Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN REMAJA

PENELITIAN JURNAL REMAJA TENTANG


ANEMIA

Dosen Pengampu :
Rafidah, S.Si.T, M.Kes
Disusun Oleh
Kelompok 1
Aisha Salsabila Rahmah ( P07124220002 )
Charisma Nurul Hidayani ( P07124220014 )
Fanisa Salsabila Putri ( P07124220020 )
Nadia ( P07124220038 )
Novia Randa Acin Mangkole ( P07124220048 )
Reygina Tasya Kamila ( P07124220059 )
Suci Rahma Damayanti ( P07124220067)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEBIDANAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Anemia”
 Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang “Anemia”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat demi masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
 Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.

Banjarbaru, 25 Agustus 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Anemia..........................................................................................................3
B. Jenis-Jenis Anemia..........................................................................................................3
C. Penyebab Anemia Pada Remaja Putri.............................................................................4
D. Dampak Anemia Pada Remaja Putri...............................................................................4
E. Analisis Data Review Jurnal...........................................................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................................16
B. Saran .............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan tahapan kritis kehidupan, sehingga periode itu
dikategorikan rawan dan mempunyai risiko kesehatan tinggi. Salah satu masalah gizi
utama yang juga banyak dialami oleh remaja adalah Anemia. Anemia adalah keadaan
dimana jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin dalam sel darah merah berada di
bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang mengangkut oksigen dari
paru-paru dan mengantar ke seluruh tubuh. Remaja adalah salah satu kelompok rentan
anemia karena mengalami pertumbuhan sangat pesat disertai kegiatan-kegiatan jasmani
dan olahraga juga pada kondisi puncaknya.
Anemia defisiensi besi pada remaja masih menjadi masalah. Jika tidak diobati, itu
akan berlanjut sampai dewasa dan berkontribusi besar terhadap angka kematian ibu,
kelahiran prematur, dan bayi dengan berat lahir rendah.
Anemia banyak terjadi terutama pada usia remaja baik kelompok pria maupun
wanita. Indonesia sendiri prevalensi anemia yng didapatkan masih cukup tinggi, dimana
data depkes tahun 2009 didapatkan angka kejadian anemia pada remaja putri mencapai
presentasi 33,7 %. Sedangkan angka kejadian anemia di jawa tengah mencapai presentasi
sebesar 30,4 % dan disemarang sendiri angka kejadian anemia pada remaja mencapai 26
%. berdasarkan survey awal yang telah dilakukan di SMP Muhammadiyah 3 Semarang
dari 55 siswi terdapat 5 siswi dengan status gizi baik tetapi mempunyai riwayat anemia.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Anemia?
2. Apa saja jenis-jenis anemia?
3. Apa penyebab anemia pada remaja putri?
4. Apa saja dampak anemia pada remaja putri?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anemia
2. Untuk mengetahui jenis-jenis anemia
3. Untuk mengetahui penyebab anemia pada remaja putri
4. Untuk mengetahui apa saja dampak anemia pada remaja putri

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anemia
Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) seseorang dalam
darah lebih rendah dari normal. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang berisiko
menderita anemia. Berbagai penelitian di beberapa daerah di Indonesia masih menunjukkan
tingginya prevalensi anemia pada remaja putri. Berdasarkan hasil skrining tahunan yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan terhadap siswa putri tingkat SMP dan SMA diperoleh
prevalensi anemia yang juga tinggi.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah berada di bawah
batas normal. Pada remaja putri, batas kadar hemoglobin untuk anemia adalah 12 g/dl."
B. Jenis-Jenis Anemia
1) Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia yang paling banyak terjadi utamanya pada remaja putri adalah anemia akibat
kurangnya zat besi.
2) Anemia Defisiensi Vitamin C
Anemia defisiensi vitamin C disebabkan oleh kekurangan vitamin C yang berat dalam
jangka waktu lama.
3) Anemia Makrositik
Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12 atau asam folat.
4) Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan jauh lebih cepat dari normal
dimana umur sel darah merah normalnya adalah 120 hari.
5) Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai
dengan sel darah merah yang berbentuk sabit, kaku, dan anemia hemolitik kronik.
6) Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan jenis anemia yang berbahaya, karena dapat mengancam jiwa.

