعلَى الْوا ِر‬ ِ ‫بِالْمعر‬
َ ََ َ ُ َْ َ َ َ َ َ ََ ْ ُ ُ ُْ َ
‫اح َعلَْي ِه َما ۖ َوإِ ْن أ ََرْد ُْت أَ ْن تَ ْستَ ْر ِضعُوا أ َْوََل َد ُك ْم فَ َل‬ ِ ِ ِ
َ ‫ك ۖ فَِإ ْن أ ََر َادا ف‬
َ َ‫ص ًاَل َع ْن تَ َراض مْن ُه َما َوتَ َش ُاور فَ َل ُجن‬ َ ‫َٰذَل‬
‫صي‬ ِ ‫اَلل ِِبَا تَعملُو َن ب‬ َّ ‫اَللَ َو ْاعلَ ُموا أ‬
َّ ‫وف ۖ َواتَّ ُقوا‬ِ ‫جنَاح علَي ُكم إِذَا ْلَّمتم ما آتَيتم بِالْمعر‬
َ َ ْ ََّ ‫َن‬ ُ ْ َ ْ ُْ َ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ َ ُ
Artinya: “Dan bagi para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi
makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma‟ruf. Seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu
disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
Tentang masa penyapihan bayi dari ASI ketika sudah mencapai dua tahun, Allah
Swt. juga berfirman, Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman, 31:14). Ayat ini
menegaskan tentang perintah Allah Swt. kepada manusia untuk berbuat baik atau berbakti
kepada orangtua, khsususnya ibu yang telah mengandungnya dengan susah payah dan
kondisi lemah, serta menyusuinya sampai 2 tahun. Karena itu, manusia diperintahkan
untuk bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orangtuanya.
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa Air susu ibu (ASI) adalah sebuah
cairan tanpa tanding ciptaan Allah untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan
melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat
gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling
baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama, ASI juga sangat kaya akan
sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem
saraf. Makanan-makanan tiruan untuk bayi yang diramu menggunakan tekhnologi masa
kini tidak mampu menandingi keunggulan makanan ajaib ini. Oleh karena itu, menyusui
adalah perintah langsung dari Allah Swt. Perintah tersebut akan sempurna jika ibu
menyusui anaknya selama dua tahun, sebagaimana dianjurkan pula oleh WHO.
Selain itu, dapat dipahami pula bahwa ASI adalah ungkapan kasih sayang Allah
Swt. sekaligus anugerah yang luar biasa terhadap setiap bayi yang terlahir ke muka bumi.
Pemberian ASI kepada bayi, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Suci Al-Qur‟an,
setidaknya menekankan bahwa Air Susu Ibu (ASI) sangat penting. Memang diakui masih
ada pendapat yang tidak mewajibkan pemberian ASI kepada bayi, maksudnya hanya
menganjurkan, tapi seorang muslimah yang memahami ayat-ayat Allah tersebut tentunya
akan lebih mengutamakan pemberian ASI tersebut. Sebab, dalam ayat-ayat tersebut dengan
tegas dianjurkan menyempurnakan masa penyusuan hingga dua tahun. Selain itu, menurut
para psikolog, pemberian ASI oleh ibu kepada bayinya akan memupuk kasih sayang serta
menciptakan hubungan emosional yang kuat antara Ibu dan anaknya. Hal ini sangat
penting bagi pertumbuhan anak ke depannya. Dalam tinjauan medis, pemberian ASI juga
dapat mencegah ibu dari berbagai penyakit ganas seperti kanker payudara. Sebuah riset
menyebutkan bahwa menyusui bisa mencegah 10 ribu hingga 20 ribu kematian karena
kanker payudara tiap tahunnya. Sebenarnya jika ditelisik lebih dalam, menyusui itu
sebenarnya mengurangi stress ibu. Saat menyusui, tubuh ibu akan melepaskan hormon
oksitosin. Sebagaimana diketahui, hormon oksitosin memiliki peran yang baik dalam
sistem reproduksi wanita serta proses kelahiran dan menyusui. Pada tubuh manusia,
hormon oksitosin dihasilkan di bagian hipotalamus pada otak dan dikeluarkan melalui
kelenjar pituitari yang terletak di bawahnya. Oksitosin sering disebut sebagai hormon cinta
karena berkaitan dengan perasaan cinta, kasih sayang, emosi yang baik, dan keterikatan
antarmanusia.
Perlu dipahami pula bahwa pemberian ASI oleh ibu sebenarnya merupakan kerja
tim antara suami dan istri. Sang suami atau ayah bayi harus berperan dalam pemberian ASI
tersebut. Ia harus berusaha mencukupi keperluan sandang dan pangan si ibu, agar si ibu
dapat menuyusi dengan baik. Keputusan untuk menyapih seorang anak sebelum waktu dua
tahun harus dilakukan dengan persetujuan bersama antara suami dan istri dengan
mengutamakan kepentingan terbaik bagi si bayi. Inspirasi utama dari pengambilan
keputusan ini harus didasarkan pada penghormatan kepada perintah Allah dan pelaksanaan
hukum-Nya, dan tidak bertujuan meremehkan perintah-Nya. Demikian pula jika seorang
ibu tidak bisa menyusui, dan diputuskan untuk menyusukan bayinya pada wanita lain,
sehingga haknya untuk mendapat ASI tetap tertunaikan.

3. Pandangan Islam tentang Makanan dan Minuman


Perawatan bagi ibu nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pemulihan
kesehatan, anjuran kebersihan, dan menghindari hal-hal yang tidak diperbolehkan. Pada
saat perawatan ini, ibu nifas dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
halal. Agama Islam menganjurkan kepada manusia, khususnya ibu nifas yang
membutuhkan pemulihan kesehatan pasca-bersalin, untuk memakan makanan yang halal
dan baik (halālan thayyiban). Makanan “halal” (halālan) ialah makanan yang diperoleh
dari usaha yang halal atau diridhai Allah. Sedangkan makanan yang “baik” ialah makanan
yang mengandung gizi yang cukup sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap individu.
Pada prinsipnya semua makanan dan minuman yang ada di dunia ini halal untuk
dimakan dan diminum kecuali ada larangan dari Allah, yaitu yang terdapat dalam Al
Qur‟an dan yang terdapat dalam hadis Nabi Muhammad Saw. Namun, terkadang pada
masa nifas, ada pantangan memakan makanan tertentu padahal Islam tidak melarang
makanan tersebut.
Setelah melahirkan, seorang ibu akan melewati masa pemulihan hingga seluruh
fungsi tubuh kembali normal seperti saat sebelum melahirkan. Masa ini berlangsung
kurang lebih 40 hari. Masa nifas tetap perlu mendapat perhatian penting sama seperti
ketika hamil. Terutama kebutuhan terhadap zat gizi dalam makanan yang sehat serta
kebutuhan cairan tubuh.
Dalam masyarakat kita, kebiasaan menghindari jenis makanan tertentu selama masa
nifas masih tetap ditemukan, kendati sudah tinggal di kota besar dan berpendidikan tinggi.
Bahkan, ada mitos yang dipercayai sebagai suatu kebenaran karena pengalaman orang lain.
Misalnya, ketika seorang ibu nifas setelah makan telur lalu jahitannya gatal gatal dianggap
telur adalah penyebab gatal pada luka jahitan. Padahal, memang sebelumnya ibu nifas
tersebut alergi telur.
Berikut ini adalah mitos yang sering ada pada ibu nifas dan alasan kesehatan
mengapa mitos tersebut tidak benar:
a. Ibu nifas tidak boleh makan ikan, telur, dan daging supaya jahitan cepat sembuh.
Pernyataan ini tidak benar. Pada ibu nifas, justru pemenuhan kebutuhan protein
semakin meningkat untuk membantu penyembuhan luka baik pada dinding rahim maupun
pada luka jalan lahir yang mengalami jahitan. Protein ini dibutuhkan sebagai zat
pembangun yang membentuk jaringan otot tubuh dan mempercepat pulihnya kembali luka.
Tanpa protein sebagai zat pembangun yang cukup, maka ibu nifas akan mengalami
keterlambatan penyembuhan bahkan berpotensi infeksi bila daya tahan tubuh kurang akibat
pantang makanan bergizi. Protein juga diperlukan untuk pembentukan ASI. Ibu nifas
sebaiknya mengkonsumsi minimal telur, tahu, tempe dan daging atau ikan bila ada.
Kecuali bila ibu nifas alergi dengan ikan laut tertentu atau alergi telur sejak
sebelum hamil, maka sumber protein yang menyebabkan alergi tersebut dihindari. Bila
memang alergi jenis protein tertentu misal ikan laut, Ibu nifas boleh mencari ganti sumber
protein dari daging ternak dan unggas juga dari protein nabati seperti kacang kacangan.
b. Ibu nifas tidak boleh makan yang berkuah dan tidak boleh banyak minum air
putih supaya jahitannya tidak basah
Pernyataan ini juga keliru. Tubuh ibu nifas membutuhkan banyak cairan terutama
mengganti cairan tubuh yang hilang baik saat mengalami perdarahan, keringat, untuk
pembentukan ASI. Bila cairan tubuh ibu nifas tidak tercukupi, maka akan terjadi
kekurangan cairan, mengalami panas dan produksi ASI sedikit.
Sebaiknya ibu nifas minum air putih yang cukup yaitu 2,5-3 liter perhari, disertai
dengan asupan susu maupun jus buah. Bila setiap selesai minum ibu nifas akan sering
