Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

ABDOMINAL PAIN

DI RSUD TGK ABDULLAH SYAFI’I

BEREUNUEN

TAHUN 2023

Disusun oleh :

Ade Azura

22020008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya ,sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Laporan kasus dengan tepat
waktu.Karena tanpa bantuan-Nya saya tidak dapat menyelesaikan laporan ini.Sholawat serta
salam terlimpah curah kepada nabi Muhammad SaW.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan bimbingan maupun
bantuan, baik berupa informasi maupun bimbingan moril. Untuk itu, pada kesempatan kali ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada ;

1. Pendamping atas segala bimbingan, saran-saran dan bantuan dalam penyusunan


laporan kasus ini.
2. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan laporan kasus ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa responsi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan dalam
rangka penyempurnaannya. Akhirnya penulis mengharapkan semoga responsi kasus ini dapat
bermanfaat di bidang ilmu pengetahuan.

PENULIS
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit akut abdomen biasanya menyerang sistem pencernaan. Sistem


pencernaan merupakan sistem organ yang menerima makanan, mencerna makanan untuk
dijadikan energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa dari proses tersebut. Usus
merupakan bagian penting dari salah satu saluran pencernan. Usus berfungsi dalam
mengabsorpsi nutrisi. Salah satu permasalahan pada usus yang dapat menyerang anak-
anak bahkan orang dewasa dan dapat menyebabkan komplikasi yang membahayakan
nyawa adalah ileus obstruktif (Fahlevi et al, 2021).

Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjongdan meluas di atas
diagfragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian –
abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar, dan
pelvisyaitu rongga sebelah bawah dab kecil. Batasan – batasan abdomen. Di atas,
diafragma, Di bawah, pintu masuk panggul dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi,
otot – ototabdominal, tulang –tulang illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di belakang,
tulang punggung, dan otot psoas dan quadratrus lumborum.Isi Abdomen. Sebagaian besar
dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus,dan usus besar. Hati menempati
bagian atas, terletak di bawah diafragma, dan menutupilambung dan bagian pertama usus
halus. Kandung empedu terletak dibawah hati. Pankreasterletak dibelakang lambung, dan
limpa terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal dankelenjar suprarenal berada diatas
dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melaluiabdomen dari ginjal. Aorta
abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dansebagaian dari saluran torasika
terletak didalam abdomen.Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan
lemak juga dijumpai dalam rongga ini.Seperti nyeri pada region yang lainnya, nyeri
abdomen muncul dengan berbagai caradan mempunyai banyak penyebab yang berbeda.
Kita harus menentukan letaknya, radiasi,keparahan, karakter, frekuensi, durasi, faktor
pemicu dan yang mengurangi gejala dan gejala lain yang berhubungan.(Fahlevi et
al,2021)

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi nyeri

2. Bagaimana intensitas nyeri

3. Apa-apa saja sifat nyeri

4. Bagaimana permulaan nyeri dan intensitas nyeri

5. Bagaimana posisi pasien

C. Tujuan

1. Untuk menjelaskan definisi nyeri

2. Untuk menjelaskan intensitas nyeri

3. Untuk mengetahui apa-apa saja sifat nyeri

4. Untuk menjelaskan perrmulaan nyeri dan intensitas nyeri

D. Manfaat

Bagi penulis

Penulis dapat lebih mendalami materi dan menambah pengetahuan tentang gangguan
sistem pencernaan khususnya tentang post Abdominal pain.
Pasien dan keluarga

Bagi pasien dapat bermanfaat untuk mengetahui proses penyakit dan kemudian
mengetahui cara mempercepat pemulihan keadaan. Bagi keluarga dapat menambah
pengetahuan tentang bagaimana melakukan perawatan dengan nyeri di perut.

Institusi pendidikan

Mengetahui tingkat kemampuan dan melakukan evaluasi penilaian akhir selama


pembelajaran. Menambah bahan referensi bacaan tentang asuhan keperawatan Abdominal
pain.