3
C. Penyebab Anemia Pada Remaja Putri
Penyebab utama adalah meningkatnya kehilangan sel darah merah dan gangguan atau
penurunan pembentukan sel. Meningkatnya kehilangan sel darah merah dapat disebabkan
oleh perdarahan dan penghancuran sel. Perdarahan dapat disebabkan oleh trauma atau luka,
perdarahan kronik karena polip pada kolon, penyakit keganasan, hemoroid, dan menstruasi
yang abnormal.
Menurut Depkes RI (2008), penyebab anemia pada remaja putri dan wanita adalah:
1. Pada umumnya konsumsi makanan nabati pada remaja putri dan wania tinggi,
dibandingkan dengan makanan hewani sehingga kebutuhan Fe tidak terpenuhi.
2. Sering melakukan diet (pengurangan makan) karena ingin langsing dan mempertahankan
berat badannya
3. Remaja putri dan wanita mengalami menstruasi tiap bulan yang membutuhkan zat besi tiga
kali lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki (Nursari, 2009).
Menurut Depkes RI, penyebab anemia gizi karena kurangnya zat besi atau Fe dalam
tubuh karena pola konsumsi masyarakat Indonesia, terutama wanita kurang mengkonsumsi
sumber makanan hewani yang merupakan sumber heme iron yang daya serapnya lebih >
15%.
D. Dampak Anemia Pada Remaja Putri
Dampak yang ditimbulkan akibat anemia terjadi pada perkembangan fisik dan psikis
yang terganggu, penurunan kerja fisik dan daya pendapatan, penurunan daya tahan terhadap
keletihan, peningkatan angka kesakitan dan kematian.
Menurut Depkes RI dampak anemia adalah sebagai berikut:
1. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar
2. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal
3. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati 4. Mengakibatkan muka pucat.

4
ANALISIS DATA REVIEW JURNAL

1. Jurnal Pertama
A. Identitas Jurnal
Judul : Kebiasaan sarapan pagi berhubungan dengan kejadian anemia pada
remaja
Penulis : Ummi kalsum
Tahun : 2016
Jurnal : Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains Volume 18, Nomor 1, hal.
09-19
B. Metode Penelitian
Populasi : Siswa SMA 8 Kabupaten Muaro Jambi
Sampel : Siswa-siswi kelas 10 yang berumur antara 14-18 tahun dengan jumlah
sebanyak 180 orang.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross sectional.
Variabel :
 Variabel Independent : Pola makan sehari-hari yang meliputi
frekuensi makan, kebiasaan sarapan pagi, kebiasaaan diet, kebiasaan
mengkonsumsi makanan penghambat dan peningkat absorbsi zat besi
(fe), pengetahuan remaja tentang anemia, status pekerjaan ayah,
pendidikan ayah dan status bekerja ibu.
 Variabel Dependent : Anemia remaja dengan kriteriakadar hb < 12
gr/dl
C. Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui prevalensi anemia pada siswa SMA 8 Kabupaten Muaro Jambi dan
faktorfaktor yang berkaitan
D. Hasil Penelitian
1. Hasil analisis bivariate terlihat bahwa remaja dengan ayah yang bekerja informal dan
tidak bekerja mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk terkena anemia

5
dibandingkan dengan remaja dengan ayah yang bekerja pada sektor formal berturut-
turut nilai OR= 1,25 dan 1,12 namun secara statistik belum terbukti
bermakna.Demikian pula remaja dengan ayah berpendidikan rendah mempunyai
kecenderungan berpeluang lebih besar untuk anemia dibandingkan remaja dengan
ayah yang berpendidikan tinggi namun juga belu signifikan (P-value = 0,09). Remaja
dengan ibu yang bekerja mempunyai kecenderungan terproteksi terhadap anemia
(OR= 0,79) dibandingkan remaja dengan ibu yang tidak bekerja. Remaja perempuan
mempunyai peluang yang jauh lebih besar untuk terkena anemia (OR = 6,4) kali
dibandingkan remaja laki-laki, dan hal ini terbukti signifikan secara statistic
2. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Permaesih dan Herman yang
menemukan ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan pagi dengan
kejadian anemia pada remaja di Indonesia (P-value = 0,0057), dimana besar risiko
relatif adalah 1,6 kali. Hal ini berarti bahwa remaja yang tidak melakukan sarapan pagi
mempunyai risiko untuk terkena anemia hampir dua kali lebih besar dibandingkan
remaja yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi. Juga senada dengan penelitian
Wijiastuti di Tsanawiyah Cipondoh, yang menemukan hubungan yang bermakna
antara sarapan pagi dengan kejadian anemia pada remaja putri. Hal ini didukung oleh
pernyataan Roizen, dimana remaja jangan melewatkan sarapan karena sarapan
mempercepat metabolisme dan mempersiapkan remaja menjalani hari dengan baik.
E. Pembahasan
1. Rata-rata kadar hemoglobin pada siswa SMA Negeri 8 Muaro Jambi adalah 12,1 gr/dl.
Rata-rata kadar Hb ini sama dengan nilai normal untuk kelompok orang menurut umur
dan jenis kelamin dimana kadar Hb normal >= 12 gr%. Rata-rata kadar Hb dari hasil
penelitian ini lebih rendah dari hasil Riskesdas 2007 dimana rata-rata nilai kadar
hemoglobin anak-anak umur <= 14 tahun di Provinsi Jambi adalah 12,75 gr/dl; rata-
rata pada perempuan dewasa adalah 13,33 gr/dl dan pada laki-laki dewasa 15,25 gr/dl.
2. Remaja mempunyai kebiasaan tidak sarapan lebih besar (60%) dibandingkan mereka
yang sarapan, frekuensi makan 65% remaja >= 3 kali/hari, mempunyai kebiasaan tidak
mengkonsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi sebesar 72,2% lebih besar
dari yang mengkonsumsinya, mempunyai kebiasaan konsumsi sumber makanan
peningkat serapan zat besi sebesar 70% lebih besar dari yang tidak konsumsi,

6
mempunyai kebiasaan konsumsi makanan sumber protein baik hewani atau nabati
sebesar 72,2%, tidak punya pantangan makanan tertentu sebesar 73,9% dan tidak
melakukan diet tertentu sebesar 87,2%.
3. Sebaiknya remaja melakukan sarapan pagi dengan makanan yang mengandung gizi
lengkap terutama karbohidrat, lemak dan protein sepertiga porsi makan siang terdiri
dari nasi dan lauk pauk atau roti dengan isi selai atau daging. Remaja di SMAN 8
Muaro Jambi masih banyak yang tidak melakukan sarapan yaitu mencapai 60%. Data
tersebut menunjukkan bahwa remaja masih banyak tidak melakukan sarapan dirumah
dengan makanan bergizi sebelum berangkat ke sekolah dan hanya makan atau
minuman jajanan di sekolah berupa cemilan atau makanan lainnya
4. Pada penelitian ini menggunakan titik potong >= 75% untuk remaja dengan
pengetahuan baik, dimana hanya 10% saja remaja yang mempunyai tingkat
pengetahuan yang baik tentang anemia. Meskipun demikian terlihat adanya
kecenderungan perbedaan proporsi menurut tingkat pengetahuan remaja terhadap
kejadian anemia. Remaja yang mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah sedikit
lebih banyak yang terkena anemia dibandingkan yang memiliki tingkat pengetahuan
tinggi. Namun secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan
5. Hasil studi ini mendukung teori dimana bila ayah berpendidikan rendah maka
mempunyai kecenderungan untuk mempunyai pekerjaan dengan pendapatan yang
tidak tetap. Remaja yang mempunyai ayah yang bekerja pada sektor informal
cenderung berisiko lebih tinggi untuk terkena anemia dibandingkan remaja yang
mempunyai ayahyang bekerja sebagai PNS/ABRI/ Polri (sektor formal) yang
pendapatannya relatif tetap dan dapat diperhitungkan setiap bulan. Pengaruh
kemiskinan dengan kemampuan membeli makanan telah diketahui secara luas. Faktor
yang paling besar peranannya terhadap status gizi (kejadian anemia) adalah tingkat
sosial ekonomi. Sosial ekonomi sangat erat kaitannya dengan konsumsi makanan
keluarga atau individu. Keadaan finansial berpengaruh terhadap makanan yang
disediakan. Keluarga dari kalangan ekonomi tinggi lebih mampu menyediakan
makanan beraneka ragam dan memenuhi kebutuhan gizi dibandingkan keluarga dari
kalangan ekonomi rendah. Orang yang tergolong dalam kelompok kelas sosial yang
lebih tinggi dan dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung mempunyai pola

7
makan yang lebih sehat. Pendapatan dan jumlah uang yang akan dibelanjakan untuk
membeli makanan juga merupakan faktor penting dalam pemilihan makanan. Hal ini
sangat dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi seseorang. Tingkat sosial ekonomi
keluarga sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan ayah, tingkat pendidikan ayah serta
status bekerja ibu.
F. Pandangan pembaca
1. Terdapat tabel hasil penelitian
2. Pada jurnal sudah mencantumkan hasil dari penelitian sebelumnya (peneliti lain)
sebagai pembanding hasil dari penelitian yang akan dilakukan
3. Pada jurnal sudah mencantumkan saran bagi peneliti selanjutnya maupun institusi
terkait yang dijadikan tempat penelitian.

2. Jurnal Kedua

A. Identitas Jurnal
Judul : Anemia Gizi Besi pada Remaja putri di wilayah Kabupaten Banyumas
Penulis : Hesti Permata Sari, Endo Dardjito, Dian Anandari
Tahun : 2016
Jurnal : Jurnal Kesmas Indonesia,Volume 8 No 1, Januari 2016, Hal 16-31

B. Metode Penelitian
Populasi : 30 remaja Siswa SMA Negeri 2 Purwokerto
Sampel : 120 remaja putri, dengan rincian 70 berasal dari sekolah di perkotaan dan
50 berasal dari sekolah di perdesaan. Sebagian besar sampel berusia sama
antara kota dan desa, yaitu 16 tahun, dengan usia terendah 15 dan tertinggi
17 tahun.
Metode : Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan
menggunakan desain cross sectional.
Variabel : Data dianalisa secara univariat untuk melihat karakteristik sampel.
Analisis bivariate menggunakan analisis chi-square menggunakan tingkat
signifikansi α = 5% untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas
dengan variable terikat.
C. Tujuan Penelitian

8
Untuk mengetahui faktor risiko kejadian kejadian anemia anemia balita perempuan
remaja di daerah perkotaan dan perdesaan Banyumas.
D. Hasil Penelitian
1. Berdasarkan uji bivariat, tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara
faktor status gizi terhadap dengan kejadian anemia gizi besi pada remaja putri di
perkotaan (p=0,532) maupun perdesaan (p=0,269). Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Gupta et al., (2012) di India yang menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara IMT terhadap anemia pada remaja putri. Begitu pula dengan
penelitian Penelitian oleh Hanafi et al., (2013) bahwa tidak ada hubungan signifikan
antara status hemoglobin dengan indeks massa tubuh pada remaja putri (P=0,902).
2. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara
faktor citra diri terhadap dengan kejadian anemia gizi besi pada remaja putri di
perkotaan (p=0,798). Hasil serupa juga ditunjukkan oleh penelitian Goswani et al.,
(2012). Dalam penelitiannya Goswami et al., (2012), mengemukakan bahwa tidak ada
hubungan antara citra tubuh dengan anemia pada populasi yang diteliti (P=0,860).
Citra tubuh berhubungan secara tidak langsung dengan anemia gizi besi, dimana citra
tubuh mempengaruhi perilaku makan, perilaku makan berkaitan dengan pemilihan
makanan. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahayu (2012) yang menyatakan ada
hubungan perilaku makan dengan tingkat konsumsi zat besi.
3. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan antara periode menstruasi
dengan kejadian anemia gizi besi baik di perkotaan maupun perdesaan. hal serupa juga
terjadi pada analisis bivariat untuk lama menstruasi, dimana hubungan antara lama
menstruasi dengan kejadian anemia gizi besi tidak bermakna baik di perkotaan
maupun perdesaan. sebagian besar responden baik yang anemia maupun tidak anemia
menunjukkan siklus dan lama menstruasi yang normal. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Dian (2011) dalam penelitiannya di SMA N 2 Semarang, yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pola menstruasi dengan kejadian anemia.
Tidak adanya hubungan siklus dan lama menstruasi dengan kejadian anemia gizi besi
diduga karena pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran banyaknya darah yang
keluar selama menstruasi.

