SKENARIO 2
JUDUL HIPEREMESIS GRAVIDARUM
OLEH : KELOMPOK 3
Wanita usia 20 tahun, sedang hamil muda, datang ke poliklinik kebidanan &
kandungan RS dengan keluhan mual dan muntah yang bertambah hebat. Muntah-muntah
awalnya hanya terjadi pada pagi hari dan setelah makan/minum, namun sejak 2 hari yang
lalu muntah yang dialami lebih dari 10 kali per hari, dengan jumlah sekitar ½ - ¾ gelas
belimbing per kali muntah. Yang dimuntahkan berupa makanan dan minuman yang di
konsumsi sebelumnya, tidak terdapat darah. Pasien juga mengeluh badan terasa lemah
sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, sering merasa haus dan bibir terasa
kering. Nafsu makan dirasakan menurun karena pasien takut muntah. BAB dan BAK
semakin sedikit dan jarang. Pasien juga mengeluh nyeri uluh hati. Kehamilannya ini adalah
kehamilan pertama. Pasien sudah pernah memeriksakan kehamilannya satu kali di bidan
setelah ia menyadari terlambat haid dan mendapati hasil testpack yang positif. Sekarang
kehamilannya sudah memasuki 10 minggu menurut perhitungan hari pertama haid terakhir
(HPHT). Pasien belum pernah melakukan pemeriksaan USG. Pasien memiliki riwayat
penyakit maag. Informasi dari anamnesis menggambarkan pasien baru saja berpisah dengan
suaminya, ia sekarang tinggal sendirian dan mencari nafkah sendiri, sehingga kadang ia
merasa stress dengan kehidupannya. Dari keterangan pasien, ia tidak memiliki riwayat
dengan kehamilan kembar.
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan USG dan lainnya untuk
memastikan tidak ada kelainan lain dan memutuskan penatalaksaan yang diberikan pada
pasien.
I. Istilah yang belum di ketahui
-
- Apabila HPHT lebih dari pertengahan Maret (Dari tanggal 25 dan selebihnya)
dan bulan seterusnya sampai akhir Desember menggunakan rumus = +7 -3 +1
Contoh : HPHT : 8 Juli 2013 = 8 / 7 / 2013 = +7 -3 +1
Jadi HPLnya = 15 / 4 / 2014 (15 Apr 2014)
3. Menghentikan kehamilan
Pada beberapa kasus, pengobatan tidak berhasil malah terjadi
kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga diperlukan
prtimbangan untuk melakukan gugur kandung. Keadaan yang memerlukan
pertimbangan gugur kandung diantaranya:
a. Gangguan kejiwaan
Delirium
Apatis, somnolen sampai koma
Ensefalopati wernicke
b. Gangguan penglihatan
Perdarahan retina
Kemunduan penglihatan
c. Gangguan faal
Hati dalam bentuk ikterus
Ginjal dalam bentuk anuri
Jantung dan pembuluh darah terjadi peningkatan nadi
Tekanan darah menurun.
15. Apa hubungan bibir kering dan haus dengan keluhan utama ?
Mual dan muntah merupakan hal yang normal dalam dalam kehamilan
dikarenakan ada berbagai sebab seperti adanya peningkatan hormon HCG dan
peningkatan hormon estrogen maupun sensitifitas terhadap aroma atau bau
tertentu yang meningkat. Tapi jika terjadi secara berlebihan akan menyebabkan
yang dimakan dan diminum oleh ibu tersebut akan dimuntahkan semuanya.
Jika hal ini terjadi terus-menerus maka tubuh akan mengalami kehilangan
banyak cairan dan asam yang secara normal akan direabsorpsi. Penurunan
volume plasma yang terjadi dapat menyebabkan dehidrasi, masalah sirkulasi,
dan kehilangan asam dari lambung yang dapat menyebabkan alkalosis
metabolik.