Institusi rumah sakit

Sebagai bahan bacaan dan ilmu pegetahuan dalam menerapkan asuhan keperawatan pada
pasien post Abdominal pain saat melakukan tindakan keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Nyeri Abdomen

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang


danekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2017). Menurut
International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif
danemosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan
jaringanaktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Nyeri adalah suatu keadaan individu mengalami dan melaporkan adanya rasatidak
nyaman yang berat atau perasaan tidak menyenangkan. (Diagnosa keperawatan Lynda
juall 1998, yang dikutip oleh Smeltzer, suzanne C). Nyeri adalah pengalaman sensori
serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan
yang aktual atau potensial. (Judith M. Wilkinson 2017, yangdikutip oleh Smeltzer,
Suzanne C).

1. Nyeri Abdomen Akut

Nyeri akut abdomen atau akut abdomen adalah suatu kegawatan abdomen
dapatterjadi karena masalah bedah atau non bedah. Secara definisi pasien akut abdomen
datangdengan keluhan nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung kurang dari
24 jam.Pada beberapa pasien dengan akut abdomen perlu dilakukan resusitasi dan
tindakan segeramaka pasien dengan nyeri abdomen yang berlangsung akut harus
ditangani segera.Identifikasi awal yang penting adalah apakah kasus yang di hadapi ini
suatu kasus bedah ataunon bedah, jika kasus bedah maka tindakan operasi harus segera
dilakukan. Nyeri abdomenakut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan
onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi nyeri pada
suatu daerah yang letaknya jauhdari tempat asal nyeri.

Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut.
Rasanyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar
abdomen sepertiorgan-organ di rongga toraks. Nyeri abdomen dibedakan menjadi dua
yaitu nyeri visceral dan nyeri somatik.

a. Nyeri Viseral

Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi


organintraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom. Peritoneum viseral
tidak sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau radang. Kita dapat melakukan sayatan
atau jahitan padausus tanpa dirasakan oleh pasien, akan tetapi bila dilakukan tarikan,
regangan atau kontraksiyang berlebihan dari otot (spasme) akan memberi rasa nyeri yang
tumpul disertai rasa sakit.

Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat lokalisasi nyeri,


digambarkan pada daerah yang luas dengan memakai seluruh telapak tangan. Karena
nyeri ini tidak pengaruhi oleh gerakan, pasien biasanya bergerak aktif tanpa
menyebabkan bertambahnyarasa nyeri.

Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam
rongga perut, misalnya cedera atau radang. Peritoneum viserale yang menyelimuti organ
perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap perabaan, atau
pemotongan. Dengan demikian sayatan atau penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa
rasa nyeri pada pasien. Akan tetapi bila dilakukan penarikan atau peregangan organ atau
terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot sehingga menimbulkan iskemik, misalnya
pada kolik atau radang pada appendisitis maka akan timbul nyeri. Pasien yang mengalami
nyeri viseral biasanyatidak dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri sehingga biasanya
ia menggunakan seluruhtelapak tangannya untuk menunjuk daerah yang nyeri. Nyeri
viseral kadang disebut juganyeri sentral (Sjamsuhidajat et all,2017).

Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrional


organyang terlibat. Saluran cerna berasal dari foregut yaitu lambung, duodenum,
sistemhepatobilier dan pankreas yang menyebabkan nyeri di ulu hati atau epigastrium.
Bagiansaluran cerna yang berasal dari midgut yaitu usus halus usus besar sampai
pertengahan kolontransversum yang menyebabkan nyeri di sekitar umbilikus. Bagian
saluran cerna yanglainnya adalah hindgut yaitu pertengahan kolon transversum sampai
dengan kolon sigmoidyang menimbulkan nyeri pada bagian perut bawah. Jika tidak
disertai dengan rangsangan peritoneum nyeri tidak dipengaruhi oleh gerakan sehingga
penderita biasanya dapat aktif bergerak(Sjamsuhidajat , dkk., 2017).

b. Nyeri somatik :

Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi oleh saraf
tepiditeruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk atau disayat
dengan pisauyang dapat ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan menunjukkannya
memakai jari.Rangsanagn dapat berupa rabaan, tekanan, perubahan suhu, kimiawi atau
proses peradangan.

Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan peritoneum parietal


akanmenimbulkan rangsangan yang menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat peradangannya
sendirimaupun gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan rasa nyeri atau
perubahanintensitas rasa nyeri. Keadaan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral
pasien denganapendisitis akut. Setiap gerakan dari pasien juga akan menambah rasa
nyeri, baik itu berupagerakan tubuh maupun gerakan pernafasan yang dalam atau batuk.
Hal inilah yngmenerangkan mengapa pasien dengan abdomen akut biasanya berusaha
untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk.

Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta hubungannya dengan gejala lain memungkinkan
kitadapat lebih mendekati diagnosis kemungkinan. Nyeri somatik terjadi karena
rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf tepi,misalnya regangan pada peritoneum
parietalis, dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakanseperti disayat atau ditusuk, dan
pasien dapat menunjuk dengan tepat dengan jari lokasi nyeri.Rangsang yang
menimbulkan nyeri dapat berupa tekanan, rangsang kimiawi atau proses radang
(Sjamsuhidayat dkk,2017).

Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang peritoneum


dandapat menimbulkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun gesekan antara kedua
peritoneumdapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang
menjelaskan nyerikontralateral pada appendisitis akut. Setiap gerakan penderita, baik
gerakan tubuh maupungerakan nafas yang dalam atau batuk, juga akan menambah
intensitas nyeri sehingga penderita pada akut abdomen berusaha untuk tidak bergerak,
bernafas dangkal dan menahan batuk (Sjamsuhidajat, dkk., 2017, yang dikutip oleh
Smeltzer, Suzanne C).

2. Nyeri Abdomen kronis

Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri berlanjut, baik
yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri kronis dapat
berhubungan dengan ekserbasi akut.

Nyeri akut Nyeri kronik

- Lamanya dalam hitungan menit - Lamanya sampai hitungan bulan,


>6 bln
- Ditandai peningkatan BP, Nadi,
dan Respirasi - Fungsi fisiologi bersifat normal

- Respon pasien ;Fokus pada nyeri, - Tidak ada keluhan nyeri


Menangis dan mengarang
- Tidak ada aktivitas fisik sebagai
- Tingkah laku menggosok bagian respon terhadap nyeri
Yang nyeri

B. Intesitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan


olehindividu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeridalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang
yang berbeda oleh duaorang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif
yang paling mungkinadalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu
sendiri. Namun, pengukurandengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran
pasti tentang nyeri itu sendiri(Tamsuri, 2017).
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2012) adalah sebagai berikut :

1) skala intensitas nyeri deskritif

2) Skala identitas nyeri numerik

3) Skala analog visual

4) Skala nyeri menurut bourbanis

Keterangan:

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat


menunjukkanlokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapimasih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak
dapatmendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang
dan distraksi

10 : nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu berkomunikasi, memukul.

Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang


lebihobyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan
sebuah garisyang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan
jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri”
sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan
meminta klien untuk memilihintensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga
menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri
terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS inimemungkinkan klien memilih sebuah
kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Skala penilaiannumerik (Numerical rating scales,
NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsikata. Dalam hal ini, klien
menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat
mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabiladigunakan
skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR,1992).Skala
analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS adalahsuatu garis
lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada
setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk
mengidentifikasikeparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri
yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari
pada dipaksa memilihsatu kata atau satu angka (Potter, 2010).

C. Sifat Nyeri

Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, dan nyeri
yang diproyeksikan. Untuk penyakit tertentu, meluasnya rasa nyeri dapat membantu
Menegakkan

diagnosis. Nyeri bilier khas menjalar ke pinggang dan ke arah belikat, nyeri
pankreatitisdirasakan menembus ke bagian pinggang. Nyeri pada bahu kemungkinan
terdapat rangsangan pada diafragma (Sjamsuhidajat, dkk., 2017).

 Nyeri alih

Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu
daerah.Misalnya diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke bawah
pada masaembrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau
peradanganakan dirasakan di bahu. Demikian juga pada kolestitis akut, nyeri
dirasakan padadaerah ujung belikat. Abses dibawah diafragma atau rangsangan
karena radang atautrauma pada permukaan limpa atau hati juga dapat menyebabkan
nyeri di bahu. Kolik ureter atau kolik pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat
kelamin luar seperti labia mayora pada wanita atau testis pada pria (Sjamsuhidajat,
dkk., 2017)
 Nyeri proyeksi

Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan sarafsensorisakibat


cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal adalah nyeri phantom setelah
amputasi, atau nyeri perifer setempat akibat herpes zooster. Radang saraf padaherpes
zooster dapat menyebabkan nyeri yang hebat di dinding perut sebelum gejalatau
tanda herpes menjadi jelas (Sjamsuhidajat, dkk., 2017).