buang air kecil justru lebih baik. Tidak perlu khawatir jahitan pada daerah perineum (luka
jahitan jalan lahir) akan basah dan tidak sembuh. Justru sebaliknya. Semakin sering
dibersihkan terutama dengan sabun dan air lalu dikeringkan setiap buang air kecil, maka
jahitan akan segera pulih.
Perawatan luka pada jalan lahir berbeda dengan jahitan pada bagian tubuh yang lain
misalnya pada tangan. Luka di jalan lahir dijahit dengan benang khusus yang cukup kuat
dan bagian dalam luka (otot) benangnya akan menyatu dengan tubuh sedangkan bagian
luar (kulit) jahitan akan lepas sendiri lalu mengering.
c. Ibu nifas tidak boleh makan buah-buahan selama menyusui karena bayi bisa diare
Pernyataan ini tidak benar. Konsumsi buah sangat baik untuk menjaga kebugaran
tubuh dan sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap mutu ASI. Jangan kuatir
mengkonsumsi buah tidak menyebabkan diare pada bayi. Selain itu ibu nifas juga
memerlukan asupan makanan berserat seperti buah dan sayur mayur untuk memperlancar
buang air besar. Pada ibu nifas kebutuhan serat sangat penting untuk membantu proses
pencernakan, Kadar vitamin dan air dalam buah juga sangat baik untuk menjaga kesehatan
tubuh. Misalnya air jeruk, buah pisang dan pepaya. Sebaiknya ibu nifas selalu menyertakan
menu buah setiap makan agar tidak mengalami sembelit.
d. Ibu nifas tidak boleh makan terlalu banyak supaya tetap langsing
Pernyataan ini tidak tepat. Pada ibu nifas, makanan bergizi dan porsi makan perlu
ditingkatkan lebih baik dari sebelum kehamilan. Sumber karbohidrat, lemak, vitamin
dan protein sangat dibutuhkan untuk proses pemulihan fisik ibu selama nifas dan melawan
infeksi. Selain itu, juga berguna untuk pembentukan ASI agar berlangsung lancar.
Langsing bukan dengan diet ketat pascabersalin, tetapi dengan melakukan senam nifas
dan menyusui bayi secara ekslusif tanpa bantuan susu formula. Dengan cara demikian,
pembakaran lemak pada tubuh akan berlangsung lebih baik dan ibu akan cepat ramping
kembali seperti saat sebelum hamil.
4. Fakta-Fakta di Lapangan tentang Ibu Nifas
Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang ibu nifas adalah sebagai berikut
1. Di dalam masyarakat, sering kali ditemukan ibu nifas atau suaminya yang mengabaikan
tentang masa nifas. Akibatnya, ada yang melakukan hubungan intim pada saat ibu nifas
belum tuntas masa nifasnya atau ketika alat reproduksinya belum pulih (meskipun darah
tidak keluar). Hal demikian dilarang dalam agama dan ilmu kesehatan.
2. Mandi wajib setelah masa nifas adalah mandi wajib yang disertai doa khusus, tetapi
pada kenyataannya, ada beberapa masyarakat yang setelah masa nifas hanya mandi
biasa tanpa ada niat khusus untuk membersihkan diri. Padahal, di dalam agama Islam,
mandi setelah nifas harus diawali dengan niat khusus untuk menghilangkan hadas besar
serta ada tata caranya.
3. Di masyarakat banyak mitos yang tidak benar tentang pantangan makan makanan
tertentu pada ibu nifas, padahal makanan dan minuman tersebut tidak dilarang untuk
dikonsumsi dalam Islam. Contohnya: ada ibu nifas yang tidak boleh makan ikan, telur,
dan daging supaya jahitannya cepat sembuh. Ada pula ibu nifas yang tidak makan
makanan yang berkuah dan tidak banyak minum air putih supaya jahitannya tidak
basah. Padahal, hal tersebut tidak dilarang. Ada pula ibu nifas yang tidak makan buah-
buahan selama menyusui karena takut bayinya diare.
4. Di masyarakat masih banyak ibu-ibu nifas yang tidak mau menyusui anaknya dengan
berbagai macam alasan seperti takut jika payudaranya menjadi kendor. Ada pula
anggapan bahwa susu formula lebih baik daripada ASI sehingga ibu lebih memilih
memberikan susu formula ketimbang ASI. Padahal, dalam Al-Quran ibu dianjurkan
untuk menyusui anaknya selama 2 tahun.

2. Menjelaskan tuntunan agama tentang pemberian ASI (Air Susu Ibu) kepada bayi.
3. Menjelaskan tuntunan agama tentang aneka makanan dan minuman yang halal dan
yang haram dikonsumsi.
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Bagaimanakah pandangan Islam tentang hukum ibadah bagi ibu nifas, khususnya
shalat dan puasa? Jelaskan!
2. Bagaimanakah hukum Islam tentang memberikan ASI oleh ibu kepada bayinya?
Jelaskan dengan mengutip dalil dari ayat Al-Quran, hadis, atau pendapat Ulama!
3. Sebutkan beberapa alasan seorang ibu tidak mau menyusui anaknya! Jelaskan
pandangan Anda tentang masalah ini!
4. Sebutkan beberapa manfaat ASI bagi ibu yang menyusui dan bayinya! Sejak kapan
ASI diberikan dan kapan disapih/dihentikan? Jelaskan secara komprehensif dari
perspektif agama Islam, medis/kedokteran, dan psikologi!
5. Jelaskan pandangan Anda tentang mitos-mitos yang berkembang di masyarakat
tentang pantangan makanan dan minuman bagi ibu nifas!

Untuk Non-Muslim
1. Bagaimanakah pandangan agama Anda tentang hukum ibadah bagi ibu nifas?
Jelaskan!
2. Bagaimanakah pandangan agama Anda tentang memberikan ASI oleh ibu kepada
bayinya? Jelaskan dengan mengutip dalil dari kitab suci agama Anda, atau pendapat
ahli agama!
3. Sebutkan beberapa alasan seorang ibu tidak mau menyusui anaknya! Jelaskan
pandangan Anda tentang masalah ini!
4. Sebutkan beberapa manfaat ASI bagi ibu yang menyusui dan bayinya! Sejak kapan
ASI diberikan dan kapan disapih/dihentikan? Jelaskan secara komprehensif dari
perspektif agama Anda, medis/kedokteran, dan psikologi!
5. Jelaskan pandangan Anda tentang mitos-mitos yang berkembang di masyarakat
tentang pantangan makanan dan minuman bagi ibu nifas!

Selamat mengerjakan. Terima kasih


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟anul Karim dan Terjemahnya


Abdullah Al-Qari bin HJ. Saleh, 2007, Amalan dan Wirid Mudah Bersalin, Al-Hidayah
Publisher
Abdullah Hasyim, Keluarga Sejahtera dan Kesehatan Reproduksi Dalam Pandangan
Islam.
Adi bin Yusuf Al-Azazi, 2005, Fath Al-Karim fi Ahkam Al-Hamil wa Al-Janin (Hamil
Siapa Takut), Pustaka Al-Kautsar
Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, 2007, Tahfatul-Maudud bi Ahkamil-Maulid (Fikih Bayi), Fikr
robbani Group
Ja‟far Al-Mathari bin „Abdul Rahman, 2000, Panduan Menyambut Kelahiran Bayi,
Jasmine Interprise
Muhammad Thalib, 2008, Ensiklopedi Keluarga Sakinah-Menyambut Sang Buah Hati,
Pro-U Media
Nauroh binti Abdurrahman & Ibrohim bin Sholih Al-Mahmud, 2008, Hadiyyah Lil Ummil
Jadiidah (Kado Spesial calon ibu), Al-Qowan Publishing
Yahya Abdurrahman Al-khatib, 2006, Ahkam al-Mar’ah al-Hamil Fi asy-Syariah al-
Islamiyah (Fikih wanita hamil), Qisthi Press

Anda mungkin juga menyukai