16. Apakah kehamilan berikutnya memiliki keluhan yang sama seperti ini ?
Mual dan mutah adalah gejala yang normal pada kehamilan Trimester I,
kurang lebih muncul 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80%
kehamilan primigravida sedangkan untuk kehamilan sekitar 40-60% pada
kehamilan multigravida. Mual dan muntah terjadi lebih sering pada kehamilan
primigravida dikarenakan hal tersebut berhubungan dengan tingkat kestresan
dan usia ibu saat kehamilan anak pertama. Factor psikologik memegang
peranan penting pada keluhan seperti misalnya takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagi ibu yang dapat menyebabkan
konflik mental ynag dapat memperberat keluhan dari mual dan muntah ini.
Serta ibu belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan hCG
karena peningkatan hormon tersebut kadar asam lambung mrningkat sehingga
munculnya keluhan rasa mual.
17. Apakah termasuk kehamilan beresiko ?
Mual muntah adalah hal yang umum terjadi pada kehamilan.
Persentase kejadian mual muntah pada ibu hamil lebih sering terjadi pada
kehamilan pertama dan akan menurun di kehamilan selanjutnya.
V. SOAP
Identitas;Wanita 20th
Subjective:
-Mual muntah yang memberat sejak 2 hari yang lalu,>10x
-Lemas
-Haus,bibir kering
-Nafsu makan menurun
-BAB dan BAK menurun
-Nyeri ulu hati
-Kehamilan Trimester 1(tetstpack +)
-RPD:maag
-RPK:gemeli(-)
-Sosial:stress dengan kehidupannya
-Pemeriksaan USG:(-)
O)bjective:
-Usia kehamilan menurut HPHT 10 mgg
-Kesadaran:compos mentis
-TV:TD 100/60,nadi 100x/menit(lemah),RR 24x/menit,suhu 37 derajat
-Pemeriksaan fisik
-kepala leher:mata nampak cekung,bibir dan lidah kering
-thoraks:jantung dan paru:DBN
-abdomen:dalam batas normal,leopold:fundus uteri teraba(-)
-ekstremitas:turgor kulit menurun
-Pemeriksaan Penunjang:Pada USG dalam batas normal sesuai usia
kehamilan,gemeli(-)
Assesment
-Hyperemesis Gravidarum
-Gastritis Akut pada Kehamilan
-Ulkus Peptikum pada Kehamilan
-GERD pada Kehamilan
Planning
-Untuk pasien di scenario
VI. Pohon Masalah
Anamnesis
Px fisik
a. hyperemesis gravidarum
b. gastristis pada kehamilan.
Different Diagnosis c. GERD pada kehamilan.
Px penunjang
Epidemiologi Komplikasi
Etiologi Pencegahan
Patofisiologi Manifestasi
VII. Sasaran Belajar
1. Menjelaskan definisi dari hiperemesis gravidarum!
2. Menjelaskan epidemiologi dari hiperemesis gravidarum!
3. Menjelaskan etiologi dari hiperemesis gravidarum!
4. Menjelaskan klasifikasi dari hiperemesis gravidarum!
5. Menjelaskan faktor resiko dari hiperemesis gravidarum!
6. Menjelaskan manifestasi klinis dari hiperemesis gravidarum!
7. Menjelaskan patofisiologi dari hiperemesis gravidarum!
8. Menjelaskan diagnosis dari hiperemesis gravidarum!
9. Menjelaskan tatalaksana dari hiperemesis gravidarum!
10. Menjelaskan komplikasi dari hiperemesis gravidarum!
11. Menjelaskan pencegahan dari hiperemesis gravidarum!
12. Menjelaskan prognosis dari hiperemesis gravidarum!
HIPEREMIS GRAVIDARUM
A. DEFINISI
Mual dan muntah (Morning Sickness, Emesis Gravidarum) adalah mual dan
muntah selama kehamilan yang terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan terus
berlanjut hingga 14-16 minggu kehamilan dan gejala biasanya akan membaik. Mual
dan muntah selama kehamilan dapat berupa gejala yang ringan hingga berat. Mual
dan muntah adalah keluhan utama pada 70 %-80 % kehamilan. Mual dan muntah
dikeluhkan oleh sekitar tiga perempat ibu hamil, umumnya terjadi selama trimester
pertama. Biasanya mual dan muntah disertai dengan keluhan banyak meludah
(hipersalivasi), pening, perut kembung, dan badan terasa lemah. Keluhan ini secara
umum dikenal sebagai “morning sickness” karena terasa lebih berat pada pagi hari.