 Hiperestesia

Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan di kulit jika ada peradangan


padarongga di bawahnya. Pada gawat perut, tanda ini sering ditemukan pada
peritonitissetempat maupun peritonitis umum. Nyeri peritoneum parietalis dirasakan
tepat padatempat terangsangnya peritoneum sehingga penderita dapat menunjuk
dengan tepatlokasi nyerinya, dan pada tempat itu terdapat nyeri tekan, nyeri gerak,
nyeri batuk serta tanpa rangsangan peritoneum lain dan defans muskuler yang sering
disertaihipersetesi kulit setempat. Nyeri yang timbul pada pasien akut abdomen dapat
berupanyeri kontinyu atau nyeri kolik (Sjamsuhidajat, dkk., 2017).

 Nyeri kontinyu

Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus


meneruskarena berlangsung terus menerus, misalnya pada reaksi radang. Pada saat
pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding
perutmenunjukkan defans muskuler secara refleks untuk melindungi bagian
yangmeraadang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat (Sjamsuhidaja,
dkk.,2017).

 Nyeri kolik

Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan
biasanya diakibatkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus,
batuureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini timbul
karenahipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena kontraksi berbeda
makakolik dirasakan hilang timbul (Sjamsuhidajat, dkk., 2017). Kolik biasanya
disertai dengan gejala mual sampai muntah. Dalam serangan, penderita sangat
gelisah. Yang khas ialah trias kolik yang terdiri dari serangan nyeri perut yang hilang
timbul mual atau muntah dan gerak paksa.

 Nyeri iskemik

Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dantidak
mereda. Nyeri merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis. Lebihlanjut
akan tampak tanda intoksikasi umum seperti takikardia, keadaan umum yang jelek
dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.

 Nyeri pindah

Nyeri dapat berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Misalnya pada


tahapawal appendisitis, sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri
viseraldirasakan di sekitar pusat disertai rasa mual. Setelah radang mencapai
diseluruhdinding termasuk peritoneum viserale, terjadi nyeri akibat rangsangan
yangmerupakan nyeri somatik. Nyeri pada saat itu dirasakan tepat pada peritoneum
yangmeradang, yaitu perut kuadran kanan bawah. Jika appendiks mengalami nekrosis
danganggren nyeri berubah lagi menjadi nyeri yang hebat menetap dan tidak
mereda.Penderita dapat jatuh pada keadaan yang toksis. Pada perforasi tukak
peptikduodenum, isi duodenum yang terdiri dari cairan asamgaram empedu masuk ke
rongga abdomen sehingga merangsang peritoneumsetempat. Pasien akan merasakan
nyeri pada bagian epigastrium. Setelah beberapasaat cairan duodenum mengalir ke
kanan bawah, melalui jalan di sebelah lateral kolonascendens sampai sekitar caecum.
Nyeri akan berkurang karena terjadi pengenceran.Pasien sering mengeluh nyeri
berpindah dari ulu hati pindah ke kanan bawah.prosesini berbeda dengan yang terjadi
pada appendisitis akut. Akan tetapi kedua keadaan ini,appendisitis akut maupun
perforasi duodeum akan mengakibatkan general peritonitis jika tidak segera ditangani
dengan baik.
D. Permulaan Nyeri Dan Intensitas Nyeri

Bagaimana bermulanya nyeri pada akut abdomen dapat menggambarkan sumber nyeri.
Nyeri dapat tiba-tiba hebat atau secara cepat berubah menjadi hebat, tetapi dapat pula
bertahap menjadi semakin nyeri. Misalnya pada perforasi organ berongga, rangsangan
peritoneum akibat zat kimia akan dirasakan lebih cepat dibandingkan proses
inflamasi.Demikian juga intensitas nyerinya. Sesorang yang sehat dapat pula tiba-tiba
langsungmerasakan nyeri perut hebat yang disebabkan oleh adanya sumbatan, perforasi atau
pluntiran. Nyeri yang bertahap biasanya disebabkan oleh proses radang, misalnya pada
kolesistitis atau pankreatitis.

