Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KOLABORATIF

PERLUKAAN JALAN LAHIR

Dosen Pembimbing :

Isrowiyatun Daiyah, S.ST,

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Fuji Astuti (P07124220023)

Masriah (P07124220035)

Nadia (P07124220038)

Putri Ahyana (P07124220055)

Refina Azzahra (P07124220058)

Suci Rahma Damayanti (P07124220067)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
mata kuliah tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak.


Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru
setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah bertema bahasa ini masih memerlukan


penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik
dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami
sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Banjarbaru, 13 Februari 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

A. LATAR BELAKANG ..............................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH ..........................................................................2
C. TUJUAN ...................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................3

BAB III PENUTUP ..............................................................................................9

A. KESIMPULAN .........................................................................................9
B. SARAN .....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laserasi atau robekan jalan lahir adalah robekan yang terjadi di
garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat
saat persalinan, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin
melewati panggul dengan ukuran yang lebih besar. (Putri, Maret 2020)

Penyebab morbiditas dan mortalitas ibu adalah infeksi pada masa


nifas dimana infeksi tersebut berawal dari ruptur perineum atau robekan
jalan lahir. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalian
pertama dan tidak jarang pada persalinan selanjutnya. Dampak dari
terjadinya ruptur perineum atau robekan jalan lahir pada ibu antara lain
terjadinya infeksi pada luka jahitan dimana dapat merambat pada saluran
kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada
munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan
lahir. (Putri, Maret 2020)

Salah satu beberapa faktor penyebab terjadinya ruptur perineum


terdiri atas faktor maternal, faktor janin, dan faktor penolong. Faktor janin
meliputi janin besar, posisi abnormal seperti oksipito posterior, presentasi
muka, presentasi dahi, presentasi bokong, distosia bahu dan anomali
kongenital seperti hidrosefalus. Faktor penolong meliputi cara memimpin
mengejan, cara berkomunikasi dengan ibu, keterampilan menahan
perineum pada saat ekspulsi kepala, episiotomi dan posisi meneran. Faktor
maternal meliputi primigravida, kelenturan perineum, odema perineum,
kesempitan pintu bawah panggul, kelenturan jalan lahir, mengejan terlalu
kuat, partus presipitatus, persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep, versi ekstraksi dan embriotomi, varikosa pada

1
pelvis maupun jaringan parut pada perineum dan vagina. (Putri, Maret
2020)

Salah satu upaya pencegahan terjadinya laserasi jalan lahir adalah


dengan melaksanakan asuhan persalinan normal sesuai prosedur. Asuhan
persalinan normal yang dilaksanakan tenaga kesehatan terutama bidan
bertujuan mencapai derajat kesehatan yang optimal serta menjaga
kelangsungan hidup bagi ibu dan bayi. Upaya-upaya yang dilakukan
melalui upaya terintegrasi dan komprehensif dengan intervensi yang
seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat optimal (Saifudin, 2011). Menurut World Health
Organization (WHO), (2016) 99% kematian ibu terjadi di Negara
berkembang. Rasio kematian ibu di negara –negara berkembang adalah
239/100.000 kelahiran hidup versus 12/100.000 kelahiran hidup di negara
maju. Hampir 75% penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan. Salah
satu penyebab perdarahan pada ibu bersalin yaitu laserasi jalan lahir.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya laserasi jalan lahir adalah usia,
perineum, tenaga ibu saat proses persalinan, faktor janin, waktu
dilakukanya episiotomi, dan penggunaan oxytocin. Maka dalam makalah
ini akan dibahas tentang perlukaan jalan lahir (Putri, Maret 2020)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah yang diambil
adalah untuk mengetahui tentang perlukaan jalan lahir

C. Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan
dan BBL serta mengetahui perlukaan jalan lahir

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlukaan Jalan Lahir


1. Definisi
Rupture perineum adalah perlukaan jalan lahir yang terjadi pada
saat kelahiran bayi baik menggunakan alat maupun tidak
menggunakan alat. Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada
perineum sewaktu persalinan. Keluhan ruptur perineum tidak hanya
berperan atau menjadi bagian penting dari proses persalinan, tetapi
juga diperlukan untuk mengontrol buang air besar dan buang air kecil,
menjaga aktivitas peristaltik normal (dengan menjaga tekanan intra
abdomen) dan fungsi seksual yang sehat. Rupture perineum terjadi
pada hampir semua persalinan pertama, dan tidak juga pada persalinan
berikutnya. Semua laserasi perineum, kecuali yang sangat super fisial
akan disertai perlukaan vagina bagian bawah dengan derajat yang
bervariasi. (Widia, 2017)

B. Penyebab
Rupture perineum merupakan penyebab kedua perdarahan post
partum setelah atonia uteri. Ruptur Perineum dapat terjadi pada persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Rupture
perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama, dan tidak juga
pada persalinan berikutnya. Semua laserasi perineum, kecuali yang sangat
super fisial akan disertai perlukaan vagina bagian bawah dengan derajat
yang bervariasi. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang
berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.
Kesalahan pada tekhnik mengejan juga bisa berdampak terjadinya robekan
perineum yaitu bilamana ibu bersalin mengejan sambil mengangkat
bokong, selain itu membuat proses mengejan tidak maksimal, juga bisa
memperparah robekan perineum (daerah antara vagina dan anus). Robekan

3
yang semacam itu dapat mencapai kedalaman tertentu itu sehingga
mengenai muskulus spinterani dan dapat meluas dalam dinding vagina
dengan berbagai kedalaman (Cunningham, et. al. 2006 dalam (Widia,
2017)).

Penyebab-penyebab terjadinya rupture perineum dibagi dua yaitu


penyebab maternal dan penyebab neonatal. Penyebab maternal yakni
primipara,partus presipitatus, Partus diselesaikan secara tergesa-gesa,
edema dan kerapuhan pada perineum, varikositas yang melemahkan
jaringan perineum, arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang
juga sempit sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior, peluasan
episiotomi sedangkan penyebab neonatal yakni Bayi besar yaitu bayi
>4000 gram, posisi kepala yang abnormal, misalnya presentasi muka
occipito posterior, kelahiran bokong/letak sungsang, ekstraksi forceps
yang sukar, distosia bahu, anomali konginetal, seperti hidrosepalus.
(Widia, 2017)

Bahaya distosia bahu sebagian besar diakibatkan ketidaktahuan


klinisi tentang menangani kedaruratan dengan tepat. Situasi ini
memberikan sedikit waktu untuk mengatasi masalah sebelum bayi
mengalami cedera atau kematian.

C. Gejala-Gejala dan Penanganannya


1. Gejala-Gejala
a. Janin besar
b. Diabetes maternal
c. Lewat waktu
d. Riwayat obstetri bayi besar
e. Riwayat keluarga dengan saudara kandung besar
f. Obesitas maternal
g. Riwayat obsterti kesulitan pelahiran atau distosia bahu sebelumnya

4
h. Disproporsi sefalopelvik
i. Fase aktif yang tidak tentu pada kala I persalinan
j. Kala II persalinan yang memanjang
k. Ada indikasi perlu rotasi midpelvis atau pelahiran dengan forsep
atau vakum ekstraktor
2. Penanganan/Penatalaksanaan
Penatalaksanaan rupture perineum terdiri dari penatalaksanaan
derajat I, robekan ini diperbaiki sesederhana mungkin, derajat II
robekan ini lebih dalam Pada robekan ini akan dilakukan perbaikan
lapis demi lapis, sedangkan derajat III dan IV biasanya dilakukan oleh
dokter umum atau dokter obgyn karena luka dalam bahkan hingga
rectum diperbaiki sama lapis demi lapis (Hidayat, AAA. 2007 dalam
(Widia, 2017)).
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah robekan
pada perineum saat bersalin adalah dengan atau pijat perineum. Pijat
perineum adalah salah satu cara yang paling kuno dan paling pasti
untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi
otot-otot dasar panggul. Jika sampai terjadi ruptur perineum, pemijatan
perineum dapat mempercepat proses penyembuhan perineum
(Beckmann and Andrea J, 2006 dalam (Mutmainah, April 2019)).
Pijat perineum adalah salah satu cara untuk meningkatkan
kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot dasar
panggul. Teknik ini, jika dilatih pada tahap akhir kehamilan (mulai
minggu ke-34) sebelum persalinan, juga akan membantu mengenali
dan membiasakan diri dengan jaringan yang akan dibuat rileks dan
bagian yang akan dilalui oleh bayi (Morgan, 2007 dalam (Mutmainah,
April 2019)).
Langkah-langkah penatalaksanaan :
a. Tetap tenang
b. Minta kesiapan upaya resusitasi bayi baru lahir dalam skala-
lengkap

5
c. Minta kesiapan untuk penanganan perdarahan post partum
d. Jelaskan secara singkat kepada ibu bahwa ada masalah pada
bayinya
e. Atur posisi wanita dalam posisi litotomi maksimal (perasat
McRobert)
f. Periksa posisi bahu
g. Jika bayi belum lahir. Istirahat sebentar (sekitar 40-45 detik)
h. Jika distosia persalinan didiagnosis sebagai akibat distosia bahu,
upayakan kembali melahirkan bayi dengan perasat McRoberts dan
tekanan suprapubis terarah sementara Anda memberikan tekanan
yang kuat, tetapi tidak berlebihan, ke arah bawah dan ke arah luar
pada sisi kepala bayi. Bayi akan dilahirkan setelah langkah ini jika
kondisinya adalah distosia bahu sedang.

D. Evidance Based
Lima benang merah dalam persalinan

1. Membuat keputusan klinik


7 langkah dalam membuat keputusan klinik :
a. Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan
b. Menginterprestasikan data dan mengidentifikasi masalah
c. Menetapkan diagnosa kerja atau merumuskan masalah
d. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan interpensi untuk mengatasi
masalah
e. Menyusun rencana pemberian asuhan atau interpensi untuk solusi
masalah
f. Melakukan asuhan atau interpensi terpilih
g. Memantau dan mengevaluasi efektivitas atau interpensi
2. Asuhan Sayang Ibu
Asuhan sayang ibu pada proses persalinan
a. Panggil ibu sesuai namanya,hargai ibu sesuai dengan martabatnya
b. Jelaskan asuhan mulai proses dan asuhan yang akan diberikan

6
c. Jelaskan asuhan persalinan pada ibu dan keluarganya
d. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau
khawatirnya
e. Dengarkan dan tanggapi rasa takut dan kekhawatiran ibu
f. Berikan dukungan dan besarkan hatinya dan tentramkan hati ibu
beserta keluarganya
g. Anjurkan ibu ditemani suami atau keluarganya
h. Ajarkan pada suami atau keluarga mengenai cara-cara bagaimana
mereka dapat mengurangi rasa nyeri dan memberikan dukungan
saat menjelang persalinan
i. Secara konsisten lakukan praktik-praktik yang dapat mencegah
infeksi
j. Hargai privasi ibu
k. Anjurkan ibu untuk melakukan berbagai macam posisi saat
persalinan
l. Anjurkan ibu untuk makan minum selama dalam proses persalinan
m. Hargai dan perbolehkan praktik tradisonal yang tidak merugikan
pasien
n. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin
o. Membantu memulai pemberian asi dalam 1 jam pertama setelah
proses persalinan
p. Siapkan rencana rujukan (jika perlu
3. Praktik Pencegahan Infeksi
Prosedur yang digunakan dalam pencegahan infeksi
a. Asepsis atau tintakan aseptik
b. Antisepsis
c. Dekontaminasi
d. Mencuci dan membilas
e. Desinfeksi
f. Desinfeksi tingkat tinggi
g. Sterilisasi

7
4. Manfaat dan cara pencatatan medik asuahan persalinan
5. Melakukan Rujukan
E. Peraturan dan Kewenangan Bidan
a. Ketentuan hukum bagi peran kewenangan bidan dalam melakukan
tindakan episiotomi yang diperluas, sekaligus penjahitan luka jalan
lahir pada penyulit persalinan normal pervaginam di bidan praktik
mandiri dan bidan praktik klinik bersalin.
Permenkes Nomor 1464 Tahun 2010 tidak mengatur kewenangan
bidan dalam melakukan episiotomi yang luas/diperluas, hanya
episiotomi dengan penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan tingkat II.
Namun bila bidan menghadapi kasus penyulit persalinan seperti
distosia bahu yang merupakan kegawatdaruratan kebidanan,
kewenangan tersebut bisa diberikan dengan tujuan penyelamatan
nyawa ibu dan janin seperti pada Pasal 10 ayat (3) butir (c), dan
sebagaimana disebutkan dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun
2009 Pasal 32.
Pada bidan praktik mandiri, tanggungjawab hukum berada pada diri
bidan sebagai tenaga kesehatan, ketika melakukan tindakan episiotomi
yang diperluas atau diperluas dengan indikasi kegawatdaruratan
dengan syarat bidan melakukan persetujuan tindak medis melalui
informed consent, ada izin keluarga dan yang terpenting tidak ada
dokter. Bila terdapat dokter pada bidan praktik mandiri, baik dokter
yang bisa diminta bantuannya atau di klinik bersalin dengan
penanggungjawab dokter maka kewenangan bidan dalam hal tersebut
tidak berlaku dan harus dirujuk ke dokter. Tetapi tindakan tersebut
dapat dilakukan bidan melalui delegasi atau pelimpahan wewenang
dari dokter kepada bidan melalui suatu delegasi yang tertulis
berdasakan Permenkes Nomor 512 Tahun 2007 Pasal 15.

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Laserasi atau robekan jalan lahir adalah robekan yang terjadi di
garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat
saat persalinan, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin
melewati panggul dengan ukuran yang lebih besar. (Putri, Maret 2020)
Lima benang merah dalam persalinan

1. Membuat keputusan klinik


2. Asuhan Sayang Ibu
3. Praktik Pencegahan Infeksi
4. Maaf dan cara pencatatan medik asuahan persalinan
5. Melakukan Rujukan

B. Saran
Diharapkan dari adanya makalah ini mahasiswa mampu lebih
mengetahui tentang perlukaan jalan lahir, dimana hal tersebut akan
membantu kita untuk lebih terampil dalam meningkatkan pengetahuan
tentang perlukaan jalan lahir.

Tentu dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan baik


dari kualitas maupun kuantitas, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak dan semoga
makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Mutmainah, H. d. (April 2019). PENCEGAHAN RUPTURE PERINEUM PADA


IBU BERSALIN DENGAN PIJAT PERINEUM. JURNAL KEBIDANAN,
Vol 5, No 2.
Putri, A. R. (Maret 2020). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya
Laserasi Jalan Lahir Pada Persalinan Normal. Indonesian Journal of
Midwifery (IJM), Volume 3 Nomor 1.
Widia, L. (2017). HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN
RUPTURE PERINEUM. Jurnal Darul Azhar, Vol; 3, No.1.
Buku ajar asuhan kebidanan/oleh Helen Varney, Jan M. Kriebs, Carolyn L.
Gegor; alih bahasa, Laily Mahmudah dan Gita Trisetyati ; Editor edisi
bahasa Indonesia, Esty Wahyuningsih ... ( et al.). Ed. 4 Jakarta : EGC, 2007.
2 Vol hlm.671-1230
Istri Utami, S.ST.,M.Keb. Enny Fitriahadi,S.Si.T.,M.Kes. 2019. Buku Ajar
Asuhan Persalinan dan Managemen Nyeri Persalinan. Universitas Aisyiyah
Yogyakarta
Hadiwijaya, Agnes Widanti dan Agus H. Rahim. 2016. PERAN BIDAN DALAM
KEWENANGAN TINDAKAN EPISIOTOMI YANG DIPERLUAS PADA
PRAKTEK SWASTA MANDIRI DAN KLINIK BERSALIN. SOEPRA Jurnal
Hukum Kesehatan, Vol. 2 | No. 1

10

Anda mungkin juga menyukai