Namun, mual dan muntah dapat berlangsung sepanjang hari.
Hiperemesis Gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berat selama
kehamilan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Keluhan muntah kadang-
kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan.
Hiperemesis gravidarum menyebabkan tidak seimbangnya cairan, elektrolit, asam-
basa, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan yang cukup berat. Pada
hiperemesis gravidarum dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis
akibat hilangnya asam hidroklorida pada saat muntah, hipokalemia dan ketonuria,
sehingga mengharuskan pasien masuk dan dirawat di rumah sakit.
B. EPIDEMIOLOGI
Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang
beragam mulai dari 0,5-2% di Amerika Serikat, 0,3% dari seluruh kehamilan di
Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia,
2,2% di Pakistan dan 1,9% di Turki, di Indonesia prevalensi hiperemesis gravidarum
adalah 1-3%. Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum secara umum adalah
4:1000 kehamilan.
1. 1-10% keluhan Hiperemesis Gravidarum akan berlanjut hingga minggu ke 20.
2. 0,3-2% kasus Hiperemesis Gravidarum akan berlanjut dengan rawat inap.
3. 60-80% terjadi pada primigravida.
4. 40-60% terjadi pada multigravida.
C. ETIOLOGI
Etiopatogenesis hiperemesis gravidarum bersifat multifaktorial. Hal ini berkaitan
dengan peningkatan level hormon yang berkaitan dengan kehamilan selain hCG, yaitu
estrogen, progesteron, leptin, hormon pertumbuhan plasenta, prolaktin, tiroksin, dan
hormon adrenokortikal. Hal yang memperberat tingkat hiperemesis adalah faktor
lingkungan dan biologis. Faktor lain yang memperberat yaitu hipertiroid, kehamilan
mola sebelumnya, diabetes, penyakit gastrointestinal, restriksi diet, asma dan penyakit
alergi lainnya.
Pada dasarnya, tidak ada mekanisme tunggal yang diidentifikasi sebagai
penyebab hyperemesis gravidarum. Namun, beberapa etiologi telah diusulkan sebagai
faktor yang berkontribusi dalam terjadinya hyperemesis gravidarum. Etiologi tersebut
antara lain :
Faktor hormonal
Menurut teori baru peningkatan kadar Hormon Chorionic Gonadotropin (HCG)
berkaitan dengan terjadinya hyperemesis gravidarum. Peningkatan hormone hCG
akan menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen, yang dapat merangsang
mual & muntah. Perempuan dengan kehamilan ganda atau molahidatidosa yang
diketahui memiliki kadar HCG lebih tinggi dari pada perempuan hamil lain
mengalami keluhan mual dan muntah yang lebih berat.
Progesteron juga di duga menyebabkan mual & muntah dengan cara menghambat
motilitas lambung dan irama kontraksi otot otot polos lambung.
Beberapa studi menyebutkan adanya keterkaitan antara hyperemesis gravidarum
dengan kejadian Gestational transient thyrotoxicosis (GTT). Hal ini disebabkan oleh
kesamaan struktur subunit α yang dimiliki oleh hormon hCG dan TSH. α-hCG dapat
bereaksi silang dengan reseptor TSH dan merangsang produksi tiroksin (T4) serta
menekan sekresi TSH.
Faktor psikologis
Hiperemesis gravidarum selama ini dipercaya sebagai penyakit psikosomatis atau
conversion disorder. Depresi, kecemasan, dan asosiasi gangguan kejiwaan lainnya
dianggap sebagai faktor penyebab sekunder terhadap terjadinya hyperemesis
gravidarum. Konflik rumah tangga, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan
dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai seorang ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai
ekpresi tidak sadar terhadap keengganan terjadinya kehamilan atau sebagai pelarian
kesukaran hidup
Kelemahan Lower Esophageal Sphincter (LES)
Esophagus selama kehamilan telah terbukti memiliki tekanan LES yang lebih
rendah dari keadaan normal. Penurunan tekanan LES tersebut berkaitan dengan efek
estrogen dan progesteron pada otot polos esophagus dan menjadi kontributor utama
tingginya prevalensi penyakit gastroesophageal reflux (GERD) selama kehamilan.
Genetik
Riwayat keluarga Nausea and vomiting of pregnancy (NVP), khususnya riwayat
NVP pada ibu atau saudara perempuan telah dicatat sebagai faktor risiko NVP selama
beberapa dekade. Sebuah studi tahun 1992 tentang kembar menemukan bahwa tingkat
NVP dua kali lebih tinggi pada kembar monozigot dibandingkan dengan kembar
dizigot. Baru-baru ini, dalam sebuah survei terhadap> 1.200 pasien dengan HG, 28%
dari peserta melaporkan adanya riwayat ibu mengalami NVP atau HG berat. Selain
itu, 9% dari peserta melaporkan memiliki 2 anggota keluarga yang terkena HG. Studi
lanjutan dari kelompok ini mengidentifikasi 2 gen kandidat potensial dalam terjadinya
hiperemesis gravidarum, yaitu GDF15 dan IGFBP7.
D. KLASIFIKASI
Tingkat 1 :
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum, tubuh terasa lemas, nafsu
makan tidak ada, berat badan menurun, nyeri pada epigastrium, nadi meningkat
100x/menit, tekanan darah sistolik menurun, suhu tubuh meningkat, tugor kulit
berkurang, ludah kering dan mata cekung.
Tingkat 2 :
Lemas dan apatis, turgor kulit menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan
cepat, tekanan darah menurun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit
icterus, berat badan menurun, hemokonsentrasi, oligouria dan konstipasi. Aseton
dapat tercium dari hawa pernafasan karena mempunyai aroma yang khas.
Tingkat 3 :
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun (samnolen sampai
koma dapat terjadi), nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan suhu tubuh
meningkat.
E. FAKTOR RESIKO
1. Usia
Usia dibawah 20 tahun lebih beresiko (51%)
2. Riwayat partus
Hiperemesis Gravidarum lebih sering terjadi pada kehamilan pertama (57%) dan
risiko semakin menurun selaras dengan jumlah melahirkan
3. Pendidikan
Ibu dengan pendidikan rendah (sekolah dasar) lebih beresiko mengalami
hiperemesis gravidarum (48%)
4. Stress
Ibu yang mengalami stress lebih beresiko mengalami hiperemesis gravidarum
5. Dukungan suami
Tidak adanya dukungan suami dapat meningkatkan risiko ibu hamil mengalami
hiperemesis gravidarum.
6. Status nutrisi
Wanita yang obes lebih jarang di rawat inap karena hiperemesis.
F. PATOFISIOLOGI
1. Mekanisme yang dimediasi plasenta
Pada mola hidatidosa juga ditemukan hiperemesis gravidarum, maka yang
berpengaruh terhadap munculnya HG adalah plasentanya, bukan janin. Karena
plasenta menghasilkan hormone reproduktif(4)
2. Hormon reproduktif
- hCG berfungsi untuk menjaga corpus luteum tetap memproduksi esterogen
dan progesteron.(5) hCG merupakan homolog dari TSH dan berarti dapat
menstimulasi produksi hormon tiroid.(6) Dengan tingginya kadar hCG dalam
darah dan kemampuannya mengubah fungsi tiroid, hormon ini dapat
menyebabkan hyperemesis gravidarum.(7)
- Selain efek proliferatif selnya, esterogen juga bisa memicu peningkatan
thyroid binding globulin (TBG) sehingga total T3 dan T4 meningkat
sementara T3 dan T4 bebas produksinya tidak menurun.(8)
Progesteron memiliki efek relaksasi otot sistemik yang membuat motilitas
peristaltik menurun sehingga pengosongan lambung lebih lambat. Hal ini membuat
dinding lambung lebih mudah teriritasi oleh asam lambung dan membuat mual. Selain
itu kerja sfingter esofageal menurun sehingga asam lambung lebih mudah naik dan
menyebabkan nyeri ulu hati.
Meningkatnya kadar estrogen → mual muntah, HG dapat menyebabkan cadangan
lemak dan karbohidrat habis terpakai untuk keperluan energi, karena oksidasi lemak
yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunya asam aseton asetik, asam
hidroksi butirat dan aseton dalam darah. Intake yang kurang menyebabkan dehidrasi
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan lorida darah turun,
dan juga klorida urin. Dehidrasi juga menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran
darah ke jaringan berkurang. Kekurangan kalium akibat muntah dan bertambhnya
ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi mual muntah meningkat dan resiko
terjadinya kerusakan hati.
G. MANIFESTASI KLINIS
Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah
1. Ptialism (salivasi yang berlebihan)
2. Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremi, hipokalemia, dan
peningkatan hematokrit.
3. Hipertiroid dan LFT yang abnormal juga dapat dijumpai.
4. Mual dan muntah yang hebat lebih dari 10x dikarenakan HCG meningkat
memicu muntah
5. Haus biasa disebabkan karena dehidrasi
6. Dehidrasi
7. Bau mulut dikarenakan pemecahan lemak dan protein makanya bias
menyebabkan bau mulut
8. Berat badan dan tanda vital menurun
9. Kenaikan suhu badan
10. Icterus
11. Ganggan cerebral.
H. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis hiperemis gravidarum dimulai dengan menegakan diagnosis
kehamilan terlebih dahulu.
1. Anamnesis
Dapat di temukan keluhan aminore, mual & muntah lebih dari 10 kali dalam 24
jam, mual & muntah semakin memberat dan mengganggu aktivitas sehari hari.
2. Pemeriksaan Fisik
- Dapat temukan nadi meningkat, tekanan darah menurun, penurunan
kesadaran, subfebris.
- Tanda dehidrasi di dapatkan mata cekung, bibir kering, turgor kulit menurun.
- Pemeriksaan generalis di dapatkan kulit pucat, berat badan turun, fundus uteri
sesuai kehamilan.
3. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk
mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan
molahidatidosa.
- Pemeriksaan laboratorium
1. Darah : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit.
2. Urinalisa : warna pekat, berat jenis meningkat, pemeriksaan ketonuria, dan
proteinuria.
- Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk
konsultasi psikologi.
I. TATA LAKSANA
3B (membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan
gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau
kecacatan pada pasien).
1. Non Medikamentosa
a. Mengusahakan kecukupan nutrisi ibu, termasuk suplemantasi vitamin dan
asam folat di awal kehamilan.
b. Makan porsi kecil, tetapi lebih sering.
c. Menghindari makanan yang berminyak dan berbau lemak. d. Istirahat cukup
dan hindari kelelahan.
d. Defekasi yang teratur.
2. Medikamentosa
Tatalaksana Umum
a. Dimenhidrinat 50-100 mg per oral atau supositoria, 4-6 kali sehari ATAU
Prometazin 5-10 mg 3-4 kali sehari per oral atau supositoria.
b. Bila masih belum teratasi, tapi tidak terjadi dehidrasi, berikan salah satu obat
di bawah ini:
- Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-100 mg IM tiap 4- 6 jam
- Prometazin 12,5-25 mg per oral atau IM tiap 4-6 jam
- Metoklopramid 5-10 mg per oral atau IM tiap 8 jam
- Ondansetron 8 mg per oral tiap 12 jam
c. Bila masih belum teratasi dan terjadi dehidrasi, pasang kanula intravena dan
berikan cairan sesuai dengan derajat hidrasi ibu dan kebutuhan cairannya, lalu:
- Berikan suplemen multi vitamin IV
- Berikan dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0,9% IV selama 20 menit,
setiap 4-6 jam sekali
d. Bila perlu, tambahkan salah satu obat berikut ini:
- Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6 jam
- Prometazin 12,5-25 mg IV tiap 4-6 jam
- Metoklopramid 5-10 mg tiap 8 jam per oral
e. Bila perlu, tambahkan Metilprednisolon 15-20 mg IV tiap 8 jam ATAU
ondansetron 8 mg selama 15 menit IV tiap 12 jam atau 1 mg/ jam terus-
menerus selama 24 jam.
3. Kriteria Rujukan
a. Ditemukan gejala klinis dan ada gangguan kesadaran (tingkat 2 dan 3).
b. Adanya komplikasi gastroesopagheal reflux disease (GERD), ruptur esofagus,
perdarahan saluran cerna atas dan kemungkinan defisiensi vitamin terutama
thiamine.
c. Pasien telah mendapatkan tindakan awal kegawatdaruratan sebelum proses
rujukan.
J. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi
Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan
dehidrasi pada penderita. Dehidrasi muncul pada keadaan ini akibat kekurangan
cairan yang dikonsumsi dan kehilangan cairan karena muntah. Keadaan ini
menyebabkan cairan ekstraseluler dan plasma berkurang sehingga volume cairan
dalam pembuluh darah berkurang dan aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan diantarkan ke
jaringan mengurang pula.
Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah menurunnya keadaan
umum, munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai tingkatan tergantung
beratnya hiperemesis gravidum), dan berat badan ibu berkurang. Risiko dari
keadaan ini terhadap ibu adalah kesehatan yang menurun dan bisa terjadi syok
serta terganggunya aktivitas sehari-hari ibu.
Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya
asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin. Risiko dari keadaan ini adalah
tumbuh kembang janin akan terpengaruh.
2. Ketidakseimbangan Elektrolit
Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah akan turun.
Kalium juga berkurang sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi
lewat ginjal. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bertambah
buruknya keadaan umum dan akan muncul keadaan alkalosis metabolik
hipokloremik (tingkat klorida yang rendah bersama dengan tingginya kadar HCO3
& CO2 dan meningkatnya pH darah).
Risiko dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bisa munculnya gejala-
gejala dari hiponatremi, hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat
keadaan umum ibu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga
akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
3. Ketosis
Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya asupan energi
(nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak dalam tubuh ibu habis terpakai untuk keperluan pemenuhan kebutuhan
energi jaringan. Perubahan metabolisme mulai terjadi dalam tahap ini. Karena
oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunnya
asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan ke jaringan berkurang dan tertimbunnya zat
metabolik yang toksik.
Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan sumber
energi, terjadinya metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam jaringan,
berkurangnya berat badan ibu, dan terciumnya bau aseton pada pernafasan.
Risikonya bagi ibu adalah kesehatan dan asupan nutrisi ibu terganggu.
Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan
nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin adalah pertumbuhan dan perkembangan akan
terganggu.
4. Ruptur Esofagus
Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya robekan
pada selaput jaringan esofagus dan lambung. Keadaan ini dapat menyebabkan
perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan yang terjadi berupa robekan
kecil dan ringan.
K. PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi Hyperemesis
gravidarum dengan cara:
1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologik.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4
bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil
tapi sering.
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,
terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat.
5. makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
7. Defekasi teratur.
8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan
makanan yang banyak mengandung gula.
L. PROGNOSIS
- Ad vitam (kehidupan) : bonam
- Ad functionam (fungsi) : bonam
- Ad sanationam (kesembuhan) bonam
Kesimpulan : bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, et al. William Obstetrics 23rd ed. New York : McGraw-Hill Medical ;
2010.
2. Prawirohardjo Sarwono, Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan. 4th ed. Jakarta : PT.Bina
Pustaka ; 2010.
3. Austin K, Wilson K, Saha S. Hiperemesis gravidarum. Nutrition in Clinical Practice.
2018; 0 0:1-16 DOI: 10.1002/ncp.10205.
4. Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2007.
5. Elfanny Sumai dkk. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis
Gravidarum di RSUD dr Sam Ratulangi Tondano Kab. Minahasa Prov. Sulawesi Utara.
Minahasa : Poltekkes Kemenkes Manado. 2014.
6. Kevin Gunawan dkk. diagnosis and treatment of Hiperemesis Gravidarum. Jakarta :
Universitas Indonesia. 2011.
7. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2006.
8. Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan Edisi 1. 2013.
9. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2012.
10. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid 2 ,Edisi 6, Internal Publishing FK UI.