E. Posisi Pasien

Posisi pasien dalam mengurangi nyeri dapat menjadi petunjuk. Pada pankreatitis akut
pasien akan berbaring ke sebelah kiri dengan fleksi pada tulang belakang, panggul dan
lutut.Kadang penderita akan duduk bungkuk dengan fleksi sendi panggul dan lutut. Pasien
denganabses hati biasanya berjalan sedikit membungkuk dengan menekan daerah perut
bagian atasseakan-akan menggendong absesnya. Appendisitis akut yang letaknya
retrosaekum mendorong penderitanya untuk berbaringdengan fleksi pada sendi panggul
sehingga melemaskan otot psoas yang teriritasi. Gawat perut yang menyebabkan diafragma
teritasi akan menyebabkan pasien lebih nyaman pada posisi setengah duduk yang
memudahkan bernafas. Penderita pada peritonitis lokal maupunumum tidak dapat bergerak
karena nyeri, sedangkan pasien dengan kolik terpaksa bergerak karena nyerinya
(Sjamsuhidajat, dkk., 2017).

F. Etiologi (Penyebab)

Kegawatan abdomen yang datang kerumah sakit bisa berupa kegawatan bedah
ataukegawatan non bedah. Kegawatan non bedah antara lain pankreatitis akut, ileus,
paralitik,kolik abdomen. Kegawatan yang disebabkan oleh bedah antara lain peritonitis
umum akibatsuatu proses dari luar maupun dalam abdomen. Proses dari luar misalnya karena
suatutrauma, sedang proses dari dalam misal karena apendisitis perforasi. Penyebab tersering
dari akut abdomen antara lain appendisitis, Appendiksitismerupakan infeksi bakteri yang
disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat :Hiperplasia dari folikel limfoid, Adanya
fekalit dalam lumen appendiks, Tumor appendiks, Adanya benda asing seperti cacing
askariasis. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica.Kolik bilier,
kolisistitis, diverkulitis, obstruksi usus, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis, salpingitis,
adenitis mesentrika dan kolik renal. Sedangkan yang jarangmenyebabkan abdomen akut
antara lain : nekrosis hepatoma, infark klien, pneumonia, infark miokard, ketoasidosis
diabetikum, inflamasi enurisma, volvulus sigmoid, caecum ataulambung dan Herpes
zoster.Dilihat dari sudut nyeri abdomen, nyeri abdomen dapat terjadi karena
rangsanganviseral, rangsangan somatik dan akibat peristaltik. Pada anamnesis perlu
dievaluasi mengenainyeri yang disampaikan pasien tersebut apakah nyeri yang disampaikan
terlokalisir, atausukar ditentukan lokasinya. Kemudian adanya referred pain juga membantu
untuk mengetahui asal nyeri tersebut. Adanya nyeri tekan pada pemeriksaan fisik seseorang
jugamenunjukan bentuk nyeri tersebut. Nyeri tekan biasanya berasal dari nyeri yang
melibatkan serosa. Nyeri ini dapat terjadi akibat infeksi yang kontiyu (terus menerus) serta
ulkus lanjut. Nyeri somatik biasanya nyerinya terkolalisasi.

G. Manifestasi Klinis

1.Nyeri abdomen

2.Mual, muntah

3.Tidak nafsu makan

4.Lidah dan mukosa bibir kering

5.Turgor kulit tidak elastis

6.Urine sedikit dan pekat

7.Lemah dan kelelahan


Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam
ringan,mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney
biladilakukan tekanan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan.
Nyeritekan lepas mungkin akan dijumpai. Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah
terdapatkonstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks.
Bilaappendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah
lumbal ; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahui pada
pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat
dengan kandung kemih atauureter.Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot rektum
kanan dapat terjadi. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai.

Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak
tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar di
belakangsekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal ; bila ujungnya ada
pada pelvis,tanda-tanda ini hanya dapat diketahuipada pemeriksaan rektal. Nyeri pada
defekasimenunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.
Adanyakekeakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.

Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri,
yangsecara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan.
Apabilaappendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar; distensi abdomen terjadi
akibat ileus paralitik dan kondisi pasien memburuk.

H. Patofisiologi

Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat tersumbat,


kemungkinanoleh fekalit (massa keras dari feses), tumor atau benda asing. Proses inflamasi
meningkatkantekanan intraluminal yang akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan
edema,diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa menimbulkan nyeri abdomen atas atau
menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi dikuadran kanan bawah
dariabdomen. Akhirnya appendiks yang terinflamasi berisi pus. (Smeltzer, Suzanne,
C.,2017).
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat menyebabkan
peradanganyang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkannyeri kanan bawah disebut apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran
arteri tergangguakan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren yang
disebut apendisitisgangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah akan terjadi apendisitis
perforasi. Bilasemua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus berdekatan akan
bergerak ke arahapendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis. Peradangan appendiks dapat menjadi abses atau menghilang. Dari timbulnya
massa lokal yang disebutinfaltrat apendikularis menyebabkan nyeri hebat pada appendiks
yang berisi pus pada abdomen kuadran kanan bawah. Sehingga dilakukan tindakan
appendiktomy pengangkatan.

I. Evaluasi

1. Nyeri pasien berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan

2. Volume cairan seimbang

3. Pasien dapat melakukan aktivitasnya kembali setelah dilakukannya tindakan

4. Tidak terjadi kekurangan nutrisi


BAB III

LAPORAN KASUS

Nama Mahasiswi : Ade Azura

Nim : 22020008

Rumah Sakit : RSUD TGK ABDULLAH SYAFI’I, Bereunuen

Pengkajiaan diambil : 14 Februari 2023

A.Indetitas Pasien

Nama : Ny I

Umur : 28 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : kawin

Pendidikan : Sma

Perkejaan : IRT

Alamat : Diba raya

Cara masuk : Datang Sendiri

Waktu Datang : 18.20 wib

No.RM : 104417

Diagnosa Medis : Abdominal Pain

Keluhan Utama : Demam, Nyeri diperut


B. Riwayat

1). Riwayat penyakit sekarang

Hari selasa tanggal 14 februari 2023 jam 18.20 WIB Pasien datang ke IGD RSUD TGK
Abdullah syafi’i dengan keluhan nyeri pada perut bagian kanan bawah sejak ± 1 hari SMRS.
Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Nyeri menjalar hingga ke ulu hati. Nyeri muncul secara
tiba-tiba dan terjadi secara terus menerus. Pasien mengaku mual tetapi tidak sampai
muntah.Pasien juga mengalami demam yang diakui dirasakan sejak ± 1 hari SMRS.Demam
dirasakan terus menerus, menggigil (-), pasien minum obat paracetamol dan demam dirasakan
berkurang. Pasien mengakun BAB untuk hari ini belum ada, BAK tidak ada keluhan. Nafsu
makan berkurang.

2). Riwayat Penyakit dahulu

Keluhan serupa disaangkal

3). Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita oleh pasien

4). Riwayat kesehatan lingkungan

Keluarga pasien mengatakan bahwa, lingkungan rumah tempat tinggal cukup bersih

B. Observasi Dan Pemeriksaan Fisik

1). Keadaan umum : Tampak sakit sedang

2). Tanda-tanda Vital

1. Suhu : 36,7 0c

2. Nadi : 60 x/Menit (Reguler, kuat angkat, danisi cukup)

3. Tekanan Darah : 122/80 mmhg

4. Respirasi : 22 x/ Menit
5. Airway : Bebas, tidak ada sumbatan jalan napas

6. Breathing : Spontan, 20 kali/menit, pernapasan abdominal-torakal


pergerakan thoraks simetris kiri dan kanan

7. Circulation : Denyut nadi 80 kali/menit, reguler, kuat angkat, dan isi cukup.
CRT < 2 detik

8. Disability : GCS (E4M6V5), pupil isokor +/+, diameter 3mm/3mm

9. Evaluasi masalah : Berdasarkan survey primer sistem triase, kasus ini kasus yang
termasuk dalam priority sign karena pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah dengan diberi label kuning

10. Tatalaksana awal : Tatalaksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan di ruang
non bedah dan dilakukan pemasangan akses infus intravena menggunakan cairan RL20
tetes/menit.