9
4. Uji bivariat menunjukkan bahwa asupan protein pada remaja putri diperkotaan
berhubungan dengan kejadian anemia gizi besi (p=0,0008) dengan nilai OR= 0,821
memperlihatkan bahwa remaja yang konsumsi proteinnya baik akan berisiko 0,821
lebih rendah untuk mengalami anemia dibanding dengan remaja yang asupan
proteinnya kurang. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian serupa
yang pernah dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Hesti P, Anemia Gizi
Besi Pada Remaja Putri 25 (2011) menunjukkan bahwa asupan protein berpengaruh
terhadap kejadian anemia gizi besi pada remaja. Lebih lanjut Fridiyanti (2000)
menyatakan dalam penelitiannya bahwa remaja yang kekurangan protein berisiko 3,48
kali lebih besar mengalami anemia daripada remaja yang tidak mengalami kekurangan
asupan protein. (Fridiyanti, 2000). Namun hasil tersebut berbeda dengan analisis
bivariat hubungan asupan protein dengan kejadian anemia diperdesaan (p>0.005).
5. Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa remaja putri diperkotaan yang memiliki asupan
zat besi yang kurang akan berisiko 33,5 kali lebih tinggi untuk mengalami anemia gizi
besi dibandingkan dengan remaja yang memiliki asupan zat besi yang baik. Hasil ini
tidak sama dengan uji untuk remaja diperdesaan. Hal ini terjadi karena hasil recall
asupan zat besi responden di perdesaan 100% memiliki asupan kurang sehingga tidak
dapat dilakukan analisis
6. Hasil recall, sebanyak 60% remaja putri perkotaan dan 56% remaja putri perdesaan
memiliki asupan vitamin A baik. Sebanyak 88,6% remaja putri perkotaan dan 92%
remaja putri perdesaan memiliki asupan vitamin C kurang. Penelitian Webster
menunjukkan bahwa asupan sayur dan buah pada remaja putri rendah, hanya 7,2%
remaja putri yang memenuhi asupan sayur dan buah (Webster, 2012). Sayur dan buah
tersebut banyak mengandung vitamin A dan C yang dapat membantu penyerapan zat
besi yang berguna untuk mencegah anemia.
7. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan asupan vitamin A dengan
kejadian anemia gizi besi baik di perkotaan (p=1,000) maupun perdesaan (p=0,126).
Hasil serupa juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Zakiyah (2009)
yang menunjukkan hasil yang sama yaitu asupan vitamin A tidak memiliki hubungan
dengan kejadian anemia dengan taraf signifikansi 0,102.

10
8. Analisis bivariat menunjukkan bahwa hubungan asupan vitamin C dengan kejadian
anemia gizi besi pada remaja putri tidak memiliki hubungan yang bermakna baik
analisis remaja putri perkotaan (p=1,000) maupun perdesaan
9. Penelitian Farida (2006) yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan kejadian anemia dengan P=0,358 pada remaja putri. Penelitian
lainnya yang sejalan adalah Ikhmawati (2013), menunjukkan hasil uji P=0,233 lebih
besar dari 0,05 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang
anemia terhadap kadar hemoglobin. Penelitian Verma et al.,(2004) di India
menunjukkan tidak ada hubungan signifikan pengetahuan tentang anemia dengan
anemia pada remaja putri.
10. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan pendapatan orang tua
dengan kejadian anemia gizi besi baik di perkotaan maupun perdesaan. Pada penelitian
Rahayu (2012) menyatakan bahwa tingkat pendapatan yang cukup belum tentu
menjamin baiknya asupan. karena tingkat pendapatan belum tentu teralokasikan cukup
untuk keperluan makan.
E. Pembahasan
1. Status gizi dalam penelitian ini dikategorikan kurus, normal, gemuk, dan sangat
gemuk. Mayoritas remaja di perkotaan, yaitu sebanyak 88,6% memiliki status gizi
normal, tidak terdapat remaja putri dengan status gizi kurus. Status gizi remaja di
perdesaan lebih bervariasi meskipun mayoritas remaja putri di perdesaan juga
memiliki status gizi normal, yaitu sebanyak 80%.
2. Besarnya zat besi yang hilang pada saat menstruasi tergantung pada banyaknya jumlah
darah yang keluar setiap periode menstruasi. Kehilangan besi mengakibatkan
cadangan besi semakin menurun, keadaan ini disebut iron depleting state (Bakta,
2006). Banyaknya darah yang keluar berpengaruh pada kejadian anemia karena remaja
putri tidak mempunyai persediaan zat besi yang cukup dan absorpsi zat besi yang
rendah ke dalam tubuh sehingga tidak dapat menggantikan zat besi yang hilang selama
menstruasi.Semakin pendek siklus menstruasi serta semakin lama periode menstruasi
seorang remaja putri, maka kehilangan zat besi yang dialami akan semakin besar
3. Apabila jumlah zat besi dalam bentuk simpanan cukup, maka kebutuhan untuk
pembentukan sel darah merah dalam sumsum tulang akan selalu terpenuhi. Namun

11
bila asupan makanan yang mengandung zat besi kurang dalam jangka panjang, maka
simpanan besi dalam tubuh pun akan berkurang, akibatnya kadar hemoglobin darah
turun. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya anemia gizi besi.
4. Panth et al (2008) menyatakan dalam upaya peningkatan kadar hemoglobin,
pemberian asupan zat besi atau vitamin A saja tidak mampu meningkatkan kadar
hemoglobin secara signifikan. Hal ini dikarenakan jika salah satu asupan zat gizi
tersebut tidak adekuat maka akan terjadi gangguan dalam pembentukan butirbutir
darah (hematopoiesis) yaitu pembentukan molekul hemoglobin. Hal ini diperkuat oleh
penelitian Ahmed et al (2006) menyatakan bahwa pemberian asupan atau suplemen
vitamin A pada perempuan Nepal tidak mampu mengatasi kekurangan zat besi yang
adekuat.
F. Pandangan pembaca
1. Terdapat tabel hasil penelitian
2. Pada jurnal sudah mencantumkan hasil dari penelitian sebelumnya (peneliti lain)
sebagai pembanding hasil dari penelitian yang akan dilakukan
3. Pada jurnal sudah mencantumkan saran bagi peneliti selanjutnya maupun institusi
terkait yang dijadikan tempat penelitian.

3. Jurnal Ketiga

A. Identitas Jurnal
Judul : Hubungan Antara Status Gizi dengan Anemia pada Remaja Putri
Penulis : Cahya Daris Tri Wibowo,Harsoyo Notoatmojo, Afiana Rohmani
Tahun : 2013
Jurnal : Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Volume 1 Nomor 2, Hal 1-5
B. Metode Penelitian
Populasi : Siswa SMP Muhammadiyah 3 Semarang
Sampel : 5 ( lima ) siswa siswi dari 55 sisawa siswi Sekolah Menengah Pertama
Muhammadiyah 3 Semarang
Metode : Penelitian yang dilakukan ini bersifat penelitian analitik observasional
dengan pendekatan cross sectional.
Variabel :

12
 Variabel Independent : Tingkat pengetahuan remaja putri terhadap
Status Gizi dengan Anemia
 Variabel Dependent : Sikap dari remaja putri dalam Status Gizi
dengan Anemia
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan anemia pada remaja putri SMP
Muhammadiyah 3 Semarang
D. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil responden yang memiliki status gizi baik dengan anemia sebanyak 4
siswi ( 12,9 % ), responden yang memiliki status gizi baik tetapi tidak anemia sebanyak
27 siswi ( 87,1 % ), responden yang memiliki status gizi kurang dengan anemia sebanyak
13 siswi ( 100,0 % ),dan responden yang memiliki status gizi kurang tetapi tidak anemia
sebanyak 0 siswi ( 0,0 % ). Berdasarkan hasil Uji Chi-Square maka diperoleh nilai
significancy 0,000 atau kurang dari 0,05 yang menunjukkan bahwa hubungan antara
status gizi dengan anemia bermakna.
E. Pembahasan
1. Responden yang memiliki gizi baik tetapi tidak mengalami anemia sebanyak 27 siswi
( 87,1 % ) hal ini disebabkan karena makanan yang dikonsumsi oleh responden sudah
mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh responden, sehingga terjadi
keseimbangan antara zat gizi yang dikonumsi oleh responden dengan zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh.
2. Responden yang memiliki status gizi kurang dengan positif anemia sebanyak 13 siswi
( 100,0 % ) dimana hal ini disebabkan karena asupan gizi dalam tubuh kurang dan hal
ini menyebabkan kebutuhan gizi dalam tubuh tidak terpenuhi terutama kebutuhan gizi
seperti zat besi dimana zat besi merupakan salah satu komponen terpenting dalam
pembentukan hemoglobin, dengan kurangnya asupan zat besi dalam tubuh akan
menyebabkan berkurangnya bahan pembentuk sel darah merah, sehingga sel darah
merah tidak dapat melakukan fungsinya dalam mensuplai oksigen yang akan
mengakibatkan terjadinya anemia.
3. Zat besi merupakan salah satu komponen yang terpenting dalam pembentukan
hemoglobin atau sel darah merah dalam tubuh. Besi atau heme disini adalah bagian

13
dari hemoglobin dan mioglobin dimana keduanya banyak terdapat pada makanan -
makanan yang berasal dari protein hewani yang mempunyai kandungan gizi banyak
dan mudah menyerap zat besi dibandingkan dengan besi non heme, yang berasal dari
makanan – makanan yang banyak 4 terdapat pada protein nabati. Selain dari faktor
gizi seperti yang disebutkan diatas anemia juga bisa disebabkan karena faktor yang
lain misalnya seperti faktor infeksi nematoda usus yaitu khususnya cacing tambag
( Hook worm spesies Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dimana cacing
dewasa melekat pada dinding usus dan melukai mukosa usus serta terjadi perdarahan
dan selain itu cacing dewasa juga menghisap darah sebanyak 0,2- 0,3 ml darah setiap
harinya, selain cacing Necator americanus dan Ancylostoma duodenale cacing
Trichuris trichiura juga dapat menyebabkan anemia dimana cacing dewasa pada
infeksi kronis setiap hari dapat menghisap darah kurang lebih 0,005 ml.
4. Responden dengan status gizi kurang tetapi tidak mengalami anemia sebanyak 0 siswi
( 0,0 % ) hal ini disebabkan karena tidak semua orang yang mempunyai status gizi
kurang akan disertai dengan kurangnya zat besi dalam tubuh, hal ini dikarenakan
cadangan zat besi yang ada di dalam tubuh masih mencukupi untuk proses
pembentukan sel darah merah didalam tubuh.
F. Pandangan pembaca
1. Terdapat tabel hasil penelitian
2. Pada jurnal sudah mencantumkan hasil dari penelitian sebelumnya (peneliti lain)
sebagai pembanding hasil dari penelitian yang akan dilakukan
3. Pada jurnal sudah mencantumkan saran bagi peneliti selanjutnya maupun institusi
terkait yang dijadikan tempat penelitian.

Kesimpulan Dari Jurnal

1. Jurnal Pertama
Proporsi anemia gizi besi pada remaja masih tinggi. Remaja perempuan
mempunyai risiko yang jauh lebih besar untuk terkena anemia dibandingkan laki-laki.
Kebiasaan Sarapan pagi merupakan faktor yang menentukan untuk remaja mendapatkan
asupan yang baik sebagai bekal aktivitas sehari-hari sehingga terhindar dari anemia.

14
2. Jurnal Kedua
Berdasarkan 13 faktor yang diteliti dalam penelitian ini, terdapat 2 faktor risiko
yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi besi pada remaja putri di perkotaan, yaitu
faktor asupan protein (p=0,005) dan asupan zat besi. Remaja putri yang konsumsi
proteinnya baik akan berisiko 0,821 lebih rendah untuk mengalami anemia dibanding
dengan remaja putri yang asupan proteinnya kurang.
3. Jurnal Ketiga
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Hubungan antara Status Gizi dengan
Anemia pada Remaja Putri di SMP Muhammadiyah 3 Semarang sebagai berikut : Status
Gizi responden yang diukur dengan menggunakan Status Antropometri Z-Score BB/U
hasilnya mayoritas responden masuk dalam kategori Status Gizi Baik yaitu sebanyak 31
Siswi ( 70,5 % ) sedangkan responden yang masuk dalam ategori Status Gizi Kurang
yaitu sebanyak 13 siswi ( 29,5 % ). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
maka dapat diambil kesimpulan ada hubungan antara status gizi dengan anemia dimana
Berdasarkan hasil Uji Chi- Square diperoleh nilai significancy 0,000 yang menunjukkan
bahwa hubungan antara status gizi dengan anemia bermakna.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah berada di bawah
batas normal. Pada remaja putri, batas kadar hemoglobin untuk anemia adalah 12 g/dl." Ada 6
jenis anemia yaitu Anemia Defisiensi Zat Besi ,Anemia Defisiensi Vitamin C, Anemia
Makrositik, Anemia Hemolitik, Anemia Sel Sabit, Anemia Aplastik. Penyebab utama anemia
pada remaja karena meningkatnya kehilangan sel darah merah dan gangguan atau penurunan
pembentukan sel. Jadi terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian
anemia pada remaja

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika materi di atas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu,penulis akan memperbaiki lagi makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca

16
DAFTAR PUSTAKA

Wibowo, Cahya Daris Tri, Harsoyo Notoatmojo dan Afiana Rohmani. 2013. Hubungan Antara
Status Gizi dengan Anemia pada Remaja Putri di Sekolah Menengah Pertama
Muhammadiyah 3 Semarang. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Volume 1 Nomor 2
Tahun 2013(1-5). file:///C:/Users/MyBook/Downloads/1298-2703-1-SM.pdf
Sari,Hesti Permata, Endo Dardjito dan Dian Anandari. 2016. ANEMIA GIZI BESI PADA
REMAJA PUTRI DI WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS. Jurnal Kesmas
Indonesia, Volume 8 No 1, Januari 2016, Hal 16-31.
file:///C:/Users/MyBook/Downloads/138-49-270-2-10-20180327.pdf
Kalsum, Ummi. 2016. KEBIASAAN SARAPAN PAGI BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA DI SMA NEGERI 8 MUARO JAMBI. Jurnal
Penelitian Universitas Jambi Seri Sains, Volume 18, Nomor 1, Hal.09-19.
file:///C:/Users/MyBook/Downloads/2939-5897-1-SM_sarapan-with-cover-page-v2.pdf
Rahayu,Atikah ,Fahrini Yulidasari, Andini Octaviana dan Putri Lia Anggraini. 2019. METODE
ORKES-KU (RAPORT KESEHATANKU) DALAM MENGIDENTIFIKASI POTENSI
KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA REMAJA PUTRI. Yogyakarta : CV mine.

17

Anda mungkin juga menyukai