Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Masriah (P07124220035)
Nadia (P07124220038)
2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
mata kuliah tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
ii
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN .........................................................................................9
B. SARAN .....................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laserasi atau robekan jalan lahir adalah robekan yang terjadi di
garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat
saat persalinan, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin
melewati panggul dengan ukuran yang lebih besar. (Putri, Maret 2020)
1
pelvis maupun jaringan parut pada perineum dan vagina. (Putri, Maret
2020)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah yang diambil
adalah untuk mengetahui tentang perlukaan jalan lahir
C. Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan
dan BBL serta mengetahui perlukaan jalan lahir
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Penyebab
Rupture perineum merupakan penyebab kedua perdarahan post
partum setelah atonia uteri. Ruptur Perineum dapat terjadi pada persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Rupture
perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama, dan tidak juga
pada persalinan berikutnya. Semua laserasi perineum, kecuali yang sangat
super fisial akan disertai perlukaan vagina bagian bawah dengan derajat
yang bervariasi. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang
berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.
Kesalahan pada tekhnik mengejan juga bisa berdampak terjadinya robekan
perineum yaitu bilamana ibu bersalin mengejan sambil mengangkat
bokong, selain itu membuat proses mengejan tidak maksimal, juga bisa
memperparah robekan perineum (daerah antara vagina dan anus). Robekan
3
yang semacam itu dapat mencapai kedalaman tertentu itu sehingga
mengenai muskulus spinterani dan dapat meluas dalam dinding vagina
dengan berbagai kedalaman (Cunningham, et. al. 2006 dalam (Widia,
2017)).
4
h. Disproporsi sefalopelvik
i. Fase aktif yang tidak tentu pada kala I persalinan
j. Kala II persalinan yang memanjang
k. Ada indikasi perlu rotasi midpelvis atau pelahiran dengan forsep
atau vakum ekstraktor
2. Penanganan/Penatalaksanaan
Penatalaksanaan rupture perineum terdiri dari penatalaksanaan
derajat I, robekan ini diperbaiki sesederhana mungkin, derajat II
robekan ini lebih dalam Pada robekan ini akan dilakukan perbaikan
lapis demi lapis, sedangkan derajat III dan IV biasanya dilakukan oleh
dokter umum atau dokter obgyn karena luka dalam bahkan hingga
rectum diperbaiki sama lapis demi lapis (Hidayat, AAA. 2007 dalam
(Widia, 2017)).
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah robekan
pada perineum saat bersalin adalah dengan atau pijat perineum. Pijat
perineum adalah salah satu cara yang paling kuno dan paling pasti
untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi
otot-otot dasar panggul. Jika sampai terjadi ruptur perineum, pemijatan
perineum dapat mempercepat proses penyembuhan perineum
(Beckmann and Andrea J, 2006 dalam (Mutmainah, April 2019)).
Pijat perineum adalah salah satu cara untuk meningkatkan
kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot dasar
panggul. Teknik ini, jika dilatih pada tahap akhir kehamilan (mulai
minggu ke-34) sebelum persalinan, juga akan membantu mengenali
dan membiasakan diri dengan jaringan yang akan dibuat rileks dan
bagian yang akan dilalui oleh bayi (Morgan, 2007 dalam (Mutmainah,
April 2019)).
Langkah-langkah penatalaksanaan :
a. Tetap tenang
b. Minta kesiapan upaya resusitasi bayi baru lahir dalam skala-
lengkap
5
c. Minta kesiapan untuk penanganan perdarahan post partum
d. Jelaskan secara singkat kepada ibu bahwa ada masalah pada
bayinya
e. Atur posisi wanita dalam posisi litotomi maksimal (perasat
McRobert)
f. Periksa posisi bahu
g. Jika bayi belum lahir. Istirahat sebentar (sekitar 40-45 detik)
h. Jika distosia persalinan didiagnosis sebagai akibat distosia bahu,
upayakan kembali melahirkan bayi dengan perasat McRoberts dan
tekanan suprapubis terarah sementara Anda memberikan tekanan
yang kuat, tetapi tidak berlebihan, ke arah bawah dan ke arah luar
pada sisi kepala bayi. Bayi akan dilahirkan setelah langkah ini jika
kondisinya adalah distosia bahu sedang.
D. Evidance Based
Lima benang merah dalam persalinan
6
c. Jelaskan asuhan persalinan pada ibu dan keluarganya
d. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau
khawatirnya
e. Dengarkan dan tanggapi rasa takut dan kekhawatiran ibu
f. Berikan dukungan dan besarkan hatinya dan tentramkan hati ibu
beserta keluarganya
g. Anjurkan ibu ditemani suami atau keluarganya
h. Ajarkan pada suami atau keluarga mengenai cara-cara bagaimana
mereka dapat mengurangi rasa nyeri dan memberikan dukungan
saat menjelang persalinan
i. Secara konsisten lakukan praktik-praktik yang dapat mencegah
infeksi
j. Hargai privasi ibu
k. Anjurkan ibu untuk melakukan berbagai macam posisi saat
persalinan
l. Anjurkan ibu untuk makan minum selama dalam proses persalinan
m. Hargai dan perbolehkan praktik tradisonal yang tidak merugikan
pasien
n. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin
o. Membantu memulai pemberian asi dalam 1 jam pertama setelah
proses persalinan
p. Siapkan rencana rujukan (jika perlu
3. Praktik Pencegahan Infeksi
Prosedur yang digunakan dalam pencegahan infeksi
a. Asepsis atau tintakan aseptik
b. Antisepsis
c. Dekontaminasi
d. Mencuci dan membilas
e. Desinfeksi
f. Desinfeksi tingkat tinggi
g. Sterilisasi
7
4. Manfaat dan cara pencatatan medik asuahan persalinan
5. Melakukan Rujukan
E. Peraturan dan Kewenangan Bidan
a. Ketentuan hukum bagi peran kewenangan bidan dalam melakukan
tindakan episiotomi yang diperluas, sekaligus penjahitan luka jalan
lahir pada penyulit persalinan normal pervaginam di bidan praktik
mandiri dan bidan praktik klinik bersalin.
Permenkes Nomor 1464 Tahun 2010 tidak mengatur kewenangan
bidan dalam melakukan episiotomi yang luas/diperluas, hanya
episiotomi dengan penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan tingkat II.
Namun bila bidan menghadapi kasus penyulit persalinan seperti
distosia bahu yang merupakan kegawatdaruratan kebidanan,
kewenangan tersebut bisa diberikan dengan tujuan penyelamatan
nyawa ibu dan janin seperti pada Pasal 10 ayat (3) butir (c), dan
sebagaimana disebutkan dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun
2009 Pasal 32.
Pada bidan praktik mandiri, tanggungjawab hukum berada pada diri
bidan sebagai tenaga kesehatan, ketika melakukan tindakan episiotomi
yang diperluas atau diperluas dengan indikasi kegawatdaruratan
dengan syarat bidan melakukan persetujuan tindak medis melalui
informed consent, ada izin keluarga dan yang terpenting tidak ada
dokter. Bila terdapat dokter pada bidan praktik mandiri, baik dokter
yang bisa diminta bantuannya atau di klinik bersalin dengan
penanggungjawab dokter maka kewenangan bidan dalam hal tersebut
tidak berlaku dan harus dirujuk ke dokter. Tetapi tindakan tersebut
dapat dilakukan bidan melalui delegasi atau pelimpahan wewenang
dari dokter kepada bidan melalui suatu delegasi yang tertulis
berdasakan Permenkes Nomor 512 Tahun 2007 Pasal 15.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laserasi atau robekan jalan lahir adalah robekan yang terjadi di
garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat
saat persalinan, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin
melewati panggul dengan ukuran yang lebih besar. (Putri, Maret 2020)
Lima benang merah dalam persalinan
B. Saran
Diharapkan dari adanya makalah ini mahasiswa mampu lebih
mengetahui tentang perlukaan jalan lahir, dimana hal tersebut akan
membantu kita untuk lebih terampil dalam meningkatkan pengetahuan
tentang perlukaan jalan lahir.
9
DAFTAR PUSTAKA
10