C. Pemeriksaan Penunjang

Tabel Pemeriksaan Laboratorium di RSUD TGK Abdullah Syafi’i (14/02/2023)

Parameter Pasien Kadar Normal

Hematologi

Hb 15,2 g/dl 11-16 g/dl

Hematokrit 45,5 % 37-48%

Leukosit 13.300/ul 4.500-11.000/ul

Eritrosit 5,5 juta/ul 4-6 juta/ul

Trombosit 259.000/ul 150.000-400.000/ul

Golongan Darah B

Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 105 mg/dl < 200mg/dl

Ureum 18 mg/dl 6-20 mg/dl

Creatinin 0,9 mg/dl 0,9-1,3 mg/dl

HbsAg Negatif Negatif

E.Diagnosis

Diagnosis banding : Salpingitis akut kanan, apendisitis akut

Diagnosis kerja : Abdominal Pain e. C Suspek Apendisitis Akut

E.Penatalaksaan

Tatalaksanaan awal di IGD

• IVFD RL 20 tpm

• Inj. Ranitidine > 20.40 pemberian secara IV

• Inj. Ondan > 20.45 pemberian secara IV

• Inj. Ceftriaxone > 23.00 pemberian secara IV+IC

• Zinc 2 x 3

• Pct 3 x 1

F.Prognosis

- Quo ad Vitam : Bonam

- Quo ad functionam: Bonam

- Quo ad Sanationam: Bonam


G. Saran

- Usulan pemeriksaan: USG Abdomen

SOAP

S:

Nama : Ny I

Umur : 28 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : kawin

Pendidikan : Sma

Perkejaan : IRT

Alamat : Diba Raya

No.RM : 104417

Cara masuk : Datang Sendiri

Waktu Datang : 18.20 wib

O:

Keluhan Utama : Demam, Nyeri diperut

Tanda-tanda Vital :

1. Suhu : 36,7 0c

2. Nadi : 60 x/Menit (Reguler, kuat angkat, danisi cukup)

3. Tekanan Darah : 122/80 mmhg


4. Respirasi : 22 x/ Menit

5. Airway : Bebas, tidak ada sumbatan jalan napas

6. Breathing : Spontan, 20 kali/menit, pernapasan abdominal-torakal


pergerakan thoraks simetris kiri dan kanan

7. Circulation : Denyut nadi 80 kali/menit, reguler, kuat angkat, dan isi cukup.
CRT < 2 detik

8. Disability : GCS (E4M6V5), pupil isokor +/+, diameter 3mm/3mm

9. Evaluasi masalah : Berdasarkan survey primer sistem triase, kasus ini kasus yang
termasuk dalam priority sign karena pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah dengan diberi label kuning

A:

Abdominal pain

Abdominal Pain adalah sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada area dibawah tepi
tulang rusuk/iga(right and left costal margin) sampai sekitar lipat paha(inguinal fold).

Peradangan yang bisa menjadi penyebab Abdominal Pain, antara lain gastroenteritis
virus(flu perut), penyakit ulkus peptikum, refluks asam kronis(GERD), atau infeksi
saluran kemih.

P:

Anjuran untuk pasien :

• Istirahat yang cukup

• Makan makanan sedikit tapi sering

• Minum air putih hangat

• Menjaga kebersihan
Terapi sesuai anjuran dokter:

• IVFD RL 20 tpm

• Inj. Ranitidine > 20.40 pemberian secara IV

• Inj. Ondan > 20.45 pemberian secara IV

• Inj. Ceftriaxone > 23.00 pemberian secara IV+IC

• Zinc 2 x 3

• Pct 3 x 1

Masalah belum teratasi:

Intervensi dilanjutkan

Monitoring:

1. Keadaan umum

2. Tanda-tanda vital

3. Planning

DAFTAR PUSTAKA

Heardman, H. (2015).Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.

Jakarta: RGC.Moorhead, S. (2013).Nursing Outcomes Classifications.

Indonesia: Elsevier. Nururarif, A. H., & Kusuma, H. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC_NOC Jilid 3. Yogyakarta:MediAction.Tanto, C.,
Liwang, Sonia, & Adip, E. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke4. Jakarta: Media
Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai